Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN1. 1. Latar belakang

Kepercayaan masyarakat di Indonesia


khususnya dalam mengikuti pemilihan kepala
daerah yang sudah berlangsung sebelumnya
terhadap penyelenggaraan Negara melalui
sistem disentralisasi mulai hilang

Setelah saya selidiki ternyata alasan mereka


untuk Golput karena penyelenggaraan otonomi
daerah yang hanya jalan di tempat. Masyarakat
kecewa dengan otonomi daerah tersebut karena
jarang ditemukan adanya rasa demokrasi,
keadilan, maupun kemerataaan. Bahwa saya
sempat mendengar banyak keluhan dari
masyarakat yang mengatakan bahwa
penyelenggaraan pemerintah daerah hanya
milik petinggi daerah, orang terkenal, maupun
orang yang kaya di daerah tersebut. Mendengar
hal tersebut saya sempat berpikir apakah
penyelenggaraan pemerintahan daerah hanya
jasad saja?

1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,muncul


permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana otonomi daerah saat ini?
2. Bagaimana hasil dari cara pemerintah daerah
dalam menjalankan demokrasi,keadilan, dan
pemerataan?
3. Bagaiman langkah yang harus ditempuh guna
menghindari permasalahanotonomi daerah?

1.3. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan diatas,tujuan yang


dapat kita capai dalam penelitian ini adalah :
1. Memahami berbagai permasalahan yang
terdapat dalam otonomi daerah sekarang ini.
2. Mengkritisi apakah otonomi daerah saat ini
berjalan dengan benar?
3. Memberikan cara supaya otonomi daerah
dapat terhindar dari berbagiMasalah

1.4. Manfaat Penilitian

1. Bagi para Pemda supaya lebih memahami


berbagai permasalahan yang ada
dimasyarakat.2. Membantu Pemda agar dapat
mencari solusi dari permasalahan
otonomidaerah tersebut.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Penyelenggaraan otonomi daerah saat
ini

Pelaksanaan otonomi daerah di era reformasi


ini seperti pedang bermata dua. Disatu
sisi,otonomi daerah diterapkan dengan harapan
bahwa pemerintah daerah di seluruh indonesia
memiliki kewenangan atau otonomi untuk
mengembangkan ekonomi dan potensi
daerahnya masing masing yang berdampak
pada peningkatan kesejahteraan
masyarakatnya, tetapi di sisi lain, pemberian
otonomi daerah ternyata berkembang menjadi
pundi-pundi uang bagi koruptor. Kekuasaan
atau otonomi yang diberikan kepada parakepala
daerah merangsang para pengusaha, birokrasi
dan politisi untuk berlomba-lomba meraih
posisi strategis ini, Akibatnya,terdapat
fenomena banyaknya kepala daerah
yangdipenuhi oleh orang-orang yang tidak
kompeten dan tidak memiliki rasa tanggung
jawabkepada publik.Permasalahan tersebut
sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh
Kementerian Dalam Negeri yang dipublikasikan
pada bulan Mei 2012, terdapat sekitar 173
kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi.
Dan pada bulan November 2012,data dari
Mahkamah konstitusi menyebutkan bahwa ada
sekitar 240 kepala daerah yang memiliki
permasalahan hukum.Meningkatkatnya jumlah
kepala daerah yang tersangkut kasus hukum
perlu dijadikan warning bagi pemerintah dan
para penegak hukum bahwa praktik korupsi di
tanah air sudah mencapai eskalasi yang
mengkuatirkan. Perkembangan pelaksanaan
otonomi daerah membuat pola korupsi
baru,yakni desentralisasi korupsi yang diwarnai
dengan maraknya fenomena raja-raja kecil di
daerah yaitu kepala daerah yang kekuasaanya
sering tidak bisa dikontrol oleh pemerintah
pusat. Fenomena ini tidak boleh disepelekan,
karena memberikan dampak negatif bagi
perkembangan ekonomi di daerah.

