Anda di halaman 1dari 5

Eko prasetyo

02113006
Tugas 1

6. Bagaimana pendapat anda tentang Kejahatan Carding dengan memanfaatkan teknologi


informasi (Internet) yaitu menggunakan nomor kartu kredit orang lain untuk melakukan
pemesanan barang secara online. Komunikasi awalnya dibangun melalui e-mail untuk
menanyakan kondisi barang dan melakukan transaksi. Setelah terjadi kesepakatan, pelaku
memberikan nomor kartu kreditnya dan penjual mengirimkan barangnya, cara ini relatif aman
bagi pelaku karena penjual biasanya membutuhkan 3 –5 hari untuk melakukan kliring atau
pencairan dana sehingga pada saat penjual mengetahui bahwa nomor kartu kredit tersebut
bukan milik pelaku barang sudah terlanjur terkirim. Apakah hal tersebut melanggar UU ITE No
11 TH 2008 ? Jelaskan ! .
Di Indonesia, carding dikategorikan sebagai kejahatan pencurian, yang dimana pengertian
Pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam pasal 362 KHUP yaitu:
“Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah”. Untuk menangani
kasus carding diterapkan Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding dimana pelaku
mencuri nomor kartu kredit milik orang lain walaupun tidak secara fisik karena hanya nomor
kartunya saja yang diambil dengan menggunakan software card generator di Internet untuk
melakukan transaksi di e-commerce. Setelah dilakukan transaksi dan barang dikirimkan,
kemudian penjual yang ingin mencairkan uangnya di bank ternyata ditolak karena pemilik kartu
bukanlah orang yang melakukan transaksi.

Kemudian setelah lahirnya UU ITE, khusus kasus carding dapat dijerat dengan menggunakan pasal
31 ayat 1 dan 2 yang membahas tentang hacking. Karena dalam salah satu langkah untuk
mendapatkan nomor kartu kredit carder sering melakukan hacking ke situs-situs resmi lembaga
penyedia kartu kredit untuk menembus sistem pengamannya dan mencuri nomor-nomor kartu
tersebut.

Bunyi pasal 31 yang menerangkan tentang perbuatan yang dianggap melawan hukum menurut
UU ITE berupa illegal access:

Pasal 31 ayat 1: “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronika dan atau dokumen elektronik dalam suatu
komputer dan atau sistem elektronik secara tertentu milik orang lain.”

Pasal 31 ayat 2: “Setiap orang dengan sengaja atau tanpa hak atau melawan hukum melakukan
intersepsi atau transmisi elktronik dan atau dokumen elektronik yang tidak bersidat publik dari,
ke dan di dalam suatu komputer dan atau sistem elektronik tertentu milik orang lain, baik yang
tidak menyebabkan perubahan, penghilangan dan atau penghentian informasi elektronik dan
atau dokumen elektronik yang ditransmisikan”.

Jadi sejauh ini kasus carding di Indonesia baru bisa diatasi dengan regulasi lama yaitu pasal 362
dalam KUHP dan pasal 31 ayat 1 dan 2 dalam UU ITE. Penanggulangan kasus carding memerlukan
regulasi yang khusus mengatur tentang kejahatan carding agar kasus-kasus seperti ini bisa
berkurang dan bahkan tidak ada lagi. Tetapi selain regulasi khusus juga harus didukung dengan
pengamanan sistem baik software maupun hardware, guidelines untuk pembuat kebijakan yang
berhubungan dengan computer-related crime dan dukungan dari lembaga khusus.

7. Bagaimana pendapat anda tentang seorang hacker , melakukan deface(perubahan pada


tampilan ataupun penambahan materi pada suatu website yang dilakukan oleh hacker )
dengan mengubah nama - nama partai yang ada dengan nama- nama buah dalam website
www.kpu.go.id, yang mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
Eko prasetyo
02113006
Tugas 1

Pemilu yang sedang berlangsung pada saat itu. Dikhawatirkan, selain nama – nama partai yang
diubah bukan tidak mungkin angka-angka jumlah pemilih yang masuk di sana menjadi tidak
aman dan dapat diubah, padahal dana yang dikeluarkan untuk sistem teknologi informasi yang
digunakan oleh KPU sangat besar sekali. Untung sekali bahwa apa yang dilakukan hacker
tersebut tidak dilakukan dengan motif politik, melainkan hanya sekedar menguji suatu sistem
keamanan yang biasa dilakukan oleh kalangan underground (istilah bagi dunia Hacker).
Apakah hal tersebut melanggar UU ITE No 11 TH 2008 ? Jelaskan ! .
Tindak kasus pada deface dikenakan pasal 35 UU ITE No. 11/2008, karena orang yang dimaksud
telah dianggap dengan sengaja dan tanpa hak manipulasi, merubah, merusak, dan lainnya.
“Ancamannya diatur di pasal 51 ayat 1 maksimal penjara 12 tahun dan denda maksimal Rp 12
miliar, seperti yang terjadi pelaku yang meretas situs Presiden SBY.

Pasal 30 di UU ITE terdiri dari tiga ayat yakni :


1. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer
dan/atau Sistem Elektronik milik orang lain dengan cara apapun.
2. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh
informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
3. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos,
melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Pasal 30 di UU ITE sementara untuk pasal 32 :


1. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu informasi Elektronik dan/atau dokumen Elektronik
milik orang lain atau milik public.
2. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik kepada Sistem Elektronik orang lain
yang tidak berhak.
3. Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan
terbukanya suatu informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia
menjadi dapat diakses oleh public dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana
mestinya.

Adapun ketentuan pidana yang mengatur pasal 30 dan 32 diatur di pasal 46 dan 48 UU ITE.
Pasal 46
1. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Pasal 48
Eko prasetyo
02113006
Tugas 1

1. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
2. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (Sembilan) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
3. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

8. Bagaimana pendapat anda tentang seorang warga negara Indonesia yang berada di Australia
melakukan cracking sebuah server web yang berada di Amerika, yang ternyata pemilik
server adalah orang China dan tinggal di China. Hukum mana yang dipakai untuk mengadili si
pelaku? Apakah hal tersebut melanggar UU ITE No 11 TH 2008 ? Jelaskan !
Iya, perbuatan tersebut melanggar UU ITE No 11 TH 2008, seperti yang tertera pada UU ITE No 11
TH 2008 pasal 2 yaitu Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan
hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum
Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah
hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan
Indonesia.
Yang dimaksud dengan “merugikan kepentingan Indonesia” adalah meliputi tetapi tidak terbatas
pada merugikan kepentingan ekonomi nasional, perlindungan data strategis, harkat dan martabat
bangsa, pertahanan dan keamanan negara, kedaulatan negara, warga negara, serta badan hukum
Indonesia.

9. Bagaimana pendapat anda tentang seorang mahasiswa Indonesia di Jepang,


mengembangkan aplikasi tukar menukar file dan data elektronik secara online. Seseorang
tanpa identitas meletakkan software bajakan dan video porno di server dimana aplikasi di
install. Siapa yang bersalah? Dan siapa yang harus diadili? Apakah hal tersebut melanggar
UU ITE No 11 TH 2008 ? Jelaskan ! .
Yang bersalah seseorang yang meletakkan software bajakan dan video porno di server
dimana aplikasi di install. Karena Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan
kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan
penyerangan tersebut.

Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, penunggah dan orang yang terkait dalam video
tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut, Pasal 29 UURI No. 44 th 2008 tentang
Pornografi Pasal 56, dengan hukuman minimal 6 bulan sampai 12 tahun. Atau dengan denda
minimal Rp 250 juta hingga Rp 6 milyar. Dan atau Pasal 282 ayat 1 KUHP.

Pengaturan pornografi melalui internet dalam UU ITE


Dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juga tidak ada istilah
pornografi, tetapi “muatan yang melanggar kesusilaan”. Penyebarluasan muatan yang melanggar
kesusilaan melalui internet diatur dalam pasal 27 ayat (1) UU ITE mengenai Perbuatan yang
Dilarang, yaitu;
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
Pelanggaran terhadap pasal 27 ayat (1) UU ITE dipidana dengan pidana penjara paling lama enam
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 milyar (pasal 45 ayat [1] UU ITE).
Eko prasetyo
02113006
Tugas 1

Dalam pasal 53 UU ITE, dinyatakan bahwa seluruh peraturan perundang-undangan yang telah
ada sebelumnya dinyatakan tetap berlaku, selama tidak bertentangan dengan UU ITE tersebut.

