Anda di halaman 1dari 30

“PERANAN HUKUM ASURANSI”

DISUSUN OLEH:
SITI ANNISA DJISMULLATIFAH
040 2018 0049
KAPITA SELEKTA HUKUM PERDATA D2

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sebagai penulis atas kehadirat Allah Swt, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam tercurah
kepada nabi besar Muhammad Saw beserta keluarganya hingga akhir
zaman dengan demikian saya dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “PERANAN HUKUM ASURANSI”

Makalah ini dibuat untuk melengakapi persyaratan guna


memperoleh nilai dan pengetahuan khususnya pada mata kuliah Kapita
Selekta Hukum Perdata. Dan penyusunan makalah ini saya sebagai
penulis menyadari masih banyak kekurangan untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen


pengampu mata kuliah Kapita Selekta Hukum Perdata. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Makassar, 25 Mei 2021

Penulis

2
Daftar isi

BAB I............................................................................................................5
PENDAHULUAN..........................................................................................5
A. Latar Belakang...................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
BAB II...........................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................6
A. Pengertian Asuransi.............................................................................6
B. Manfaat Asuransi .................................................................................6
C. Resiko dan Ketidakpastian...................................................................7
D. Prinsip Asuransi...................................................................................9
E. Polis Asuransi.....................................................................................10
F. Premi Asuransi...................................................................................10
G. Penggolongan Asuransi.....................................................................11
H. Pengaturan Perasuransian di Indonesia............................................14
I. Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi..........................................14
J. Asuransi Kredit....................................................................................14
K. Pengertian Asuransi Syariah..............................................................15
L. Dasar Hukum Islam Terkait Asuransi Syariah....................................16
M. Prinsip Asuransi Syariah....................................................................16
N. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah................17

BAB III........................................................................................................23
PEMBAHASAN..........................................................................................23
A. Hukum Asuransi...............................................................................23
B. Landasan Hukum Asuransi................................................................23
C. Hukum Asuransi dan Definisi Asuransi..............................................24
D. Premi dan Polis..................................................................................25
E. Mengenal Resiko Evenement............................................................25
F. Hukum Asuransi dan Prinsip Dasar Asuransi....................................26
G. Manfaat Asuransi...............................................................................27
H. Batalnya Asuransi..............................................................................27

3
BAB IV........................................................................................................29
PENUTUP..................................................................................................29
A. Kesimpulan........................................................................................29
B. Saran.................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................30

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan
perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa
mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang
diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme
perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh
dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan
mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada
tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga
dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang akan
dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga yang menghadapi
risiko cacat atau meninggal dunia.
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi
berlomba-lomba menawarkan program asuransi baik bagi masyarakat
maupun perusahaan. Seiring dengan perkembangan berbagai
program syariah yang telah diusung oleh lembaga keuangan lain,
banyak perusahaan asuransi yang saat ini juga  menawarkan program
asuransi syariah.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana kah peranan Hukum Asuransi yang berlaku di Indonesia?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Asuransi

Pada prinsipnya, asuransi kerugian adalah mekanisme proteksi


atau perlindungan dari risiko kerugian keuangan dengan cara
mengalihkan risiko kepada pihak lain. Berikut adalah beberapa definisi
asuransi menurut beberapa sumber :
1.      Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang pasal 246
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
sesorang penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tentu.
2.      Menurut Undang-undang No. 2 Th. 1992 tentang Usaha Perasuransian
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
3.      Menurut Paham Ekonomi
Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi
dapat dihimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai
pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang
berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta asuransi bertujuan memberikan
perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan (financial loss), yang
ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya (fortuitious
event).

6
B.       Manfaat Asuransi
Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak
tertanggung, antara  lain:
1.    Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman
dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian
tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai
kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara
tertanggung dan penanggung.
2.    Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukannilai
pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis
secara periodik dengan memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang
berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai
pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak
merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertangguangan,
semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar oleh tertanggung.
3.    Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh
kredit.
4.    Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama
dengan tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas
premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua
belah pihak).
5.    Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan
juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang
didasarkan atas nilai pertanggungan.
6.    Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan
risikokerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab
(pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain).

C.      Risiko dan Ketidakpastian


Secara umum, risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian. Risiko dalam industri

7
perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial
atau kemungkinan terjadinya kerugian. Berikut ini adalah jenis-jenis risiko:
1.    Risiko murni
Adalah risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan memberikan kerugian
dan apabila tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga
memberikan keuntungan.
2.    Risiko spekulatif
Adalah risiko yang berkaitang dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu
kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dam kemungkinan untuk
mendapat kerugian.
3.    Risiko individu
Adalah risiko yang kemungkinan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Risiko individu ini masih dipilah menjadi 3 jenis :
a.    Risiko pribadi (personal risk)
Adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
memperoleh manfaat ekonomi. Atau dengan kata lain risiko ini berfungsi
untuk menanggung dirinya sendiri atau orang yang ia asuransikan.
b.    Risiko harta (property risk)
Adalah risiko yang ditanggungkan atas harta yang dimilikinya rusak, hilang
atau dicuri. Dengan kerusakan atau kehilangan tersebut, pemilik akan
kehilangan kesempatan ekonomi yang diperoleh dari harta yang
dimilikinya.
c.    Risiko tanggung gugat (liability risk)
Risiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat
kerugian atau lukanya pihak lain. Misalkan, pemberian asuransi oleh
mandor bangunan kepada para pekerjanya.
Risiko yang dihadapi perlu ditangani dengan baik untuk
mempertimbangkan kehidupan perekonomian di masa mendatang. Dalam
menangani risiko tersebut minimal ada lima cara yang dapat dilakukan,
antara lain:

1.    Menghindari risiko (risk avoidance)


Dapat dilaksanakan dengan cara mempertimbangkan risiko yang mungkin
timbul sebelum kita melakukan aktivitas-aktivitas. Setelah mengetahui
risiko yang mungkin timbul kit bisa menetukan apakah aktivitas tersebut
bisa kita lanjutkan atau kita hentikan.
2.    Mengurangi risiko (risk reduction)
Tindakan ini hanya bersifat meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.

8
3.    Menahan risiko (risk retention)
Berarti kita tidak melakukan aktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut.
Risiko tersebut dapat ditahan karena secara ekonomis biasanya
melibatkan jumlah yang kecil. Bahkan kadang-kadang orang tidak sadar
akan usaha menahan risiko ini.
4.    Membagi risiko (risk sharing)
Tindakan ini melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi
risiko.
5.    Mentransfer risiko (risk transferring)
Berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia
serta mampu memikul beban risiko.

D.      Prinsip Asuransi
1.    Insurable interest (kepentingan yang dipertanggungkan)
Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk
mempertanggungkan suatu risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang
diakui sah secara hukum antara tertanggung dengan sesuatu yang
dipertanggungkan. Syarat yang perlu dipenuhi agar memenuhi
kriteria insurable interest:
a.    Kerugiaan tidak dapat diperkirakan. Risiko yang bisa diasuransikan
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian. Kemungkian tersebut
tidak dapat diperkirakan terjadinya.
b.    Kewajaran. Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda
atau harta yang memiliki nilai material baik bagi tertanggung maupun bagi
penanggung.
c.    Catastrophic. Risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak akan
menimbulkan suaatu kemungkinan rugi yang sangat besar, yaitu jika
sebagian besar pertanggungan kemungkinan akan mengalami kerugian
pada waktu yang bersamaan.
d.   Homogen. Untuk memenuhi syarat dapat diasuransikan, barang atau
harta yang akan dipertanggungkan harus homogen, yang berarti banyak
barang yang serupa atau sejenis.
2.    Utmost Good Faith (itikad baik)
Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh
itikad baik. Antar pihak tertanggung dan penanggung harus saling
mengungkapkan keterbukaan. Kewajiban dari kedua belah pihak untuk
mengungkapkan fakta disebutduty of disclosure.
3.    Indemnity

9
Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi
risiko yang menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Konsep ini
tidak dapat mengganti nyawa yang hilang atau anggota tubuh yang rusak
atau cacat karenaindemnity berkaitan dengan ganti rugi finansial.
4.    Proximate Cause
Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu
persitiwa secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan
lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru
dan independent.
5.    Subrogation
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan
ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang
mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa
kerugian.
6.    Contribution
Bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung yang lain
yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar
ganti rugi kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan
masing-masing belum tentu sama besar.

E.       Polis Asuransi
Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Dengan adanya polis
asuransi perjanjian antara edua belah pihak mendapatkan kekuatan
secara hukum. Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:
1.    Nomor polis
2.    Nama dan alamat tertanggung
3.    Uraian risiko
4.    Jumlah pertanggungan
5.    Jangka waktu pertanggungan
6.    Besar premi, bea materai, dan lain-lain
7.    Bahaya-bahaya yang dijaminkan
8.    Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan
nomor polisi, nomor rangka, dan nomor mesin kendaraan.

F.       Premi Asuransi
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak
penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara

10
periodik. Jumlah premi tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan
tinggi rendahnya tingkaat risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Jangka
waktu pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah
dituangkan dalam polis asuransi.

