o rganis
asi
erilaku
organisasi
1. Otonomi Daerah
2. Keputusan Tata Usaha Negara
3. Sanksi Administrasi
4. Lembaga-lembaga Negara
5. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
6. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
Kata Pengantar.................................................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................................................iv
Kelompok I Otonomi Daerah.......................................................................................1
Pengertian Otonomi Daerah........................................................................
Perspektif Pemerintah Daerah..................................................................
Perspektif Pemerintah Desa.......................................................................
Oleh Kelompok 1:
Gusti Rianto : 15101030
Delsa Prasetya : 15101012
Mas Putri Nur’aini : 15101049
Andro : 15101004
Mustika Sari : 15101057
Dosen Pembimbing:
Sri Ambar Rinah, MPM
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Budaya
Organisasi” yang merupakan aspek penilaian terhadap mata kuliah Perilaku
Organisasi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi dan mitos budaya
organisasi?
2. Apa saja dimensi, fungsi, dan karakteristik dari budaya organisasi?
3. Apa saja tipe-tipe, unsur-unsur, dan ciri-ciri dari budaya organisasi?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian budaya organisasi dan mitos budaya
organisasi.
2. Untuk mengetahui dimensi, fungsi, dan karakteristik dari budaya
organisasi.
3. Untuk mengetahui tipe-tipe, unsur-unsur, dan ciri-ciri dari budaya
organisasi.
4. Untuk mengetahui kekuatan, hambatan, kesamaan dan perbedaan budaya
organisasi.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi budaya organisasi.
6. Untuk mengetahui proses pembentukan budaya organisasi.
7. Untuk mengetahui cara menciptakan budaya organisasi yang etis.
PEMBAHASAN
a. Artefak: hal yang dapat dlihat, didengar, dan dirasa (produk, jasa, tingkah
laku);
b. Nilai-nilai: alasan bahwa kita berkorban demi yang kita kerjakan;
c. Asumsi dasar: keyakinan yang sudah dianggap ada oleh anggota.
Aliran kedua ini menurut Sobirin (1997) lebih tepat diterapkan dalam
kepentingan organisasi karena penekanan ada pada pentingnya budaya sebagai
variabel yang dapat memengaruhi efektivitas organisasi. Robbins (1996)
mengatakan budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang
dianut oleh anggota-anggotanya dan yang membedakan antara satu organisasi
dengan lainnya. Robbins (1994) memberi pengertian budaya organisasi antara
lain sebagai: (1)Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi (Deal &
Kenney 1982), (2) Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap
pegawai dan pelanggan (Pascale & Athos 1981), (3) Cara pekerjaan dilakukan di
tempat itu (Bower 1966), (4) Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat di
antara anggota organisasi (Schein 1985).
Dari beberapa pendapat di atas Nampak ada kesepakatan yang luas bahwa
budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggota organisasi itu yang membedakan organisasi itu yang
membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain (Robbins 1996).
G. Tipologi Budaya
Menurut Jeffrey dari Universitas Emory dari telaah organisasi ia
mengenali empat tipe budaya yaitu sebagai berikut :
1. Akademi ; tipologi ini adalah tempat bagi pemanjat ajeg (steady)yang benar
benar ingin menguasai setiap pekerjaan baru yang diterimanya.
2. Kelab ; tipologi ini menaruh perhatian nilai tinggi pada kecocokan dalam
sistem kesetiaan pada komitmen. Senioritas merupakan kunci utama dalam
kelab. Kelab menumbuhkan manajer sebagai generalis ( organisasi pemerintah
dan militer )
3. Tim Bisbol ; tipologi ini adalah pelabuhan bagi yang berorientasi wiraswasta
bagi para pengambil resiko dan inovator (organisasi akuntan,hukum,
perbankan, konsultan pengembang perangkat lunak, dan riset hayati)
Rendah Tinggi
Solidartas
Sumber: Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 2003:535
1. Asumsi dasar
2. Seperangkat nilai dan Keyakinan yang dianut
3. Pemimpin
4. Pedoman mengatasi masalah
5. Berbagai nilai
6. Pewarisan
7. Acuan prilaku
8. Citra dan Brand yang khas
9. Adaptasi
Budaya merupakan ways of life dan tidak hanya berbeda dari kemajuan
teknologi, tetapi sering kali berbeda di antara mereka sendiri. Budaya merupakan
totalitas pola perilaku yang secara sosial di sebarkan, seni, kepercayaan,institusi,
dan semua produk pekerjaan manusia dan karakteristik pemikiran suatu
masyarakat atau penduduk (The American Heritage Dictionary).
Budaya organisasi mempunyai dua tingkat yang berbeda dalam bentuk
visibility (jarak penglihatan) dan resistance to change (penolakan terhadap
perubahan). Budaya organisasi dapat mempunyai dampak pada kinerja ekonomi
jangka panjang. Budaya organisasi mungkin akan menjadi factor penting dalam
menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam dekade ke depan.
b. Perbedaan
Variasi budaya dapat menyebabkan pembenturan budaya dari
kepribadian, metode, perilaku, sikap dan gaya manajemen. Ketika budaya
yang berbeda berintraksi, terutama bilamana oranghidup dan bekerja sama,
saling pengertian dan tolenransi perbedaan budaya adalah penting untuk
harmoni budaya. Namun, harmoni budaya memerlukan saling pengertian,
toleransi, dan fleksibilitas.
Variasi budaya merupakan model untuk mengembangkan gaya budaya
baru. Dimensi yang membuat budaya bervariasi adalah management style,
bias, values, individualism, change, constituency, identity, dan strategy (jeff
cartwright,1999: 15).
1. Sejarah Organisasi
Sejarah organisasi memuat tentang bagaimana proses pendirian suatu
organisasi tersebut, keberhasilan yang dimulai dari bawah, pengurangan
tenaga kerja, pemindahan karyawan dan juga masalah-masalah lain yang
muncul dalam organisasi. Hal tersebut menjadi suatu cerminan budaya dan
memberikan pengaruh agar dapat melakukan hal yang lebih baik lagi di masa
sekarang.
2. Kebiasaan
Merupakan suatu pengulangan aktivitas yang dilakukan dalam
organisasi sehingga akan menjadi suatu kebiasaan dan juga akan menjadi
budaya yang ada dalam organisasi tersebut. dengan tetap terjaganya budaya-
budaya organisasi maka akan memantapkan nilai-nilai dalam organisasi dan
tujuan-tujuan organisasi.
3. Bahasa
Dengan mempelajari bahasa organisasi yang ada, maka pelaku-pelaku
organisasi pun akan mempelajarinya bahasa-bahasa tersebut dan akan
berusaha mempertahankannya.
1. Manager Puncak
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Setiap organisasi mempunyai budaya yang berbeda-beda. Tidak akan
ada dua organisasi yang mempunyai budaya yang sama persis. Budaya organisasi
merupakan nilai-nilai dan norma perilaku yang diterima dan dipahami bersama
oleh anggota organisasi sebagai dasar aturan perilaku di dalam organisasi.
Budaya organisasi juga disebut sebagai kepribadian organisasi.
Dengan demikian, memandang organisasi dalam prespektif budaya sama dengan
memandang sosok manusia dengan segala karakteristiknya. Organisasi bisa sakit
bisa juga sehat. Organisasi bisa imun juga bisa rentan terhadap penyakit
organisasi. Organisasi bisa juga tumbuh dan berkembang atau bisa juga mati
perlahan.
