Anda di halaman 1dari 14

HUKUM KEPOLISIAN & KRIMINALISTIK

PERTEMUAN KULIAH KE 8
MATERI : PENANGANAN KORBAN, PELAKU DAN BARANG BUKTI.

1. Memenfaatkan bantuan teknis dokter yang didatangkan dengan menanyakan hal hal :
1) Jangka waktu / tenggang waktu telah berapa lama kematian berdasarkan tanda tanda
pengamanatan tanda tanda kematian antara lain ; kaku mayat, lebam mayat, dan tanda
tanda tanda pembusukan.
2) Cara kematian ( mode or manner of death )
3) Sebab sebab kematian korba ( couse of death )
4) Kemungkinan adanya perubahan posisi mayat pada waktu diperiksa,
5) Dibandingkan dengan posisi semula pada saat terjadinya kematian.
6) Memberitan tanda garispada letak dan posisi mayat sebelum dikirim ke Rumah sakit.
7) Setelah diambil sidik jarinya segera dikirim ke Rumah sakit untuk dimintakan Visem et
repertum dengan terlebih dahulu diberi label pada ibu jari kakinya atau pada bagian
tubuh lainnya . pengambilan sidik jari berikut identitasnya bila diketahui, dapat dilakukan
di tkp atau dirumah sakit.
2. Penanganan korban yang masih hidup.
Terhadap korban yang masih hidup upaya yang segera perlu dilakukan adalah guna
penyelamatan dan pertolongan korban dengan melakukan segera berikan pertongan PPPK,
a. Bawa ke Rumah sakit atau puskesman terdekat, Beritahukan keluarganya bilamana
identitas diketahui atau korban dapat ditanya.
b. Berikan pengamanan dan perlindungan,
c. Dengan memperhatikan kondisi korban upayakan dapat di mintai keterangan di tanya
tentang apa yang terjadi sebelumnya dan siapa yang melakukannya.
3. Penanganan Saksi,
Mengumpulkan keterangan dari para saksi:
a. Melakukan interview atau wawancara dengan mengajukan kepada orang orang atau
pihak pihak yang diperkirakan / didga mengetahui,melihat, mendengar sehubungan
dengan kejadian tersebut.
b. Berdasarkan keterangan keterangan yang didapat dari asil interview yang dilakukan
dapat diperoleh beberapa saksi yang dapat digolongankan mana saksi yang diduga
keras terlibat, dan mana mana yang tidak terlibat.
c. Melakukan pemeriksaan singkat terhadap golongan saksi yang diduga keras dalam
tindak pidana yang terjadi guna mendapatkan keterangan dan petunjuk lebih lanjut.
d. Melakukan peperiksaan terhadap korban, keadaan korban, penampilan korban, sikap
korban, atau dibawa ke Rumah sakit / puskesmas untuk dimintakan Visem et repertum.
4. Penanganan Pelaku.
a. Tindakan yang perlu dilakukan terhadap Pelaku.
b. Pemeriksaan dan penggeledahan badan pelaku guna meneliti ada tidak benda benda
yang ada pada korban terkait barang bukti.
c. Memeriksa identitas atau tanda pemgenal pelakumenyita benda atau barang barang
yang ada pada pelaku.
d. Memilah milah barang atau benda yang ada pada pelaku termasuk barang milik pelaku
atau ada hubungan dengan kejadian.Melakukan pemeriksaan singkat, untuk
memperoleh keterangan sementara mengenal hal – hal yang dilakukan sendiri maupun
keterlibatan orang lain terkait dengan kejadian.
e. Di amankan dengan di borgol bilamana dinyakini akan melarikan diri atau
membahayakan.Segera dibawa ke tempat yang aman atau dibawah ke Kantor Polisi
terdekat guna pemeriksaan lebih lanjut.
5. Penanganan Barang Bukti.
a. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penganan barang bukti,:
1) Setiap terjadi kontak phisik anatara dua objek akan selalu terjadi perpindahan material
dari masing masin objek, waaupun besar jumlahnya mungkin sangat kecil atau sedikit
sekali karenanya pelaku akan meninggalkan jejak atau bekas di tkp. Dan pada tubuh
korban.
2) Angkin jarang atau tidak wajar, suatu barang ditempat kejadian mangkin tinggi
nilainnya sebagai barang bukti,
3) Barang barang yang umum terdapat ditkp akan mempunyai nilai inggi sebagai barang
bukti bila terdapat karakteristik yang tidak umum dari barang tersebut,
4) Harus selalu beranggapan bahwa barang yang tidak bearti bagi kita, mungkin sangat
berharga sebagai barang bukti bagi ahli.
5) Barang barang yang dikumpulkan, apabila diperoleh secara bersama sama dan
sebanyak mungkin macamnya serta dhubungkan satu sama lain dapat menghasilkan
bukti yang berharga,
6) Setelaj bukti itu dicatat harus dikumpulkan dibungkusdan disimpan untuk
pemeriksaan labotorium kriminal yang ada di Puslabfor dan penyajian di pengadilan
oleh Jaksa pada tahap penuntutan.
7) Pencarian barang bukti.
Pencarian barang bukti diawali di temapt kejadian erkara ( TKP ) dan sekitarnya.
Secara keseluruhan apabila perlu,dengan disertai penggeledahanbadan, dilksanakan
secara teliti cermat dan tekun. Hal yang perlu dijaga adalahpencari hanya mencari
dan mencatat lokasi barang bukti tanpan menyentuhnya, diikuti ada petugas utama
dengan pembantunya mengumpulkan dan membungkus suatu bukti.
b. Metode pencarian barang bukti.
Pencarian barang bukti harus dilakukan secara efisien dan siistematis yang meliputi
seluruh tempat tanpa menggandakan uhasa metode pencarian barang bukti tergantung
kepada posisi dan sifat tempat kejadian perkara ( TKP )serta jumlah penyidik yang ikut
serta.
Pencarian barang bukti dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut ( yang aplikasi
dilapangan disesuaikan dengan sifat dan kondisi tkp ) .
Metode spiral ( Spiral Methode )

Pencarian barang bukti di tkp dilakukan oleh tiga orang atau lebih menjelajahi tempat
kejadian dengan cara masing masing berderet berjajar urut urut kebelakang ( satu
didepan yang lain dibelakang ) dengan jarak tertentu disesuaikan dengan kondisi tkp
kemudian dari suatu ttik bergerak membentuk spiral berputar dari arah luar ke arah
dalam . metode cocok diterapkan untuk lokasi pencaraian yang lapang bersemak atau
berhutan
b. Metode zone.

Aplikasi dilapangan enggunakan metode zone ini dengan cara lokasi dibagi 4 bagian dan
setiap bagian dibagi 4 lagi sehingga tergambar setiap kotak 1/16 bagian setiap kotak
ditunjuk 2 sampai dengan 4 orang petugas masing masing berdampangan satu dengan
yang lain menjelajah atau menggeledahnya. Metode ini baik untuk tempat tertutup /
rumah.

c. Metode Strip dan metode strip ganda ( strip Methode and double strip methode.
Aplikasi dlapangan beberapa orang petugas masing masing berdampngan satu dengan
lain dalam jarak yang sama dan tertentu (sejajar ) kemudian bergerak serentak dari sisi
lebar yang satu ke sisi yang lain ditempat kejadian perkara pabila dalam gerakan
tersebut sampai diujung sisi lebar yang lain maka masing masing berputar kearah
semula.metode ini cocok untuk medan lereng / bukit.

d. Metode Roda ( Wheel Methode )

Aplikasi dilapangan metode ini dilakukan dengan cara eberapa orang petugas bergerak
bersama sama ke arah dimulai dari titik tengah temapat kejadian, dimana masing
masing petugas menujunarah sasarannya sendiri sendiri sehingga merupakan arah
delapan penjuru angan .

