BAB I
PENDAHULUAN
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja kelebihan pelakasanaan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) secara langsung
di Indonesia ?
2. Apa saja kelemahan pelakasanaan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) secara langsung
di Indonesia ?
3. Bagaimana masa depan pelakasanaan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) secara
langsung di Indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis kelebihan pelakasanaan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) secara
langsung di Indonesia.
2. Menganalisis kelemahan pelakasanaan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) secara
langsung di Indonesia.
3. Menganalisis masa depan pelakasanaan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) secara
langsung di Indonesia.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
Penulisan makalah yang berjudul, ANALISIS KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
PEMILUKADA SERTA MASA DEPAN PEMILUKADA DI DI INDONESIA, disusun
sebagai salah satu pemenuhan Tugas UKD 4 Pemerintahan daerah dan Desa/ Semester 5 (lima)
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta yang diampu oleh Rima Vien, PH, SH, MH.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka bagi pembaca dalam mengkaji
permasalah Pemerintahan Daerah dan Desa berkaitan dengan pelaksanan pemilihan umum
kepala daerah (Pemiluka) secara langsung, khususnya kelebihan dan kelemahan, serta masa
depan Pemilukada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAJIAN PUSTAKA
Pelaksanaan pemilu kepala daerah atau disingkat pemilukada langsung tentunya tidak lepas
dari adanya terobosan politik dalam pemberian otonomi kepada daerah berdasarkan UU No. 32
tahun 2004. Pemberian otonomi ini memiliki korelasi perspektif dengan teori-teori dasar tentang
desentralisasi dan politik lokal.
Desentralisasi secara umum dapat dilihat dalam dua perspektif yaitu administratif dan
politik. Berdasarkan perspektif administratif, desentralisasi didefinisikan sebagai the transfer of
administrative responsibilitiy from central to local government (Romli, 2005). Artinya dalam
perspektif otonomi daerah yang berlaku di Indonesia, desentralisasi administratif ini diartikan
sebagai pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Sedangkan
perspektif politik, Smith mengatakan desentralisasi sebagai the transfer of power, from top
levelto lower level, in a territorial hierarchy, which could be one of goverments within a state, or
office within a large organization. Dalam pandangan yang lain Mawhood mengatakan bahwa
desentralisasi politik adalah devolution of power from central government to local government.
Mawhood juga meletakkan konteks desentralisasi politik sebagai esensi dasar otonomi bagi
daerah yaitu a freedom which is assumed by local government in both making and implementing
its own decision (Prasojo et all, 2006).[1]
Dalam konteks negara kesatuan, otonomi yang diberikan oleh daerah bukanlah suatu
bentuk kebebasan yang bersifat asli, melainkan merupakan pemberian dari pemerintah pusat.
Konteks pemberian otonomi oleh pemerintah pusat ini sangat terkait dengan kontruksi bentuk
Negara dan pembagian kekuasaan yang ada di dalamnya.
Secara teoritis dalam perspektif praktek ketatanegaraan yang ada, terdapat dua macam
bentuk negara dalam kaitannya dengan pembagian kekuasaan secara vertikal, yaitu negara
kesatuan dan negara federal. Kedua bentuk negara ini dapat dibedakan satu sama lain
berdasarkan kepada dimensi: (1) Karakter dasar yang dimiliki oleh struktur pemerintahan
regional/lokalnya, (2) Proses pembentukan struktur pemerintahan regionalnya, (3) Sifat
hubungan antara struktur pusat dan struktur regional, (4) Keberadaan Konstitusi, dan (4) Derajat
kemandirian yang dimiliki oleh struktur regional (Prasojo et. All, 2006). 1
Dalam pembahasan ini, hanya akan dijabarkan tiga dimensi pembeda saja melihat
konteksnya yang berhubungan erat dengan desentralisasi politik.
Dalam dimensi karakter dasar pemerintah, pemerintah daerah dalam negara kesatuan tidak
memiliki karakter soverenitas (kedaulatan), sedangkan negara bagian dalam negara federal
merupakan struktur asli yang memiliki karakter kedaulatan. Kusnardi dan Ibrahim (1988)
menyebutkan bahwa negara federal, negara-negara bagian mempunyai wewenang untuk
membuat undang-undang dasarnya sendiri dan dapat menentukan organisasinya masingmasing
dalam batas-batas yang tidak bertentangan dengan konstitusi dari negara federal seluruhnya.