Budaya organisasi disimpulkan pula sebagai “ruh” organisasi karena
bersemayam filosofi, misi, visi organisasi yang akan menjadi kekuatan penting
untuk berkompetisi di dalam organisasi itu sendiri.
BUKU:
WEBSITE:
http://hpweblog.wordpress.com/2012/11/19/menciptakan-kultur-organisasi-yang-etis/
diakses pada tanggal 20 Oktober 2017
http://pokelompok01-manbisukp.blogspot.co.id/2014/06/budayaorganisasi.html?m=1
diakese pada tanggal 21 Oktober 2017
http://id.m.wikipedia.org/wiki/budaya_organisasi diakses pada tanggal 22 Oktober
2017
JURNAL:
STUDI KASUS
Sumber Daya Manusia merupakan aset organisasi yang sangat berharga yang
harus dikelola dengan baik oleh perusahaan agar dapat memberikan kontribusi yang
optimal. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama organisasi adalah
kepuasan kerja para pegawainya. Karena dengan kepuasan kerja yang tinggi dapat
menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Masalah yang sering dihadapi oleh semua
organisasi saat ini termasuk BNN Kota Kediri adalah penanganan terhadap
Badan Narkotika Nasional Kota Kediri adalah Instansi Vertikal BNN yang
ditetapkan oleh organisasi karena itu pegawai di BNN Kota kediri harus memiliki
kinerja pegawai upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan komitmen,
dianut oleh para anggota organisasi yang menentuka sebagian besar cara mereka
bertindak satu terhadap yang lain dan terhadap orang luar. Budaya itu mewakili
BNN Kota Kediri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik budaya organisasi
yang dimiliki BNN Kota Kediri maka akan semakin meningkat kinerja yang
dihasilkan pegawai.
Kota Kediri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kompetensi yang
dimiliki pegawai maka kinerja pegawai BNN Kota Kediri juga akan meningkat.
BNN Kota Kediri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik komitmen
organisasi maka semakin pula kinerja yang dihasilkan pegawai BNN Kota
Kediri.
Kediri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik budaya organisasi, kompetensi
dan komitmen organisasi maka semakin meningkat pula kinerja pegawai BNN
Kota Kediri.
Oleh Kelompok 2:
Putri Andriani :15101072
Ariska :15101006
Neni Triana :15101061
Endang Saputri :15101022
Hamsar :15101032
Dosen Pembimbing:
Sri Ambar Rinah, MPM
Dengan memanjatkan Puja dan Puji Syukur kepada Allah SWT. atas segala
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga tugas mata kuliah Prilaku Organisasi
yang berjudul “ Motivasi Dalam Organisasi ” bisa kami selesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
tugas ini. Namun kami berharap mudah-udahan makalah ini bermanfaat bagi
kelompok kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Akhirnya kami, berdo‟a semoga amal baik Bapak/Ibu /Saudara yang telah
membantu kami dalam penyelesaian tugas ini, dibalas oleh Allah SWT dengan yang
lebih baik, Amin.
Penyusun
KATA PENGANTAR...................................................................................................................44
DAFTAR ISI....................................................................................................................................45
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................46
A. Latar Belakang Motivasi Dalam Organisasi.............................................................46
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................47
C. Tujuan....................................................................................................................................48
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................49
A. Pengertian Motivasi..........................................................................................................49
B. Asas – Asas Motivasi........................................................................................................52
C. Pentingnya Motivasi Dalam Organisasi......................................................................53
D. Proses Timbulnya Motivasi Dalam Organisasi........................................................54
E. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi........................................................56
F. Teori – Teori Motivasi......................................................................................................57
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................64
A. Kesimpulan..........................................................................................................................64
B. Saran......................................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................66
LAMPIRAN I..................................................................................................................................67
LAMPIRAN II................................................................................................................................69
LAMPIRAN III..............................................................................................................................00
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Untuk mengetaui tentang motivasi
2. Untuk memenuhi tugas mata kulian Prilaku Organisasi
3. Untuk mengetahui motivasi kerja dalam organisasi
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin‟‟ MOVERE yang berarti DORONGAN
atau DAYA PENGGERAK‟‟. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia,
khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau berkerja
keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk
mewujudkan tujuan perusahaan.
Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang
”mampu, cakap dan terampil‟‟, tetapi yang terpenting mereka mau berkerja giat
dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan,
kecakapan dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan
kemampuan,kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu
karyawan mau berkerja keras dan atusias untuk mencapai produktivitas kerja
yang tinggi. Kenapa motivasi harus dilakukan pimpinan terhadap bawahan-nya?
1. Karena pimpinan membagi-bagikan pekerjaanya kepada para bawahan untuk
dikerjakan dengan baik.
2. Karena ada bawahan yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan-nya, tetapi
ia malas atau kurang bergairah mengerjakannya.
3. Untuk memelihara dan atau meningkatkan kegairah kerja bawahan dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
4. Untuk memberikan penghargaan dan kepuasan bawahannya.
Motivasi ini hanya dapat diberikan kepada‟‟ orang-orang yang mampu
untuk mengerjakan perkerjaan tersebut; bagi orang-orang yang tak mampu
mengerjakan perkerjaan tersebut tidak perlu dimotivasi/percuma. Memotivasi
I.kebutuhan
yang tidak
terpenuhi
VI. Karyawan
II. Pencarin jalan
menilai kembali
untuk memenuhi
kebutuhan yang
kebutuhan
tidak tercapai
KARYAWAN
IV. Prestasi
(evaluasi atas
tujuan yang di
capai)
Aktualisasi diri
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Bagi pihak atasan dalam suatu organisasi sebaiknya dapat memberikan apa
yang seharusnya bawahan dapatkan, baik itu informasi yang akurat, cepat dan
tidak bertele-tele sehingga semangat kerja bawahan tetap terjaga. Kedua, adalah
bagi pihak bawahan sebaiknya lebih memaksimalkan tugas pokok dan fungsi
kerjanya masing-masing supaya kinerja tersebut bisa mendapatkan predikat
memuaskan bagi para atasan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengakui perbedaan individu.
2. Mencocokkan orang dengan pekerjaan.
3. Pastikan bahwa tujuan itu diyakini dapat dicapai.
4. Imbalan berdasarkan individu.
5. Kaitkan imbalan dengan kinerja.
6. Memeriksa sistem untuk keadilan.
7. Tunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap karyawan anda.
Buku :
Hasibuan. 2010. Organisasi dan Motivasi. Bandung : PT Bumi Aksara Miftah, Thoha.
Rajawali Pers.
