Anda di halaman 1dari 3

Cara Mendirikan CV

Intisari:

Berikut langkah-langkah pendirian CV:


1. Membuat akta pendirian CV di notaris. Untuk membuat akta ini, minimal ada 2 orang
pendiri dimana satu pendiri akan menjadi sekutu aktif dan satu pendiri lainnya akan
menjadi sekutu pasif.
2. Mendaftarkan akta pendirian CV di Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat.
3. Mengurus Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) yang pengurusannya
dapat dilakukan di kelurahan setempat sesuai domisili CV Anda. Untuk dapat
mengurus SKDP, Anda perlu menentukan terlebih dahulu dimana CV Anda akan
berdomisili sesuai keterangan dalam akta pendirian CV. Anda
4. Membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan yang dapat Anda urus di Kantor
Pajak setempat sesuai domisili CV Anda.
5. Selanjutnya Anda perlu mengurus izin usaha yang sesuai dengan bidang usaha yang
dijalankan oleh CV.
6. Terakhir, Anda perlu mengurus dokumen Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Jika yang Anda maksud adalah belum melakukan pendaftaran akta pendirian CV di
Pengadilan Negeri, maka salah satu dampaknya adalah Anda tidak bisa mengurus
dokumen legalitas lainnya, seperti izin usaha dan TDP. Jika tidak ada dokumen
legalitas, akan sulit untuk mengembangkan bisnis Anda.

Ulasan:
Terima kasih atas pertanyaan Anda. CV (commanditaire vennootschap) atau Persekutuan
Komanditer adalah salah satu pilihan badan usaha yang populer untuk menjalankan
bisnis. Selain proses pendiriannya relatif mudah karena tidak memerlukan pengesahan
oleh negara, tidak ada syarat modal minimum untuk mendirikan CV. Hanya saja karena
CV bukanlah badan hukum seperti halnya Perseroan Terbatas (PT), maka aspek
pertanggungjawabannya hingga ke harta pribadi. Ini bisa dijadikan pertimbangan
sebelum mendirikan CV.
Hakikatnya, CV adalah persekutuan firma yang memiliki satu atau beberapa orang
sekutu komanditer. Sekutu Komanditer ialah sekutu yang hanya menyerahkan uang,
barang atau tenaga sebagai pemasukan kepada persekutuan, dan ia tidak ikut campur
dalam pengurusan ataupun penguasaan dalam persekutuan.
Status Sekutu Komanditer dapat disamakan dengan seorang yang menitipkan modal
pada
suatu
perusahaan,
kemudian
hanya
menantikan
hasil
keuntungan
dari inbreng yang dimasukkannya itu dan tidak ikut campur dalam kepengurusan,
pengusahaan,
maupun
kegiatan
usaha
perusahaan.
Meskipun Sekutu
Komanditer diberikan kuasa sekalipun, iatidak boleh melakukan pengurusan apapun
sebagaimana
diatur
dalam Pasal
20 Kitab
Undang-Undang
Hukum
Dagang (KUHD).
Dari uraian diatas, dapat kita lihat bahwa dalam CV terdapat 2 macam sekutu yaitu:
1. Sekutu Aktif atau Sekutu Kerja atau Sekutu Komplementer, yaitu sekutu yang
menjadi pengurus CV; dan
2. Sekutu Pasif atau Sekutu Tidak Kerja atau Sekutu Komanditer, yaitu sekutu yang
tidak melakukan pengurusan CV dan hanya memberikan inbreng (pelepas uang)
saja.

Dasar Pengaturan CV
Syarat pendirian CV diatur di Pasal 19, 20, dan 21 KUHD. Dalam Pasal 19
KUHDdisebutkan bahwa persekutuan secara melepas uang/persekutuan komanditer,
didirikanoleh satu atau beberapa orang yang bertanggung jawab secara pribadi dan
tanggung renteng untuk keseluruhannya, dengan satu atau beberapa orang pelepas
uang.
Syarat-Syarat Mendirikan CV
Mengingat bahwa CV termasuk salah satu bentuk persekutuan firma, maka pendirian CV
dilakukan dengan akta otentik.[1] Dalam prakteknya di Indonesia, syarat-syarat
mendirikan CV adalah sebagai berikut:
1. Membuat akta pendirian CV di notaris. Untuk membuat akta ini, minimal ada 2
orang pendiri dimana satu pendiri akan menjadi sekutu aktif dan satu pendiri
lainnya akan menjadi sekutu pasif.
2. Mendaftarkan akta pendirian CV di Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat.[2]
Setelah CV Anda memperoleh penetapan dari Pengadilan Negeri setempat, Anda dapat
mengurus dokumen lain sebagai kelengkapan legalitas CV Anda untuk memulai
bisnis.Umumnya kelengkapan dokumen lain yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) yang Andapengurusannya dapat
dilakukan di kelurahan setempat sesuai domisili CV Anda. Untuk dapat mengurus
SKDP, Anda perlu menentukan terlebih dahulu dimana CV Anda akan berdomisili
sesuai keterangan dalam akta pendirian CV. Misalnya, jika dalam akta pendirian CV
disebutkan CV Anda didirikan dan berdomisili di Jakarta Barat, maka Anda perlu
menentukan alamat domisili yang masih dalam wilayah hukum Jakarta Barat.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)[3] Badan yang dapat Anda urus di Kantor Pajak
setempat sesuai domisili CV Anda.
Selanjutnya Anda perlu mengurus izin usaha yang sesuai dengan bidang usaha yang
dijalankan oleh CV. Jika CV Anda bergerak di bidang perdagangan umum, maka Anda
memerlukan izin usaha yang bernama Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).[4] Beda
lagi jika CV Anda bergerak di bidang jasa konstruksi, maka Anda perlu memperoleh izin
yang bernama Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK).[5]
Pengurusan izin di atas dapat dilakukan di instansi terkait--tergantung domisili CV-bisa di kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) atau di kantor perwakilan dinas
terkait.
Terakhir, Anda perlu mengurus dokumen Tanda Daftar Perusahaan (TDP)[6]. Terlepas
dari apapun izin usaha yang Anda perlukan, TDP adalah dokumen legalitas yang wajib
dimiliki oleh CV Anda.
Terkait pertanyaan Anda mengenai dampak jika CV Anda belum didaftarkan secara
resmi, kami kurang menangkap maksud Anda. Namun jika yang Anda maksud adalah
belum melakukan pendaftaran akta pendirian CV di Pengadilan Negeri, maka salah satu
dampaknya adalah Anda tidak bisa mengurus dokumen legalitas lainnya, seperti izin
usaha dan TDP. Jika tidak ada dokumen legalitas, akan sulit untuk mengembangkan
bisnisAnda. Misalnya, hambatan untuk membuka rekening bank atas nama CV Anda
serta hambatan untuk bermitra dengan perusahaan lain.
Demikian jawaban kami. Semoga bermanfaat.

Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
2. Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor
37/M-DAG/PER/9/2007
tentang
Penyelenggaraan
Pendaftaran
Perusahaan
sebagaimana
terakhir
diubah
denganPeraturan Menteri Perdagangan Nomor 116/M-DAG/PER/12/2015 Tahun
2015;
3. Peraturan Menteri Perkerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional;
4. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan
Surat Izin Usaha Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 46/M-DAG/PER/9/2009 dan terakhir diubah dengan Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 Tahun 2011;
5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013 Tahun 2013.

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi jo. Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Perkerjaan Umum Nomor
04/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa
Konstruksi Nasional
[6] Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/MDAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan
[5]

Anda mungkin juga menyukai