Sedangkan dalam negara kesatuan, organisasi dan kewenangan membuat undang-undang
ditentukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan pelaksana kebijakan
pemerintah pusat dalam sistem desentralisasi.
Dalam dimensi proses pembentukan struktur pemerintahan, pemerintahan daerah di Negara
kesatuan dibentuk oleh pemerintah pusat melalui undang-undang, dan dapat dimekarkan,
diciutkan dan atau dibubarkan kembali melalui undang-undang. Pemerintahan daerah di Negara
kesatuan adalah bentukan pusat. Sebaliknya, di negara federal, pemerintahan negara bagian
merupakan struktur asli yang telah ada sebelum struktur federal terbentuk. Bahkan pembentukan
struktur federal merupakan kesepakatan yang terjadi antara negara-negara bagian. Dapat
dikatakan bahwa struktur federal di dalam negara federal dibentuk oleh negaranegara bagian
melalui konstitusi (Prasojo et. All, 2006). 1
Dalam dimensi hubungan antara struktur pemerintahan, sifat hubungan antara struktur
pusat dan struktur regional/daerah dalam negara kesatuan adalah subordinatif sedangkan dalam
negara federal bersifat koordinatif. Subordinatif dalam pengertian bahwa pemerintahan daerah
adalah bentukan dan bawahan dari pemerintahan pusat. Sedangkan sifat koordinatif antara
struktur negara bagian dan struktur federal dalam negara federal menunjukkan kedudukan yang
sama.
Oleh karena pemerintahan daerah dalam negara kesatuan dibentuk oleh pemerintah pusat dan
menjadi subordinasi, maka derajat kemandirian sebagai yang dimiliki oleh pemerintahan daerah
sangat terbatas. Bila pemerintah pusat menghendaki penarikan kewenangan yang sudah
diserahkan kepada satu pemerintahan daerah, maka hal tersebut dapat dengan mudah dilakukan.
Sebaliknya derajat kemandirian negara bagian dalam negara federal dapat dikatakan sangat
besar, karena kedudukannya dijamin dalam konstitusi. Dalam konteks pembagian wewenang,
dalam negara federal, wewenang pembuat undang-undang pemerintah federal ditentukan secara
rinci, sedangkan wewenang lainnya ada pada negara-negara bagiannya. Pada negara kesatuan,
wewenang terperinci ada pada pemerintah daerah, sedangkan kewenangan sisanya (residual
power) ada pada pemerintah pusat (Kusnardi dan Ibrahim,1988).[2]
Pelaksanaan pemilukada langsung yang saat ini ada merupakan bentuk penyerahan
kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah untuk memilih secara langsung kepala
daerahnya,sehingga konteks aturan yang berlaku dalam pilkada merupakan jabaran atau turunan
dari aturan yang berlaku dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang pemerintahan
daerah. Dalam perspektif desentralisasi politik, dengan adanya pilkada maka kekuasaan tidak
lagi terkonsentrasikan pada pemerintah pusat, tetapi dapat didistribusikan kepada daerah-daerah.
Dengan demikian, daerah memiliki posisi yang jauh lebih kuat untuk mengatur dan menentukan
urusan rumah tangganya sendiri sesuai kewenangan yang dimilikinya.
Dalam perspektif ini pula, maka menjadi hal wajar apabila pemberikan desentralisasi
politik dan pelaksanaan pilkada ini berada dalam ranah pemerintahan daerah, karena konteks
sistemik dari pemberian kekuasaan kepada daerah untuk memiliki pemimpin daerah sendiri
secara langsung merupakan pemberian dari pemerintah pusat. Selain itu pula dalam konteks
bingkai negara kesatuan yang dipilih menjadi bentuk negara berdasarkan konstitusi ini harus
tetap menjaga keterpautan yang kuat antara hubungan pusat dan daerah. Mengingat pergolakan
arus gerakan antara putaran sentrifugal dan sentripetal yang menarik hubungan daerah ke dalam
lingkaran pusat dan sebaliknya, harus dijaga dinamisasinya agar tidak saling tertarik terlalu
dalam antara salah satu arus tersebut.
Pimilukada lokal adalah implikasi dari desentralisasi yang dijalankan di daerah-daerah
sebagai perwujudan dari proses demokrasi di Indonesia. Konsepnya mengandaikan pemerintahan
itu dari, oleh dan untuk rakyat. Hal paling mendasar dalam demokrasi adalah keikutsertaan
rakyat, serta kesepakatan bersama atau konsensus untuk mencapai tujuan yang dirumuskan
bersama. Perkembangan desentralisasi menuntut adanya proses demokrasi bukan hanya di
tingkat regional tetapi di tingkat lokal.