Internet :
https://media.neliti.com/media/publications/85755-ID-pengaruh-motivasi-kerja-
dan-komitmen-org.pdf
file:///C:/Users/acer/Downloads/jpopulis2014_8_2_2_noya%20(3).pdf
suatu organisasi besar maupun kecil, juga organisasi swasta maupun pemerintah,
berdasarkan tugas dan fungsinya motivasi sangatlah urgensi dan perlu dilakukan oleh
seorang pimpinan terhadap bawahannya maupun sesama pegawai dengan tujuan
untuk meningkatkan semangat dan kegairahan kerja agar mereka mau dengan
sungguh bekerja keras dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam
sebuah organisasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu
organisasi, tanpa motivasi sudah tentu para pegawai tidak dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.Untuk itu motivasi harus diberikan oleh pimpinan sebagai
motivator dalam meningkatkan semangat kerja, memberikan dorongan serta arahan
kearah pemanfaatan yang paling optimal guna tercapainya tujuan organisasi. Disisi
lain motivasi dapat membentuk, menyaluran dan memelihara perilaku seseorang
dalam melakukan aktifitasnya. Oleh sebab itu dalam rangka menciptakan pegawai
yang berperilaku baik dalam arti memiliki semangat, dedikasi dan loyalitas yang
tinggi terhadap tugas pekerjaan yang diberikan kepadanya, maka motivasi hendaknya
menjadi subjek penting bagi setiap pimpinan organisasi. Dikatakan demikian karena
penyelesaian berbagai program yang ditetapkan dalam suatu organisasi sangat
ditentukan oleh sejauh mana para pegawi berperilaku dalam kelompok kerja sama.
Dari segi aktif/dinamis motivasi nampak sebagai usaha positif untuk menggerakkan,
mengarahkan semua daya dan semua potensi tenaga kerja agar secara produktif
berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan organisasinya. Sebaliknya kalau dilihat
dari segi pasif, maka motivasi akan nampak sebagai suatu kebutuhan dan juga
sekaligus sebagai perangsang untuk mengarahkan, menggerakkan potensi dan daya
pegawai kearah yang diinginkan untuk mencapai tujuan.
Oleh Kelompok 3:
Desi Putri (15101014)
Destya Liziana (15101015)
Farida Akhiria (15101026)
Hetty Kusendang (15101036)
Lia Yuliadi (15101045)
Safratul Aini (15101121)
Dosen Pembimbing:
Sri Ambar Rinah, MPM
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat tersusun hingga selesai. Yang mana
makalah ini membahas tentang PERILAKU KELOMPOK DALAM
ORGANISASI. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang PERILAKU
KELOMPOK DALAM ORGANISASI ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap para pembaca.
Penyusun
KATA PENGANTAR...................................................................................................................74
DAFTAR ISI....................................................................................................................................75
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................76
A. Latar Belakang....................................................................................................................76
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................76
C. Tujuan....................................................................................................................................77
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................78
A. Pengertian Perilaku Kelompok......................................................................................78
B. Bentuk-Bentuk Kelompok..............................................................................................80
C. Fungsi Kelompok...............................................................................................................83
D. Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok.....................................................................84
E. Faktor yang Memengaruhi Efektivitas Kelompok dan Dinamika
Kelompok............................................................................................................................87
BAB II PENUTUP........................................................................................................................89
A. Kesimpulan..........................................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................90
LAMPIRAN I..................................................................................................................................91
LAMPIRAN II................................................................................................................................93
LAMPIRAN III..............................................................................................................................00
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia dalam berbagai kegiatan apapun manusia akan terlibat
dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari
kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok
seperti ini. Kelompok dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan dan bisa
memengaruhi perilaku individu dalam satu kondisi organisasi. Hubungan antar
individu dalam kelompok harus terjaga. Kelanggengan kelompok terletak pada
kesungguhan masing-masing individu yang tergabung dalam kelompok untuk
saling memperbarui semangat kolektivitas dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara bersama dengan menampung sebagian besar aspirasi individual.
Semakin banyak aspirasi anggota kelompok yang terakomodasi, semakin puaslah
anggota kelompok (Wahjono, 2010).
Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan
meningkatnya perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi,
yang selanjutnya akan membentuk perilaku kelompok. Salah satu topik menarik
dalam bidang perilaku organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai
perilaku kelompok karena kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia,
setiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Maka dalam makalah
ini akan dibahas mengenai perilaku kelompok dalam organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perilaku kelompok dalam organisasi?
2. Apa saja bentuk-bentuk kelompok?
3. Apa fungsi dari kelompok dalam organisasi?
4. Bagaimana tahap-tahap perkembangan kelompok?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami perilaku kelompok dalam organisasi.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kelompok.
3. Untuk mengetahui fungsi dari kelompok dalam organisasi.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kelompok.
5. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi efektivitas kelompok dan
dinamika kelompok.
Jadi, perilaku kelompok adalah semua kegiatan yang dilakukan dua atau
lebih individu yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dan saling bergantung
untuk menghasilkan prestasi yang positif, baik untuk jangka panjang dan
pertumbuhan diri. Bila satu kelompok terdapat dalam satu organisasi maka
anggotanya harus:
1. Termotivasi untuk bergabung.
2. Menganggap kelompok sebagai kesatuan unit dari orang yang berinteraksi.
B. Bentuk-Bentuk Kelompok
1. Kelompok Primer (Primary Group)
Menurut pendapat Charles H. Cooley (1911), diambil dari fred
Luthans (1981), menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok-
kelompok primer adalah: by primary group, I mean those characterized by
intimate, face to face association and cooperation. They are primary in several
sense, but chiefly in that they are fundamental in forming the social nature and
ideals of the individual. Yang diartikan dalam bahasa Indonesia, kelompok
primer adalah kelompok-kelompok primer yang mempunyai sifat adanya
keakraban, kerja sama dan hubungan tatap muka mereka dalam beberapa
perasaan tetapi pada intinya mereka secara mendasar membentuk sifat sosial
dan cita-cita individu.
Secara umum istilah kelompok kecil (small group) dan kelompok
primer (primary group) di pakai bergantian. Suatu kelompok kecil dijumpai
hanya untuk dihubungkan dengan suatu kriteria ukuran jumlah anggota
kelompok yaitu kelompok yaitu kelompok kecil. Dan secara umum tidak diikuti
dengan jumlah yang tepat untuk kelompok jecil tersebut. Suatu kelompok
primer haruslah mempunyai suatu prasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas,
dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai dari para anggotanya.
dengan demikian, semua kelompok primer adalah kelompok yang kecil
ukurannya, tetapi tidak semua kelompok kecil adalah primer. Contoh dari
kelompok primer ini adalah keluarga (peer group).
4. Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah setiap kelompok di mana seseorang
melakukan referensi atasnya. Orang ini mempergunakan kelompok tersebut
sebagai suatu ukuran (standard) untuk evaluasi dirinya dan atau sebagai sumber
dari nilai dan sikap pribadinya. Kelompok ini dapat dikatakan memberikan dua
fungsi bagi seseorang untuk evaluasi diri antara lain: a) Fungsi Perbandingan
Sosial (Social Comparison)
C. Fungsi Kelompok
Kelompok dalam organisasi mempunyai fungsi tertentu baik untuk
organisasi maupun anggotanya. Adapun fungsi kelompok bagi individu maupun
organisasi adalah:
1. Kelompok sebagai alat utama untuk mengurangi rasa ketidakamanan,
kegelisahan,dan rasa kurang mampu. Para individu merasa lebih perkasa,
mengurang rasa keraguan, lebih tahan dari ancaman-ancaman ketika ia
merupakan bagian kelompok.
2. Kelompok menjadi alat untuk melakukan tugas-tugas yang kompleks, dan
tugas-tugas yang memerlukan saling ketergantungan diantara dua orang atau
lebih yang sukar dilakukan secara individual.
