Disusun Oleh:
1. Dwi Cahyaningrum (4.44.18.0.07)
2. Fania Inasari (4.44.18.0.08)
3. Risma Nur safitri (4.44.18.0.19)
Dosen Pengampu :
Ibu Lilis Mardiyana S.H, M,Kn
I. JUDUL
“Pengaruh Perkembangan Industri Komponen Elektronika Di Indonesia Yang Didukung Oleh
Hki Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu”
II. PENDAHULUAN
Tujuan dari bernegara sebagaimana diatur dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia danseluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Wujud memajukan kesejahteraan umum adalah agenda
meningkatkan kesejahteraan rakyat, antara lain dilakukan melalui peningkatan kemampuan
IPTEK. KI berkaitan dengan desain teknologi merupakan dasar bagi perkembangan industri
teknologi yang berakibat produk bermutu tinggi sehingga menghasilkan keuntungan yang
tinggi pula.
Peranan KI di bidang DTLST harus mampu mengembangkan industri elektronika dengan
cara mendorong timbulnya desain-desain baru serta menciptakan stabilitas, dalam arti
melindungi setiap kepentingan pelaku ekonomi dalam kaitan dengan industri elektronika dan
perdagangan internasional. Sikap budaya masyarakat Indonesia sendiri yang belum memahami
KI tidak didukung oleh kesadaran hukum yang memadai seringkali menyalahartikan bahwa
perlindungan KI tidak sejalan dengan budaya setempat.
Pendaftaran DTLST sebagai cara kepemilikan hak berkaitan dengan industri elektronika
yang perkembangannya cepat berubah sesuai dengan kemajuan teknologi, karena itu jangka
waktu perlindungan DTLST hanya diberikan selama 10 Tahun yang dihitung sejak tanggal
penerimaan atau sejak DTLST tersebut pertama kali dieksploitasi secara komersial serta tidak
dapat diperpanjang. Selanjutnya Globalisasi yang identik dengan pasar bebas dan kompetisi
bebas serta kewajiban adanya transparansi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
perlindungan KI, keadaan ini menimbulkan tantangan bagi Indonesia sendiri. Sesuai Pasal 1
ayat 1 Undang-Undang No 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (integrated circuit) adalah merupakan bagian dari temuan
yang didasarkan pada kreativitas intelektual manusia yang menghasilkan fungsi elektronik.
Istilah integrated circuit (IC) adalah merupakan istilah yang dikenal dalam teknik digital. IC
adalah merupakan komponen elektronik yang terdiri dari kombinasi transistor, diode, resistor,
dan kapasitor. Menurut typenya IC diklasifikasikan dalam 2 bagian :
1. Monolithic (single chip)
2. Hybrid (multi chip)
Menurut tipe sinyal, IC dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok :
1. Digital IC
2. Linear IC
Perkembangan teknologi IC mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dengan penemuan IC,
memungkinkan beberapa bahkan beribu-ribu komponen elektronik seperti tahanan, kapasitor,
dan transistor dapat dimasukkan dalam sebuah paket yang berukuran sebesar jari manusia, dan
inilah titik awal pembuatan IC rangkaian logika. Ditinjau dari segi fungsinya dapat beberapa
jenis IC berfungsi sama, akan tetapi rangkaian didalamnya dapat berlainan, ini tergantung pada
cara merangkai antara jenis-jenis komponen yang digunakan. Di sinilah letak keahlian dari si
perangkai, yang sangat ditentukan oleh kemampuan intelektualitas. Oleh karena itu wajarlah
jika temuan rangkaian ini dilindungi sebagai hak atas kekayaan intelektual.
Dalam terminologi normatif Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 Sirkuit Terpadu adalah
suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang didalamnya terdapat berbagai elemen
dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau
seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu didalam sebuah semikonduktor yang
dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai
elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen, aktif sebagian atau
semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut
dimaksudkan untuk persiapan pemuatan Sirkuit Terpadu.
Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan
meningkatkan kemampuan daya saing. Salah satu daya saing tersebut adalah dengan
memanfaatkan peranan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang merupakan bagian dari Hak
Kekayaan Intelektual. Untuk itu, secara khusus perlu dikembangkan kemampuan para peneliti
dan pendesain, khususnya yang berkaitan dengan teknologi mutakhir. Dalam kaitan dengan
globalisasi perdagangan Indonesia telah meratifikasi Aggreement Establishing the World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula
Aggreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property right (Persetujuan TRIPs)
sebagaimana telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Dalam hubungan
dengan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Persetujuan TRIPs memuat syarat-syarat minimum
pengaturan tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang selanjutnya dikembangkan sendiri
oleh setiap negara anggota. Persetujuan TRIPs juga mengacu pada Treaty on Intellectual
Property in Respect of Integrated Circuit (Washington Treaty).
Mengingat hal-hal tersebut diatas, Indonesia perlu memberikan perlindungan hukum untuk
menjamin hak dan kewajiban pendesain serta menjaga agar pihak yang tidak berhak tidak
menyalahgunakan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu serta untuk membentuk alur alih
teknologi, yang sangat penting untuk merangsang aktivitas kreatis pendesain guna terus-
menerus menciptakan desain orisinil. Oleh karena itu, perundang-undang atas Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu perlu dituangkan dalam bentuk undang-undang agar perlindungan hak
atas Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dapat lebih berkepastian hukum.
Desain Tata Letak Sirkut Terpadu terdaftar dapat dibatalkan oleh Direktorat Jendral
atas permintaan tertulis yang diajukan pemegang hak. Pembatalan Hak Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu tidak dapat dilakukan apabila peneriman lisensi Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu yang tercatat dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit yang
tercatat dalam Daftar Desain Tata Letak sirkuit Terpadu. Tidak memberikan persetujuan
secara tertulis, yang dilampirkan pada permintaan pembatalan pendaftaran tersebut.
Keputusan pembatalan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberitahukan secara
tertulis oleh Direktorat Jendral kepada :
a. Pemegang hak
b. Penerima lisensi jika telah dilisensikan sesuai dengan catatan dalam Daftar Umum
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
c. Pihak yang mengajukan pembatalan dengan menyebutkan bahwa Hak Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu yang telah diberikan dinyatakan tidak berlaku lagi terhitung
sejak tanggal keputusan pembatalan.
Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 hari setelah
gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari atas persetujuan Ketua
Mahkamah Agung. Putusan atas gugatan pembatalan tersebut yang memuat secara
lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu, meskipun terhadap
putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum.
Salinan putusan Pengadilan Niaga tersebut wajib disampaikan kepada para pihak
paling lama 14 hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan. Terhadap
putusan Pengadilan Niaga hanya dapat dimohonkan kasasi. Permohonan kasasi dapat
diajukan paling lama 14 hari setelah tanggal putusan dimohonkan kasasi diucapkan atau
diberitahukan kepada para pihak dengan mendaftarkan kepada panitera yang telah
memutuskan gugatan tersebut. Panitera mendaftar permohonan kasasi pada tanggal
permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada pemohon diberikan tanda terima
tertulis yang ditandatangani oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan tunggal
penerimaan pendaftaran. Permohonan kasasi wajib menyampaikan memori kasasi
kepada panitera dalam waktu 14 hari tanggal permohonan kasasi didaftarkan. Panitera
wajib mengirimkan permohonan kasasi dan meori kasasi kepada pihak termohon kasasi
paling lama 2 hari setelah permohonan kasasi didaftarkan.
Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera paling
lama 7 hari setelah tanggal termohon kasasi menerima memori kasasi dan panitera
wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohonkasasi paling lama 2 hari
setelah kontra memori kasasi diterimanya. Panitera wajib menyampaikan permohonan
kasasi, memori kasasi beserta berkas perkara yang bersangkutan kepada Mahkamah
Agung paling lama 7 hari setelah lewatnya jangka waktu tersebut. Mahkamah Agung
wajib mempelajari berkas permohonan kasasi dan menetapkan hari sidang paling lama
2 hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Sidang
pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lama 60 hari setelah permohonan
kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Putusan atas permohonan kasasi yang memuat
secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan
dalam sidang yang terbuka untuk umum. Panitera Mahkamah Agung wajib
menyampaikan salinan putusan kasasi kepada panitera paling lama 3 hari setelah
tanggal putusan atas permohonan kasasi diucapkan. Juru sita wajib menyampaikan
salinan putusan kasasi pada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling lama 2 hari
setelah putusan kasasi diterima.
