Anda di halaman 1dari 15

BUDAYA

PELAYANAN
PUBLIK
SULISMI (CA181121793)
SUPARJONO (CA181122366)
TEDY SETIAWAN (CA181121512)
TRI ANGGER NOPALINA (CA I81121791)
TRI PUJI YULI LESTARI (CA181121790)
LATAR BELAKANG
Buruknya sistem penyelenggaraan pelayanan publik sangat berpengaruh
terhadap daya saing investasi dan juga berujung pada perkembangan
perekonomian Indonesia di mata internasional, karena di antara faktor-faktor
yang merupakan kelemahan daya saing untuk menarik investasi langsung di
suatu negara adalah “hambatan birokrasi”. Kondisi tersebut sangat
dipengaruhi oleh budaya hukum pelayanan publik yang sudah mengakar
dalam praktek birokrasi mulai dari orde lama, orde baru, bahkan sampai
orde reformasi saat ini.
DASAR HUKUM
• UU NO 25 TAHUN 2009
Dalam UU Nomor 25 Tahun 2009 menekankan bahwa pelayanan kepada
masyarakat dan penegakan hukum yang dilakukan dalam rangka
penyelenggaraan negara dan pemerintahan merupakan bagian integral dari
upaya untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan efisien dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik yang menciptakan keadilan
dan kepastian hukum bagi semua warga negara sebagaimana ditetapkan
dalam UUD 1945.
KONSEP MANAJEMEN PUBLIK
• Manajemen pelayanan publik adalah manajemen proses, yaitu
sisi manajemen yang mengatur dan mengendalikan proses
layanan, agar mekanisme kegiatan pelayanan dapat berjalan
dengan tertib, lancar, tepat sasaran, serta memuaskan bagi pihak
yang dilayani.
PRINSIP - PRINSIP PELAYANAN PUBLIK

• Kesederhanaan
• Kejelasan
• Kepastian dan Tepat waktu
• Akurasi
• Tidak diskriminatif
• Bertanggung Jawab
PRINSIP - PRINSIP PELAYANAN
PUBLIK
• Kelengkapan Sarana dan Prasarana
• Kemudahan Akses
• Kejujuran
• Kecermatan
• Kedisiplinan
• Keamanan dan kenyamanan
Konsep Budaya Pelayanan Publik
• Davis dan Gautam (2011)
Budaya pelayanan merupakan sebuah pola pikir pelayanan dalam
organisasi yang berfokus pada produk dan pelayanan yang kemudian
mendefinisikan bagaimana organisasi belajar dan mengembangkannya dari
perspektif karyawan dan pelanggan.
Permasalahan Budaya Pelayanan Publik

• Masih kuatnya budaya “dilayani” daripada budaya melayani


• Budaya pelayanan yang ditampilkan masih cenderung birokratis
• Persepsi publik untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan cepat harus
melalui beragam jalur pintas.
Budaya Pelayanan Publik Pemerintah Daerah

Kondisi saat ini seringkali masih menunjukkan bahwa penyelenggaraan pelayanan


kepada masyarakat publik masih minim kualitas. Pelayanan kepada masyarakat 
dihadapkan pada kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut
bisa disebabkan oleh ketidaksiapan untuk menanggapi terjadinya transformasi
nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai masalah pembangunan yang
kompleks. Sementara itu, tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada
harapan dan tantangan global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan, informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.
Upaya Pemerintah
• Otonomi daerah merupakan strategi yang digunakan Pemerintah agar
pelayanan kepada masyarakat benar-benar menjadi jiwa manajemenen
pemerintahan sehingga kesejahteraan masyarakat dapat semakin
meningkat melalui pemberian kewenangan yang luas kepada Pemerintah
Daerah (Pemda) untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan.
• Adanya Standar Pelayanan Minimal (SPM)
• Penyusunan Standar Pelayanan Prima
Contoh Budaya Pelayanan Pemerintah Kepada
Masyarakat
• Pelaksanaan KTP Elektronik membawa perubahan sistem pembuatan KTP
konvensional di Indonesia yang mungkin seseorang dapat memiliki lebih
dari 1 ( satu ) KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis sistem
pelayanan terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh
Indonesia. Kenyataan tersebut memberi peluang pada penduduk memiliki
KTP ganda yang dalam penggunaannya dapat disalah gunakan dan tidak
dapat dipertanggung jawabkan
Lanjutan..
Pelaksanaan KTP Elektronik merupakan program nasional yang harus
terlaksana dengan baik, karena merupakan program yang memerlukan
pembiayaan besar tetapi manfaatnya juga sangat besar, baik bagi penduduk,
bangsa dan negara. Oleh karena itu, diperlukan komitmen pemerintah,
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota beserta jajarannya dan penduduk
untuk mensukseskan program dimaksud.
Kesimpulan
• Secara Umum memang konsep penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik sudah cukup bagus. Hanya saja
dalam implementasinya masih belum ideal, karena konsep yang cukup bagus tersebut belum
didukung oleh ancaman hukuman yang tepat dan patut. Misalnya yang ditemukan penulis pada
Pasal 34 sudah cukup ideal untuk memberikan aturan tentang perilaku pelaksana pelayanan
publik yang profesional, akan tetapi jika diteliti lebih lanjut dalam Pasal 54 s/d 58 yang
mengatur sanksi, tidak satupun ancaman hukuman yang bisa dijatuhkan kepada pelaksana
pelayanan publik yang melanggar aturan perilaku pelaksana pelayanan publik sebagaimana
dituangkan dalam pasal 34 tersebut. Sehingga jika pelaksana melanggar etika perilaku dalam
penyelenggaraan pelayanan publik tidak ada sanksi hukuman yang bisa dijatuhkan kepada
pelanggaran etika pelayanan publik tersebut.
Kesimpulan
• Meskipun kesejahteraan rakyat sebagaimana dicita-citakan dalam konsep
negara welfare state masih belum terwujud melalui penyelenggaraan
Pelayanan Publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 25
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, karena dalam prakteknya masih
banyak terjadi pelayanan public yang buruk bahkan diwarnai dengan
pengutan liar (pungli) dan diskriminasi yang kerap kali terjadi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai