ADMINISTRASI PUBLIK
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan lindungannya.
Akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancer. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara/Publik. Selain itu kami menyusun
makalah ini untuk menambah wawasan untuk memahami.
Mungkin makalah yang kami buatini belum sempurna karena kami juga masih dalam
tahap belajar, oleh karena itu kami menerima saran ataupun kritik dari segala pihak agar
makalah selanjutnya bisa lebih baik dai sebelumnya. Dalam makalah ini saya membahas
tentang “Pentingnya Hukum-Hukum Moral” Semoga makalah yang kami buat ini bisa
bermanfaat.
i
Kata Pengantar .........................................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
• Kesimpulan…................................................................................................... 35
• Saran ................................................................................................................. 35
• Daftae Pustaka ................................................................................................. 37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi sama sekali tidak dapat dijadikan
sebagai atas kemajuan di bidang moralitas. Peradaban manusia bukan hanya ditentukan oleh
tingginya nilai seni dan artefak yang diciptakannya, luasnya ilmu pengetahuan yang
dicapainya, maupun aplikasi teknologi yang ditemukannya. Dalam banyak segi, kemajuan
IPTEK justru membuat manusia untuk bertindak korup dan melawan nuraninya.
Persoalan hati nurani manusia yang termuat dalam moralitas itulah yang sesungguhnya
menentukan kualitas peradaban manusia. Jika manusia menginginkan IPTEK akan menjadi
boomerang bagi dirinya dan menurunkan martabatnya sebagai manusia, maka mau tidak mau
Moral adalah hal – hal yang mendorong manusia melakukan tindakan – tindakan yang
baik sebagai kewajiban atau norma. Moral dapat diartikan juga sebagai sarana untuk mengukur
benar tidaknya manusia. Moral lebih ditujukan pada perbuatan seseorang secara individual,
1
Moral lebih ditekankan pada tingkah laku yang bersifat sepontan seperti murah hati,
rasa kasih saying dan kebaikan, jadi lebih ditekankan kepada karakter dan sifat – sifat individu
yang khusus yang kesemuanya tidak ada dalam peraturan – peraturan hukum.
Etika administrasi publik merupakan salah satu wujud kontrol terhadap administrasi
negara/publik dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi dan kewenangannya.
baik, maka dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan kewenangannya harus menyandarkan
pada etika administrasi publik. Etika administrasi publik selain digunakan sebagai pedoman,
acuan, referensi administrasi publik, dapat pula digunakan sebagai standar untuk menentukan
Etika mempunyai peran yang sangat strategis karena etika dapat menentukan
keberhasilan atau pun kegagalan dalam tujuan organisasi, struktur organisasi, serta manajemen
publik.
Etika berhubungan dengan bagaimana sebuah tingkah laku manusia sehingga bisa
publik, maka seorang administator harus mempunyai tanggung jawab kepada publik.
2
Dalam perwujudan tanggung jawab inilah etika tidak boleh ditinggalkan dan memang
harus digunakan sebagai pedoman bertingkah laku. Lebih jelas mengenai etika administrasi
• RUMUSAN MASALAH
• TUJUAN PENULISAN
3
• Etika Profesi
• Etika Organisasi
4
4. Dalam praktek penegakan kode etik organisasi dipengaruhi oleh kepentingan
sempit organisasi, kepentingan birokrat, atau kepentingan politik dari politisi
yang membawahi birokrat.
5. Penegakan etika organisasi melalui sanksi organisasi.
• Etika Sosial
Terbentuknya etika administrasi publik tidak terlepas dari kondisi yang ada di dalam
masyarakat yang bersangkutan, sesuai dengan aturan, norma, kebiasaan atau budaya di tengah-
tengah masyarakat dalam suatu komunitas tertentu. Nilai-nilai yang ada dan berkembang di
dalam masyarakat mewarnai sikap dan perilaku yang nantinya dipandang etis atau tidak etis
dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan yang merupakan bagian dari fungsi aparat
birokrasi itu sendiri.
