Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASPEK HUKUM ASURANSI

Dosen Mata Kuliah : Drs. Agus Sukarno, M.Si

Disusun Oleh :
Chika Cahyaning Bumi (141210001)
Hilda Carissa Putu Padma (141210002)
Rosa Zefanya Primadikta (141210003)
Manuhul Pardamean Naibaho (141210005)
Imelda Stevani (141210006)

EM-A
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat karunia-Nya lah makalah dengan tema Aspek Hukum Asuransi ini dapat
kami selesaikan dengan baik. Terima kasih kami ucapkan kepada bapak dosen Drs.
Agus Sukarno, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Kewirausahaan.
Adapun maksud dan tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah aspek hukum dalam bisnis. Selain itu, pembuatan
makalah mata kuliah aspek hukum dalam bisnis ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua tentang aspek hukum asuransi.
Tiada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah mata kuliah aspek
hukum dalam bisnis yang telah kami buat ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang berguna dan membangun dari
semua pihak yang telah membaca makalah kami ini. Akhir kata, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan di dalam pembuatan makalah
aspek hukum dalam bisnis ini. Terimakasih.

Yogyakarta, 9 April 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 1
1.3 TUJUAN ............................................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. PENGERTIAN ASURANSI..................................................................................... 3
B. DASAR HUKUM ASURANSI ................................................................................. 3
C. JENIS USAHA ASURANSI ..................................................................................... 4
D. RUANG LINGKUP USAHA PERUSAHAAN PERASURANSIAN .................... 5
E. KEGIATAN USAHA ASURANSI .......................................................................... 5
F. PERJANJIAN ASURANSI ...................................................................................... 6
G. POLIS ASURANSI ............................................................................................... 8
BAB III............................................................................................................................. 10
PENUTUP........................................................................................................................ 10
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak jaman sebelum masehi
dimana manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai
ancaman, antara lain kekurangan bahan makanan. Salah satu cerita mengenai
kekurangan bahan makanan terjadi pada jaman Mesir Kuno semasa Raja
Firaun berkuasa. Suatu hari sang raja bermimpi yang diartikan oleh Nabi Yusuf
bahwa selama 7 tahun negeri Mesir akan mengalami panen yang berlimpah dan
kemudian diikuti oleh masa paceklik selama 7 tahun berikutnya. Untuk
berjaga-jaga terhadap bencana kelaparan tersebut Raja Firaun mengikuti saran
Nabi Yusuf dengan menyisihkan sebagian dari hasil panen pada 7 tahun
pertama sebagai cadangan bahan makanan pada masa paceklik. Dengan
demikian pada masa 7 tahun paceklik rakyat Mesir terhindar dari risiko
bencana kelaparan hebat yang melanda seluruh negeri.
Pada tahun 2000 sebelum masehi para saudagar dan aktor di Italia
membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransi yang
bertujuan membantu para janda dan anak-anak yatim dari para anggota yang
meninggal. Perkumpulan serupa yaitu Collegia Nititum, kemudian berdiri
dengan beranggotakan para budak belian yang diperbanatukan pada
ketentaraan kerajaan Roma (Rahman, Afzalur).
Konsep auransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat
primitif yang berkelompok. Dalam masyarakat primitif, orang hidup bersama
dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan-kebutuhannya dipenuhi dan
dilindungi melalui kerjasama dan saling membantu. Oleh karena itu mereka
merasa tidak memerlukan suatu asuransi karena semua resiko sepenuhnya
dilindungi oleh masyarakat. Pada waktu keluarga atau suku berubah menjadi
kehidupan yang berpindah-pindah secara teori keluarga tersebut mulai
menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga
maupun sukunya. Saat itulah mulai dirasakan perlunya perlindungan terhadap
ancaman tersebut sebagai unsur awal munculnya asuransi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian asuransi?
2. Apa saja dasar hukum asuransi?