Pada saat dibatalkan, ada orang lain yang benar-benar berhak atas Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang bersangkutan. Keadaan seperti itu dapat terjadi apabila terdapat
dua pemegang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, tetapi salah satu diantaranya
kemudian secara hukum dinyatakan sebagai pihak yang berhak. Seiring dengan
kejelasan yang diatur dalam ketentuan yang berlaku, pembayarana royalti selanjutnya
harus dilakukan oleh penerima lisensi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu kepada
pemegang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang benar-benar berhak.
Selain formulir diatasseperti yang dijelaskan dalam pasal 3, terdapat hal lain yang di
lampirkan bersamaan dengan formulir tersebut, yaitu :
a. Salinan gambar atau foto serta uraian dari desain yang dimohonkan pendaftarannya,
karena dengan adanya hal ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan pendesain
dari hal-hal yang dapat merugikan.
b. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa;
c. Surat pernyataan bahwa desain yang dimohonkan pendaftarannya adalah miliknya;
d. Surat keterangan yang menjelaskan mengenai tanggal eksploitasi pertama secara
komersial.
Dalam hal Permohonan diajukan oleh bukan Pendesain, Permohonan harus disertai
pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa Pemohon berhak atas
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang bersangkutan. Hal tersebut diharapkan agar
tidak ada pihak yang dirugikan. Dalam pasal 5 Permohonan diajukan secara bersama-
sama oleh lebih dari satu Pemohon, Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu
Pemohon atau Kuasanya dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon.
Setelah seluruh persyaratan dipenuhi oleh pemohon, pihak direktorat jenderal KI akan
memeriksa secara administratif, dan apabila terdapat kekurangan persyaratan dan
kelengkapan dari permohonan, apabila tidak segerag dilengkapi dalamjangka waktu 1
bulan ,maka akan diberitahukan secara tertulis oleh direktorat jenderal KI kepada
Pemohon atau Kuasanya bahwa permohonannya dianggap ditarik kembali, dan apabila
telah lewat tenggang waktu biaya yang telah dikeluarkan oleh pemohon tidak dapat
ditarik kembali. Di dalam hal ini yang dimaksud dengan seorang kuasa adalah seorang
konsultan HKI. seluruh pegawai Ditjen HKI atau orang yang karena tugasnya bekerja
untuk dan/atau atas nama Ditjen HKI bekewajiban menjaga kerahasiaan permohnan
sampai dengan diumumkannya permohonan yang bersangkutan
PROSEDUR PENDAFTARAN HAK DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
Pengajuan Permohonan
Memenuhi Persyaratan
Minimum:
1. Mengisi Formulir Pendaftaran
2. Membayar Biaya Pendaftaran
3. Gambar dan Uraian Desain
Industri
Mendapatkan Tanggal
DIANGGAP DITARIK
Penerimaan
SERTIFIKAT DITOLAK
2. Daya Saing Industri Elektronika
Perkembangan industri di dunia pada saat sekarang ini ditandai dengan semakin
berkembangnya industri elektronika yang merupakan basic bagi teknologi informasi.
Teknologi elektornika merupakan salah satu jenis teknologi yang berkaitan erat dengan
daya saing, Karena perubahan teknologi maju tersebut, khususnya DTLST berperan
penting dalam mendorong perubahan struktur industry serta mendorong terciptanya
industry baru. Kemampuan daya saing dalam mendesain teknologi elektronika berakibat
suksenya dalam persaingan luar negeri, yaitu persaingan yang didasarkan paada inovasi
teknologi sehingga mendorong untuk berinvestasi lebih banyak lagi dalam teknologi
tersebut.