5
Munculnya etika sebagai suatu pedoman bertingkah laku dapat terbentuk dalam dua
macam proses, yaitu :
Secara alamiah terbentuk dari dalam (internal) diri manusia karena pemahaman dan
keyakinan terhadap suatu nilai- nilai tertentu (khususnya agama/religi).
Sementara, implementasi etika sebagai suatu pedoman bertingkah laku juga dapat
dikelompokkan menjadi dua aspek, yakni internal (ke dalam) dan eksternal (keluar). Aspek
„kedalam‟, seseorang akan selalu bertingkah laku baik meskipun tidak ada orang lain di
sekitarnya. Dalam hal ini, etika lebih dimaknakan sebagai moral. Sedangkan dalam aspek
„keluar, implementasi Etika akan berbentuk sikap/perbuatan/perilaku yang baik dalam kaitan
interaksi dengan orang lain.
Definisi
6
Ethics is the rules or standards governing, the moral conduct of the members of an
organization or management profession (Chandler & Plano, The Public Administration
Dictionary, 1982).
Dalam lingkup pelayanan publik, etika administrasi publik (Pasolong, 2007 :193)
diartikan sebagai filsafat dan professional standar (kode etik) atau right rules of conduct (aturan
berperilaku yang benar) yang sehatursnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik atau
administrasi publik.
Dapat disimpulkan etika administrasi publik adalah aturan atau standar pengelolaan,
arahan moral bagi anggota organisasi atau pekerjaan manajemen; aturan atau standar
pengelolaan yang merupakan arahan moral bagi administrator publik dalam melaksanakan
tugasnya melayani masyarakat.Aturan atau standar dalam etika administrasi negara tersebut
terkait dengan kepegawaian, perbekalan, keuangan, ketatausahaan, dan hubungan masyarakat.
Menurut The Liang Gie (1978), bahwa dalam proses penyelenggaraan administrasi
mempunyai unsur-unsur yang
7
merupakan pola perbuatan manusia dalam bidang administrasi, yakni: 1) organisasi, 2)
manajemen, 3) komunikasi, 4) kepegawaian,
2 keuangan, 6) perbekalan, 7) ketatausahaan, dan 8) hubungan masyarakat.
Organisasi, sebagai unsur pertama dari administrasi merupakan rangka atau wadah di
mana usaha kerjasama itu diselenggarakan. James D. Money (1947) menyebutnya sebagai
bentuk perserikatan manusia untuk pencapaian suatu tujuan bersama. (the form of every human
association for the attainment of a common purpose). Sejalan dengan ini, maka proses
mengorganisir (organizing) ialah penyusunan rangka itu dengan membagi-bagi dan
menghubung-hubungkan orang, wewenang, tugas dan tanggungjawab menjadi kesatuan yang
laras. Termasuk pula proses mengorganisir organisasi ini ialah penentuan tujuan yang hendak
dicapai.
2.2 analisis organisasi dan methode (organization and methods analysis – O & M
analysis)
8
mengatakannya sebagai “the process by which the execution of a given purposes is put into
operation and supervised” (proses dengan mana pelaksanaan dari suatu tujuan tertentu
dijalankan dan diawasi). Manajemen mempunyai fungsi-fungsi yang sebagian sarjana berbeda
klasifikasi. Menurut Henry Fayol, yaitu: Perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pemberian komando (comanding), pengkoordinasian (coordinating), pengawasan
(controlling). G.R. Terry dengan akronim POAC (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling). The Liang Gie dengan fungsi perencanaan, pengambilan putusan, pembimbingan,
pengkoordinasian, pengendalian dan penyempurnaan.