10. Bagaimana pendapat anda tentang seorang mahasiswa Indonesia di Jepang, meng-crack
account dan password seluruh professor di sebuah fakultas. Menyimpannya dalam sebuah
direktori publik, mengganti kepemilikan direktori dan file menjadi milik orang lain. Apakah
hal tersebut melanggar UU ITE No 11 TH 2008 ? Jelaskan ! .
Tentu saja melanggar, memang perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini
bukan hanya membawa dampak positif, tetapi banyak juga dampak negatif yang ditimbulkan.
Kasus judi online yang dipaparkan di atas dapat dijerat dengan UU ITE No. 11 tahun 2008. Pelaku
pada kasus di atas bisa dikenai pelanggaran pasal 27 ayat 2 UU ITE, yaitu “Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan / atau mentransmisikan dan / atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian”.
Oleh karena pelanggaran pada Pasal tersebut maka menurut Pasal 43 ayat 1, yang bersangkutan
bisa ditangkap oleh Polisi. Sementara sanksi yang dikenakan adalah Pasal 45 ayat 1, yaitu “Setiap
Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3),
atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

11. Penipuan bermodus operand i jual beli online penyelesaian kasusnya bagaimana? Apakah
hanya dikenakan sanksi pidana dari KUHP atau dari UU ITE? Jelaskan !
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”) tidak
secara khusus mengatur mengenai tindak pidana penipuan. Selama ini, tindak pidana penipuan
sendiri diatur dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”), dengan rumusan
pasal sebagai berikut:

“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum dengan menggunakan nama palsu atau martabat (hoedaningheid) palsu; dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam,
karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

Walaupun UU ITE tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana penipuan, namun
terkait dengan timbulnya kerugian konsumen dalam transaksi elektronik terdapat
ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang menyatakan:

“Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.”

Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam pidana penjara paling lama enam tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar, sesuai pengaturan Pasal 45 ayat (2) UU ITE.

Jadi, dari rumusan-rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE dan Pasal 378 KUHPtersebut dapat kita
ketahui bahwa keduanya mengatur hal yang berbeda. Pasal 378 KUHP mengatur penipuan
(penjelasan mengenai unsur-unsur dalam Pasal 378 KUHP silakan simak artikel Penipuan SMS
Berhadiah), sementara Pasal 28 ayat (1) UU ITE mengatur mengenai berita bohong yang
menyebabkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik (penjelasan mengenai unsur-unsur
dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE silakan simak artikel Arti Berita Bohong dan Menyesatkan dalam
UU ITE).
Eko prasetyo
02113006
Tugas 1

Walaupun begitu, kedua tindak pidana tersebut memiliki suatu kesamaan, yaitu dapat
mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Tapi, rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE tidak
mensyaratkan adanya unsur “menguntungkan diri sendiri atau orang lain” sebagaimana diatur
dalam Pasal 378 KUHP tentang penipuan.

Pada akhirnya, dibutuhkan kejelian pihak penyidik kepolisian untuk menentukan kapan harus
menggunakan Pasal 378 KUHP dan kapan harus menggunakan ketentuan-ketentuan dalam Pasal
28 ayat (1) UU ITE. Namun, pada praktiknya pihak kepolisian dapat mengenakan pasal-pasal
berlapis terhadap suatu tindak pidana yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana penipuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP dan memenuhi unsur-unsur tindak pidana Pasal 28
ayat (1) UU ITE. Artinya, bila memang unsur-unsur tindak pidananya terpenuhi, polisi dapat
menggunakan kedua pasal tersebut.

Lepas dari itu, menurut praktisi hukum Iman Sjahputra, kasus penipuan yang menyebabkan
kerugian konsumen dari transaksi elektronik jumlahnya banyak. Di sisi lain, Iman dalam
artikel Iman Sjahputra: Konsumen Masih Dirugikan dalam Transaksi Elektronik juga mengatakan
bahwa seringkali kasus penipuan dalam transaksi elektronik tidak dilaporkan ke pihak berwenang
karena nilai transaksinya dianggap tidak terlalu besar. Menurut Iman, masih banyaknya penipuan
dalam transaksi elektronik karena hingga saat ini belum dibentuk Lembaga Sertifikasi Keandalan
yang diamanatkan Pasal 10 UU ITE.

Anda mungkin juga menyukai