6. Pengambilan barang bukti dan pengumpulan barang bukti


Pengambilan dan pengumpulan barang bukti harus dilakukan oleh penyidik yang
mumpuni dan pembantunya dalam olah tkp dengan cara yang benar disesuaikan
terhadapberbagai jenis / bentuk /macam / barang / alat bukti yang akan diambil /
dikumpulksn ysng dibutuhkn / diprerlukan dapat berupa benda padat benda cair, dan
gas penyidik dilengkapi dengan kaca pembesar, senter, jepitan, atau tang penjepit, yang
biasa ataupun yang berlapis karet, alat lat standar oleh tkp pisau lipat dll, selama proses
pengumpulan dan pengambilan menggunakan sarung tangan kain atau karet untuk
menghindari keracunan bukti. Setiap barang bukti yang dikumpulkan dan diambil
dicatat, dibungkus dan disimpan untuk pemeriksaan laboratorium forensik ( bilamana
diperlukan ) dan guna penyajian barang bukti oleh Jaksa di pengadilan.

a. Pengambilan dan pengumpulan barang bukti tkp tidak pidana pembongkaran


disertai perusakan :
1) Pada jalur masuk ( bekas ban kendaraan, bekas kaki /sepatu /sandal, ceceran
puntung rokok / bungkus rokok atau benda benda lain yang ditemukan
sepanjang jalur masuk).
2) Pada Jalur Pinu atau Jendela ( Sidik jari, bekas kaki, bekas alat , perkakas
pembongkar ( linggis, oben dll, rambut )
3) Dalam tkp ( sidik jari, bekas kaki, barang yang tertinggal diduga milik pelaku,
bekas gigitan pada sisa makanan/ buah buahan, darah, dan benda benda asing
lainnya yang ada disekitar tkp sesuai jenis perbuatan)
4) Pada korban mati ( darah, pakaian korban, bekas bekas perlawanan seperti
rambut, , hasil goresan kuku, serat an, luka luka atau cidera pada korban, benda
benda asing yang ada ditubuh, bekas gigitan, pengabilan sidik jari)
5) Pada pelaku / Orang yang dicurigai, (darah, pakaian, sepatu, sandal, ( termasuk
tanag atau rumput yang melekat pada sandal /sepatu ), sidik jari, bekas cakaran,
rambut bekas bekas luka, kendaraan tersangka, alat alat, atau instrument yang ada
aitannya dengan peristiwa /kejadian )

b. Pembakaran dan atau kebakaran.


Pembakaran ( Kebakaran yang disengaja ), kebakaran karena kelalaian, barang bukti
yang dikumpukan / diambil antara lain :
1) Dijaluar mendekat / keluar ;
a) Ceceran bahan bakar seperti minyak tanah, bensin, solar, tiner, dll.
b) Ceceran alat pembakar seperti orek api, kayu, kain, lilin, kardud atau kertas
dll.
c) Cecran tempat bahan bakar, kaleng, jerigen, plastik botol kaca, dll.
d) Jejak kaki/ sepatu / sandal, puntuk rokok.
2) Di Tempat kejadian perkara ( TKP ):
a) Bekas atau sisa bahan bakar, seperti seperti minyak tanah, bensin, solar,
tiner, bahan peldak, dll.
b) Bekas / sisa obat pembakar seperti korek apai , detonator/ fuse
c) Potongan kawat listrik yang sambungannya tidak sempurna, sekerng dan
zakering.
d) Sambungan pipa gas /klep pengaan yang bocor,
e) Gas sisa atau residu / hasil bakar,
f) Sisa kompor, lampu /obat nyamuk dll.
g) Tersangka. ( bekas / sisa bahan akar, residu alat pembakar,cetakan tapak
kaki/ sepatu, sandal, rokok )

