PERASURANSIAN DI INDONESIA
Anggota Kelompok :
Steven 180200228
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah-
Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisanan makalah
ini.
Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa
referensi buku dan media elektronik dengan harapan pembaca dapat mengetahui mengenai
Perasuransian di Indonesia.
Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Permasalahan ................................................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
2.2 Pengaturan Asuransi Menurut UU NO 40 tahun 2014 ................................................................. 8
2.3 Polis Asuransi ............................................................................................................................. 11
2.4 Pihak-pihak dalam Asuransi ....................................................................................................... 15
BAB III ................................................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 18
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1
Risiko barangkali suatu kata yang tidak dikehendaki oleh setiap orang. Padahal sadar
atau tidak sadar dalam kehidupan manusia, pasti menghadapi risiko. Hanya saja, seberapa
besar risiko yang akan dihadapi oleh orang yang bersangkutan sangat tergantung dari
aktivitas yang dilakukan. Demikian juga dalam bidang bisnis, hampir dapat dipastikan
tidak ada bisnis yang bebas dari risiko, misalnya tempat usaha kebakaran, pengelola
usaha ataupun karyawan mendapatkan kecelakaan dan meninggal dunia.jika hal ini terjadi
tentu akan membawa dampak yang cukup besar apalagi bila yang mengalami musibah
tersebut adalah tulang punggung keluarga. Mencermati risiko dapat datang setiap saat,
maka risiko tersebut perlu dikelola dengan baik. Ketika risiko muncul, pihak yang terkena
musibah tidak perlu risau karena segala kerugian dapat ditanggung oleh pihak pengelola
risiko yang pada umumny adalah berbentuk badan usaha.
Hal yang perlu dijabarkan lebih lanjut disini adalah makna dari risiko itu sendiri.
Artinya, jenis risiko apa saja yang pengelolaannya dapat dialihkan ke perusahaan
asuransi. Jika dilihat dari sudut pandang hukum, risiko berarti kewajiban menanggung
atau memikul kerugian sebagai akibat suatu peristiwa diluar kesalahannya yang menimpa
barang atau orang. 2Dari rumusan ini terlihat bahwa risiko terkait dengan suatu peristiwa
yang tidak diharapkan oleh seseorang. Dalam rumusan lain disebutkan pula secara
operasional risiko diartikan sebagai kerugian yang tidak pasti. 3Dan dari rumusan diatas
dapat diketahui bahwa risiko berarti adanya kewajiban untuk memikul beban kerugian
karena ada suatu peristiwa yang tidak pasti.
1
Dr.Sentosa Sembiring. Asuransi Jaminan Sosial. Bandung: Nuansa Aulia,2006.hlm.11.
2
R.Subekti. Kamus Hukum. Jakarta: Pradnyaparamita,1973.hlm.88
3
Agus Prawoto. Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi. Jogyakarta: BPFE,1994.hlm.12
1.2 Rumusan Permasalahan
1. Apa prinsip-prinsip umum asuransi menurut KUHD ?
2. Bagaimana pengaturan asuransi menurut UU NO 40 tahun 2014 ?
3. Apa yang dimaksud dengan polis asuransi ?
4. Siapa pihak-pihak dalam asuransi ?
5. Apa objek kepentingan yang dapat diasuransikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Perjanjian asuransi merupakan salah satu perjanjian Khusus (Nominnat) yang diatur dalam
KUH Dagang. Dalam perjanjian asuransi harus diterapkan dari prinsip perjanjian pada
umumnya, yaitu :
Prinsip ini dijabarkan dalam Pasal 250 KUH Dagang yang menentukan bahwa:
“apabila seorang yang telah mengadakan pertanggungan untuk diri sendiri, atau
apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya
pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu,
maka penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi.”
Artinya apabila terjadi musibah atas objek yang diasuransikan dan terbukti bahwa,
tertanggung tidak memiliki kepentingan keuangan atas objek tersebut, maka tertanggung
tidak berhak menerima ganti rugi.
4
Tuti Rastuti. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi.Jogyakarta: Pustaka Yustia.2011.hlm.48-57.
Dalam Perjanjian asuransi unsur saling percaya antara penanggung dan tertanggung akan
memberikan segala keterangannya dengan benar. Saling percaya ini dasarnya adalah iktikad
baik.
Prinsip iktikad baik harus dilakukan dalam setiap perjanjian (Pasal 1338 Ayat 3 KUH
Perdata). Dalam perjanjian asuransi banyak pasal-pasal yang dapat disimpulkan mengandung
unsur iktikad baik, antara lain Pasal 251,252,276, dan 277 KUH Dagang, serta yang paling
popular adalah pasal 251 KUH Dagang yang dikenal dengan kewajiban memberikan
keterangan.