Komunikasi, Ini merupakan urat nadi yang memungkinkan orang-orang dalam usaha
bersama itu mengetahui apa yang terjadi atau diinginkan oleh masing-masing. Tanpa
komunikasi yang baik, tak mungkin kerjasama dapat terlaksana dengan baik. Pengetahuan yang
merupakan segi-segi komunikasi ini misalnya: reporting
16
techniques (tehnik pelaporan) Sistem informasi (information system), Kepegawaian, Ini
merupakan segi yang berkenaan dengan sumber tenaga manusia (working force) yang harus
ada pada setiap usaha kerjasama. Penelaahan terhadap unsur ini menimbulkan sekelompok
pengetahuan yang dicakup dengan nama Administrasi Kepegawaian (Personnel
Administration) yang dewasa ini kecenderungan menggunakan istilah sumber daya manusia.
Administrasi ini pada pokoknya mempelajari segenap proses penggunaan tenaga manusia itu
dari penerimaannya (recruiting) sampai pemberhentiannya (retirement). Termasuk pula di sini
ialah analisis dan klasifikasi jabatan (job analysis and classification) serta pengembangan
tenaga itu melalui latihan-latihan (training) Keuangan, Ini merupakan segi pembiayaan
(financing) dalam setiap administrasi. Dari sini timbullah Administrasi keuangan yang
mencakup penganggaran belanja (budgeting), pembukuan (accounting), pemeriksaan
(auditing) serta tindakan-tindakan lainnya dalam bidang keuangan.
17
menyimpan pelbagai keterangan yang diperlukan dalam usaha kerjasama. Pada bidang ini
dokumentasi.
Hubungan Masyarakat, Ini merupakan segi yang menggambarkan pada pihak luar
segala sesuatu yang berlangsung mengenai usaha kerjasama itu, demikian pula sebaliknya
menyalurkan sesuatu hasrat, cita atau pendapat dari luar ke dalam sesuatu usaha bersama,
dengan demikian tercapai pengertian yang sebaik-baiknya antara suatu administrasi dengan
keadaan sekelilingnya. Aspek ini justru amat pentingnya bagi kegiatan- kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun perusahaan agar mendapat dukungan dari rakyat bagi
pemerintah dan kesukaan konsumen bagi perusahaan. Pada akhir-akhir ini timbullah
pengetahuan dalam bidang ini, yaitu hubungan masyarakat (publik relation), keprotokolan, dan
Ada 3 prinsip yang harus dipegang agar sebuah Administrasi dapat dikatakan baik
yakni:
18
rakyat. Asas kedaulatan rakyat mensyaratkan bahwa rakyatlah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi dalam pemerintahan negara, dari sini dapat dipahami bahwa pemerintah ada
Prinsip ini berhubungan dengan distribusi pelayanan yang harus sesuai, tidak “pilih
Maksudnya adalah setiap pejabat pemerintah harus memiliki komitmen dan untuk
peningkatan kesejahteraan dan bukan semata mata karena diberi amanat atau dibayar oleh
negara melainkan karena mempunyai perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan warga
Etika administrasi publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan
karena teori administrasi publik klasik (Wilson, Weber, Gulick, dan Urwick) kurang memberi
tempat pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah
19
Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak hanya harus efisien, tapi
juga harus dapat mendefinisikan kepentingan publik, barang publik dan menentukan pilihan-
pilihan kebijakan atau tindakan secara bertanggungjawab. Padahal etika merupakan dimensi
Pentingnya etika administrasi publik tersebut adalah sebagai berikut (Henry, 1995:
400). Alasan pertama, adalah adanya public interest atau kepentingan publik yang harus
dipenuhi oleh pemerintah karena pemerintahlah yang memiliki tanggung jawab. Dalam
harus mengambil keputusan politik secara tepat mengenai siapa mendapat apa, berapa banyak,
di mana, kapan, dan sebagainya. Padahal, kenyataan menunjukkan bahwa pemerintah tidak
Asumsi bahwa semua aparat pemerintah adalah pihak yang telah teruji selalu membela
kepentingan publik atau masyarakatnya, tidak selamanya benar. Banyak kasus membuktikan
bahwa kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, partai dan bahkan struktur yang lebih tinggi
justru mendikte perilaku seorang aparatur. Birokrat dalam hal ini tidak memiliki
“independensi” dalam bertindak etis, atau dengan kata lain, tidak ada “otonomi dalam
beretika”.
20
Alasan kedua, lebih berkenaan dengan lingkungan di dalam birokrasi yang memberikan
pelayanan itu sendiri. Alasan ketiga, berkenaan dengan karakteristik masyarakat publik yang
merupakan prinsip yang perlu dipertanyakan secara etis, karena prinsip itu akan menghasilkan
ketidakadilan, di mana calon yang dipekerjakan hanya berasal dari daerah tertentu yang relatif
lebih maju.
Alasan keempat, adalah peluang untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan
etika yang berlaku dalam pemberian pelayanan publik sangat besar. Pelayanan publik tidak
sesederhana sebagaimana dibayangkan. Begitu kompleks sifatnya baik berkenaan dengan nilai
pemberian pelayanan itu sendiri maupun mengenai cara terbaik pemberian pelayanan publik
itu sendiri. Kompleksitas dan ketiakmenentuan ini mendorong pemberi pelayanan publik
(discretion). Dan keleluasaan inilah yang sering menjerumuskan pemberi pelayanan publik
atau aparat pemerintah untuk bertindak tidak sesuai dengan kode etik atau tuntunan perilaku
yang ada.
21
Etika administrasi publik dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi bagi para
birokrasi publik dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya yaitu American Society for
Administration (ASPA).
Pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan di atas pelayanan kepada diri sendiri;
• Rakyat yang berdaulat dan mereka yang bekerja dalam instansi pemerintah dan pada
• Sistem penilaian kecakapan, kesempatan yang sama, dan asas-asas iktikad baik akan
Para administrator publik tidak hanya terlibat untuk mencegah hal yang tidak etis, tetapi
juga untuk mengusahakan hal yang etis melalui pelaksanaan tanggung jawab dengan penuh
22
Etika administrasi tersebut di atas belum cukup untuk menjamin untuk menghapus
Etika administrasi negara sangat erat berkaitan dengan etika kehidupan berbangsa.
Administrasi negara/publik tidak hanya terbatas pada kumpulan sketsa yang digunakan untuk
membenarkan kebijakan pemerintah atau hanya terbatas pada suatu disiplin ilmu saja – putting
the ideas (Peter Senge, 1990) tetapi lebih jauh dari itu, administrasi negara dijelaskan Wilson
(1978) sebagai suatu upaya untuk menaruh perhatian – concern terhadap pelaksanaan suatu
Jadi sangat jelas bahwa dalam administrasi negara dikenal etika administrasi negara yang
tujuannya adalah untuk menyelengarakan kegiatan administrasi negara dengan baik, dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat. Itu berarti, saat etika administrasi negara digunakan
dengan baik oleh para penyelenggara negara (administrator) maka etika kehidupan berbangsa
pun dapat berlangsung dengan baik, sebaliknya, apabila etika administrasi negara tidak secara
benar melandasi setiap pergerakan dalam administrasi negara maka dapat diindikasikan begitu
23
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif;
menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung
jawab, tanggap akan aspirasi rakyat; menghargai perbedaan; jujur dalam persaingan;
ketersediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per orang
Etika pemerintahan mengamanatkan agar aparatur memiliki rasa kepedulian tinggi dalam
memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila dirinya telah melanggar kaidah dan
sistem nilai, atau tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara.