c. Tindak pidana nakotika. /obat bius. Dan atau obat obat berbahaya.
1) pada korban :
a) bahan / obat obatan yang diduga narkotika, baik jenis maupun wujudnya.
b) obat obat yang diduga berbahaya ( Psikotropika / obat tergolong
daftar G.
c) alat instrument yang diduga digunakan untk mengunakan narkotika (
jarum suntik, eleminium foil, Bonk dll.
d) Bekas bekas suntikan.
2) Ditempat kejadian perkara ( TKP )
a) bahan / obat obatan yang diduga narkotika, baik jenis maupun wujudnya,
b) obat obat yang diduga berbahaya ( Psikotropika / obat tergolong daftar G.
c) alat instrument yang diduga digunakan untk mengunakan narkotika ( jarum
suntik, eleminium foil, Bonk dll.
d) Bekas bekas bungkus / sampul obat.
d. Kasus yang berhubungan dengan racun :
1) Pada Korban :
a) Muntahan,
b) data kesehatan ( Medical history ) yang dari dokter / Rumah Sakit.
c) obat obat /racun (yang terdapat pada badan atau pakaian )
2) Di Tempat kejadian perkara.
a) obat obatan berbahaya ( daftar G)
b) sisa makanan atau minuman
c) sisa racun ( racun tikus atau racun serangga)
d) desinfektan ( karbol /lisoy.
3) Pada Tersangka obat obat berbahaya dan sisa racun )

e. Kejahatan Susila.
1) Pada korban :
a) Noda darah, sperma.
b) Rambut,serat pakaian,
c) Pakaian termsasuk pakaian dalam,
d) Bekas bekas perlawanan seperti benda benda yang melekat dikuku
korban /tangan
2) Ditempat kejadian perkara.
a) Noda darah, sperma.
b) Sidik jari, bekas kaki,
c) Rambut serat pakaian,
d) Rumput, tanah yang tercecer,
e) Barang barang yang tertinggal dari pelaku seperti sapu tangan, kertas
kertas puntung rokok atau benda benda lainnya.
f) Bekas bekas perlawanan.
3) Pada tersangka:
a) Noda darah, sperma, rambut,
b) Pakaian yang dicurigai,
c) Rokok/ korek apai atau benda lain yang ada pada tersangka,bekas bekas
perlawanan korban.
d) Rumput / tanah atau bekas yang melakat pada sepatu atau sandal.
e) Sidik jari atau jejak cetakan kaki / sepatu /sandal.

f. Tindak Pidana Pemalsuan Surat , Ditempat kejadian perkara:


1) Alat alat tulis ( Komputer, mesin model lama, )
2) Bekas bekas karbon, siasa tinta,
3) Perangkat computer, CPU, Printer dll.
4) Cap stempel
5) Alat alat cetak.
6) Benda benda atau intrument lain yang patut diduga ada kaitan dengan pemalsuan
surat,
7) Kecelakaan Lalu lintas :
1) Pada korban ( termasuk kendaraan miliknya )
a) Benda atau barang yang terpisah dari kendaraan bermotor lawan, seperti cat
mobil, minyk oli, dan rem, pecahan kaca, bekas bau pada pakaian,
b) Pakaian korban.
2) Di tempat kejadian perkara (TKP)
a) Bekas rem,jejak lain dari kendaraan,
b) Cat mobil, minyak oli, pecahan kaca,
c) Pecahan pecahan kaca lainnya dari kendaraan bermotor.
d) Pada kendaraan yang di curigai, barang barang yang terpisah dari korban,atau
kendaraannya, seperti serta pakaian, darah, bekas kerusakan yang baru
terjadi, contoh cat mobil, minyak oli, an rem serta kaca. Pengambilan dan
pembungkusan Barang Bukti .