G.      Penggolongan Asuransi
1.    Menurut Sifat Pelaksanaannya
a.    Asuransi sukarela
Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan
semata-mata dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan
terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan.
b.    Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait
yang pelakasanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang ditetapkan oleh pemerintah.
2.    Menurut Jenis Usaha Perasuransian
Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha
perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis :
a.    Usaha Asuransi
1)   Asuransi kerugian
Yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko
atas kerugian, kehilangan manfaat dn tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yag tidak pasti. Usaha asuransi
kerugian ini dapat dipilah sebagai berikut:
a)    Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran.
b)   Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung atau
perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung
akibat  terjadinya kehilangan atau kerusakan saat pelayaran.
c)    Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat
digolongkan kedala kedua asuransi diatas, missal : asuransi kendaraan
bermotor, asuransi kecelakaan diri, dan lain sebagainya.
2)   Asuransi jiwa (life insurance)
Adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya
seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa memberikan:
a)    Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.
b)   Santunan bagi tertanggung yang meninggal

11
c)    Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh
meninggalnya orang kunci
d)   Penghimpunan dana untuk persiapan pension
Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
a)    Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance)
Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai tertentu
dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulanan,
semesteran, dan tahunan).
b)   Asuransi jiwa kelompok (group life insurance)
Asuransi jiwa ini biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis atas
suatu kelompok orang di bawah satu polis induk di mana masing-masing
anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.
c)    Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance)
Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi
umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis
kepada agen yang disebut debit agent.
3)   Reasuransi (reinsurance)
Adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan
atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu system penyebaran
risiko dimana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari
pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain.
Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu
koasuransi dan reasuransi. Koasuransi adalah pertanggungan yang
dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Sedangkan
reasuransi adalah proses untuk untuk mengasuransikan kembali
pertanggung jawaban pada pihak tertanggung. Fungsi reasuransi adalah :
a)    Meningkatkan kapasitas akseptasi.
b)   Alat penyebaran risiko.
c)    Meningkatkan stabilitas usaha.
d)   Meningkatkan kepercayaan.
Mekanisme untuk reasuransi antara lain:
a)    Treaty dan facultative reinsurance
Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah pertanggungan yang
diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus menerima
jumlah yang ditawarkan.
b)   Reasuransi proporsional
Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur dilakukan
secara proporsional berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan.

12
Retensi adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung
olehceding company.
c)    Reasuransi nonproporsional
Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk tidak
membayar klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada
di treaty.Treaty dalam mekanisme reasuransi adalah pertanggungan yang
dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
dituangkan dalam suatu perjanjian antara ceding company dan reasuradur
yang mana reasuradur mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan
yang diberikan oleh ceding company.
b.    Usaha Penunjang
1)   Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan
dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi
asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.
2)   Pialang reasuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan
dalam penetapan reasuransi dan penanganan ganti rugi reasuransi dewan
bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
3)   Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa penilaian
terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.
4)   Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan
aktuaria.
5)   Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam
rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
3.    Menurut The Chartered Insurance Institute London
a.       Asuransi kerugian (property insurance)
Merupakan pertanggungan untuk semua milik yang berupa harta benda
yang memiliki risiko. Jenisnya ada :
1)      Asuransi kebakaran (fire insurance)
2)      Asuransi pengangkutan (marine insurance)
3)      Asuransi penerbangan (flight insurance)
4)      Asuransi kecelakaan (accident insurance)
b.      Asuransi tanggung gugat (liability insurance)
Adalah asuransi untuk melindungi tertanggung terhadap kerugian yang
timbul dari gugatan pihak ketiga karena kelalaian tertanggung.
c.       Asuransi jiwa (life insurance)
Asuransi jiwa terdiri atas :
1)      Asuransi kecelakaan
2)      Asuransi jiwa

13
3)      Anuitas
4)      Asuransi industri
d.      Asuransi kerugian (general insurance)
e.       Reasuransi (reinsurance)

H.      Pengaturan Perasuransian di Indonesia


Berikut merupakan peraturan perundangan yang digunakan
sebagai dasar acuan pembinaan dan pengawasan atas usaha
perasuransian di Indonesia saat ini :
1.    UU no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
2.    PP no.73 tahun 1002 tentang usaha perasuransian
3.    Keputusan menteri keuangan, antara lain:
a.    Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan
Perusahaan Asuransi dan Reasuransi
b.    No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi
c.    No.225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asurasni dan Reasuransi
d.   No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan dan
Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha
Asuransi

I.         Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi


Pemberian izin oleh Menteri Keuangan bagi perusahaan
perasuransian menurut PP Nomor 73 Tahun 1992 dilakukan dalam dua
tahap, yaitu:
1.    Persetujuan Prinsip
Adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian
suatu perusahaan yang bergerak di bidang perasuransian, dimana batas
waktu persetujuan prinsip dibatasi selama-lamanya satu tahun.
2.    Izin usaha
Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah perisiapan
pendirian selesai, dimana izin usaha diberikan setelah persyaratan izin
usaha telah dipenuhi.

