Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA SISTEM
ADMINISTRASI NEGARA
D
I
S
U
S
U
N
Oleh

Jumpa P. Purba
1405905010080

Universitas Teuku Umar


Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Jurusan Administrasi Negara
Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala Rahmat,
karunianya yang telah dilimpahkan-nya , sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah SISTEM ADMINISTRASI NEGARA. Tentang “ETIKA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA.” Sebagai tugas guna memenuhi tugas
dan untuk mendapatkan tambahan nilai yang diberikan oleh IBU SRI .
Saya sendiri sebagai pembuat makalah menyadari bahwa tugas yang telah
saya selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari ibu dosen serta semua teman-teman yang
bersifat membangun guna kesempurnaan tugas selanjutnya.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak tanpa
terkecuali yang telah berperan dalam tugas ini. Serta kami mengharapkan agar
tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kata
Pengantar..................................................................................................................
......2
DAFTAR
ISI    ........................................................................................................................3

BAB I.
PENDAHULUAN...................................................................................................
...............4
        1.1 Latar Belakang
Masalah  ................................................................................................4  
          1.2 Rumusan
Masalah  .........................................................................................................5 
     1.3 Tujuan
..........................................................................................................................5   

BAB II.
PEMBAHASAN ......................................................................................................
..............6 
2.1 pengertian
etika  ...........................................................................................................6
           2.2 prinsip-prinsip etika administrasi
negara  .....................................................................7 
2.3 kode etik dalam pelaksanaan sistem administrasi
negara ........................................9       
2.4 faktor-faktor timbulnya mal-administrasi
negara .......................................................14   

     
BAB III.
PENUTUP ................................................................................................................
.........17    
          3.1
Kesimpulan ...............................................................................................................
..17
          3.2
saran........................................................................................................
.....18

DAFTAR
PUSTAKA   .....................................................................................................19

Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Etika administrasi negara merupakan salah satu wujud kontrol terhadap


administrasi negara dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi
dan kewenangannya. Manakala administrasi negara menginginkan sikap, tindakan
dan perilakunya dikatakan baik, maka dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan
kewenangannya harus menyandarkan pada etika administrasi negara. Etika
administrasi negara disamping digunakan sebagai pedoman, acuan, referensi
administrasi negara dapat pula digunakan sebagai standar untuk menentukan
sikap, perilaku, dan kebijakannya dapat dikatakan baik atau buruk.
Karena masalah etika negara merupakan standar penilaian etika administrasi
negara mengenai tindakan administrasi negara yang menyimpang dari etika
administrasi negara dan faktor yang menyebabkan timbulnya penyimpangan
administrasi dan cara mengatasinya.
Law enforcement sangat membutuhkan adanya akuntabilitas dari birokrasi
dan manajemen pemerintahan sehingga penyimpangan yang akan dilakukan oleh
birokrat-birokrat dapat terlihat dan terbuka dengan jelas sehingga akan
memudahakan law enforcement yang baik pada reinventing government dalam
upaya menata ulang manajemen pemerintahan Indonesia yang sehat dan
berlandaskan pada prinsip-prinsip good governance dan berasaskan nilai-nilai
etika administrasi.

1.2 Rumusan masalah
Untuk lebih mudah memahami makalah ini maka dirumuskan masalah sebagai 
berikut
1. Pengertian etika ?
2. prinsip-prinsip sistem administrasi negara?
3. kode etik dalam pelaksanaan sistem administrasi negara?
4. faktor-faktor timbulnya mal-administrasi negara?

1. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar kita menegtahui tentang:
1. Pengertian etika
2. Prinsip-prinsip sistem administrasi negara
3. Kode etik dalam pelaksanaan sistem administrasi negara.
4. Faktor- faktor timbulnya mal-administrasi negara.
Bab II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian etika


Etika berasal dari bahasa Yunani: etos, yang artinya kebiasaan atau watak,
sedangkan moral berasal dari bahasa Latin: mos (jamak: mores) yang artinya cara
hidup atau kebiasaan. Dari istilah ini muncul pula istilah morale atau moril, tetapi
artinya sudah jauh sekali dari pengertian asalnya.Moril bisa berarti semangat atau
dorongan batin.  Dalam kaitannya dalam perilaku manusia, norma digunakan
sebagai pedoman atau haluan bagi perilaku yang seharusnya dan juga untuk
menakar atau menilai sebelum ia dilakukan.
Etika administrasi Negara yaitu bidang pengetahuan tentang ajaran moral
dan asas kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam
menunaikan tugas pekerjaannya dan melakukan tindakan jabatannya. Bidang
pengetahuan ini diharapkan memberikan berbagai asas etis, ukuran baku,
pedoman perilaku, dan kebijakan moral yang dapat diterapkan oleh setiap petugas
guna terselenggaranya pemerintahan yang baik bagi kepentingan rakyat.
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan nilai dan moral yang
menentukan perilaku seseorang dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap serta pola perilaku baik sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok. Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang
telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi
dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh
bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama,
dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-
undangan, norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati
dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari. Etika tidak dapat
menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan
orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam
agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan keterampilan etika agar dapat
memberikan orientasi, tak sekadar indoktrinasi.
Sebagai aliran etis, tradisionalisme dapat berpegang pada tradisi
budaya/kultural yang ada dalam masyarakat sebagai warisan nenek moyang, atau
pada tradisi keagamaan yang bersumber pada wahyu keagamaan. Tradisi etis itu
tampak juga dalam bahasa, seperti petuah, nasihat, pepatah, norma dan prinsip,
dalam perilaku, seperti cara hidup, bergaul, bekerja, dan berbuat, serta dalam
pandangan dan sikap hidup secara keseluruhan. Bentuk bahasa, perilaku,
pandangan, dan sikap hidup merupakan tempat menyimpan nilai-nilai etis,
wahana pengungkapan, dan sarana mewujudkannya. Dalam penerapannya, etika
melandasi lahir dan berkembangnya berbagai teori ilmu pengetahuan dan
terapannya di berbagai bidang, yakni: hukum, profesi, ekonomi, administrasi,
seni, sosial, dan politik.
A. Aliran dalam Etika
1. Teologisme
Prinsip/asas etika menurut aliran ini, sesuatu yang baik, susila atau
etik, adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dan sebaliknya.
2. Naturalisme
Perbuatan yang dianggap baik adalah yang sesuai dengan hukum
alam.
3. Hedonisme (Hedone = perasaan akan kesenangan)
Perbuatan yang dianggap baik adalah yang mendatangkan
kesenangan, kenikmatan atau rasa puas kepada manusia. Sempalan dari
ajaran ini adalah aliran Materialisme yang mengajarkan bahwa alat pokok
untuk memenuhi kepuasan manusia adalah materi.