3. Pengambilan dan pembungkusan barang bukti.


a. Jenis senjata tajam ( pisau ) yang di duga ada sidik jari.
1) Menggunakan tali yang dkaitkan pada ujung pisau, atau dapat diangkat dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk, jangan sekali kali menggemgamnya.
2) Letakan diatassehelai karton tebal, ikat dengan kawat yang halus atau benang yang
kuat
3) Memasukan pisau yang telah terkat pada karton tersebutkedalam kotak yang sesuai
sehngga tidak dapat bergeser, Bungkus segel dan beri lebel untuk keentingan
pemeriksaan identifikasi
b. Senjata api yang diperkirakaan ada sidik jari,
1) Pungutlah senjata api teersebut dengan menggunakan ujung ibu jari dan jari elunjuk
pada bagian pelindung penarik, kemudian angkat perlahan lahan,
2) Letakan senjata apai tersebut pada seelai karton teal. Bagian pemegang dan pangkal
larasnya,
3) Apabila pada ujung laras senjata api didapat bekas bekas yang antara lain mesiu,
noda darah, sobekan kain, rambut, maka itu harus dijaga jangan sampai usak atau
hilang.
4) Pada ujung laras hendaknya ditutup dengan kertas atau diikat atau agar tidak
kemasukan kotoran.
5) Memasukan senjata apai pada sebuah kotak yang sesuai agar tidak dapat bergeser
geser.
6) Kemudian tutup lebel dan diberi lebel.

c. Anak peluru / proyektil.


1) Gunakan kaos tangan tipis plastik, Ambil dengan hati hatu deng ibu jari dan jari
telunjuk pada kedua ujung anak peluru tersebut dan jangan sampai menambah
goresan.
2) Jika ditemukan lebih satu peluru pishkan satu dengan yang laian, bungkus satu
persatu dengan terlebih dahuludibalut dengan kapas,
d. Selongsong peluru,
Karena untuk kepentingan pembuktian kelongsong peluru utamanya, maka cara
mengambilnya dengan memegang leher selongsong bagian atas dengan menggunakan
ujung ibujari dan telunjuk,
e. Mesiu atau serbuk,
1) Menghilangkan sidik jari yng mungkin Jika masih terdapat dalam magazen tersebut
harus dikeluarkan dari senjatanya, dengan menggunakan alas sapu tangan dan
jangan merusak terdapat pada senjatanya.
2) Setelah kering ( padat kembali ) buka farafin dan masukan kedalam kantong plastik
yang bersih dan segel.
3) Bungkus, segel, dan beri lebel.
f. Peluru yang belum terpakai,
1) Sama dengan anak peluru dan kelongsong.
2) Jika masih terdapat dalam silinder anak peluru, supaya dibiarkan dan jangan
dikeluarkan dari senjatanya.
3) Jika masih terdapa dalam magazen tersebut harus dikeluarkan dari senjatanya,
dengan menggunakan alas saputangan dan jangan merusak / menghilangkan sidik
jari yang mungkin terdapat pada senjatanya.dengan menggunakan alas sapu tangan
dan jangan merusak atau menghilangkan sidikjari yang mungkin terdapat pada
senjatanya
4) Bungkus ; segel dan di beri lebel.
g. Pecahan logam peluru,
1) Membungkus secara terpisah baik menurut jenisnya, waktu maupun tempat
diketemukannya.
2) Pengambilan dan pembungkus seperti mengambil anak peluru,
3) Bungkus ; segel dan di beri lebel.
h. Pakaian sikorban.
1) Dibungkus tersendiri terutama bila ada lobang peluru, sobek karena pisau, noda
darah, sperma pada pakain tersebut,
2) Bungkus, segel dan beri lebel.
i. Dokumen atau surat.
1) Semua dokumen yang ada hubungannya dengan tindak pidanadan yang disita
harus dijaga keasliannya.
2) Jangan sampai terjadi kerusakan keruskan yang ditimbulkan akibat kecerobohan
car mengambil, mengumpulkan dan menyimpannya,
3) Lipatlah sesuai lipatan aslinya,
4) Jangan mengadakan coretan coretan pada dokumen tersebut.
5) Jika hendak memberi tanda tau kode berikan pada sampul dimana dkumen
tersebu di simpan.
6) Simpanlah dkumen dalam sampul /amplop cellopane.
7) Bungkus diikat dan beri lebel.