3. Kelompok merupakan alat utama pernyataan diri sendiri dan pemilikan
pengakuan diri.
4. Kelompok menjadi alat bantu memunculkan ide-ide baru atau alat untuk
menyelesaikan suatu tugas secara kreatif.
5. Efektifitas Kelompok
Tujuan pembentukan kelompok, sebagaimana telah disebutkan, adalah
untuk memelihara dan meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam
mencapai tujuan kelompok pada khususnya, dan organisasi pada umumnya. Ini
dilakukan melalui upaya penciptaan proses kelompok (group proccess) yang
dapat menimbulkan sinergisme (synergism), yang berarti keseluruhan lebih
besar dari pada jumlah bagian-bagian dan melalui pemeliharaan berbagai aspek
yang dapat menciptakan iklim ke arah peningkatan hasil kerja.
O Sistem Sistem
Penggajian
R
Sistem Struktur Kelompok,
G
Otoritas Norma Kelompok,
A Kepemimpinan dan
Strategi Ukuran Kelompok
N Organisasi
Produktivitas
Proses Kelompok
I Lingkungan Kelompok
Kerja
S
Potensial Anggota
A Budaya dan Kepribadian
Organisasi
S
Registrasi Rancangan Tempat
I
Formal Kerja
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kelompok dalam organisasi adalah aktivitas yang dilakukan dua
orang atau lebih yang berkumpul dan berinteraksi sebagai anggota organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi tertentu yang telah disepakati. Perilaku individu
harus diarahkan menuju kepentingan organisasi guna mencapai tujuan organisasi
sehingga dalam perkembangan selanjutnya perilaku kelompok berkembang
menjadi perilaku organisasi. Ada begitu banyak manfaat dari keberadaan
kelompok dalam suatu organisasi, baik manfaat untuk individu sebagai bagian atau
anggota kelompok maupun bagi efektifitas kerja suatu organisasi yang sedang
berjalan. Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota
mempertimbangkan diri mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk
mencapai tujuan umum, dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain
secara teratur untuk mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode
waktu.
Buku:
Jurnal
Rachman, Dian Anggraeni, Asiah Hamzah dan Nurhaedar Jafar; 2013; “Pengaruh
Perilaku Kelompok Terhadap Kepuasan Kerja Perawat di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa”; Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS; Makassar
Sitorus, Brico; 2013; “Pengaruh Sikap dan Perilaku dalam Kelompok Pada PT Bank
SUMUT Cabang Tarutung”; Jurnal Media Informasi Manajemen USU, Vol. 1,
No. 1; Medan
STUDI KASUS
2. Struktur Kelompok
Struktur kelompok ditunjukkan melalui struktur organisasi, penetapan
jumlah anggota, melaksanakan tugas sesuai dengan peran masing-masing. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 105 responden yang menilai struktur
kelompok baik terdapat 48 responden (45,7%) yang merasa puas dan terdapat
57 responden (54,3%) yang kurang puas. Sedangkan dari 5 responden yang
menilai struktur kelompok kurang terdapat 4 responden (80,0%) merasa puas
dan terdapat 1 responden (20,0%) yang memiliki kepuasan kerja yang kurang di
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Hal ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh negatif pada struktur yang terpusat terhadap kepuasan dan ada
pengaruh positif antara spesialisasi struktur dan formalisasi struktur terhadap
kepuasan kerja.
4. Konflik
Konflik ditunjukkan melalui adanya ketidakcocokan antar sesama
rekan kerja, Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 responden yang
menilai jika konflik kurang terdapat 46 responden (75,4%) yang merasa puas
dan terdapat 15 responden (24,6%) yang kurang puas. Sedangkan dari 49
responden yang menilai jika konflik baik terdapat 6 responden (12,2%) yang
merasa puas dan terdapat 43 responden (87,8%) yang memiliki kepuasan kerja
yang kurang di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Hal ini dibuktikan
dengan nilai sig.t yang kurang dari 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel
dan nilai beta yang positif menandakan bahwa konflik peran mempunyai
pengaruh terhadap kepuasan kerja guru. pengujian hipotesis ini mendukung
konsep yang dikemukakan Menurut Winardi (2009) konflik didalam sebuah
kelompok tertentu dapat melibatkan kelompok tersebut secara keseluruhan,
maupun para anggota individualnya.
6. Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan kelompok ditunjukkan melalui pembuatan
keputusan yang terkait dengan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 110 responden terdapat 77 responden (70,0%) yang menilai pembuatan
keputusan kelompok baik dan terdapat 33 responden (30,0 %) yang menilai
pembuatan keputusan kelompok di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa masih
rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan kerja karyawan
yang terdiri dari dukungan kelompok kerja (group support), partisipasi dalam
pengambilan keputusan (participation in decision-making) dan interdependensi
tugas (task interdependence).
MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Mata Kuliah Perilaku
Organisasi pada Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji
Oleh Kelompok 5:
1. Djumiati : 14101014
2. Novita Sari : 15101064
3. Eti Hermayani : 15101023
4. Audina Listari : 15101007
5. Juniati: 15101041
Dosen Pembimbing:
Sri Ambar Rinah, MPM
DAFTAR ISI....................................................................................................................................99
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................100
A. Latar Belakang.................................................................................................................100
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................101
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................102
A. Pengertian Tim Kerja.....................................................................................................102
B. Perbedaan Antara Kelompok dan Tim......................................................................103
C. Model Efektivitas Tim Kerja.......................................................................................103
D. Jenis Tim............................................................................................................................104
E. Karekteristik Tim.............................................................................................................107
F. Proses Tim..........................................................................................................................108
G. Mengatur Konflik Tim..................................................................................................110
H. Manfaat dan Kerugian Tim..........................................................................................112
I. pengertian kepemimpinan..............................................................................................112
J. Sifat Kepemimpinan........................................................................................................113
K. Pendekatan kekuatan pengaruh..................................................................................113
BAB III PENUTUP....................................................................................................................116
A. Kesimpulan.......................................................................................................................116
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................117
LAMPIRAN II.............................................................................................................................118
LAMPIRAN III............................................................................................................................120
LAMPIRAN III............................................................................................................................000
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam definisi singkat, teamwork merupakan serangkaian nilai, sikap dan
perilaku dalam sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang
dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru
merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif.
Untuk mencapai kerjasama tim yang baik perlu ditumbuhkan sikap-sikap positif
di antara anggota tim. Antara lain kebiasaan untuk saling mendengarkan
sehingga tercipta komunikasi yang baik, memberikan dukungan kepada anggota
tim yang membutuhkan, dan apresisasi terhadap kontribusi dan pencapaian yang
diperoleh dari setiap anggota tim. Sebuah team work akan menjadi penentu
mulus tidaknya perjalanan organisasi. Sebab itu sangat diperlukan adanya
kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian.
Kelompok dan Tim adalah dua konsep berbeda. Kelompok atau groups
didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang saling bergantung dan
bekerjasama, yang secara bersama berupaya mencapai tujuan. Kelompok kerja
(work groups) adalah kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi
terutama untuk saling berbagi informasi untuk membuat keputusan guna
membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya masing-masing.
Kelompok kerja tidak memiliki kebutuhan ataupun kesempatan untuk terlibat di
dalam kerja kolektif yang memerlukan upaya gabungan dari seluruh anggota tim.