Sebaliknya, saat etika administrasi negara tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka
tercipta suatu ketidakseimbangan yang berujung pada masalah-masalah kompleks yang sulit
diselesaikan di Indonesia. Karena pada saat ini, dimana seharusnya Indonesia yang menganut
sistem demokrasi dapat lebih baik dengan perspektif dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat
ternyata harus terpuruk karena pada kenyataannya, hampir semua pejabat politik dan
Adanya „budaya‟ korupsi yang telah sejak lama menodai penyelenggaraan administrasi
negara di Indonesia menunjukkan bahwa etika administrasi negara telah sangat dilanggar oleh
24
berhubungan langsung dengan kegiatan negara dilanggar inilah maka dapat dipastikan etika
Dengan melihat semua fakta itulah, perlu adanya kesadaran bagi seluruh rakyat Indonesia
akan pentingnya etika administrasi negara yang mendasari baik buruknya suatu
penyelenggaraan negara, dan kemudian etika administrasi negara tersebut sangat menentukan
Namun pada kenyataannya, banyak sudah contoh kasus yang ada di Indonesia berkaitan
dengan etika administrasi negara/publik. Mulai dari hal terkecil saat pembuatan KTP, karena
terjadi praktek pungutan liar yang merugikan masyarakat. Hal itu membuat penilaian tentang
berlangsung dengan benar baik antara pejabat pemerintah sebagai penyelenggara negara
maupun antara rakyat dan pemerintah agar tercipta suatu koordinasi yang kontekstual dan
Dalam etika administrasi negara yang dapat dikatakan harus melingkupi semua proses
25
prakteknya, kepegawaian di Indonesia seringkali berjalan tidak sesuai dengan etika yang ada.
Dapat dilihat dari awal, proses seleksi saja sudah mengindikasikan adanya kecurangan
misalnya dengan adanya kasus penyuapan untuk diterima sebagai PNS. Kecurangan ini
kemudian berdampak buruk, karena dengan kecurangan ini akan timbul sumber daya manusia
Kemudian, tampak pula perilaku tidak etis birokrat, seperti: Bohong kepada public;
mengabaikan, atau merugikan kepentingan public; Pungli pembuatan perizinan, identititas, dan
sebagainya.
Sebagai contoh nyata, kita menyaksikan bersama berbagai kasus pelanggaran etika
administrasi yang menjerat para penyelenggara negara ini: Kasus penyuapan Jaksa Urip Tri
Gunawan yang menerima suap sebesar 660 ribu dolar AS dari Arthalita Suryani terkait
penanganan kasus BLBI; Kasus kawin siri Bupati Garut yang hanya bertahan empat hari dan
diakhiri talak cerai melalui sms; Kasus perpajakan Gayus Tambunan; Kasus Hambalang, Andi
Mallarengeng mantan Menteri Pemuda dan Olahraga; Kasus Suap, Rudi Rubiandini mantan
Ketua SKK Migas; Korupsi oleh Kepala Daerah (54 orang, 2004-2014, data KPK); Kasus suap
Akil Mochtar mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK); Korupsi pengadaan Al-Quran oleh
26
2.3. Faktor Perilaku Tidak Etis
Ada dua faktor yang menjadi penyebab timbulnya perilaku tidak etis yang terjadi dalam
praktek administrasi publik. Pertama, faktor internal yaitu faktor pribadi orang yang melakukan
tindakan mal-administrasi. Kedua, faktor eksternal, yaitu faktor yang berada di luar diri pribadi
Faktor Internal berupa kepribadian seseorang. Faktor kepribadian ini berwujud suatu
niat, kemauan, dorongan yang tumbuh dari dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan
tersebut. Faktor ini disebabkan oleh lemahnya mental seseorang, dangkalnya agama dan
keimanan mereka, sehingga memudahkan mereka untuk melakukan sesuatu tindakan walaupun
sesungguhnya mereka tahu bahwa tindakan yang akan mereka lakukan itu merupakan suatu
tindakan yang tidak baik, tercela, buruk baik menurut nilai-nilai sosial, maupun menurut ajaran
agama mereka.