j. Pengakhiran TKP.
a. Pengolahaan tkp dianggap cukup.
Dapat diakhiri jika penyidik sudah dapat menjawab `` ya``atas pertanyaan pertanyaan
sebagai berikut :
1) Apakah semua barang bukti yang ditemukan telah dapat dikumpulkan dalam
jumlah yang maksimal.
2) Apakah pembunkusan barang bukti telah sesuai dengan petunjuk yang ada.
3) Apakah dalam tindakan tindakan yang dilakukan cukup ke hati hatian, dan cermat,
4) Apakah pemotretan pemotreatan dan skema yang dibuat telaj cukup untuk
menggambarkan keadaan yang sebenarnnya ( rekontruksi)
5) Apakah keterangan keterangan saksi dan tersangka jawaban atas pertanyaan
sudah memperatikan jawaban atas pertanyaan 7 kah.
k. Pembukaan / pembebasan TKP
a. Pembukaan oleh Ka team Penanganan TKP KSPKT, setelah mendapat pemberitahuan
dari unit olah tkp bahwa pengolaan telah selesai.
b. Pembukaan oleh Reskrim dalam hal reskrim masih memerlukan waktu pengolahan
pembukaan atau pembebasan tkp oleh reskrim.
l. Pembuatan berita acara pemeriksaan ditempat kejadian perkara, Berita acara
pemeriksaan ditempat kejadian perkara adalah merupakan :
a. Hasil tindakan pertama di tkp ,
b. Pertanggungan jawab atas pelaksanaan tgasoleh Ka SPKT
c. Bahan dan petunjuk bagi penyidik selanjutnya.
d. Bahan evaluasi bagi atasan
Berita acara ditempat kejadian perkara ,dibuat Ka SPKT atau Ka tim penanganan
tkp yang ditunjuk memuat segala sesuatu serta langkah langkah yang telah dilakukan
pada tidakan pertama di TKP, catatan penyidik atau penyidik pembantu mengawali
untuk menuju laoran tertulis akhir, digunakan untuk menghubungkan secara kronologs
tindakan penyidk di TKP, memberikan keterangan verbal, dari pengamatan dan
pemeriksaan barang bukti petugas serta memperlihatkan foto dan sketsa.

E. PERAN INAFIS DALAM MENDUKUNG PENYIDIKAN


Umum.
Fungsi Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System) sebagai salah satu
unsur bantuan teknis, hanya merupakan subsistem dari system olah TKP menunjang
jalannya penyidikan, karena masih banyak unsur lain yang terlibat dalam penanganan
maupun pengolahan TKP. Untuk itu perlu adanya mekasnisme yang jelas dan baku
bagaimana urut-urutan tindakan dalam proses pengolahan TKP Seperti :
1. Gambaran mengenai hasil pengamatan umum dan khusus.
2. Pembagian sasaran tugas dan penugasan.
3. Menentukan cara bertindak
4. Menentukan police line apakah perlu dirubah.
5. Pembuatan Posko olah TKP
6. Pemotretan secara umum terhadap keaslian TKP
7. Pemotretan empat arah dimulai dari sisi depan TKP berputar searah jarum jam.
8. Pemotretan dilakukan terhadap korban dan barang bukti secara umum dari empat
susut TKP serah jarum jam.
9. Pemotretan terhadap korban dan barang bukti secara close up.
10. Pemotretan selalui disertai dengan pencatatan.
11. Pemotretan selalu menggunakan jalan setapak.
12. Pencarian barang bukti obyektif dan pembuatan silhuet.
13. Terhadap korban, alat kejahatan, jejak dan barang yang ditinggalkan tersangka.
14. Metodhe yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi TKP.
15. Pencarian barang bukti dilakukan dengan cermat dan teliti.
16. Penemuan barang bukti selalui ditandai :
17. Bendera kecil/nomor bertiang pada lokasi rumput dan tanah basah.
18. Silhuet pada landasan yang bisa ditandai dan diberi nomor.
19. Penomoran barang bukti dilakukan sesuai dengan urutan yang benar Mulai dari
korban nomor 1, luka korban nomor 2, kemudian jejak dan barang bukti lain nomor
selanjutnya. Penomoran dilakukan searah jarum jam.