Dalam industri elektronika memiliki kelebihan yaitu pertama, teknologi informasi
mendorong permintaan atas produk-produk teknologi informasi itu sendiri, seperti
computer modem, sarana untuk membangun jaringan internet dan sebagainya. Kedua,
adalah memudahkan transaksi bisnis keuangan di samping bisnis-bisnis lainnya.Selain itu
juga, kelebihan karakteristik perkembangan teknologi informasi ditandai dengan
kecepatan, kapasitas, keterpaduan, kemudahan, kemampuan dan jangkauan serta
keterbukaan. Pilihan strategis tentang penguasaan teknologi elektronika yang lebih
proporsional dan tepat mengarahkan tindakan manusia menuju kea arah yang dicita-
citakan itu.
Ketentuan Nasional UU No. 18 tahun 2002 yang berkaitan dengan perkembangan
teknologi elektornika merupakan landasan dalam pengembangan teknologi Indonesia,
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan Negara. Apabila pengertian
pengembangan teknologi sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka butir 5 UU SNP3IPT
dihubungkan dengan DTLST maka pengembangan teknologi tersebut untuk
meningkatkan fugsi, manfaat, dan aplikasi teknologi yang telah ada, atau menghasilkan
teknologi baru. Dalam kaitan dengan ini DTLST merupakan teknologi untuk
meningkatkan fungsi atau kualitas dan produk barang yang dihasilkan sehingga berdaya
saing tinggi. Arah kebijakan peningkatan kemampuan IPTEK bertujuan meningkatkan
focus dan mutu kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan
dasar, terapan, dan teknologi sesuai dengan kompetensi inti dan kebutuhan pengguna
yang difokuskan pada enam bidang prioritas. Salah satunya yaitu pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang dijabarkan dalam program-program antara lain
teknologi elektronika, khususnya kemampuan merancang DTLST.
Ketentuan internasional yang berkaitan dengan alih teknologi adalah Trade Related
Investment Measures (TRIMS) yang dihasilkan melalui suatu keputusan dalam
persetujuan akhir putaran Uruguay 1994.TRIMs mengatur bahwa suatu Negara anggota
tidak boleh memperlakukan aturan-aturan investasi yang berkaitan dengan perdagangan
yang bertentangan dengan Pasal III GATT 1994 tentang National Treatment dan Pasal XI
tentang Prohibition of quantitative Restriction.
Pengaturan tentang alih teknologi (elektronika) secara nasional yang erat kaitannya
dengan daya saing, terdapat dalam ketentuan di bidang Penanaman Modal dan KI UU
No.25 tahun 2007 tentang PMA menyediakan landasan hukum bagi pengembangan riset
dan teknologi termasuk DTLST. Kerangka berpikir UU tersebut adalah melaksanakan
pembangunan ekonomi yang berbasiskan pada pemanfaatan modal dari luar negeri
sehingga diharapkan bangsa ini dapat mengubah sumber daya ekonomi potensial menjadi
riil.Modal, kemampuan manajemen, pengetahuan dan teknologi adalah masukan untuk
melakukan pembangunan dan hasil yang dihrapkan adalah manfaat sebesar-besarnya
untuk rakyat dalam bentuk daya saing.Ketentuan nasional lainnya yang berkaitan dengan
alih teknologi dan peningkatan daya saing adalah UU tentang KI, yaitu UU no 30 tahun
2000 tentang Rahasia Dagang.
Alih teknologi menurut sifatnya dikategorikan kedalam 2(dua) bagian, yaitu transfer
horizontal dan transfer vertical. Transfer horizontal adalah teknologi yang sudah ada
diterapkan dalam sektor produksi yang bersangkutan. Pihak penerima teknologi potensial
di Negara berkembang seringkali mengalami hambatan yang cukup serius dalam
transaksi alih teknologi dengan pemilik teknologi dengan pemilik teknologi dari Negara
maju. Alih teknologi dapat dilakukan dengan menggunakan mekanisme macam-macam.