J.        Asuransi Kredit

14
Asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan
terutama di bidang perkreditan yang selalu dikaitkan dengan jaminan
kredit berupa barang bergerak dan tidak bergerak yang sewaktu-waktu
dapat tertimpa risiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik
barang dan  bank sebagai pemberi kredit.
Kredit adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kepada
nasabahnya. Untuk melindungi diri dari kemungkinan nasabah yang tidak
dapat mengembalikan kredit, pemberi kredit menutup asuransi atas kredit
tersebut. Dalam asuransi kredit, yang menjadi pihak tertanggung adalah
pemberi kredit (bank dan/atau lembaga keuangan) dan yang ditanggung
oleh penanggung adalah risiko kredit di mana tidak diperolehnya kembali
kredit kepada para nasabahnya (yang umumnya terdiri atas para
pengusaha). Asuransi kredit bertujuan :
1.    Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali
kredit yang diberikan kepada para nasabahnya.
2.    Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit
perbankan maupun kredit lainnya diluar perbankan.
Dengan adanya asuransi kredit ini bank terdorong untuk lebih giat
membantu para nasabahnya dalam menyediakan modal untuk
mengembangkan usahanya. Pengelolaan asuransi kredit di Indonesia
dipercayakan oleh pemerintah kepada PT Asuransi Kredit Indonesia (PT
Askrindo) yang berkantor pusat di Jakarta, di mana yang menjadi
tertanggung adalah bank-bank pemerintah, bank-bank swasta, dan
lembaga-lembaga keuangan lainnya. Sebagai imbalan atas jaminan yang
diberikan oleh PT Askrindo, bank membayar premi atas kredit yang
ditanggung. Premi tersebut menjadi beban bank, tetapi dalam praktik, ada
juga bank yang membebankan premi tersebut kepada nasabahnya yang
memperoleh kredit. Walaupun begitu, yang menjadi tertanggung bukan
nasabahnya, tetapi bank pemberi kredit.

K.      Pengertian Asuransi Syariah


Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah
usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah
orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/
anggota/ peserta mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh

15
kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi
musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/ anggota/ peserta.
Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional
perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang
diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang
artinya tolong menolong atau saling membantu. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat
yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin
kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip
ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang
artinya : "Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan
dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan"

L.       Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah


1.    Surat Yusuf :43-49 “Allah menggambarkan contoh usaha manusia
membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di
masa depan.
2.    Surat Al-Baqarah :188 Firman Allah “...dan janganlah kalian memakan
harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah
kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian
hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal
kamu tahu (al:Baqarah:188)
3.    Al Hasyr:18 Artinya :”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada
Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat
untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada Alloh.
Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang engkau kerjakan”.

M.     Prinsip Asuransi Syariah


1.    Dibangun atas dasar kerjasama (taawun).
2.    Asuransi syariat tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau
mudhorobah.
3.    Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu
haram hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peritiwa, maka diselesaikan
menurut syariat.
4.    Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah
ditentukan harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan
prinsip ukhuwah.

16
5.    Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya
dengan tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena
suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas
kerugian itu menurut ijin yang diberikan oleh jamaah.
6.    Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut
aturan syar’i.

N.      Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah


Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of
risk yaitu pemindahan risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/
penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana
dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekuensi maka
kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan
ausransi.
Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi
konvensional, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.    Akad (Perjanjian)
Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang
melakukannya harus jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk
mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini dan masa
mendatang. Akad dalam praktekmuamalah menjadi dasar yang
menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah.
Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi
syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas,
menggunakanakad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful).
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad
tadabuli atau perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli
didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang
diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan
dalam asuransi konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya
penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk
harga tidak dapat dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi yang
harus dibayarkan oleh peserta asuransi utnuk mendapatkan sejumlah
uang pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu kapan kita
meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai
dengan perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh
peserta tidak jelas tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka
perusahaan akan untung namun apabila peserta baru sekali membayar