4. Eudaemonisme (Eudaemonismos = bahagia)
Perbuatan yang dianggap baik adalah yang mendatangkan
kebahagiaan kepada manusia. Bedanya dengan hedonisme, kebahagiaan
lebih bersifat kejiwaan. Dengan kata lain, kebahagiaan merupakan
kebaikan tertinggi (prima facie). Sempalan dari ajaran ini adalah
aliran Stoisisme yang mengemukakan bahwa untuk mencapai kebahagiaan,
manusia harus menggunakan akal pikirannya; bukan mencari
“kebijaksanaan” dengan cara menyendiri atau mengendapkan perasaan
seperti seorang pengecut.
5. Utilitarianisme
Perbuatan yang dianggap baik secara susila ialah “guna/manfaat”.
Penganjut utamanya adalah Jeremy Bentham yang mengatakan bahwa the
greatest happiness of the greatest number, dan John Stuart Mill. Sempalan
dari ajaran ini antara lain adalah aliran pragmatisme, empirisme,
positivisme, dan neo positivisme (scientisme).
6. Vitalistis
Norma perbuatan baik adalah yang mempunyai kekuatan paling
besar. Jadi, orang/kelompok yang paling kuat dan dapat menguasai
orang/kelompok lain dianggap sebagai orang/kelompok yang baik. Atau
menurut Nietzsche, perilaku yang baik adalah yang menambah daya hidup,
sedangkan perilaku yang buruk adalah yang merusak daya hidup.
7. Idealisme
Pusat pengertian aliran ini ialah kebebasan atau penghormatan
kepada pribadi manusia. Ajaran ini terdiri dari 3 komponen, yaitu idealism
rasionalistik (akal pikiran sebagai penuntun tingkah laku), idealism
estetik(kehidupan manusia dilihat dari perspektif karya seni),
dan idealisme etik(menentukan ukuran moral dan kesusilaan terhadap
kehidupan manusia).
B. Empat Hirarki Etika
1. Moralitas Pribadi
 Konsep baik-buruk, benar-salah yang telah terinternalisasi dalam diri
individu.
 Produk dari sosialisasi nilai masa lalu.
 Moralitas pribadi adalah superego atau hati nurani yang hidup dalam
jiwa dan menuntun perilaku individu.
 Konsistensi pada nilai mencerminkan kualitas kepribadian individu.
 Moralitas pribadi menjadi basis penting dalam kehidupan sosial dan
organisasi.
2. Etika Profesi
 Nilai benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan pekerjaan
profesional.
 Nilai-nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip profesionalisme
(kapabilitas teknis, kualitas kerja, komitmen pada profesi).
 Dapat dirumuskan ke dalam kode etik profesional yang berlaku secara
universal (cth:PP No. 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps
dan Kode Etik PNS).
 Penegakan etika profesi melalui sanksi profesi (pencabutan lisensi).
3. Etika Organisasi
 Konsep baik-buruk dan benar-salah yang terkait dengan kehidupan
organisasi.
 Nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan organisasi
modern (efisiensi, efektivitas, keadilan, transparansi, akuntabilitas,
demokrasi).
 Dapat dirumuskan ke dalam kode etik organisasi yang berlaku secara
universal.
 Dalam praktek penegakan kode etik organisasi dipengaruhi oleh
kepentingan sempit organisasi, kepentingan birokrat, atau kepentingan
politik dari politisi yang membawahi birokrat.
 Penegakan etika organisasi melalui sanksi organisasi.
4. Etika Sosial
 Konsep benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan hubungan-
hubungan sosial.
 Nilai bersumber dari agama, tradisi, dan dinamika sosial.
 Pada umumnya etika sosial tidak tertulis, tetapi hidup dalam memori
publik, dan terinternalisasi melalui sosialisasi nilai di masyarakat.
 Etika sosial menjadi basis tertib sosial [Jepang, tidak boleh
mengganggu dan merepotkan orang lain].
 Masyarakat memiliki mekanisme penegakan etika sosial, yaitu melalui
penerapan sanksi-sanksi sosial [diberitakan sebagai tersangka].