Memberikan ganti rugi kepada tertanggung sesuai dengan besarnya kerugian yang
dialaminya, sesaat sebelum terjadinya kerugian.
Disimpulkan dari pasal 246 KUH Dagang ini bahwa Asuransi adalah Perjanjian penggantian
kerugian . ganti rugi mengndung arti bahwa penggantian kerugian dari penanggung harus
seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita oleh tertanggung.
Prinsip Subrogasi diatur dalam pasal 284 KUH Dagang yang meyatakan :
Apabila tertanggung mengalami kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga, maka
penanggung setelah memberikan ganti rugi kepada tertanggung, akan menggantikan
kedudukan tertanggung dalam mengajukan tuntuta kepada pihak ketiga tersebut.
Prinsip ini didasarkan pada Pasal 287 KUH Dagang, yang mana mengatur perihal apabila
terjadi double insurance , nah dengan begitu tertanggung dapat saja mengasuransikan harta
benda yang sama pada beberapa perusahaan asuransi. Namun bila kerugian atas objek yang
diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi. Prinsip kontribusi berarti
bahwa apabila penanggung telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung,
maka penanggung berhak menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat suatu
pertanggunga untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding
dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya.
7. Prinsip Mengikuti keberuntungan penanggung pertama (Follow the fortune of the ceding
company)
Prinsip ini tidak boleh diartikan secara luas dan tanpa batas tanggung jawab penanggung
ulang. Dalam hal reasuransi hanyalah terbatas pada klaim yang sah dan wajib dibayar oleh
penanggung pertama sesuai dengan jumlah kerugian sebenarnya sekalipun berdasarkan teori
maupun praktik penanggung ulang dapat diminta persetujuannya untuk menyetujui
penyelesaian klaim atas dasar kompromi (ex-gratia). Penanggung pertama harus mempunyai
argumentasi dan pertimbangan komersil bahwa, kebijaksanaan itu berlandaskan pada
perhitungan untung rugi demi kepentingan bersama.
a. Dalam pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dijelaskan “Asuransi atau
Pertanggungan” adalah suatu perjanjian, dimana penanggung dengan menikmati suatu
premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian
karena kehilangan keuntungan, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang
akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti
Asuransi Kerugian Umum
- Asuransi Pengangkutan
- Asuransi Kebakaran
- Asuransi Kredit
- Asuransi Kendaraan Bermotor
Pengaturan asuransi yang lebih khusus lagi saat ini terdapat dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian yang disahkan pada
5
Undang-undang No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian
6
Undang-undang No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
tanggal 17 Oktober 2014 sebagai pengganti undang-undang yang sebelumnya
yaitu Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Undang-
Undang No. 40 Tahun 2014 ini memiliki 92 pasal yang terbagi dalam 18 bab.
Undang-undang ini lebih menitikberatkan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan
publik administratif.
Polis merupakan tanda bukti adanya perjanjian asuransi,tetapi bukan merupakan unsur dari
perjanjian asuransi.Dengan tidak adanya polis,perjanjian asuransi tidak menjadi batal,kecuali
beberapa jenis,misalnya pertanggungan atas kapal ddan barang dalam proses pengangkutan
sebagaimana disebutkan di Pasal 603 dan Pasal 606 KUHD1
Polis Asuransi adalah akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan perjanjian asuransi, yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian
antara pihak perusahaan asuransi dan pemegang polis8.