Menurut sistem common law atau anglo saxon, pola pembentukan perjanjian harus
memenuhi 5 syarat, yaitu :
a. Adanya suatu penawaran dari pihak offeror sebagai pihak pertama
b. Adanya penyampaian pemberitahuan dan penawaran tersebut kepada pihak offferee
sebagai pihak kedua
c. Adanya penerimaan penawaran oleh pihak kedua yang menyatakan kehendak untuk
terikat ada persyaratan dalam penawaran tersebut.
d. Adanya penyampaian penerimaan oleh pihak kedua kepada pihak pertama
e. Adanya consideration yaitu suatu perjanjian kecuali untuk hibah atau sumbangan
perlu berisikan suatu perjanjian, kecuali untuk hibah atau sumbangan perlu berisikan
suatu pertukaran nilai uang atau benda.
Pengaturan alih teknologi termasuk DTLST di tiap Negara dapat berbeda tergantung
kebiajakan hukum dari Negara-negara yang bersangkutan.Ada yang mengatur secara
khusus di dalam perundang-undangan alih teknologi atau menggunakan sarana
bagaimana teknologi itu diperlakukan.Pemerintah india menciptakan ketentuan bagi
pelaksanaan kebijakan teknologi yang diuraikan secara detail sebagai petunjuk bagi
kementerian dan badan pemerintah serta industry dan pengusaha. Sedangkan di Negara
Malaysia, kegiatan alih teknologi perlu didorong dan dikaitkan dengan penanaman
modal karena itu diatur dalam UU Insentif dan UU penanaman modal.Selanjutnya untuk
menjalankan industri dikeluarkan 2 buah UU, yaitu Investment Incentive Act dan
Industrial Coordination Act.
Indonesia sebagai negara berkembang mengahadapi kendala dalam penguasaan dan
pengembangan industri elektronika (DTLST), berdasarkan studi yang dilakukan para
pekerja yang dikoordinir sekretariat Asean dalam kaitannya dengan AFTA hal itu
disebabkan kurangnya kemampuan menganalisa secara baik tingkat technological
capacity dengan pengembangan usaha, belum maraknya linkages(hubungan program),
kurangnya pengetahuan dasar negosiasi,kebijakan pemerintah yang sering tidak
konsisten misalnya menyangkut program lokalisasi , dan penentuan desain produk
unggulan yang belum jelas arah dan targetnya, serta sikap mental sesuai era globalisasi
yang seringkali status simbol.
Indonesia belum dapat mengembangkan DTLST karena baru merakit dari produk
yang sudah ada. Karena itu ada 2 tantangan utama yang harus dihadapi.Pertama, adalah
perbaikan akses pada teknologi internasional tersebut dan kedua, pengembangan
industry elektronik local yang terkait dengan PMA. Untuk itu perlu menciptakan iklim
PMA yang kondusif melalui perundang-undangan agar memperlancar akuisisi teknologi
disertai upaya terarah untuk mengembangkan basis teknologi perancangan sirkuit
terpadu yang berkaitan dengan industry local sehingga desain produk elektronika
tersebut bukan hanya dapat diproduksi saja tetapi juga mempunyai daya saing dengan
produk sejenis dari Negara lain. Selain itu, Indonesia juga lambat dalam mengikuti
perkembangan teknologi informasi karena strategi pengembangan teknologi yang
mengabaikan riset sains dan teknologi. Akibatnya, transfer teknologi khususnya DTLST
dari negara industri tidak diikuti dengan penguasaan teknologi itu sendiri yang
mengantarkan Indonesia kepada negara yang tidak mempunyai basis teknologi atau
negara industri semu.
Indonesia memang telah memanfaatkan teknologi informasi ini untuk berbagai
keperluan, namun kemampuan Indonesia untuk mendesain sendiri dasar dari teknologi
tersebut(elektronika) melalui DTLST belum berkembang, karena itu kendala
menyangkut penguasaan dan pengembangan industri elektronika perlu diantisipasi.
3. Akibat belum adanya pendaftaran DTLST terhadap Pengembangan Industri
Elektronika di Indonesia
Potensi untuk mengembangakan industri elektronika melalui perancangan DTLST
tersebut sebenarnya sudah terbuka tetapi dalam kenytaanya sampai saat ini belum ada
pihak yang mengajukan permohonan pendaftaran DTLST kepada Ditjen KI, dengan
sistem konstitutif yang dianut dalam UU No. 32 Tahun 2000 yang merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan perlindungan. Permohonan pendaftaran DTLST sampai
sekarang belum ada kemungkinan dikarenakan. Kualitas SDM indonesia belum mampu
dan ketiadaan modal yang mencukupi serta sarana penunjang fisik yang belum lengkap
untuk merancang DTLST.
Hal ini disebabkan karena industri elektronika bagi indonesia masih merupakan
sesuatu yang baru dan berkaitan dengan teknologi tinggi, biaya yang mahal dan keahlian
khusus. Berkaitan dengan sifat pendesain itu sendiri yang beranggapan bahwa prosedur
pendaftaran DTLST sangat rumit, memerlukan waktu yang lama, dan biaya tinggi
sehingga tidak perlu mendaftarkannya. Dalam hal ini berkaitan dengan tingkat kesadaran
hukum yang masih rendah yaitu menyangkut indikator pengetahuan hukum pemahaman
hukum, sikap hukum, dan pola perilaku hukum yang belum baik.
Apabila DTLST tersebut belum dapat dirancang sebagaimana yang diharapkan
karena faktor kualitas SDM belum mampu dan kekurangan modal serta sarana
penunjang yang belum lengkap, maka akan berakibat tidak munculnya kreasi dan inovasi
di bidang industri elektronika. Hal ini membawa konsekuensi yang lebih luas lagi yaitu
tidak terjadi pengembangan industri elektronika Indonesia karena tidak dapat
menghasilkan DTLST yang baru dan orisinil.
Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan kebijakan melalui
alih teknologi kemampuan bukan hanya sekedar alih teknologi secara fisik dari negara-
negara yang telah maju industri elektronikanya baik secara langsung melalui pendidikan
dan pelatihan serta perjanjian lisensi, maupun tidak langsung berdasarkan PMA.
Sehubungan dengan hal itu, perundang undangan yang berkaitan dengan alih teknologi,
perjanjian lisensi, dan PMA harus dapat mendukung kelancaran pengembangan industri
elektronika tersebut.
Alih teknologi melalui pranata hukum lisensi lebih menguntungkan kedua belah
pihak yaitu licensor dan licensee serta biayanya lebih murah dibandingkan dengan
pembelian teknologi fisik yang seringkali menimbulkan ketergantungan teknologi secara
terus menerus. Hal ini sejalan dengan pendapat Warren J. Keegen yang mengatakan
bahwa biaya pemberian lisensi ini tidak besar, dan karenanya dapat meningkatkan
penjualan dan keuntungan perusahaan secara lebih optimal.
Meskipun demikian, bukanlah suatu hal yang mudah bagi seorang pengusaha yang
ingin mengembangkan usahanya melalui lisensi sehingga harus dilakukan secara selktif
agar tercipta suatu sinergi yang optimum. Lisensi merupakan salah satu alternatif yang
dapat dipilih sebagai mekanisme alih teknologi karena memiliki kelebihan dalam
pengembangan bisnis, antara lain mempercepat proses pengembangan usaha bagi
industri-industri padat modal dengan menyerahkan sebagian proses produksi melalui
teknologi yang dilisensikan dan pihak pemberi lisensi maupun pihak penerima lisensi
dapat melakukan trade off (barter) teknologi.
Pranata hukum lisensi DTLST merupakan sarana alih teknologi elektronika yang
dapat meningkatkan kemampuan dalam menguasai teknologi tersebut, sehingga
menciptakan desain teknologi elektronika sendiri. Selanjutnya, mekanisme alih teknologi
kedua yang dapat dipilih sebagai alternatif adalah PMA, yang mempunyai kelebihan
dalam hal membantu pembangunan ekonomi negara penerima modal antara lain dalam
pengembangan tenaga kerja domestik.
Apabila dianalisis dari segi yuridis perundang-undangan yang berkaitan dengan
pengembangan industri elektronika melalui lisensi dan PMA belum sepenuhnya
mendukung kebijakan tersebut.