2.2 Prinsip Prinsip Etika Admnistrasi Negara


A. Prinsip Demokrasi
Pilar utama prinsip demokrasi adalah asas kedaulatan rakyat. Asas
kedaulatan rakyat mensyaratkan bahwa rakyatlah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan negara, rakyat yang menentukan
pula bagaimana berbuatnya. Pada tataran makro, sistem pemerintahan
demokratis suatu negara dapat di golongkan ke dalam tiga macam bentuk
yakni:
1. Sistem parlementer
2. Sistem pemisahan kekuasaan
3. Sistem referendum
Sistem parlementer, hubungan antara lembaga perwakilan dan
lembaga yang menjalankan kekuasaan eksekutif dapat saling
mempengaruhi, jika lembaga perwakilan tidak mau membenarkan
kebijakan yang dilakukan oleh lembaga eksekutif maka dia dapat
menyatakan ketidak percayaannya dalam bentuk tidak percaya, sebaliknya
pemerintah juga mempunyai hak untuk membubarkan lembaga perwakilan
atau parlemen apabila ternyata parlemen tidak lagi mencerminkan
kehendak rakyat.
Sistem pemisahan kekuasaan, antara lembaga legislatif, eksekutif
dan yudikatif masing masing harus ada pemisahan secara penuh. hal ini
dilakukan karena dikhawatirkan apabila satu lembaga mempunyai dua atau
lebih kekuasaan akan ada penyalahgunaan kekuasaan tersebut.
Sistem referendum, secara harfiah berarti pemungutan suara secara
langsung oleh rakyat untuk menentukan pendapat umum rakyat, dapat pula
diartikan sebagai lembaga yang dibentuk untuk memberikan kesempatan
kepada rakyat guna mengontrol tindakan tindakan lembaga perwakilan
secara langsung oleh rakyat. sedangkan lembaga eksekutif hanya
merupakan badan pekerja bagi lembaga perwakilan.
B. Keadilan Sosial dan Pemerataan
Persoalan keadilan sosial dan pemerataan sering kali muncul
sebagai akibat dari kurang meratanya distribusi hasil hasil pembangunan.
Oleh sebab itu, salah satu asas umum pemerintahan dan administrasi
pembangunan yang perlu mendapat perhatian lebih besar sekarang ini
adalah yang menyangkut keadilan dan pemerataan. Kedua konsep ini juga
merupakan landasan pokok bagi etika pembangunan.
Dalam lingkup negara, setidak tidaknya ada dua dimensi
ketimpangan diantara kelompok kelompok sosial yang berbeda dalam
suatu negara. Pertama, ketimpangan diantara kelompok kelompok sosial
yang berbeda dalam suatu negara yang disebabkan oleh kesenjangan
antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Kedua, ketimpangan antara
wilayah wilayah geografis dalam suatu negara atau disebut juga
ketimpangan regional. wujud yang paling nyata terlihat antara wilayah
wilayah pedesaan dan perkotaan. maka yang perlu dilakukan adalah
kebijakan kebijakan pemerintah yang lebih menyentuh kelas masyarakat
yang kurang beruntung atau kelompok yang tidak memiliki sumber daya
untuk mengembangkan dirinya.

C. Mengusahakan Kesejahteraan Umum


Setiap pejabat pemerintah harus memiliki komitmen dan untuk
peningkatan kesejahteraan dan bukan semata mata karena diberi amanat
atau dibayar oleh negara melainkan karena mempunyai perhatian yang
tulus terhadap kesejahteraan warga negara pada umumnya. Peningkatan
kesejahteraan umum bukan hanya dimaksudkan untuk meningkatkan taraf
hidup dan kebutuhan-kebutuhan dasar tetapi juga untuk meningkatkan
kapasitas individual supaya rakyat dapat berpartisipasi lebih aktif dalam
pembangunan.
Persoalan lain yang harus dipecahkan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan umum adalah menyangkut ketenagakerjaan dan
kependudukan. tingkat pengangguran dan atau setengah pengangguran itu
lebih mencolok di daerah daerah pedesaan jika dibandingkan dengan
daerah perkotaan. ini menunjukkan adanya konsentrasi industri padat
modal di wilayah perkotaan.

D. Mewujudkan Negara Hukum


Di dalam Pembukaan maupun pasal pasal batang tubuh Undang
Undang Dasar 1945 memang tidak disebutkan secara eksplisit bahwa
indonesia adalah Negara Hukum. akan tetapi sesungguhnya gagasan utama
dan aturan aturan dasar yang melandasi terbentuknya republik ini adalah
sesuai dengan cita cita negara hukum. dalam penjelasan mengenai sistem
pemerintahan negara telah di tegaskan:
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum Negara Indonesia
berdasar atas hukum , tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka.
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi,
tidak bersifat absolutisme.
Jadi jelas bahwa konstitusi negara Indonesia mengamanatkan
keinginan untuk mewujudkan negara hukum. hukum harus yang harus
ditaati disini bukan hanya hukum positif yang tertulis atau hukum formal
saja tetapi juga unsur unsur material yang terdapat dibalik perundang
undangan yang ada. hukum yang dimaksud adalah hukum yang benar
benar hidup dalam masyarakat atau hukum yang adil. Di dalam konteks
etika, kita hendaknya lebih mencurahkan perhatian kepada rasa keadilan
atau kepantasan yang berkembang di dalam masyarakat dari pada hukum
yang terjabar di dalam pasal- pasal kitab perundangan. konsepsi negara
hukum mensyaratkan agar setiap tindakan penguasa harus sesuai dan
didasarkan atas rasa keadilan, moralitas hukum, dan cita cita kemanusiaan
yang luhur, bukan hanya didasarkan atas kemauan penguasa.