Pemotretan setelah diberi nomor;


a) Secara umum dilakukan dari empat sudut searah jarum jam terhadap korban
maupun barang bukti yang ada di TKP.
b) Secara khusus terhadap ;
1) Korban dilaksanakan mulai dari arah kepala berputar serah jarum jam.
2) Luka korban, dilakukan secara close up dengan menggunakan pembanding
berupa coin untuk luka bulat, meteran untuk luka sayat/bacok.
3) Barang bukti da njejak lain yang kecil mengggunakan pembanding coin. Yang
besar diukur dengan menggunakan meteran/mistar/penggaris.
4) Sidik jari latent yang telah ditandai dan diberi nomor sebelum diangkat
terlabih dahulu di photo close up.
5) Pemotretan selalui ditandai dengan pencatatan data fotografi dan disaksikan
oleh 2 orang saksi.
6) Pengukuran dan pembuatan sketsa.
7) pengukuran.
8) Pengukuran terhadap luas TKP.
9) Pengukuran dilaksanakan mulai dari korban kemudian kepada barang bukti
dan jejak yang terdekat dengan korban.
10) Pengukuran dilakukan dengan metode dua titik tetap/system koordinat.
11) Hasil pengukuran dicantumkan dalam sketsa.
12) Pembuatan sketsa.
13) Sketsa dibuat secara umum dan khusus
14) Sektsa dibuat pada kertas millimeter blok
20. Pada sektsa dicantumkan :
a) Kop.
b) Judul.
c) Skala.
d) Arah utara dan panah.
e) Gambar sketsa sesuai dengan ketentuan (pintu terbuka/tertutup, mobil/motor
dan sebagainya).
f) Ukuran-ukuran ditandai dengan garis terputus menggunakan tinta merah.
g) Barang bukti dan jejak ditanda dengan penomoran di TKP.
h) Penggambaran jalan keluar masuk tersangka.
i) Dicantumkan keterangan gambar, keterangan tentang kasus, dan waktu
kejadian, identitas pembuat dan waktu pembuatan serta tanda tangan.

a. Penanganan korban mati.


Pengambilan sidik jari korban dengan benar :
1) Menggunaan sendok mayat.
2) Menggunakan balnko AK 23 yang dipotong–potong sesuai dengan
peruntukann posisi jari.
3) Cara pengambilan sidik jari tidak double.
4) Hasil pengambilan sidik jari ditempel pada blanko AK 23 yang lengkap.
5) Pengisian cirri-ciri korban pada balnkop AK 23.
6) Pengambilan sidik jari disaksikan oleh dua orang saksi.
7) Pengambilan identitas korban pada pakaian dan pencatatan cirri korban yang
terlihat pada balnko AK 23.
8) Pelabelan dan pengelakan korban. ( Laki-laki di ibu jari kaki kanan,
Perempuan di ibu jari kaki kiri )
9) Pengangkatan korban sesuai dengan ketentuan,Oleh tiga orang petugas. (
Dari satu sisi. Dibawa hati-hati tertib tidak menginjak jejak dan barang bukti)
10) Korban mati langsung dibawa kerumah sakit untuk di visum dan

Pengumpulan barang bukti lain.