Akibatnya, kinerja mereka sekedar kumpulan kontribusi parsial dari seluruh
individu anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang menciptakan tingkat
kinerja keseluruhan yang lebih besar ketimbang totalitas input yang mereka
berikan. Sementara itu, Tim Kerja mengembangkan sinergi positif melalui upaya
yang terkoordinasi. Upaya individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja
yang lebih besar ketimbang totalitas input para individunya.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimanakah konsep tentang Tim Kerja?
B. Bagaimanakah membentuk Tim Kerja?
C. Bagaimanakah mengubah individu menjadi pemain Tim Kerja?
PEMBAHASAN
Efektifitas tim kerja didasarkan pada dua hasil – hasil produktif dan
kepuasan pribadi. Kepuasan berkenaan dengan kemampuan tim untuk memenuhi
kebutuhan pribadi para anggotanya dan kemudian mempertahankan keanggotaan
serta komitmen mereka. Hasil produktif berkenaan dengan kualitas dan kuantitas
hasil kerja seperti yang didefinisikan oleh tujuan – tujuan tim. Faktor – faktor
yang mempengaruhi efektifitas tim yaitu konteks organisasional, struktur,
strategi, lingkungan budaya, dan sistem penghargaan. Karakter tim yang penting
adalah jenis, struktur, dan komposisi tim. Karakteristik – karakteristik tim ini
D. JENIS TIM
1. Tim Formal
Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur
formal organisasi. Dua jenis tim formal yang paling umum adalah tim
vertikal dan tim horizontal.
2. Tim Vertikal
Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam
rantai komando formal. Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim
komando.Setiap tim diciptakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan –
tujuan tertentu lewat aktifitas dan interaksi bersama para anggota.
3. Tim Horizontal
Tim horizontal terdiri atas karyawan - karyawan dari tingkat hierarkis
yang hamper sama, tetapi dari bidang keahlian yang berbeda. Dua jenis tim
horizontal yang paling umum adalah angkatan tugas dan komite.Angkatan
tugas adalah kelompok karyawan dari departemen - departemen berbeda
yang dibentuk untuk menangani aktifitas tertentu dan hanya bertahan sampai
tugas itu selesai.Komite biasanya berumur panjang dan mungkin merupakan
bagian permanen dari struktur organisasi. Komite memberikan keuntugan
yaitu: memungkinkan para anggota organisasi untuk bertukar informasi,
menghasilkan saran -saran untuk mengoordinasi unit - unit organisasional
yang diwakilkan, mengembangkan berbagai ide dan solusi baru untuk
masalah - masalah organisasional yang ada, dan membantu perkembangan
berbagai praktik dan kebijaksanaan organisasional yang baru.
Dua jenis tim yang semakin sering digunakan adalah tim virtual/maya dan tim
global:
Tim virtual terdiri atas anggota - anggota yang tersebar secara geografis dan
organisasional yang terikat terutama oleh kemajuan teknologi informasi dan
telekomunikasi. Tim virtual sering meliputi para pekerja lepas, anggota organisasi
rekanan, pelanggan, pemasok, konsultan, atau pihak - pihak luar lainnya. Salah satu
keuntungan utama tim virtual adalah kemampuan untuk dengan cepat mengumpulkan
kelompok orang yang paling tepat untuk menyelesaikan proyek yang kompleks,
memecahkan masalah tertentu, atau mengekploitasi peluang strategis tertentu.
Tim global adalah tim kerja lintas batas yang terbentuk dari anggota - anggota
dengan kebangsaan yang berbeda yang aktifitasnya menjangkau banyak Negara. Tim
global dapat dibagi dalam dua kategori yaitu tim interkultiral yang para anggotanya
berasl dari berbagai negara atau budaya yang berbeda dan bertemu dengan
berhadapan secara langsung, dan tim global virtual yang para anggotanya tinggal di
lokasi yang terpisah di seluruh penjuru dunia dan melaksanakan pekerjaan mereka
dengan bantuan teknologi elektronik.
Mendorong
Berpadu
Mengurangi Ketegangan
Mengikuti
Berkompromi
F. PROSES TIM
Tingkat Perkembangan Tim
a. Pembentukan. Tingkat pembentukan adalah periode orientasi dan perkenalan.
Selama tigkat pembentukan ini, pemimpin tim harus memberikan waktu bgi
para anggota untuk mengenal satu sama lain dan mendorong mereka terlibat
dalam diskusi informal dan social.
b. Prahara. Selam tingkat prahara kepribadian individual muncul. Tingkat ini
ditandai oleh konflik dan perselisihan pendapat.
c. Penetuan norma. Selama tingkat penentuan norma, konflik konflik
diselesaikan, dan keharmonisan serta kesatuan tim muncul. konsensus
terwujud pada siapa yang memiliki kekuasaan, siapa pemimpinnya, dan peran
– perab para anggota.
d. Pelaksanaan. Selama tingkat pelaksanaan, penekanan utama ada pada
pemecahan masalah dan penyelesaian tugas yang diberikan. Selama tingkat ini
pemimpin harus berkonsentrasi terhadap pelaksanaan kinerja tugas yang
tinggi. Spesialis sosioemosional dan spesialis tugas harus memberikan
kontribusi.
e. Pembubaran. Tingkat pembubaran muncul dalam komite, angkatan tugas, dan
tim yang memiliki tugas yang terbatas untuk dikerjakan dan dibubarkan
Kekompakan Tim
a. Interaksi tim. Hubungan yang lebih baik antara anggota tim dan semakin
banyak waktu yang dihabiskan bersama, semakin kompak tim tersebut.
b. Konsep tujuan yang sama. Anggota tim sepakat dengan tujuan dan
menjadikan lebih kompak
c. ketertarikan pribadi terhadap tim. Para anggota memiliki sikap dan nilai yang
serupa dan senang berkumpul.
Norma Tim
a. Norma tim adalah standar perilaku yang sama – sama dimiliki oleh para
anggota tim dan membimbing perilaku mereka. Norma bersifat informal.
Norma juga tidak tertulis, seperti halnya peraturan dan prosedur.
b. Norma mengidentifikasikan nilai – nilai utama, mengklarifikasi harapan –
harapan peran, dan memudahkan kelangsungan hidup tim. Norma yang
relevan dengan perilaku sehari – hari dan hasil kerja serta kinerja karyawan
secara berangsur –angsur berkembang. Empat cara berkembangnya norma tim
yang lazim untuk mengendalikan dan mengarahkan perilakuyaitu :
1. Peristiwa penting. Peristiwa penting dalam sejarah tim membangun
teladan yang penting.
1. Sumber daya yang langka. Sumber daya meliputi uang, informasi, dan
persediaan.
2. Ambiguitas Yurisdiksional. Konflik juga muncul ketika batas dan tanggung
jawab pekerjaan tidak jelas.
3. Gangguan komunikasi. Potensi gangguan komunikasi bahkan lebih besar
dalam tim virtual dan tim global yang terdiri atas anggota dari negara dan
budaya yang berbeda. Komunikasi yang buruk menyebabkan kesalahan
persepsi dan kesalah pahaman orang lain dari tim.
4. Bentrokan kepribadian. Bentrokan kepribadian muncul ketika orang -orang
tidak bekerja dengan harmonis atau tidak sepenuhnya setuju dalam isu apa
pun.