Namun karena rendahnya sikap mental mereka, dangkalnya keimanan dan keagamaan
mereka, maka manakala ada kesempatan ada niatan untuk melakukan tindakan mal-
administrasi dengan mudahnya mereka lakukan. Faktor Internal banyak pula dipengaruhi oleh
faktor eksternal: faktor kebutuhan keluarga, kesempatan, lingkungan kerja, dan lemahnya
27
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri orang yang melakukan tindakan
kerja dan lain sebagainya yang membuka peluang (kesempatan) untuk melakukan tindakan
korupsi. Meskipun aturan telah dibuat oleh pihak yang berwenang, tetapi masih ada pihak yang
menyalahgunakan haknya. Hal ini mengakibatkan tidak terlaksananya proses dan kerja
Peraturan perundangan tempat mereka bekerja, merupakan suatu tatanan nilai yang
dibuat untuk diikuti dan dipatuhi oleh para pegawai dalam menjalankan tupoksi yang diberikan.
Manakala peraturan tadi memberi kelonggaran bagi pegawainya untuk melakukan tindakan
tidak etis dalam pelaksanaan administrasi publik, karena peraturannya tidak jelas, sanksi yang
diberikan lemah, dan lain sebagainya, maka akan memberikan peluang (kesempatan) pegawai
bersifat kompleks, dalam banyak kasus bersifat dilematis, karena itu diperlukan hal yang bisa
memberikan kepastian tentang mana yang benar dan salah, baik dan buruk.
28
Penerapan peraturan etika dapat membuat perilaku etis menimbulkan efek reputasi. Organisasi
publik sekarang banyak dicemooh karena kinerjanaya dinilai buruk, karena itu perlu etika.
Etika dan hukum memiliki keterkaitan satu sama lain. Keduanya mengatur perilaku
individu. Namun terdapat perbedaan: ilegalitas tidak selalu berarti tidak etis. Hukum bersifat
eksternal dan dapat ditegakkan tanpa melibatkan perasaan, atau kepercayaan orang (sasaran
hukum), sementara etika bersifat internal, subyektif, digerakkan oleh keyakinan dan kesadaran
individu.
Hukum dalam konteks administrasi adalah soal pemberian otoritas atau instrumen
kekuasaan. Basis dari hukum adalah etika, dan ketika hukum diterapkan harus dikembalikan
pada prinsip- prinsip etika. Banyak kasus, secara hukum dibenarkan tapi secara etika
Coba kita amati perbedaan pandangan kedua pakar politik pemerintahan, yakni: Debat
Herman Finer Vs. Carl Friedrich. Kedua ahli tersebut memiliki pandangan berbeda terhadap
birokrat jika dikaitkan dengan etika, hukum, dan pelayanan publik. Finer (1936) mengatakan:
Untuk menjamin birokrasi yang bertanggungjawab yang diperlukan adalah penegakan sistem
29
undang dan peraturan yang dapat mendisiplinkan para pelanggar hukum. Sedangkan Friedrich
(1940) mengatakan: Birokrasi yang bertanggungjawab hanya bisa ditegakkan dengan dengan
menyeleksi orang yang benar dengan kriteria profesionalisme yang jelas, dan
Salah satu kelemahan dasar dalam pelayanan publik di Indonesia adalah masalah
moralitas. Etika sering dilihat sebagai elemen yang kurang berkaitan dengan dunia pelayanan
publik. Padahal, dalam literatur tentang pelayanan publik dan administrasi publik, etika
merupakan salah satu elemen yang sangat menentukan kepuasan publik yang dilayani sekaligus
dapat terlihat dan ter-akuntable dengan jelas sehingga akan memudahkan law enforcement
yang baik pada reinventing government dalam upaya menata ulang manajemen pemerintahan
Indonesia yang sehat dan berlandaskan pada prinsip-prinsip good governance dan berasaskan
30
Sejalan dengan perkembangan zaman dan makin kompleksnya persoalan yang dihadapi
oleh birokrasi, maka telah terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan fungsi
pelayanan publik, yang ditandai dengan adanya pergeseran paradigma dari rule government
yang lebih menekankan pada aspek peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi
paradigma good governance yang tidak hanya berfokus pada kehendak atau kemauan
pemerintah semata, tetapi melibatkan seluruh komponen bangsa, baik birokrasi, pihak swasta,
Asumsi bahwa semua aparat pemerintah adalah pihak yang telah teruji pasti selalu
membela kepentingan publik atau masyarakatnya, tidak selamanya benar. Banyak kasus
membuktikan bahwa kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, partai dan bahkan struktur yang
lebih tinggi justru mendikte perilaku seorang birokrat atau aparat pemerintahan. Birokrat dalam
hal ini tidak memiliki etika yang baik dalam menjalankan kewajibannya.