Lemahnya sistem check & Balance


Salah satu penyebab kurang berhasilnya
pelaksanaan otonomi daerah saat ini karena
lemahnya sistem check and balance sehingga
para kepala daerah yang mendapat julukan
negatif kurang respek dan patuh kepada
kewibawaan pemerintah pusatdan aturan
hukum . Tanpa sungkan sungkan dan tidak takut
kepada hukum banyak daripejabat daerah yang
memperkaya diri dengan menyalahgunakan
kekuasaan dan wewenangnya dengan cara
memanfaatkan celah hukum dan birokrasi
modusnya yaitu korupsi APBD, melakukan mark
up anggaran, dan melakukan pungli kepada
pengusahadan masyarakat. Fenomena pungli
perlu mendapatkan perhatian khusus karena
karena secara langsung akan berdampak
negative kepada iklim investasi. Praktik pungli
memberikan dilemma tersendiri bagi para
pengusaha, pelaku bisnis serta investor karena
akibat hal tersebutakan menimbulkan potensi
kriminalisasi kepada pengusaha. Penegak
hukum dapat mengartikan bahwa pemberian
uang kepada pejabat, ataupun pegawai negeri
sipil dapat dianggap sebagai penyuapan yang
bisa dikenakan hukuman pidana korupsi
.Selama tahun 2012, tidak sedikit kepala daerah
yang tersangkut masalah korupsi menjadi
headline dalam pemberitaan di media yang
menjadi sorotan publik. Salah satucontoh kasus
yang menarik perhatian masyarakat adalah
kasus penyuapan Bupati Buol Amran Batalipu
dengan pengusaha Siti Hartati Murdaya.

2.2.Hasil dari penyelenggaraan pemerintah


daerah saat ini

2.2.1. Bidang Demokrasi

Pemerintah mengusulkan agar bupati dan


walikota dipilih oleh DPRD .Hal ini tentunya
tidak boleh terjadi, karena Negara kita
merupakan negara demokrasi, dengan adanya
usulan tersebut tentu saja akan menghilangkan
nilai nilai budaya demokrasi yang merupakan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jika
peraturan ini ditetapkan tentu saja negara kita
bukanlah Negara yang demokrasi lagi.
Kemudian dalam penyelenggaraan otonomi
daerah, pemda selama inimembuat peraturan-
peraturan yang mengekang masyarakat.
Sepertihalnya peraturan tersebut membatasi
ormas ormas yang ada dimasyarakat. Dengan
membatasi para organisasi ormas, tentu saja hal
ini juga akan membatasi suara rakyat dalam
menyampaikan aspirasinya demi tecapainya
daerah-daerah yang diinginkan.Para partai
politik yang dihuni orang-orang pemerintah
yang katanya bertujuan untuk membantu
pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat
ternyata hanya isapan jempol saja. Partai politik
justru sangat menghancurkan roda
pemerintahan karena mereka rata-
ratamemakan uang rakyat. Kalau begini
namanya dari rakyat, oleh koruptor,untuk
koruptor. Pemda harus bisa menyelesaikan
masalah ini.

2.2.2. Bidang Keadilan

Keadilan merupakan suatu hasil pengambilan


keputusan yang mengandung kebenaran, tidak
memihak, dapat bertanggung jawabkan dan
memperlakukan setiap orang pada kedudukan
yang sama dalam setiap aspek kehidupan.
Perwujudan keadilan dapat dilaksanakan dalam
ruang lingkup kehidupan masyarakat dalam
skala nasional maupun internasional.Saya
mendengar masyarakat banyak mengeluh
tentang keadilan, mereka mengatakan bahwa
penyelenggaraan pemerintahan daerah tentang
keadilan telah gagal. Hal ini dibuktikan bahwa
setiap berbagai jenis perkara yang ada, selalu
saja yang menang adalah yang berkuasa atau
masyarakat yang memilik banyak uang.Contoh
yang sering kita dengar seperti para koruptor
yang merajalela yang menhabiskan uang- uang
rakyat dan terbukt kesalaha nyi dan dijatuhi
hukuman hanya beberapa tahun saja, sedangkan
nenek ataukakek yang mencuri sebatang jagung,
ubi, ataupun coklat dijatuhi hukuman yang sama
dengan para koruptor yang korupsinya miliaran
rupiah bahkan lebih lama dari masa tahanan
para koruptor.Terlihat jelas bahwa yang
namanya keadilan dalam penyelenggaraan
pemerintahan seperti hanya Jasad dan tak
bernyawa. Hingga menyebabkan hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahan dengan cara golput seperti yang
terjadi di beberapa daerah di indoneisa pada
waktu lalu yang mana jumlah Golput lebih tinggi
dari pada jumlah yang ikut pemilhan kepala
daerah.