Anggota - anggota tim yang efektif mengubah gaya mereka dalam menangani
konflik agar sesuai dengan situasi tertentu. Lima gaya ini sesuai untuk kasus - kasus
tertentu.
a. Tingkat usaha. Tim -tim karyawan sering mengeluarkan banyak energi dan
kreativitas dari para pekerja yang menyukai ide penggunaan otak dan badan
mereka untuk mencapai tujuan.
b. Kepuasan Anggota. Bekerja dalam tim dapat membantu memenuhi kebuuhan
- kebutuhan tersebut.
c. Pengetahuan dan keterampilan kerja yang luas. Tim memperoleh sumber -
sumber yang intelektual dari beberapa anggota.
d. Responsifitas organisasional. Tim -tim karyawan meningkatkan fleksibilitas
karena para pekerja dapat diorganisasi dan para karyawan ditugaskan kembali
ketika dibutuhkan.
Kerugian Potensial Tim
I. Pengertian kepemimpinan
Ralph M.Stogdill dalam survainya mengenai riset dan teori kepemimpinan
menyatakan bahwa,”jumlah batasan atau definisi yang berbeda-beda mengenai
kepemimpinan hampir sa,ma banyaknya dengan jumlah orang yang mencoba
J. Sifat Kepemimpinan
Semakin besar sumberkekuasaan yang yang tersedia bagi manajer
maka semakin besar potensinya untuk menjalankan kepemimoinan yang
efektif, fakta yang basa sama dalam herarkir organisasi sangat berbeda dengan
kemampuannya untuk para manajer pada tingkat yang sama mungkin
mempunya sah yang sama,mereka tidak sama dalam hubungan dengan
pelaksanaan kekuasaan imbalan,paksaan,referansi ataupun keahlian.
2. Pendelegasian
Pendelegasian merupakan proses di mana pemimpin meminta seorang
atau beberapa orang untuk mengambil alaih tanggung jawab dalam pembuatan
keputusan. Meskipun pendelegasian dianggap sebagai bentuk kepemimpinan
partisipatif, tetapi terdapat banyak alas an untuk memperlakukanya sebagai
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
berinteraksi dan mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu.Definisi ini
memiliki tiga komponen.Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang
– orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang
dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.
Jenis-jenis tim terdiri dari : Tim pemecah masalah, Tim kerja pengelola diri,
Tim lintas fungsional dan Tim Virtual.Ciri –ciri tim yang efektif apabila:
memiliki tujuan yang sama, antusiasme yang tinggi, peran dan tanggung jawab
yang jelas, komunikasi yang efektif, Resolusi konflik, Shared power, keahlian,
dan Evaluasi.
BUKU:
Burhanudin dan Sunyoto, Danang. 2011. Perilaku Organisasi. Sleman: Seturan Utara
Dila, Afifah Nasyahta dan Thinni Nurul Rochmah. Analisis Pengaruh komunikasi
kepemimpinan dan tim kerja terhadap kedisiplinan pegawai rumah sakit X.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga: Surabaya
Tika. Moh. Pabundu. Budaya organisasi dan Peningkatan kinerja perusahaan: Bumi
Aksara
JURNAL:
STUDI KASUS
Disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku yang berniat untuk menaati
segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk menyesuaikan
dengan peraturan organisasi (Helmi,1996). Rivai (2005) mengartikan disiplin kerja
sebagai suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan
karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta vsebagai suatu
upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dapat disimpulkan
bahwa disiplin kerja terbentuk tidak hanya berasal dari individu itu sendiri, namun
Hasil dari uji regresi linier menunjukkan nilai ρ=0,004 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara efektivitas tim kerja terhadap
kedisiplinan pegawai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Houghton et.al (2003) bahwa
tim kerja cenderung menciptakan berbagai macam keuntungan seperti peningkatan
produktivitas, kualitas output, dan kualitas kehidupan kerja karyawan. Lebih lanjut
lagi tim kerja dapat mengurangi turnover, ketidakhadiran dan konflik.
Jika silaturahmi terjaga maka akan muncul rasa kekeluargaan pada setiap
pegawai sehingga akan meningkatkan rasa nyaman berada di tempat
Oleh Kelompok 6:
Dosen Pembimbing:
Sri Ambar Rinah, MPM
Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puji dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah kepada kami, sehingga kmi dapat menyelesaikan
makalah tebtang teknologi rancangan kerja dan stress kerja.
Makalah ini kami buat berdasarkan mendapatkan dari berbgai pihak sehingga
dapat memperlancarkan pembuatan makalah ini. terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan
kritikan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi insipirasi ataupun
manfaat bagi pembaca.
Penyusun
KATA PENGANTAR.................................................................................................................124
DAFTAR ISI.................................................................................................................................125
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................126
A. Latar Belakang.................................................................................................................126
KESIMPULAN............................................................................................................................136
A. Saran....................................................................................................................................136
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................137
LAMPIRAN I...............................................................................................................................138
LAMPIRAN II.............................................................................................................................139
LAMPIRAN III............................................................................................................................000
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Namun tidak dapt dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi
pada setiap karyawan atau pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh
dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja.seseorang yang
mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu mengerjakan pekerjaan itu
dengan baik.
Dalam hal ini perusahaan dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi
pekerja tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut. Melihat
kejadian stres yang sering terjadi serta bagaimana penanganannya yang baik akan
dibahas dalam makalah ini agar kita bisa mengetahui bagaimana stres dan
penanggulangannya serta pencegahan stres itu terutama dalam bekerja.
2. Pengertian perancangan
Sistem kerja adalah merupakan kesatuan yang terdiri atas manusia,
metode dan alat atau mesin. Ketiga elemen tersebut dapat berinteraksi dengan
baik karena ketiga elemen dapat saling menghubungkan satu sama lain
sehingga berpengaruh pada outfut yang dihasilkan.dari hasil yang digunakan
dapat mengukur rancangan dalam sebuah produk.jadi struktur organisasi
adalah sistem otomatis yang terstruktur agar duijadikan landasan dalam suatu
organisasi.
Karekteristik Rancangan
Seseorang dapat dikatakan perancang yang baik harus memiliki
karakteristik oleh perancang agar menghasilkan produk yang baik:
a. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.
b. Memiliki imajinasi untuk mer amalkan masalah yang mugkin akan timbul
Berdya cipta.
c. Mempunyai keahlian dibidang matematika, tergantung dari jenis rancangangan
yang dibuat.
Stress kerja adalah suatu perasaan yang tertekan yang dialami oleh
karyawan dalam menghadapi suatu pekerjaan, stress kerja ini dampak dari
simpton, antara lain emosi tidak stabil perasaan tidak tenang suka menyendiri,
sulit tidur merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, dan tekanan
darah meningkat.
Dalam undang-undang RI NO. 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal
164 dan pasal 165, usaha kesehatan guna untuk melindungi para pekerja. stres
kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau perasaan yang tertekan yang
di alami karywan dalam mengjadapi pekerjaan.(Anwar Prabu, 1993:93)
Pengertian stres kerja tujuan yang dicapai perusahaan tidak akan terlepas
dari peran dan adil setiap karyawan yang menjadi penggerak organisasi. Stres
kerja menurut Satrio (2015:19) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan
dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan
proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau
peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik
seseorang.Satrio (2015, hal 19) menjabarkan bahwa masalah stres kerja di
dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai
timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan.