1
3. Apa saja jenis usaha asuransi?
4. Apa saja ruang lingkup usaha perusahaan perasuransian?
5. Apa kegiatan usaha asuransi?
6. Apa saja perjanjian asuransi?
7. Apa itu polis asuransi?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari asuransi.
2. Mengetahui dasar-dasar hukum asuransi.
3. Mengetahui jenis-jenis usaha asuransi.
4. Mengetahui runag lingkup perusahaan perasuransian.
5. Mengetahui kegiatan usaha asuransi.
6. Mengetahui perjanjian asuransi.
7. Mengetahui tentang polis asuransi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASURANSI
Definisi Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1, Pasal 1 : "Asuransi atau
Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan” .
Definisi Asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),
tentang asuransi atau pertanggungan seumurnya, Bab 9, Pasal 246: "Asuransi
atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.
Asuransi merupakan bentuk perjanjian antara pihak tertanggung yakni
pemegang polis asuransi dengan pihak penanggung yakni perusahaan asuransi.
Pihak tertanggung berhak mendapatkan ganti rugi bila terjadi risiko finansial
yang dalam perjanjian ditanggung oleh perusahaan asuransi.

B. DASAR HUKUM ASURANSI


 UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Undang-undang ini adalah dasar hukum utama yang meregulasi industri
perasuransian dan segala kegiatan di dalamnya. Dalam UU ini disebutkan
bahwa asuransi adalah bentuk usaha menanggulangi risiko yang dihadapi
masyarakat.
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 1320 dan Pasal 1774
Kedua pasal hukum asuransi dalam KUHP ini menerangkan bahwa asuransi
mengandung perjanjian antara dua belah pihak. Perjanjian tersebut termasuk
ke dalam ruang lingkup pidana, sehingga apa-apa yang terkait di dalamnya
bisa dibawa ke ranah hukum pidana.

3
 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab 9 Pasal 246
Hampir sama seperti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Perasuransian, KUHD Bab 9 Pasal 246 juga menjelaskan tentang jenis
pertanggungan asuransi, batas maksimal pertanggungan, proses klaim yang
berlaku, penyebab batalnya proses pertanggungan, hingga bagaimana
pertanggungan dinyatakan secara tertulis dalam dokumen polis.
 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992
PP Nomor 73 Tahun 1992 mengatur penyelenggaraan usaha perasuransian
dalam rangka mendorong pertumbuhan nasional. Dalam praktiknya,
perusahaan asuransi harus berprinsip sehat dan bertanggung jawab.
 PP Nomor 63 Tahun 1999
PP Nomor 64 Tahun 1999 ini merupakan revisi dari PP Nomor 7 Tahun
1992, yang membahas penyelenggaraan perasuransian. Perubahan tersebut
terjadi dalam rangka menyesuaikan peraturan dan regulasi yang ada dengan
perubahan zaman.

C. JENIS USAHA ASURANSI


1. Usaha asuransi terdiri dari:
 Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan
risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
 Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko
yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan.
 Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang
terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau
Perusahaan Asuransi Jiwa.
2. Usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari:
 Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi
dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.
 Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi
dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
 Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian terhadap
kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan.
 Usaha konsultan akturia yang memberikan jasa konsultasi akturia.
 Usaha agen asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka
pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