17
ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan rugi. Dengan demikian
menurut pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar)
dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang polis (pada
produk saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis
(pada produk non-saving).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, seorang ulama salaf ternama dalam
kitabnya "Majmu Fatwa" menyatakan bahwa akad dalam Islam dibangun
atas dasar mewujudkan keadilan dan menjauhkan penganiayaan. Harta
seorang muslim yang lain tidak halal, kecuali dipindahkan haknya kepada
yang disukainya. Keadilan dapat diketahui dengan akalnya, seperti
pembeli wajib menyatakan harganya dan penjual menyerahkan barang
jualannya kepada pembeli. Dilarang menipu, berkhianat, dan jika
berhutang harus dilunasi. Jika kita mengadakan suatu perjanjian dalam
suatu transaksi bisnis secara tidak tunai maka kita wajib melakukan hal-
hal berikut: I% Menuliskan bentuk perjanjian (seperti adanya SP dan
polis). I% Bentuk perjanjian harus jelas dimengerti oleh pihak-pihak yang
bertransaksi (akad tadabuliatau akad takafuli). I% Adanya saksi dari
kedua belah pihak. I% Para saksi harus cakap dan bersedia secara
hukum jika suatu saat diminta kewajibannya. (Penulis simpulkan dari
firman Allah SWT, surat al-Baqarah ayat 282).
2.    Gharar (Ketidakjelasan) 
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang
akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita
takuti.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional,
dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang
didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia
seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali seorang
tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan
rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika
tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung dan
tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan kata lain kedua belah
pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak menjalankan
transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan jumlah
pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang
kita kenal sebagai gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual
beli/akad tadabuli tersebut cacat secara hukum.

18
Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli,
yaitu suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang
ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para ulama dianggap
paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah dalam
praktik muamalah yang gharar.
Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik
perusahaan asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi
syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal) dan
perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim menjadi
milik perusahaan.  
3.    Tabarru dan Tabungan
Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang
artinya sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang
disebut mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan
dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama
lain sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang
mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam
rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang
diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama
peserta untuk saling menolong.
Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena
musibah sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat
balasan yang sangat besar di hadapan Allah, sebagaimana digambarkan
dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka
Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud).
Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung
unsur saving maka dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri
dari unsur dana tabarruterdapat pula unsur dana tabungan yang
digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara investasi
pada asuransi kerugian syariah menggunakan danatabarru karena tidak
ada unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta
sesuai dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana
tabungan beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara
penuh.
4.    Maisir (Judi) 
Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,"Hai orang-
orang yang beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan.

19
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan
keberuntungan."
Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi
konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya
menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir.
Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisirdalam asuransi
konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalam kasus
asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia
sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya
sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang tertentu.
Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara
perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang
pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan yang diperoleh
berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang
bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila
pemegang polis mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi. Yang
boleh disebut judi jika perusahaan asuransi mengandalkan
banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan perusahaan
asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang
dibayarkannya.
5.    Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan
dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal
demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan
dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi
konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib
dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta
memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi.
Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003
Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam peraturan
pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.
Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan
syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk
investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orang-orang
yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu
bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu

20
mendapatkan keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian
riba, pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda
kepada mereka semua sama."(HR Muslim)
6.    Dana Hangus 
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika
seorang peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri
sebelum masareversing period. Sementara ia telah beberapa kali
membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena
kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi
hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi kerugian
jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang
dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.
Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi
konvensional akan menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta
asuransi terutama bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan karena
suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan,
sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan
hangus. Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi.
Prinsipmuamalah melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala
dhirara ( tidak ada yang merugikan dan dirugikan).
Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana
hangus, karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk
asuransi. Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan lain hal
mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat
diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai
dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada asuransi
kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka
asuransi syariah akan membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan
pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan si awal perjanjian
(akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal tahun masih dapat
dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat
tergantung dari hasil investasinya.
7.    Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah
Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah
dengan sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi
M.Zein dalam makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at
taawun atau at takaful(asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola
oleh suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama -

21
sama memikul suatu kerugian atau penderitaan yang mungkin terjadi
pada anggotanya. Untuk kepentingan itu masing-masing anggota
membayar iuran berkala (premi). Dana yang terkumpul akan terus
dikembangkan, sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk kepentingan
di atas, bukan untuk kepentingan badan pengelola (asuransi syariah).
Dengan demikian badan tersebut tidak dengan sengaja mengeruk
keuntungan untuk dirinya sendiri. Disini sifat yang paling menonjol adalah
tolong-menolong seperti yang diajarkan Islam.
8.    Dewan Pengawas Syariah 
Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan
Syariah Nasional (DSN), baik dari segi operasional perusahaan, investasi
maupun SDM. Kedudukan DPS dalam struktur organisasi perusahaan
setara dengan dewan komisaris.