Pilkada di Indonesia pasca Orde Baru hampir selalu dibicarakan secara berkaitan dengan
pembentukan sistem politik yang mencerminkan prinsip keterwakilan, partisipasi, dan kontrol.
Oleh karenanya, pemerintahan yang demokratis mengandaikan pemisahan kekuasaan dalam tiga
wilayah institusi yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Suatu pemerintahan dikatakan
demokratis jika terdapat indikator utama yaitu keterwakilan, partisipasi dan kontrol terhadap
penyelenggaraan pemerintahan oleh ketiga institusi tersebut. Prinsip partisipasi menjamin aspek
keikutsertaan rakyat dalam proses perencanaan pembangunan daerah; atau keikutsertaan rakyat
dalam proses pemilihan wakil dalam lembaga politik; sedangkan prinsip kontrol menekankan
pada aspek akuntabilitas pemerintahan. Dalam demokrasi, aspek kelembagaan merupakan
keutamaan dari berlangsungnya praktik politik yang demokratis, sehingga, terdapat partai politik,
pemilihan umum dan pers bebas. Sedangkan, istilah lokal mengacu kepada arena tempat
praktek demokrasi itu berlangsung.
Di Indonesia, saat ini pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung
oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah
dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala
daerah yang dimaksud mencakup: Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi; Bupati dan
wakil bupati untuk kabupaten; Wali kota dan wakil wali kota untuk kota. [3] Kepala daerah dan
wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.[4]
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentangPemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat
melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi
bernama Pemilihan umumKepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada.
Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini
adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.
Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum
yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang
digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.[5]
Penyelenggara
Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi
dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Khusus di Aceh, Pilkada diselenggarakan oleh Komisi
Independen Pemilihan (KIP) dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh (Panwaslih
Aceh).
Peserta
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan
calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga
dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang-
undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal
menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Khusus di Aceh,
peserta Pilkada juga dapat diusulkan oleh partai politik lokal
B. PEMBAHASAN
1. Analisis Kelebihan Pemilukada
Banyak permasalahan baik dari implikasi politik maupun dampak sosial ekonomi baik
yang menguntungkan maupun tidak. Ada beberapa keunggulan pilkada dengan model pemilihan
secara langsung.[6]
Pertama, pilkada secara langsung memungkinkan proses yang lebih Partisipasi. Partisipasi
jelas akan membuka akses dan kontrol masyarakat yang lebih kuat sebagai aktor yang telibat
dalam pilkada dalam arti partisipasi secara langsung merupakan prakondisi untuk mewujudkan
kedaulatan ditangan rakyat dalam konteks politik dan pemerintahan.
Kedua, proses pilkada secara langsung memberikan ruang dan pilihan yang terbuka bagi
masyarakat untuk menentukan calon pemimpin yang memiliki kapasitas, dan komitmen yang
kuat serta legitimate dimata masyarakat sehingga pemimpin yang baru tersebut dapat
membuahkan keputusan-keputusan yang lebih baik dengan dukungan dan kepercayaan dari
masyarakat luas dan juga diharapkan akan terjadinya rasa tanggung jawab secara timbal balik.
Sang kepala daerah lebih merasa mendapatkan dukungan dari masyarakat, sehingga kebijakan-
kebijakan tentu saja lebih berpihak pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat. pada saat yang
sama, rakyat juga akan lebih mendukung kebijakan-kebijakan kepala daerah sebab mereka telah
berperan secara langsung dalam pengangkatan kepala daerah.
Ketiga, mendekatkan elit politik dengan konstituen atau masyarakat. Diharapkan dengan
pemilihan seperti ini mayarakat akan lebih mengenal pemimpin mereka di daerah sehingga akan
memudahkan proses komunikasi politik di daerah.[7]
Keempat, lebih terdesenralisasi. Berbeda dengan pemilihan kepala daerah sebelumnya,
pemilihan kepala daerah dilakukan pemerintah pusat dengan cara menunjuk atau menetapkan
aktor politik untuk menempati jabatan politik di daerah.7
Kelebihan diadakannya pilkada langsung adalah kepala daerah terpilih akan memiliki
mandat dan legitimasi yang samngat kuat, kepala daerah terpilih tidak perlu terikat pada konsesi
partai-partai atau faksi-faksi politik yang telah mencalonkannya, sistem pilkada langsung lebih
akuntabel karena adanya akuntabilitas politik, Check and balances antara lembaga legislatif dan
eksekutif dapat lebih berjalan seimbang, kriteria calon kepala daerah dapat dinilai secara
langsung oleh rakyat yang akan memberikan suaranya, pilkada langsung sebagai wadah
pendidikan politik rakyat, kancah pelatihan dan pengembangan demokrasi, pilkada langsung
sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan, membangun stabilitas poilitik dan mencegah
separatisme, kesetaraan politik dan mencegah konsentrasi di pusat.