2.3 Konsep Etika Administrasi Negara


       Etika administrasi Negara yaitu bidang pengetahuan tentang ajaran
moral dan asas kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam
menunaikan tugas pekerjaannya dan melakukan tindakan jabatannya. Bidang
pengetahuan ini diharapkan memberikan berbagai asas etis, ukuran baku,
pedoman perilaku, dan kebijakan moral yang dapat diterapkan oleh setiap petugas
guna terselenggaranya pemerintahan yang baik bagi kepentingan rakyat.
Sebagai suatu bidang studi, kedudukan etika administrasi negara untuk
sebagian termasuk dalam ilmu administrasi Negara dan sebagian yang lain
tercakup dalam lingkungan studi filsafat. Dengan demikian etika admistrasi
Negara sifatnya tidak lagi sepenuhnya empiris seperti halnya ilmu administrasi,
melainkan bersifat normatif. Artinya etika administrasi Negara berusaha
menentukan norma mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap petugas
dalam melaksanakan fungsinya da memegang jabatannya.
       Etika administrasi Negara karena menyangkut kehidupan masyarakat,
kesejahteraan rakyat, dan kemajuan bangsa yang demikian penting harus
berlandaskan suatu ide pokok yang luhur. Dengan demikian, etika itu dapat
melahirkan asas, standar, pedoman, dan kebajikan moral yang luhur pula. Sebuah
ide agung dalam peradaban manusia sejak dahulu sampai sekarang yang sangat
tepat untuk menjadi landasan ideal bagi etika administrasi Negara adalah
Keadilan, dan memang inilah yang menjadi pangkal pengkajian Etika Admnistrasi
Negara, untuk mewujudkan keadilan.
Adapun secara substantif Bidang Studi Etika Administrasi Negara
diadakan untuk mengetahui beberapa hal berikut :
A. Tujuan ideal administrasi
B. Ciri-ciri administrasi yang baik
C. Penyalahgunaan wewenang yang terjadi pada administrator
D. Perbandingan bentuk-bentuk administrasi yang baik dan buruk
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika administrasi Negara yaitu bidang pengetahuan tentang ajaran
moral dan asas kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam
menunaikan tugas pekerjaannya dan melakukan tindakan jabatannya. Pemerintah
pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk
melayani diri sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi
yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan
dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama. Administrasi negara sebagai
lembaga negara yang mengemban misi pemenuhan kepentingan publik dituntut
bertanggung jawab terhadap publik yang dilayaninya.
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan nilai dan moral yang
menentukan perilaku seseorang dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap serta pola perilaku baik sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok. Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang
telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi
dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh
bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama,
dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-
undangan, norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati
dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari. Etika tidak dapat
menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan
orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam
agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan keterampilan etika agar dapat
memberikan orientasi, tak sekadar indoktrinasi.
3.2 Saran
1. Diperlukan kesadaran dan etika baik dari pribadi masing-masing dalam
menjalankan tugas guna terciptanya pemerintahan yang bersih
2. 2. Perlunya pemahaman nilai-nilai etika
3. Perlunya penanaman prinsip-prinsip etika sistem administrasi negara. 
4. Perlunya sosialisasi kode etik terhadap setiap pegawai untuk meminimkan
penyimpangan.
5. Perlunya sanksi tegas terhadap orang yang melanggar kode etik tersebut.
Daftar pustaka
Kumorotomo, Wahyudi. Etika Administrasi Negara. 2013. Jakarta:
Rajawali Per
Safie, inu kencana. 2011. Etika pemerintahan. Jakarta: rineka cipta
Tata sutabri. Etika birokrasi. 2012. Jakarta: cipta karya

Anda mungkin juga menyukai