b) Barang bukti diangkat dan dikumpulkan sesuai dengan nomor/urutan.
c) Barang bukti berupa alat kejahatan diangkat seusi dengan ketentuan :
d) Pistol diangkat dengan menggunakan benang yang diikat pada pelindung
penarik.
e) Pisau diangkat dengan menggunakan benar yang diikatkan pada pangkal
pisau.
f) Obeng diangkat dengan menggunakan benar yang diikatkan pada pangkal
obeng. Dlsb.
g) Barang bukti jejak diangkat sesuai ketentuan :
1) Darah basah dengan menggunakan pipet dimasukan toples kecil dan diberi
ciline.
2) Darah basah dengan cara dihisap dengan kain kasa dikeringkan dan
diangin-anginkan dimasukan toples.
3) Darah kering dengan menggunakan silet/alat pengerik dimasukan toples
kecil.
4) Rambut diangkat dengan menggunakan pinset dimasukan dalam amplop
kecil.
h) Barang bukti diangkat dan dimasukan plastic yang telah diberi nomor dan
dibawa ke meja posko secara berurutan.
i) Barang bukti dikelompokan sesuai dengan urutan nomor pada meja posko
Olah TKP.
j) Barang bukti dibungkus disegel dan dilak sesuai dengan ketentuan.
k) Pengangkatan barang bukti dan jejak disaksikan oleh dua orang saksi yang
dicantumkan dan Berita Acara pengangkaan barang bukti dan jejak.

Pengangkatan sidik jari laten sesuai dengan ketentuan;


a) Menggunakan lifter.
b) Pada blanko sidik jari latent dicantumkan
1) nama, waktu pengambilan, kasus, posisi sidik jari secara sketsa,
2) Blanko ditanda tangani oleh petugas dan oleh dua orang saksi
c) Pengangkatan nomor dilaksanakan pada saat police line dibuka.
d) Pemotretan secara umum terhadap bekas barang bukti.
e) Pengamanan dan pemotretan barang bukti yang terkumpul pada meja posko
olah TKP.
f) Wawancara terhadap saksi-saksi di TKP dilakukan oleh petugas yang
ditentukan.
g) APP akhir dilakukan oleh’ Danteam melakukan konsolidasi tentang hasil-hasil
yang didapatkan oleh masing-masing petugas.
1) Dan team mengecek kelengkpan hasil penugasan; jumlah barang bukti
dan photo.
2) Dan team mempertimbangkan apakah police line dapat dibuka/belum.

Dan juga anggota Inafis diharapkan setiap pengakhiran pelaksanaan pengolahan


TKP dapat melaksanakan pembuatan administrasi penyidikan yang lengkap dan
benar sesuai dengan petunjuk dan peraturan yang berlaku.

e. Hasil Yang Dicapai.


Dengan telah terpenuhinya faktor-faktor pendukung tersebut diatas hasil yang
dicapai dalam pelaksanaan tugas fungsi Inafis dalam penanganan olah TKP mengalami
peningkatan dalam penyelesaian perkara dikarenakan dengan adanya bukti-bukti
materil yang cukup guna mendukung proses penyidikan sehingga memperoleh hasil
yang maksimal sehingga membuat terang suatu tindak pidana dan dapat ditemukan
siapa yang menjadi pelakunya, sehingga dapat diajukan ke penuntut umum.
1. Sarana dan Prasarana.
2. Anggaran.
3. Koordinasi (antar satuan fungsi dan antar instansi)
4. Pengawasan dan Pengendalian
Dalam melakukan penanganan olah TKP perlu adanya pengawasan dan
pengendalian dari pimpinan agar supaya hasil olah TKP berguna untuk kepentingan
penyidikan dan dapat mengungkap tidak pidana apa yang terjadi serta dapat ditemukan
siapa pelakunya.
Dalam pelaksanaan olah TKP penyidik/petugas olah TKP
bertanggungjawab secara tuntas atas tindakan yang dilakukannya berdasarkan
kewenangan dan keahliannya yang dimilikinya dan berdasarkan atas peraturan
perundang undangan. Tanggung jawab penyidik selaku petugas olah TKP secara hirarkis
terikat menurut garis komandonya, garis lurus fungsional dalam rangka pelaksanaan
tugas baik diminta ataupun tidak kesatuan pada kesatuan atas dapat memback up
kesatuan pada kesatuan bawahnya secara hirarkis menurut kebutuhan

Quis pertemuan kuliah ke 8 :


1. Jelaskan apa peran INAFIS dalam mengungkap kejahatan
2. Jelaskan apa gunanya Tempat Kejadian Perkara (TKP) suatu kejahatan harus
diamankan

Anda mungkin juga menyukai