Beberapa kelebihan dalam penyelenggaraan pilkada langsung antara lain sebagai berikut :
a. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena pemilihan presiden
dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepala desa selama ini telah dilakukan secara langsung.
b. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945. Seperti telah diamanatkan
Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubernur, Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai kepala
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini telah diatur
dalam UU No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
c. Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi rakyat. Ia menjadi media
pembelajaran praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran
kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar sesuai
nuraninya.
d. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah. Keberhasilan otonomi
daerah salah satunya juga ditentukan oleh pemimpin lokal. Semakin baik pemimpin lokal yang
dihasilkan dalam pilkada langsung 2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam mewujudkan
tujuan otonomi daerah, antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat agar dapat diwujudkan.
e. Pilkada langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi kepemimpinan nasional.
Disadari atau tidak, stock kepemimpinan nasional amat terbatas. Dari jumlah penduduk
Indonesia yang lebih dari 200 juta, jumlah pemimpin nasional yang kita miliki hanya beberapa.
Mereka sebagian besar para pemimpin partai politik besar yang memenangi Pemilu 2004.
Karena itu, harapan akan lahirnya pemimpin nasional justru dari pilkada langsung ini.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkaan pembahasan permasalahan pada BAB II : PEMBAHASAN, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1. Analisis Kelebihan Pemilukada
Pertama, pilkada secara langsung memungkinkan proses yang lebih Partisipasi.
Kedua, proses pilkada secara langsung memberikan ruang dan pilihan yang terbuka bagi
masyarakat untuk menentukan calon pemimpin yang memiliki kapasitas, dan komitmen yang
kuat serta legitimate dimata masyarakat. Ketiga, mendekatkan elit politik dengan konstituen atau
masyarakat. Keempat, lebih terdesenralisasi.
Beberapa kelebihan dalam penyelenggaraan pilkada langsung antara lain sebagai berikut :
a. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat.
b. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945.
c. Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi bagirakyat.
d. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah.
e. Pilkada langsung sarana bagi proses kaderisasi kepemimpinan nasional.
B. SARAN
Penulis dapat memberikan saran, terkait Pemilukada yaitu dihapus. Mekanisme lebih lajut
dapat dibahas Pemerintah yaitu Presiden dan DPR-RI tentang bagaimana pengangkatan kepala
daerah, dipilih DPRD atau diangkat Presiden. Pertama, Pemilukada dihapus secara keseluruhan
dan mekanisime pemilihan diserahkan ke DPRD, dengan memperbaiki rekruitmen politik dan
sistem kepartaian terlebih dahalu. Agar kader partai yang memiliki kapasitas dan kapabilitas
berhak menduduki jabatan kepala daerah. Selain itu untuk mencegah kongkalikong, haruslah
dibuat mekanisme yang tidak biasa main dibelakang anatara DPRD dan calon pasangan. Kedua,
pengangakatan kepala daerah oleh Presiden harus memunuhi kriteria-kriteria/ persyaratan yang
ditetapkan oleh peraturan perundang-undanagan, agar Presiden tidak sewenang-wenang
mengangkat dan memnerhentikan kepala daerah.
Pada akhirnya, setidaknya perlu evaluasi secara tepat, proporsional dan obyektif. Sangat
logis, bilamana mewacanakan kembali sistem pemilihan langsung hanya cukup sampai dengan
presiden. Dengan cara dan mekanisme yang tetap menjunjung tinggi peran dan partisipasi
masyarakat, tanpa mencederai hak dan kepentingan civil society masyarakat terhadap negara.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2009. Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakata: Pustaka Pelajar.
Author. (2010, 19 Desember). Makalah Otonomi Daerah. Diperoleh 2 Januari 2013, dari
http://miellahsmartflower.blogspot.com.