VI. KESIMPULAN
Sejak tahun 2000 Undang-Undang No. 32 tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu sudah diundangkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai pemenuhan suatu syarat
minimum yang terdapat dalam perjanjian Trade Related Aspects of Intellectual
PropertyRights (TRIPs) yang menghendaki agar setiap negara anggota WTO yang telah
meratifikasi perjanjian tersebut membuat peraturan sendiri. Namun, sampai saat ini di
Indonesia belum ditemukan kasus-kasus pelanggaran Desain Tata Letal Sirkuit Terpadu. Hal
ini dimungkinkan karena teknologi di Indonesia belum begitu maju dibandingkan negera-
negara seperti Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Alih Teknologi belum
berjalan dengan baik, sehingga kemampuan teknologi bangsa Indonesia belum memadai
untuk mendaftarkan hak atas Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Masyarakat masih diberi
kesempatan untuk mencontoh dan melatih diri untuk menemukan sesuatu di bidang DTLST.
Belum adanya pendaftaran DTLST mengakibatkan tidak berkembangnya industry
elektronika. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu pertama, belum adanya
pendaftaran, sehingga tidak terjadi kreasi dan inovasi yang dapat menghasilkan industry
elektronika baru dan orisinil. Kedua, kemungkinan DTLST telah dapat di buat tetapi tidak di
daftarkan. Hal ini berarti membuka kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap hak
eksklusif dengan cara memperbanyak tanpa seizing pendesain, efeknya adalah pengembangan
industry elektronika menjadi terhambat. Ketiga, belum adanya pendaftaran sulit mendapatkan
informasi tentang kepemilikan hak. Pengaturan DTLST Indonesia yang tidak dapat
dilepaskan dari Perjanjian TRIPs-WTO membawa konsekuensi pada penerapan ketentuan
internasional tersebut tanpa menyampingkan kepentingan nasional.
Hal tersebut berarti melakukan kebijakan dalam pengembangan teknologi elektronika
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Indonesia. Selanjutnya pembentukan ketentuan DTLST
harus bertitik tolak dari tujuan pokok yang hendak dicapai yaitu ketertiban, keadilan dan
kebahagiaan. Legislasi UU No. 32 tahun 2000 juga bukan hanya sekedar implementasi dari
perjanjian TRIPs-WTO saja, tetapi mencerminkan tujuan yang hendak dicapai. Untuk
mengantisipasi penyalahgunaan perjanjian lisensi agar tidak menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat, maka pemerintah berkepentingan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan agar
pemanfaatan dan pengalihan hak milik tersebut, dapat memberikan manfaat dan menekan
kerugian yang diderita.
VII. DAFTAR PUSTAKA
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000
Sudjana.2011.Perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.Bandung:Widya Padjajaran.
http://raju-law.blogspot.com/2014/06/makalah-tentang-desain-tata-letak.html
http://vannovicallanda.blogspot.com/2013/06/makalah-haki-tentang-desain-tata letak.html?
m=1
https://m.atmajaya.ac.id/web/KontenUnit.aspx?
gid=artikelhki&ou=hki&cid=artikel-hki-pemahaman-penerapan
https://kevin2196.wordpress.com/2017/11/14/hak-perlindungan-dtlst-dan-
kasuspelanggarannya/
https://www.academia.edu/37990847/Tugas_Hukum_Kekayaan_Intelektual_Review_Buku?
auto=download
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 2006
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/24818/node/525/peraturan-pemerintah-
nomor-9-tahun-2006/
CONTOH KASUS
Kasus DTLST
Desain usb 3.0 keluaran intel jadi kontroversi, karena awalnya intel belum mau
menjelaskan spesifikasi usb 3.0 itu..sehingga dianggap oleh para pesaingnya (AMD dan NVIDIA)
akan melakukan monopoli. Dalam kasus ini AMD dan NVIDIA beserta SIS dan VIA sebagai
salah satu brand dalam tidang Chipset akan mengalami kesulitan dan keterpurukan pada suatu saat
ketika banyak orang menggunakan motherboard intel yang sudah support dengan USB 3.0, yang
dimana serie dari USB ini, akan memberikan kepuasan lebih baik dari USB sebelumnya dalam
men-service suatu periferal.