4
D. RUANG LINGKUP USAHA PERUSAHAAN PERASURANSIAN
Pasal 4
Usaha asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a hanya dapat
dilakukan oleh perusahaan perasuransian, dengan ruang lingkup kegiatan
sebagai berikut:
a. Perusahaan Asuransi Kerugian hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam
bidang asuransi kerugian, termasuk reasuransi.
b. Perusahaan Asuransi Jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam
bidang asuransi jiwa, dan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan
usaha anuitas, serta menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
c. Perusahaan Reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha pertanggungan
ulang.
Pasal 5
Usaha penunjang usaha asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
b hanya dapat dilakukan oleh perusahaan perasuransian dengan ruang lingkup
kegiatan usaha sebagai berikut:
a. Perusahaan Pialang Asuransi hanya dapat menyclenggarakan usaha dengan
bertindak mewakili tertanggung dalam rangka transaksi yang berkaitan
dengan kontrak asuransi.
b. Perusahaan Pialang Reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha dengan
bertindak mewakili perusahaan asuransi dalam rangka transaksi yang
berkaitan dengan kontrak reasuransi.
c. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha
jasa penilaian kerugian atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada
obyek asuransi kerugian.
d. Perusahaan Konsultan Akturia hanya dapat menyelenggarakan usaha jasa di
bidang akturia.
e. Perusahaan Agen Asuransi hanya dapat memberikan jasa pemasaran asuransi
bagi satu perusahaan asuransi yang memiliki izin usaha dari Menteri.

E. KEGIATAN USAHA ASURANSI


Usaha perasuransian dilaksanakan oleh:
1. Perusahaan Asuransi
a. Perusahaan Asuransi Umum, adalah perusahaan yang memberikan jasa
pertanggungan risiko yang memberikan penggantian karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
b. Perusahaan Asuransi Jiwa, adalah perusahaan yang memberikan jasa
dalam penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada

5
pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal
tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran lain
kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak pada
waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah
ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
c. Perusahaan Reasuransi, adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam
pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan
Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, Perusahaan Penjaminan,
atau Perusahaan Reasuransi lainnya.
2. Penunjang Usaha Asuransi
a. Perusahaan Pialang Asuransi, adalah perusahaan yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penutupan asuransi atau asuransi syariah dan
penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk
kepentingan tertanggung.
b. Perusahaan Pialang Reasuransi, adalah perusahaan yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian
ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan
asuransi, perusahaan penjaminan, perusahaan reasuransi.
c. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, adalah perusahaan yang
memberikan jasa penilaian terhadap klaim dan/atau jasa konsultasi atas
obyek asuransi yang dipertanggungkan.

F. PERJANJIAN ASURANSI
1. Pengertian Perjanjian Asuransi
Menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD),
pengertian asuransi adalah suatu perjanjian di mana penanggung (perusahaan
asuransi) bersedia menanggung risiko yang mungkin akan menimpa
tertanggung (nasabah). Sebagai gantinya, nasabah harus membayarkan premi
pada perusahaan.
Adapun risiko yang ditanggung dapat berupa kehilangan, kerusakan, atau
tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak menentu.
Dilihat dari definisi di atas, maka perjanjian asuransi termasuk kontrak
yang bersyarat, mengikat, dan bersifat timbal balik. Dengan kata lain,
kesepakatan ini diadakan untuk mengatur hak dan kewajiban kedua belah
pihak.
Kontrak asuransi mengatur syarat-syarat yang harus dipatuhi oleh pihak
penanggung dan tertanggung. Semisal kewajiban pihak tertanggung untuk
membayarkan sejumlah uang dalam bentuk premi maupun kewajiban pihak
penanggung untuk mengganti kerugian yang dialami oleh tertanggung akibat
peristiwa yang tidak pasti.