Author. (2011, 7 Februari). Analisa Proses Pelaksanaan Pemerintahan Daerah. Diperoleh 2
Januari 2013, dari http://liarkanpikir.wordpress.com.
Author. Kelebihan dan kekurangan pilkada secara langsung. Diperoleh 2 Januari 2013, dari
http://www.yousaytoo.com/kelebihan-dan-kekurangan-pilkada-secara-langsung/2745411.
Firmanto, Taufik. (2011, 9 Desember). Kedaulatan Rakyat Dalam Pemilihan Umum di
Indonesia. Diperoleh 2 Januari 2013, dari
http://politik.kompasiana.com/2011/12/09/kedaulatan-rakyat-dalam-pemilihan-umum-di-
indonesia.
Iqbal, M. (2012, 10 Juli). Dulu Pilkada, Lalu Pemilukada, Kini Pilgub. Diperoleh 3 Januari
2013, dari http://news.detik.com/read/2012/07/10/093845/1961693/10/dulu-pilkada-lalu-
pemilukada-kini-pilgub.
Kamo, Jhon. (2011, 16 April). Kontestasi Elit Lokal Dalam Pilkada. Diperoleh 2 Januari
2013, dari http://idadagiyakanews.multiply.com/journal/item/54/KONTESTASI-ELIT-
LOKAL-DALAM PILKADA.
Mahardika, Ariyanto. (2012, 18 September). Pilkada langsung: Serentak atau Dihapus. Diperoleh
3 Januari 2013, dari http://www.soloposfm.com/2012/09/pilkada-langsung-serentak-atau-
dihapus/.
Prasojo E., Maksum, Irfan Ridwan., dan Kurniawan, Teguh. 2006. Desentralisasi & Pemerintahah
Daerah: Antara Model Demokrasi Lokal & Efisiensi Struktural. Jakarta: FISIP UI.
Sofyan, Syafran. 2012. Permasalahan dan Solusi Pemilukada. Diperoleh 2 Januari 2013, dari
http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1634-permasalahan-dan-solusi-
pemilukada.html.
Trinada, Andi. (2011, 22 Maret). Menimbang Kembali Pelaksanaan Pemilukada di Indonesia.
Diperoleh 2 Januari 2013, dari http://politik.kompasiana.com.
Wikipedia Indonesia. 2012. Pemilihan kepala daerah di Indonesia. Diperoleh 2 Januari
2013, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_daerah_di_Indonesia.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
[1] Eko Prasojo, Irfan Ridwan Maksum dan Teguh Kurniawan, Desentralisasi & Pemerintahah
Daerah: Antara Model Demokrasi Lokal & Efisiensi Struktural, Jakarta: DIA FISIP UI, 2006
[2] http://idadagiyakanews.multiply.com/journal/item/54/KONTESTASI-ELIT-LOKAL-
DALAM PILKADA
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_daerah_di_Indonesia
[4] Pasal 56 (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
[5] http://news.detik.com/read/2012/07/10/093845/1961693/10/dulu-pilkada-lalu-pemilukada-
kini-pilgub
[6] http://www.yousaytoo.com/kelebihan-dan-kekurangan-pilkada-secara-langsung/2745411
[7] http://liarkanpikir.wordpress.com/2011/02/07/60/
[8]Leo agustino, Pilkada dan Dinamika Politik Lokal, Yogyakata, PustakaPelajar , 2009, hal 121
- 152
[9] http://www.yousaytoo.com/kelebihan-dan-kekurangan-pilkada-secara-langsung/2745411
[10] Pasal 18 ayat (4) UUD 1945
[11] http://www.soloposfm.com/2012/09/pilkada-langsung-serentak-atau-dihapus/
[12] Andi Trinada, Menimbang Kembali Pelaksanaan Pemilukada di Indonesia,
http://politik.kompasiana.com/2011/03/22/menimbang-kembali-pelaksanaan-pemilukada-di-indonesia/
Poskan Komentar
Pencarian
Statistik blog
117963
Profil Penulis
Agus Prasetiyo
Madiun, Jawa Timur, Indonesia
Madiun, 1 Agustus 1992. Pendidikan : Agustus 2010 s/d Pebruari 2014 S1 PPKn,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Lihat profil lengkapku
Follower
BlogUpp!
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Arsip Blog
2013 (7)
o Mei (3)
o April (1)
o Maret (2)
ANALISIS KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMILUKADA SERTA
...
ANALISIS KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMILUKADA SERTA
...
o Januari (1)
2012 (54)