Oleh karena itu mereka (VIA AMD NVIDIA dan SIS) akan merasa dimonopoli oleh intel
lantaran teknologi terbaru dari USB telah di "pegang" oleh intel. Hal ini dapat
dihapuskan jika saja intel hendak memberikan spesifikasi khusus untuk mereka, agar komponen-
komponen yang mendukung USB 3.0 dapat bekerja pada Chipset- chipset mereka. Tapi mereka
juga mengancam bahwa mereka akan menciptakan port yang tidak kalah hebat dari 3.0 jika intel
masih tetap tidak memberikan spesifikasi yang dimaksud.
Didalam wikipedia, seperti yang dituliskan, bahwa USB 3.0 itu kecepatannya 10 kali dari
kecepatan USB 2.0, USB 1.0 kecepatannya 12 mbit/s USB 2.0 kecepatannya 480 mbit/s (40x dari
USB 1.0) berarti USB 3.0 kecepatannya bisa mencapai 4.8gbit/s Dalam hal ini, pihak VIA AMD
NVIDIA dan SIS keliru jika menuntut bahwa pihak intel telah melakukan monopoli, karena pada
sebenarnya tidak ada kesalan dari pihak intel.
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata letak Sirkuit Terpadu yang
selanjutnya disingkat DTLST Pasal 1 poin 6 “hak DTLST adalah hak eksklusif yang diberikan
negara RI kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut”
Dalam hal ini Hak DTLST itu dimiliki oleh Intel atas usb 3,0, jadi pihak intel memiliki hak
eksklusif yang dapat melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor dan / atau mengedarkan barang yang didalamnya terdapat seluruh atau
sebagian Desain yang telah diberi Hak DTLST, namun dikecualikan untuk kepentingan penelitian
dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang DTLST.
Mengenai pempublikasian DTLST diatur pula dalam pasal 4 UU No 32 Tahun 2000,
“Perlindungan Terhadap Hak DTLST diberikan kepada pemegang hak sejak pertama kali desain
tersebut dieksploitasi secara komersial di manapun, atau sejak tanggal penerimaan” Pasal 4 ayat 1
Dalam hal ini, pihak intel jelas, sebagai pemegang hak memiliki hak eksklusif atas usb 3,0 nya
yang dirilis november 2008 “Dalam hal desain Tata letak Sirkuit Terpadu telah di eksploitasi
secara komersial, permohonan harus diajukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak pertama
kali dieksploitasi” Pasal 4 ayat 2 Berkaitan dengan hal ini, jangka waktu pendaftaran desain USB
3,0 ini adalah sampai november 2010, sedangkan komplaint terhadap pihak intel terjadi tahun
2009, jadi pada dasarnya pihak intel tidak bersalah dan tidak perlu mengklarifikasi apapun,karena
setiap hasil karya DTLST jangka waktunya selama 2 tahun dan pihak intel tidak melanggar
Undang – Undang itu. “Perlindungan sebagimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan selama 10
tahun” pasal 4 ayat 3 Berbeda dengan halnya bila telah lewat batas waktu pendaftaran, maka
pihak intel tidak akan mendapatkan perlindungan terhadap hasil cipta USB 3,0 nya, tetapi hal ini
juga tidak mungkin terjadi karena intel sebagai brand ternama pastilah telah memperhitungkan
konsekuensi bila tidak didaftarkannya USB 3,0 miliknya “Tanggal mulai berlakunya jangka waktu
perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dicatat dalam Daftar Umum DTLST dan
diumumkan dalam Berita resmi DTLST”. Pasal 4 ayat 4 Berdasarkan pasal ini, complaint yang
diajukan oleh VIA, AMD, NVDIA dan SIS itu adalah salah alamat bila mengajukan ke pihak Intel
karena selain intel belum lewat batas waktu pendaftaran, pempublikasian itu akan diumumkan
oleh Direktorat Jenderal HKI yang merupakan sebuah unsur pelaksana Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang Hak Kekayaan Intelektual. Termasuk DTLST yang
diumumkan dalam Berita resmi DTLST.
ARTIKEL