The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan World
yang solid dan bertanggung jawab, sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan korupsi, baik secara
politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and
31
Sedangkan UNDP mendefinisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis
dan konstruktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Berdasarkan definisi
tersebut UNDP kemudian mengajukan karakteristik good governance yang saling memperkuat
2 Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan,
lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang
berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik
6 Effectiveness and efficiency. Proses dan lembaga menghasilkan sesuai dengan apa
yang telah digariskan dengan menggunakan sumber yang tersedia sebaik mungkin.
32
8 stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang
organisasi.
governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh ke depan sejalan
Atas dasar uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa wujud good governance
adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien
dan efektif, dengan menjaga kesinergisan ineraksi yang konstruktif diantara ketiga domain;
Oleh karena good governance meliputi sistem administrasi negara, maka upaya
mewujudkan good governance juga merupakan upaya melakukan penyempurnaan pada sistem
Jika dilihat dari ketiga domain dalam governance, tampaknya domain state menjadi
domain yang paling memegang peranan penting dalam mewujudkan good governance, karena
fungsi pengaturan yang memfasilitasi domain sektor dunia usaha swasta dan masyarakat
(society) serta fungsi administratif penyelenggaraan pemerintahan melekat pada domain ini.
peran pemerintah melalui kebijakan publiknya sangat penting dalam memfasilitasi berjalannya
mekanisme pasar yang benar sehingga penyimpangan yang terjadi di dalam pasar dapat
dihindari.
33
Oleh karena itu, upaya perwujudan ke arah good governance dapat dimulai dengan
34
BAB III
• KESIMPULAN
Penerapan etika administrasi Publik memiliki banyak aspek yang harus dijalankan
dengan mewujudkan prinsip demokratis, keadilan sosial dan pemerataan, serta mewujudkan
kesejahteraan umum.
Melihat fakta yang ada, tak sedikit penyelenggara negara (pejabat publik) belum
• SARAN
35
Komitmen menerapkan prinsip good governance dalam menjalankan pemerintahan.
Meyakini masih banyak aparatur negara yang bekerja baik sesuai etika dan aturan,
hanya saja tidak cukup seksi untuk disorot media. (bad news is good news, good news is no
news).
36
3.4.Daftar Pustaka
Keban, Yeremias. T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori, dan Isu.
Alfabeta.
Sadhana, Kridawati. 2010. Etika Birokrasi Dalam Pelayanan publik. Penerbit Percetakan CV.
Citra Malang.
The Liang Gie. 2006. Etika Administrasi Pemerintahan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Utomo, Tri Widodo W., 2000. Etika dan Hukum Administrasi Publik. STIA LAN Bandung.
http://www.kumham-jakarta.info/download/karya-ilmiah/pelayanan- publik/70-etika-
aparatur-dalam-pelayanan-publik/file
https://irvanamu.wordpress.com/category/makalah-etika- administrasi-
publik/
Yuniar dan Alfin Sukma Kelas A Dari Institut Ilmu Sosial Dan Manajemen
37