2.2.3. Bidang Pemerataan

Keberhasilan pembangunan sangat berkaitan


dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Pemerintah harus menciptakan kebijakan
pembangunan yang tepat dalam upaya
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
sekaligus menciptakan pemerataan
pembangunan. Peningkatan laju ekonomi tidak
selalu dibarengi dengan pemerataan.
Kemiskinan tidak dapat dihilangkan dengan
hanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi.
Ada tiga permasalahan umum yang menyangkut
kebijakan pemerintah dalam kaitannya dengan
permasalahan pemerataan pembangunan yaitu:
1. Sumber dana pembangunan.
2. Alokasi dana pembangunan.
3. Efektivitas dan efisiensi penggunaan dana
pembangunan.

2.3. Langakh yang harus ditempuh guna


menghindari permasalahanotonomi daerah

1. Pelibatan masyarakat akan memperkecil


faktor resistensi masyarakat terhadap
kebijakan daerah yang telah diputuskan. Ini
dapat terjadi karena sejak proses inisiasi,
adopsi, hingga pengambilan keputusan,
masyarakat dilibatkan secara intensif.
2. Pelibatan masyarakat akan meringankan
beban pemerintah daerah(dengan artian
pertanggung jawaban kepada publik) dalam
mengimplementasikan kebijakan
daerahnya. Ini disebabkan karena
masyarakat merasa sebagai salah satu
bagian dalam menentukan keputusan
tersebut. Dengan begitu, masyarakat tidak
dengan sertamerta menyalahkan
pemerintah daerah bila suatu saat ada
beberapahal yang dipandang salah.

3. Pelibatan masyarakat akan mencegah


proses yang tidak fair dalam implementasi
kebijakan daerah, khususnya berkaitan
dengan upaya menciptakan tata
pemerintahan daerah yang baik.Perubahan-
perubahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan otonomi daerah ini sangat
boleh jadi menimbulkan cultural shock,
dan belum menemukan bentuk /format
pelaksanaan otonomi seperti
yangdiharapkan. Hal ini berkaitan pula
dengan tanggung jawab dankewajiban
daerah yang dinyatakan dalam penjelasan
UU No.22/1999,yaitu untuk meningkatkan
pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat,pengembangan kehidupan
demokrasi, keadilan, dan pemerataan.
Berkaitan dengan kewenangan dan
tanggung dalam pelaksanaanotonomi
daerah, maka pemerintah daerah berupaya
dengan membuatdan melaksanakan
berbagai kebijakan dan regulasi yang
berkenaan dengan hal tersebut. Namun
dengan belum adanya bentuk yang jelas
dalam operasio nalisasi otonomi tersebut,
maka sering terdapat bias dalam hasil yang
di dapat. Pelimpahan kewenangan dalam
otonomi cenderung dianggap sebagai
pelimpahan kedaulatan. Pada kondisi
ini,otonomi lebih dipahami sebagai bentuk
redistribusi sumber ekonomi/keuangan
dari pusat ke daerah. Hal ini terutama bagi
daerah-daerah yang kaya akan sumber
ekonomi. Dengan begitu, konsepo tonomi
yang seharusnya bermuara pada pelayanan
publik yang lebih baik, justru menjadi tidak
atau belum terpikirkan.Kemandirian daerah
sering diukur dari kemampuan daerah
dalam meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD). PAD juga menjadi cerminan
keikutsertaan daerah dalam membina
penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan
kemasyarakatan didaerah. Keleluasaan
memunculkan inisiatif dan kreativitas
pemerintah daerah dalam mencari dan
mengoptimalkan sumber penerimaan dari
PAD sekarang ini cenderung dilihat sebagai
sumber prestasi bagi pemerintah daerah
bersangkutan dalam pelaksanaan
otonomi.Disamping itu, hal ini dapat
menimbulkan pula ego kedaerahan
yanghanya berjuang demi peningkatan PAD
sehingga melupakan kepentingan lain yang
lebih penting yaitu pembangunan daerah
yang membawa kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Euphoria reformasi dalam
pelaksanaan pemerintahan di daerah
seperti ini cenderung mengabaikan tujuan
otonomi yang sebenarnya.Otonomi menjadi
keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan
pemerintah di bidang tertentu yang secara
nyata ada dan diperlukan serta hidup,
tumbuh, dan berkembang di daerah.
Sedangkan otonomi yang bertanggung
jawab adalah perwujudan
pertanggungjawaban sebagai konsekuensi
pemberian hak dan kewenangan daerah
dalam wujud tugas dan kewajiban yang
harus dipikul oleh daerah dalam mencapai
tujuan pemberian otonomi, yaitu
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi,
keadilan, dan pemerataan,serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antara
pusat dan daerah serta antar daerah.

Disamping peluang-peluang yang muncul


dari pelaksanaan otonomi daerah, terdapat
sejumlah tuntutan dan tantangan yang
harus diantisipasi agar tujuan dari
pelaksanaan otonomi daerah dapat tercapai
dengan baik. Diantara tantangan yang
dihadapi oleh daerah adalah tuntutan untuk
mengurangi ketergantungan anggaran
terhadap pemerintah pusat, pemberian
pelayanan publik yang dapat menjangkau
seluruh kelompok masyarakat, pelibatan
masyarakat dalam proses pembangunan
dan peningkatan otonomi masyarakat lokal
dalammengurus dirinya sendiri.Dalam
implementasinya, penetapan dan
pelaksanaan peraturan dan instrumen baru
yang dibuat oleh pemerintah daerah dapat
menimbulkan dampak, baik berupa dampak
positif maupun dampak negatif. Dampak
yang ditimbulkan akan berpengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung,
pada semua segmen dan lapisan masyarakat
terutama pada kelompok masyarakat yang
rentan terhadap adanya perubahan
kebijakan, yaitu masyarakat miskin dan
kelompok usaha kecil. Kemungkinan
munculnya dampak negatif perlu mendapat
perhatian lebih besar, karena hal tersebut
dapat menghambattercapainya tujuan
penerapan otonomi daerah itu sendiri.

BAB III3.1. METODE PENELITIAN

3.1.1. Waktu Penelitian


Penelitian di laksanakan tanggal 1
Desember 2015 di Kementrian Dalam Negri
3.1.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian masalah otonomi daerah
dalam bidang Demokrasi,keadilan, dan
pemerataan

3.1.3. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Memilih tema yang akan dibahas
2. Mengumpulkan sumber informasi
sebanyak banyaknya yang mendukung tema
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
masih banyak kekurangan yang mewarnai
pelaksanaan otonomi daerah seperti
kurangnya koordinasi pusat dan daerah
hingga menyebabkan hilangnya rasa
kepercayaan masyarakat terhadap pemda
untuk melaksanakan otonomi daerah dalam
permasalahan demokrasi,keadilan, serta
pemerataan.

4.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dalam penyelenggaraan pemerintahan itu
harus lebih tegas dan berkomitmen dan
mempunyai visi dan misi yang strategis
supaya dapat mengatasi pemasalahan
demokrasi, keadilan, dan pemerataan.
2. Peneliti dapat memanfaatkan penelitian
ini sebagai kajian awal untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan lebih baik.
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
pada kita semua sehingga saya bisa menyelsaikan
tugas Hukum Tata Negara untuk melakukan
penelitian tentang Otonomi Daerah ini dengan baik
dan lancar, untuk melengkapi nilai di Fakultas Hukum
Atma Jaya

Tak lupa saya ucapkan terima kasih yang sebanyak


banyaknya kepada yang terhormat:
1. J.De Brito Sardadi Sambada S.H.,M.Hum. Dosen
mata pelajaran Hukum Tata Negara yang sudah
membimbing saya selama 1 semester ini
2. Kementrian Dalam Negri yang sudah mau
memberikan informasi untuk menjadi sumber
makalah ini

Semoga segala bantuan dan dukungan yang diberikan


kepada saya, mendapat imbalan yang berlipat dari
Allah Subhanahu Wataala, amin. Saya menyadari
dalam Karya tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik yang
membangun sangat saya butuhkan dalam
penyempurnaan karya tulis ini. Atas saran, kritik
maupun bantuaannya saya ucapkan terima kasih.

Jakarta 29 November 2015

Penulis
TUGAS MAKALAH HUKUM TATA
NEGARA

Penelitian Kementrian Dalam Negeri


MASALAH DEMOKRASI,KEADILAN
DAN PEMERATAAN OTONOMI
DAERAH

NAMA: Daniel Ivan

NIM: 2014 050 311

SEKSI:

Anda mungkin juga menyukai