22
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hukum Asuransi
Hukum asuransi adalah kumpulan peraturan yang tertulis
maupun tidak tertulis, yang ditujukan untuk mengikat kedua belah
pihak yang melakukan perjanjian asuransi (penanggung dan
tertanggung).
Berdasarkan ketentuan yang tertulis dalam Pasal 246 KUHD,
dengan jelas dikatakan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah
sebuah perjanjian yang mengikat penanggung kepada tertanggung
dengan cara menerima sejumlah premi yang dimaksudkan untuk
menjamin penggantian terhadap tertanggung akibat adanya
kerugian yang timbul, terjadinya kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, hal tersebut mungkin akan terjadi
akibat terjadinya suatu evenemen (peristiwa yang tidak pasti).
Hukum asuransi memegang peranan yang penting dalam
kegiatan berasuransi Anda. Yang tidak boleh Anda lupa adalah,
asuransi selalu berkaitan dengan penggantian yang sifatnya
finansial, dan hal-hal yang sifatnya finansial itu cenderung lebih
sensitif. Akibatnya, perlindungan yang jelas sangat diperlukan.Hal
ini juga sejalan dengan sebuah wacana yang selalu didengung-
dengungkan, bahwa Indonesia adalah negara hukum. Mengatur
segala sesuatunya dengan hukum. Pun tidak ketinggalan dengan
asuransi. Maka dari itulah, hukum asuransi terasa perlu untuk
diciptakan.
Pada dasarnya, hukum asuransi memiliki hakikat yang sama
dengan hukum-hukum yang lain. Yaitu bertugas melindungi,
mengatur, dan menjaga. Hal yang membedakan adalah obyeknya
saja. Obyek dalam hukum asuransi ini tentu saja adalah
masyarakat yang menggunakan jasa asuransi itu sendiri dan orang-
orang yang terlibat dalam kegiatan asuransi.

B. Landasan Hukum Asuransi

23
Secara yuridis, hukum asuransi di Indonesia tertuang dalam
beberapa produk hukum seperti Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, dan Keputusan Menteri Keuangan, di antaranya
sebagai berikut.
- Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian.
- Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
- Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
- KMK No.426/KMK/2003 tentang Perizinan Usaha dan
Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
- KMK No.425/KMK/2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi.
- KMK No.423/KMK/2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan
Perasuransian.

Undang-undang dan peraturan tersebut merupakan perihal yang


cukup penting. Jika tidak dipatuhi atau ada pelanggaran, konsekuensi
tentu saja akan diberikan. Kepada siapapun yang melanggar, entah
pengguna jasa asuransi ataupun petugas perusahaan asuransinya
sendiri.

C. Hukum Asuransi dan Definisi Asuransi

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak


atau lebih, pihak penanggung mengambil alih suatu risiko dari pihak
tertanggung. Pengalihan risiko tersebut meliputi kemungkinan kerugian
material dialami tertanggung akibat suatu peristiwa yang mungkin atau
belum pasti akan terjadi. Hal yang "rumit" ini pasti memerlukan
perlindungan dari hukum asuransi.
Perjanjian asuransi adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan
setiap istilah dan kondisi yang dilindungi, premi yang harus dibayar oleh
tertanggung kepada penanggung sebagai jasa pengalihan risiko
tersebut, serta besarnya dana yang bisa diklaim di masa depan,
termasuk biaya administratif dan keuntungan. Perjanjian asuransi juga
merupakan bagian dari hukum asuransi itu sendiri.
Dalam hukum asuransi ditetapkan bahwa objek pertanggungan
dalam perjanjian asuransi bisa berupa benda dan jasa, jiwa dan raga,

24
kesehatan, tanggung jawab hukum, serta berbagai kepentingan lain yang
mungkin hilang, rusak, atau berkurang nilainya.

Dengan kata lain, unsur-unsur dalam sebuah perjanjian asuransi atau


hukum asuransi meliputi hal-hal berikut.
- Subjek hukum, yaitu pihak penanggung dan tertanggung.
- Substansi hukum berupa mengalihan risiko.
- Objek pertanggungan, berupa benda atau kepentingan yang
melekat padanya yang bisa dinilai dengan uang.
- Adanya peristiwa tidak tentu yang mungkin terjadi (evenement).
- Sebuah perjanjian asuransi dikatakan sah apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut.
- Adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang saling mengikatkan
diri.
- Adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
- Adanya hal tertentu yang menjadi sebab yang halal.