6
Adapun pengertian perusahaan asuransi adalah perusahaan yang
memberikan jasa pertanggungan risiko yang memberikan penggantian karena
kerugian, kerusakan, atau biaya yang timbul.
Perjanjian pada asuransi bukanlah kesepakatan yang memperhitungkan
keuntungan, alasannya karena:
 Risiko atau kerugian yang dialami objek pertanggungan diimbangi oleh
premi yang dibayarkan. Dengan demikian premi ini adalah pengganti
kerugian.
 Kepentingan syarat mutlak.
 Kalaupun ada gugatan yang diajukan baik dari pihak penanggung maupun
tertanggung diselesaikan melalui pengadilan.
 Adanya suatu akibat hukum dari kontrak tersebut.
2. Prinsip-prinsip Perjanjian Asuransi
Karena perjanjian asuransi merupakan kesepakatan khusus yang diatur
dalam KUHD, maka kesepakatan ini tidak hanya memiliki asas hukum,
melainkan juga beberapa prinsip. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest)
 Tertanggung memiliki kepentingan atas objek pertanggungan yang
diasuransikan apabila ia akan menderita kerugian finansial di masa
mendatang.
 Antisipasi atas kerugian finansial ini memungkinkan tertanggung
mengasuransikan harta benda atau kepentingannya. Apabila terjadi
musibah atas objek yang diasuransikan lalu terbukti bahwa tertanggung
tidak memiliki kepentingan finansial atas objek tersebut, maka
tertanggung tidak berhak menerima ganti rugi.
Ketentuan di atas mendasari adanya kepentingan dalam mengadakan
perjanjian asuransi. Ketentuan inilah yang membedakan asuransi dengan
permainan dan perjudian.
b. Prinsip itikad baik yang teramat baik (Utmost Goodfaith)
Pelaksanaan prinsip ini membebankan kewajiban kepada tertanggung
untuk membeberkan sejelas-jelasnya mengenai segala fakta penting yang
berkaitan dengan objek yang diasuransikan. Prinsip ini juga berlaku pada
penanggung atau perusahaan asuransi. Mereka harus menjelaskan risiko-
risiko yang menjamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan, dan
kondisi pertanggungan secara teliti. Kewajiban membeberkan fakta-fakta
tersebut berlaku sejak perjanjian asuransi dibicarakan sampai kontrak
asuransi selesai dibuat. Dalam pasal 251 KUHD dijelaskan asuransi
menjadi batal apabila tertanggung memberikan keterangan yang keliru
atau sama sekali tidak memberikan keterangan.
c. Prinsip keseimbangan (Indemniteit Principle)

7
Prinsip ini mengatur bahwa penanggung memberikan ganti rugi kepada
tertanggung sesuai dengan besarnya kerugian, sesaat sebelum terjadinya
kerugian. Sesuai pengertian asuransi pada Pasal 246 KUHD, maka ganti
rugi yang dimaksudkan adalah yang seimbang dengan kerugian yang
diderita oleh tertanggung. Namun, perlu diperhatikan bahwa berlakunya
prinsip keseimbangan ini hanya dalam asuransi kerugian saja, bukan
berlaku dalam asuransi sejumlah uang.
d. Prinsip Subrogasi (Subrogation Principle)
Subrogasi adalah kedudukan tanggung jawab hukum phak ketiga di
dalam hukum perdata. Seseorang yang menyebabkan suatu kerugian
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam hubungannya dengan
asuransi, pihak penanggung mengambil alih hak menagih ganti kerugian
kepada pihak yang mengakibatkan kerugian, setelah penanggung melunias
kewajibannya pada tertanggung. Singkatnya, apabila tertanggung
mengalami kerugian akibat kelalaian pihak ketiga, maka penanggung akan
menggantikan kedudukan tertanggung dalam mengajukan tuntutan kepada
pihak ketiga tersebut.

G. POLIS ASURANSI
1. Pengertian Polis
Polis asuransi merupakan sebuah bukti perjanjian tertulis yang dilakukan
oleh pihak perusahaan asuransi (penanggung) dengan nasabah pengguna
layanan asuransi (tertanggung), yang isinya menjelaskan segala hak dan
kewajiban antara kedua belah pihak tersebut. Polis asuransi akan menjadi
bukti tertulis yang sah dalam perjanjian yang dilakukan oleh pihak
penanggung dan pihak tertanggung.
Dengan adanya polis asuransi, maka kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian asuransi tersebut akan terikat dan memiliki masing-masing
tanggung jawab sebagaimana yang telah disepakati sejak awal. Polis asuransi
merupakan hal yang sangat penting di dalam layanan asuransi itu sendiri,
karena polis akan melindungi setiap hak dan kewajiban nasabah dan pihak
perusahaan asuransi.
2. Fungsi Polis Asuransi :
Mengingat pentingnya sebuah polis asuransi, maka sudah sewajarnya jika
anda harus memahami keseluruhan isi dari polis asuransi yang dimiliki. Hal
ini akan menghindarkan anda dari sejumlah kerugian yang bisa saja muncul
di hari yang akan datang akibat kurangnya pemahaman anda terhadap semua
detail yang tertulis di dalam polis asuransi yang anda gunakan. Bagi kedua
belah pihak antara tertanggung dan penanggung, polis asuransi memiliki
fungsi masing-masing, yakni:
a. Fungsi polis bagi nasabah pengguna asuransi (tertanggung)