Stress merupakan satu responadoptif terhadap suatu situasi yang
dirasakan mengancam seseorang.kita sering mendengar stres akibat negative
dari kehidupan modern.
C. Konflik Peran
Stress dikarenakan tidak jelasnya peran dalam bekerja dan tidak tahu
yang diharapkan oleh manajemen. akibat sering muncul ketidak puasan kerja,
menimbulkan prestasi sehingga adanya keinginan untuk meninggalkan suatu
pekerjaan tersebut.
Pengembangan karir
Menurut Byars dan Rue (2000), pengembangan karir merupakan
aktivitas formal dan berkelanjutan. merupakan suatu upaya organisasi untuk
mengembangkan sumberdaya manusia dengan menyediakan kebutuhan
Kondisi kerja sama antara karyawan dengan yang satu saling peduli
akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk
memudahkan mengerjakan tugas. Rekan kerja yang mendukung, orang-orang
mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari
dalam kerja. bagi kebanyakan karyawan yang kerja, juga mengisi kebutuhan
akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai
rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar kepuasan kerja yang
1. Kesehatan
Tubuh mausia pada dasarnya dilengkapi sistem kekebalan untuk
mencegah serangan penyakit tubuh manusia dalam mencegah dan mengatasi
pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibody sehinnga
orang yang terkena stress mudah pula terkena penyakit.
2. Psikologis
3. Interaksi interpersonal
A. KESIMPULAN
Stress kerja merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana
hal tersebut dipengaruhi oleh diri sendiri maupun lingkungan sekitar tempat
tinggal. Dan faktor penyebab stress kerja anatara lain beban kerja yang dirasakan
terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang tidak
memadai yang berhubungan dengan tanggug jawab, konflik kerja. Stress yang
terjadi dapat berupa fositif maupun negative bagi orang yang mengalami stress
tersebut.
Buku:
Sugiarto, Endar. 2010. Psikolgi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Internet:
Purwanto, Sugeng & Mulyani, Sri. Februari (2009). Pengaruh Stres Kerja dan
Afektivitas Negatif Terhadap Pemberdayaan Psikologis, Kepuasan Kerja dan
Kinerja. Jurnal Eksekutif, Vol. 6 No.1.
http//download.portal garuda/articlejur.Jurnal2012
http//media/publication/2885-id-pengaruhorganisasidanstresskerjajurnal2012
Menurut EP. Gintings ( dalam Rochman 2010 ), stres adalah reaksi tubuh
manusia terhadap setiap tuntutan yang dialami oleh seseorang dalam beberapa hal.
Pertama, keletihan dan kelelahan akibat kehidupan. Kedua, suatu keadaan yang
dinyatakan oleh suatu sindroma khusus dari peristiwa biologis baik menyenangkan
maupun tidak. Ketiga, mobilisasi pembelaan tubuh yang memungkinkan adaptasi
terhadap peristiwa kekerasan atau ancaman. Keempat, terganggunya mekanisme
keseimbangan dalam diri seseorang yaitu keseimbangan luar yang sifatnya fisik,
mentaldan spiritual oleh karena perubahan yang mendadak yang sifatnya tidak
menyenangkan. Kelima, mengecilnya potensi seseorang karena adanya luka-luka
perasaan, berat badan dan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam diri
seseorang. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa stres merupakan ungkapan
reaksi tubuh manusia terhadap setiap tuntutan yang dialami olehnya dan merupakan
mobilisasi atau gerakan pembelaan tubuh manusia.
2. Cara Penanganan
Kasus ini menerangkan mengenai aksi protes para pekerja Foxconn di China
yang mengatakan bahwasanya pihak perusahaan tidak memikirkan hak para
pekerja. Upah yang diberikan tidak setimpal dengan apa yang dikerjakan. Hal
tersebut terbukti dengan tewasnya salah satu karyawan PT.Foxconn yang mati
dirumahnya akibat stres kerja. Stres yang dialami pekerja tersebut dikarenakan
perusahaan menuntut untuk bekerja keras tanpa istirahat.
Oleh Kelompok 7:
ILHAM : 15101039
NIHUAT : 15101062
IKA LESTARI : 15101038
DHENNY EKA NURDIANSYAH : 15101019
HENGKY RAMADANSYAH : 15101034
Dosen Pembimbing:
Sri Ambar Rinah, MPM
DAFTAR ISI.................................................................................................................................143
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................144
A. Latar Belakang.................................................................................................................144
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................145
A. Pengertian Konflik..........................................................................................................145
B. Pandangan Terhadap Konflik.......................................................................................146
C. Tahap-Tahap Konflik......................................................................................................148
D. Faktor-Faktor yang Menyebabakan konflik antar Kelompok............................148
E. Jenis-Jenis Konflik..........................................................................................................150
F. Dampak Konflik..............................................................................................................150
G. Pengertian Negosiasi......................................................................................................152
H. Strategi Negosiasi...........................................................................................................152
I. Proses Negosiasi..............................................................................................................153
J. Negosiasi Menggunakan Pihak Ketiga.....................................................................154
K. Metode Pengelolaan Hubungan antar Kelompok...................................................155
A. Kesimpulan.......................................................................................................................158
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................159
LAMPIRAN I...............................................................................................................................160
LAMPIRAN II.............................................................................................................................162
LAMPIRAN III............................................................................................................................000
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
1. KONFLIK
A. Pengertian Konflik
Konflik adalah suatu proses di mana satu pihak menganggap bahwa pihak
lain menentang atau menghalangi kepentingan – kepentinganya (Kreitner dan
kinicki,2005), sementara itu Grenberg dan Baron (2003) mendefinikan konflik
sebgai proses dimana suatun kelompok merasa atau mempersepsikan kelompok
lain akan mendapatkan atau menggunakan tindakan yang bertentanga dengan
kelompoknya.”Drs. Danang Sunyoto, SE., SH.,MM (Universitas Janabadra
Yogyakarta)
1. Konflik fungsional
Konflik fungsional yaitu/functional conflic, yaitu pertentangan antar
kelompok yang dapat meningkatkan kinerja. Misalanya dua departenmen
dalam sebuah hotel memperdebatkan cara yang paling efektif dan efisien
dalam memberikan pelayan yang memuaskan kepada para tamu hotel. Kedua
departemen tersebut memiliki tujuan yang sama, tetapi cara berbeda,.
Perbedaan pandangan mengenai cara mencapai tujuan tersebut, dapat
meningkatkan kesadaran organisasi terhadapmasalah-masalah yang harus di
atas, mendorong pencarian solusi yang lebih prduktif, memfasilitasi terjadinya
perubahan yang positif, adaptasi, dan inovatif.
2. Konflik disfungsional/dysfunctional conflic, yaitu pertentangan atau interaksi
antar kelompok yang mengganggu kinerja atau tujuan organisasi. Tidak jarang
semula konflik bersifat fungsional dapat berubah menjadi konflik yang
disfungsional. Pimpinan organisasi harus mencari cara agar konflik ini tidak
terjadi.