D. Premi dan Polis

Dalam hukum asuransi, dikenal kata premi dan polis. Dua hal


tersebut menjadi istilah yang penting dan takasing bagi mereka yang
terbiasa menghadapi urusan asuransi. Berikut ini adalah penjelasan
lebih detail mengenai apa itu premi dan apa itu polis.
Dalam hukum asuransi premi adalah suatu prestasi yang diberikan
oleh tertanggung kepada penanggung atas jasanya mengambil alih
risiko. Premi adalah kewajiban pokok yang harus dipenuhi oleh
tertanggung dan bisa dianggap sebagai imbalan atas jasa penanggung.
Perjanjian pengalihan risiko dalam hukum asuransi harus dibuat
secara tertulis dalam sebuah akta tertentu yang menjelaskan tentang
unsur-unsur perjanjian tersebut. Akta inilah yang disebut dengan istilah
polis. Polis digunakan sebagai alat bukti perjanjian pertanggungan.
Dalam hukum asuransi, polis dibuat oleh pihak tertanggung.

E. Mengenal Risiko dan Evenement

Hukum asuransi juga mengenal adanya risiko. Risiko yang dialihkan


dari tertanggung kepada penanggung, dalam arti asuransi adalah
berupa kemungkinan terjadinya kerugian, serta batalnya sebagian atau

25
keseluruhan keuntungan yang diharapkan, yang diakibatkan oleh suatu
kejadian luar biasa yang tidak terprediksi, di luar kekuasaan manusia.
Sedangkan dalam hukum asuransi dijelaskan bahwa peristiwa tidak
terduga itu disebut evenement, sebuah peristiwa tidak terduga yang
menurut pengalaman normal tidak bisa dipastikan akan terjadi.
Kalaupun peristiwa tersebut bisa dipastikan terjadi, kematian misalnya,
waktunya tidak bisa dipastikan. Peristiwa tersebut juga berupa sesuatu
yang tidak diharapkan terjadi. Jika terjadi, akan menimbulkan kerugian
atau membatalkan keuntungan.
Dalam menghitung risiko yang ditanggungkan, perusahaan asuransi
menerapkan ilmu aktuaria yang menggunakan matematika, terutama
statistika dan probabilitas. Perhitungan tersebut harus berlandaskan
aturan yang ada pada hukum asuransi.

F. Hukum Asuransi dan Prinsip Dasar Asuransi

Terdapat 6 prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam asuransi.


Prinsip dasar tersebut juga merupakan bagian dari hukum asuransi.
Insurable interest, hak pertanggungan yang timbul dari sebuah
hubungan keuangan, yang diakui secara hukum.
Utmost good faith, mengungkapkan secara lengkap mengenai
sesuatu yang dipertanggungkan. Dalam hal ini, kedua belah pihak
harus jujur menjelaskan mengenai kondisi objek dan luasnya
pertanggungan.
Proximate cause, adanya kejadian yang menyebabkan kerugian
tanpa adanya intervensi atas kejadian tersebut.
Indemnity, kompensasi finansial yang disediakan penanggung untuk
mengembalikan tertanggung pada posisi finansial sesaat sebelum
sebuah kejadian enverement terjadi.
Subrogation, hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung.
Contribution, hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya
dalam bentuk kerja sama atau gotong royong.

26
G. Manfaat Asuransi

Berikut ini adalah beberapa manfaat asuransi.


- Jaminan perlindungan atas risiko kerugian tidak terduga.
- Efisiensi dalam pengamanan dan pengawasan terhadap suatu
barang atau objek.
- Biaya premi relatif kecil untuk menghindari suatu potensi risiko
yang tidak terduga.
- Berdampak pada pemerataan biaya, dari sesuatu yang tak
terprediksi menjadi biaya yang jumlahnya tertentu.
- Dalam kaitannya dengan hubungan bisnis, asuransi yang dimiliki
pihak tertanggung memberi kepercayaan kepada pihak ketiga
untuk menjalin hubungan bisnis, misalnya peminjaman uang, kredit,
sewa beli, dan sebagainya.
- Untuk asuransi jiwa, premi bisa dinilai sebagai tabungan karena
jumlah yang dibayar tertanggung akan dikembalikan oleh
perusahaan asuransi dalam jumlah yang lebih besar.

Apa-apa saja yang berkaitan dengan asuransi secara tersirat maupun


tersurat pasti menjadi bagian dari hukum asuransi. Bagian yang mau tidak
mau harus dipatuhi agar kegiatan berasuransi tidak merugikan salah satu
pihak. Agar semua pihak merasakan keuntungan dalam berasuransi.