8
 Menjadi alat bukti tertulis atas jaminan penanggungan atas berbagai
risiko dan penggantian kerugian yang mungkin terjadi pada
tertanggung, di mana kerugian tersebut tertulis di dalam polis.
 Menjadi bukti pembayaran premi yang diberikan kepada pihak
perusahaan asuransi selaku penanggung.
 Menjadi bukti paling otentik untuk menuntut penanggung, jika
sewaktu-waktu lalai atau tidak memenuhi jaminan yang menjadi
tanggungannya
b. Fungsi polis bagi perusahaan asuransi (penanggung)
 Menjadi alat bukti atau tanda terima premi asuransi yang dibayarkan
oleh pihak tertanggung.
 Menjadi bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada
tertanggung untuk membayar ganti rugi yang mungkin diderita oleh
tertanggung.
 Menjadi bukti paling otentik untuk menolak tuntutan ganti rugi atau
klaim yang diajukan oleh tertanggung, jika penyebab kerugian tersebut
tidak memenuhi syarat polis yang dimiliki.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Asuransi merupakan bentuk perjanjian antara pihak tertanggung yakni


pemegang polis asuransi dengan pihak penanggung yakni perusahaan asuransi.
Pihak tertanggung berhak mendapatkan ganti rugi bila terjadi risiko finansial yang
dalam perjanjian ditanggung oleh perusahaan asuransi. Resiko yang ditanggung
asuransi dapat berupa kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
menentu.
Dasar-dasar hukum asuransi, yaitu: UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 1320 dan
Pasal 1774, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab 9 Pasal 246,
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992, PP Nomor 63 Tahun 1999.
Perjanjian asuransi termasuk kontrak yang bersyarat, mengikat, dan bersifat
timbal balik. Dengan kata lain, kesepakatan ini diadakan untuk mengatur hak dan
kewajiban kedua belah pihak. Kontrak asuransi mengatur syarat-syarat yang harus
dipatuhi oleh pihak penanggung dan tertanggung. Semisal kewajiban pihak
tertanggung untuk membayarkan sejumlah uang dalam bentuk premi maupun
kewajiban pihak penanggung untuk mengganti kerugian yang dialami oleh
tertanggung akibat peristiwa yang tidak pasti.
Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa pertanggungan
risiko yang memberikan penggantian karena kerugian, kerusakan, atau biaya yang
timbul.
Polis asuransi merupakan sebuah bukti perjanjian tertulis yang dilakukan oleh
pihak perusahaan asuransi (penanggung) dengan nasabah pengguna layanan
asuransi (tertanggung), yang isinya menjelaskan segala hak dan kewajiban antara
kedua belah pihak tersebut. Polis asuransi akan menjadi bukti tertulis yang sah
dalam perjanjian yang dilakukan oleh pihak penanggung dan pihak tertanggung.
Dengan adanya polis asuransi, maka kedua belah pihak yang melakukan perjanjian
asuransi tersebut akan terikat dan memiliki masing-masing tanggung jawab
sebagaimana yang telah disepakati sejak awal. Polis asuransi merupakan hal yang
sangat penting di dalam layanan asuransi itu sendiri, karena polis akan melindungi
setiap hak dan kewajiban nasabah dan pihak perusahaan asuransi.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/Pages/Asuransi.aspx

11

Anda mungkin juga menyukai