e. kurs yang digunakan untuk Polis Asuransi dengan mata uang asing apabila pembayaran
Premi atau Kontribusi dan manfaat dikaitkan dengan mata uang rupiah;
7
Danang Suryanto dan Wika Harisa Putri.2016.Hukum Bisnis.Pustaka Yustisia.Yogyakarta
8
POJK Nomor 23/POJK.05/2015
f. waktu yang diakui sebagai saat diterimanya pembayaran Premi atau Kontribusi;
h. Periode pada saat Perusahaan tidak dapat meninjau ulang keabsahan kontrak asuransi
(incontestable period) pada Produk Asuransi jangka panjang;
i. Tabel nilai tunai, bagi Produk Asuransi yang dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa
yang mengandung nilai tunai;
j. Perhitungan dividen Polis Asuransi atau yang sejenis, bagi Produk Asuransi yang
dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa yang menjanjikan dividen Polis Asuransi atau
yang sejenis;
k. Klausula penghentian pertanggungan, baik dari Perusahaan maupun dari pemegang polis,
tertanggung, atau peserta, termasuk syarat dan penyebabnya;
l. Syarat dan tata cara pengajuan klaim, termasuk bukti pendukung yang relevan dan
diperlukan dalam pengajuan klaim;
o. Bahasa yang dijadikan acuan dalam hal terjadi sengketa atau beda pendapat, untuk Polis
Asuransi yang dicetak dalam 2 (dua) bahasa atau lebih.9
9
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5a28fdd271939/dasar-hukum-penerbitan-polis-
asuransi-dalam-bentuk-elektronik-e-polis/
Setiap terbitnya polis asuransi sudah pasti akan ada produk yang akan diasuransikan
Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi dan disetujui oleh
pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau sejumlah uang yang
10
Pasal 1 angka 1 Peraturan OJK 23/2015
11
Pasal 3 Peraturan OJK 23/2015
ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari program
asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.12
Perhitungan Premi atau Kontribusi sebagaimana dimaksud dalam harus didasarkan pada
asumsi
yang wajar dan praktik asuransi yang berlaku umum.13
Penetapan Premi atau Kontribusi Produk Asuransi yang dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi
Umum harus dilakukan dengan mempertimbangkan paling sedikit sebagai berikut:
1. Premi atau Kontribusi murni yang dihitung berdasarkan profil kerugian (risk and loss
profile) jenis asuransi yang bersangkutan untuk paling kurang 5 (lima) tahun terakhir;
dan
2. biaya akuisisi, biaya administrasi, dan biaya umum lainnya.14
15
Dalam pasal 268 KUHD,Dikatan hal-hal yang bisa dianggap objek asuransi;
Oleh sebab itu Objek suatu perjanjian pada umumnya,yaitu suatu kekeyaan Harta benda.
12
Pasal 1 Angka 7 Peraturan OJK 23/2015
13
Pasal 26 Angka 1 Peraturan OJK 23/2015
14
Pasal 26 Angka 2 Peraturan OJK 23/2015
15
Kitab Undang-undang Hukum Dagang
2.5 Objek Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan
Kepentingan
-Semua kepentingan itu terancam dari bahaya yang mungkin belum terjadi
Kalau orang tidak punya kepentingan pada saat dibuatnya perjanjian pertanggungan
maka orang yang menanggung tidak wajib membayar ganti rugi
Maka, jika tidak ada kepentingan tidak ada kewajiban ganti rugi.
16
Objek Asuransi terbagi 2 ;
1.Benda Pertanggungan
2.Pokok pertanggungan
Kalau yang mempertanggungkan itu bukanlah pemilik dari benda itu tapi dia bisa
mempertanggungkan karena dia punya kepentingan.
Kalau kepentingan tidak ada maka akibatnya tidak ada ganti ruginya.
16
Sri Redjeki Hartono. Hukum Asuransi dan Perubahan Asuransi.Jakarta: Sinar Grafika. 2001.hlm 56.
1. Maka kepentingan ada saat perjanjian ada / diadakan
2. Atau pada saat terjadinya peristiwa tersebut artinya boleh saat terjadinya perjanjian
tidak ada kepentingan (dalam praktek).
Sebaliknya ada juga perjanjian dimana objek nya adalah bukan benda adalah perjanjian
“PERBURUHAN”
1. Objek dalam suatu perjanjian adlah suatu hal yang diperlukan oleh subjek
2. Objek untuk subjek bertujuan membentuk suatu perjanjian
3. Pihak yang berkewajiban (debitur) ,terhadap mana pihak yang berhak (kreditur)
,mempunyai hak yaitu objek dalam hukum perjanjian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Didalam perkembangan Asuransi di Indonesia masih banyak masyarakat awam yang kurang
mengetahui atau bahkan tidak tahu-menahu perihal apa itu asuransi. Padahal dalam asuransi
dapat kita lihat bahwa terjadi ekonomi dan perbuatan hukum. Jasa yang diberikan oleh
perusahaan asuransi berupa Proteksi akibat berbagai resiko yang mungkin dan akan terjadi.
Dengan mempelajari Asuransi sesuai dengan KUH Dagang, serta UU No.40 Tahun 2014
Tentang Perasuransian kita dapat menjadi pelaku hukum yang baik serta memahami
pengaturan-pengaturan yang ada didalammnya
3.2 Saran
Kami tim penulis berharap supaya dengan terjadinya kemajuan diindustri perasuransian maka
semakin terjadi pula pembaharuan hukum Indonesia yang mengaturnya, supaya masyarakat
Indonesia semakin teredukasi perihal perasuransian dan hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Prawoto, Agus. 1994. Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi. Jogyakarta:
BPFE
Internet
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5a28fdd271939/dasar-hukum-
penerbitan-polis-asuransi-dalam-bentuk-elektronik-e-polis/
Perundang-undangan