H. Batalnya Asuransi
Suatu perjanjian asuransi adakalanya gugur atau batal seluruhnya
atausebagian. Apabila si tertanggung mempunyai itikad yang baik,
maka penanggung wajib mengembalikan uang premi seluruhnya
atau sebagian (pasal 281). Mengenai hal ini, pasal 11 Keputusan
Menteri Keuangan nomor 225/KMK.017/1993 menentukan bahwa
dalam hal terjadinya pembatalan polis asuransi kerugian atas
kehendak penanggung, pengembalian premi dilakukan secara
prorata berdasarkan sisa jangka waktu pertanggungan. Sedang
dalam hal pembatalan pertanggungan asuransi kerugian itu
diajukan oleh tertanggung, maka pengembalian premi
harusdihitung dari jumlah premi satu tahun dikurangi premi untuk

27
jangka waktupertanggungan yang telah berjalan, sesuai dengan
tarif premi untuk pertanggungan kurang dari satu tahun yang
ditetapkan oleh perusahaan, dan tidak termasuk bagian premi yang
dibayarkan sebagai komisi kepada perusahaanpialang
asuransi.Untuk polis asuransi jiwa, pasal 12 menentukan bahwa
apabila pertanggungan itu dibatalkan dan polisnya mempunyai
unsur tabungan sebelum tanggal jatuh tempo, premi harus
dikembalikan paling sedikit sejumlah nilai tunainya.
Sebaliknya apabila polis itu tidak mempunyai nilai tunai, maka
pengembalian premi harus dilakukan dengan cara seperti pada
pasal 11 diatas. KUHD dalam pasal 282-nya memberikan
perlindungan kepada penanggung terhadap batalnya perjanjian
asuransi oleh kelicikan atau penipuan yang dilakukanoleh
tertanggung. Apabila hal itu terjadi, maka penanggung tetap berhak
ataspremi yang diterimanya. Sedang tertanggung selain tidak
berhak atas premi yangtelah dibayarkannya, juga dapat dikenakan
ancaman pidana atas penipuan yangtelah dilakukan itu.

Berdasarkan kepada uraian di atas, maka jelaslah bahwa baik


penanggung maupun tertanggung sama-sama mempunyai hak dan
kewajiban terhadap perjanjian pertanggungan agar perjanjian
tersebut dapat berjalan sebagaimana diharapkan kedua belah
pihak. Apabila ada pihak dalam perjanjian yang menggunakan
kesempatan untuk keuntungan dirinya sendiri dan merugikan pihak
lain, ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
sebagaimana disebutkan di muka telah menetapkan hukumnya.
Oleh karena itu, untuk melindungi kepentingan bersama, kiranya
baik penanggung maupun tertanggung diharapkan benar-benar
dapat menunjukkan itikad baik

28
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum asuransi adalah kumpulan peraturan yang tertulis maupun
tidak tertulis, yang ditujukan untuk mengikat kedua belah pihak
yang melakukan perjanjian asuransi (penanggung dan
tertanggung). Apa-apa saja yang berkaitan dengan asuransi
secara tersirat maupun tersurat pasti menjadi bagian dari hukum
asuransi. Bagian yang mau tidak mau harus dipatuhi agar
kegiatan berasuransi tidak merugikan salah satu pihak. Agar
semua pihak merasakan keuntungan dalam berasuransi.

B. SARAN.
Sebaiknya masyarakat mengikuti program asuransi, karena
program ini memiliki banyak manfaat bagi pihak tertanggung,
seperti yang telah kami uraikan dalam materi makalah ini, namun
dalam mengikuti program asuransi harus tetap selektif dan
berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

29
DAFTAR PUSTAKA

INTERNET

Afrianto Budi. 2012. Hukum Asuransi – Perlindungan Bagi Pengguna


Asuransi.

https://www.akademiasuransi.org/2012/11/hukum-asuransi-
perlindungan-bagi-para.html. (Diakses pada 25 Mei 2021)

Asura. 2020. 5 Dasar Hukum Asuransi di Indonesia.

https://www.asura.co.id/blog/5-dasar-hukum-uu-asuransi-di-
indonesia. (Diakses pada 25 Mei 2021)

Christian Ebenezer. 2018. Hukum Asuransi.

https://www.academia.edu/33417237/Hukum_Asuransi. (Diakses
pada 26 Mei 2021)

Zurich. 2020. 6 Perbedaan Utama Asuransi Syariah dan Konvensional.

https://www.zurich.co.id/id-id/blog/articles/2020/09/berikut-6-
perbedaan-utama-asuransi-syariah-dan-konvensional. (Diakses
pada 25 Mei 2021)

30

Anda mungkin juga menyukai