Perbedaan antara konflik fungsional dan disfungsional terletak pada apakah
tujuan atau kepentingan organisasi tercapai atau tidak. Konflik fungsioanl adalah tipe
konflik yang mendukung tujuan sasaran organisasi serta meningkatkan kinerja,
sedangkan konflik disfungsiomal adalah tipe konflik yang justru menghambat kinerja
organisasi.(Kreitner dan Kinicki, 2005 :127)
a. Konflik di persepsikan. Tahap ini mulai terjadi ketika suatu kelompok mulai
menyadari kemungkinan akan muncul konflik terbuka akibat dari suatu situasi.
b. Konflik yang di rasakan dari kinflik yang di persepsikan dapat menjadi
konflik yang di rasakan, tetapi dapat pula tidak. Pada tahap ini sudah terjadi
peningkatan keterlibatan emosional.konlik ini di rasakan daalm
bentukkecemasan, ketegangan, dan dapat juga permusuhan.pihak-pihak yang
terlibat konflik dapat berupaya untuk mengurangi emosi-emosi negatif karena
di anggap mengganggu hubungan mereka.
c. Konflik yang termanivestasikan. Pada tahap terakhir ini, konflik tidak lagi di
persepsikan atau di rasakan, tetapi sudah benar-benar terjadi. Masing-masing
pihak yang terlihat dengan konflik saling menyerang. Serangan dapat bersifat
verbal, tertulis, bahkan sampai pada serangan fisik. Pada tahap-tahap yang
tertidak terlibat dengan konflik juga merasakan adanya suatu masalah,
komflikyang termanivestasikan biasanya memiliki dampak jangka panjang
jika tidak di selesaikan.
3. variabel Pribadi. Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi,
yang meliputi: sistem nilai yang dimiliki tiap individu, karakteristik
kepribadian yang menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies)
dan berbeda dengan individu yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe
kepribadian tertentu, misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan
menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial. Jika
salah satu dari kondisi tersebut terjadi dalam kelompok, dan para karyawan
menyadari akan hal tersebut, maka muncullah persepsi bahwa di dalam
kelompok terjadi konflik. Keadaan ini disebut dengan konflik yang
dipersepsikan (perceived conflict). Kemudian jika individu terlibat secara
emosional, dan mereka merasa cemas, tegang, frustrasi, atau muncul sikap
bermusuhan, maka konflik berubah menjadi konflik yang dirasakan (felt
conflict). Selanjutnya, konflik yang telah disadari dan dirasakan
keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang nyata, jika pihak-pihak
yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku. Misalnya, serangan
secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik, huru hara,
pemogokan, dan sebagainya.
F. Dampak Konflik
Dampak konflik yang terjadi on rganisasi meliputi dua dampak yaitu dampak
positif dan dampak negatif.
Menghambat kerjasama. Sejatinya konflik langsung atau tidak
langsung akan berdampak buruk terhadap kerjasama yang sedang
dijalin oleh kedua belah pihak ataupun kerjasama yang akan
direncanakan diadakan antara kedua belah pihak.
Apriori. Selalu berapriori terhadap "lawan". Terkadang kita tidak
meneliti benar tidaknya permasalahan, jika melihat sumber dari
persoalan adalah dari lawan konflik kita.
Saling menjatuhkan. Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik
yang terjadi diantara sesama orang di dalam suatu organisasi, akan
selalu muncul tindakaan ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu
sama lain dan membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh
dengan masalah.
A. PENGERTIAN NEGOSIASI
Negosiasi menurut Ivancevich (2007) sebuah proses di mana dua pihak (atau
lebih) yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan. Menurut Sopiah
(2008), negosiasi merupakan suatu proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa negosiasi adalah suatu
upaya yang dilakukan antara pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud untuk
mencari jalan keluar untuk menyelesaikan pertentangan yang sesuai kesepakatan
bersama.
B. STRATEGI NEGOSIASI
C. PROSES NEGOSIASI
c. Konsiliasi adalah seseorang yang dipercaya oleh kedua pihak dan bertugas
menjembatani proses komunikasi pihak-pihak yang bersitegang. Seorang
konsiliator tidak memiliki kekuasaan formal untuk mempengaruhi hasil akhir
negosiasi seperti seorang mediator.
d. Konsultasi adalah situasi di mana pihak ketiga, yang terlatih dalam isu konflik
dan memiliki keterampilan penyelesaian konflik, berupaya memfasilitasi
b. Hirarki
Jika metode yang pertama dipandang kurang tepat maka hirarki kekuasaan
yang ada di dalam organisasi menjadi alternatif kedua di dalam mengelola
hubungan antar kelompok. Dengan demikian maka koordinasi akan diambil
alih oleh pejabat yang lebih tinggi yang berada didalam organisasi itu. Pejabat
yang lebih tinggi umumnya dapat dipandang sebagai pejabat yang ektif untuk
membina hubungan antar kelompok sebab pejabat yang tinggi ini secara
posisional mempunyai kekuasaan yang lebih besar dan dihapakan dapat
mempengaruhi hubungan antar kelompok.
c. Perencanaan
d. Peran Perantara
e. Pelaksana Tugas
Jika tugas (pekerjaan) sudah semakin banyak dan rumit maka persoalan
yang muncul dari pelaksanaan tugas (pekerjaan) akan semakin bamuak dan
rumit pula dan dalam keadaan demikian maka alat koordinasi yang ada sudah
dianggap kurang memadai dan tidak tepat. Pilihan berikutnya adalah
menyerahkan kerumitan hubungan antar kelompok ini kepada suatu tim. Tim
inilah yang akan memantau dan mengevaluasi pola hubungan antar kelompok.
Angota tim berasal dari masing-masing fungsi yang ada di dalam organisasi dan
ketika tugasnya telah selesai maka anggota tim ini akan kembali lagi kepada
induknya. Tim pemantau ini dikarenakan mempunyai keanggotaan yang
berkomposisi masing-masing fungsi maka dipandang mewakili masing-masing
fungsinya sehingga hasil pantauan dan evaluasinya dipandang cukup
representatif.
g. Departemen/Badan Terpadu
Jika hubungan antar kelompok telah menjadi terlalu sulit dan rumit untuk
dikoordinasikan melalui rencana, tugas (pekerjaan), tim dan sebagainya maka
organisasi sebaiknya membentuk departemen/badan terpadu.
Departemen/badan ini bersiat permanen dengan anggota yang secara formal
diberi tugas (pekerjaan) untuk memadukan dua kelompok atau lebih.
Departemen yang dibentuk ini akan digunakan jika organisasi sudah sangat
besar dan mempunyai tujuan-tujuan yang sering berlainan arah, mempunyai
berbagai persoalan yang tak rutin yang sangat rumit dan mempunyai keputusan
antar kelompok yang mempunyai dampak terhadap seluruh operasi organisasi.
Departemen/badan ini dapat dijadikan alat yang dapat diandalkan untuk
menangani konflik antar kelompok.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Buku:
Sukanto, Hani Handoko. 2000. Organisasi perusahan teri dan stuktur perilaku.
Yogyakarta: BPFE.
Internet:
http://guskokak11.blogspot.co.id/2015/12/konflik-perundingan-dan-hubungan-
antar.html?m=1
Hakim, Moh. Abdul; “Deprivasi Relatif dan Prasangka Antar Kelompok”; JURNAL
PSIKOLOGI VOLUME 39, NO. 1, JUNI 2012: 121 – 128
STUDI KASUS