Desi Fitriana
K7520018
Puji syukur Penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Laporan Akhir Magang Perilaku Organisasional di DPMPTSP
Surakarta dengan baik dan tepat waktu.
Pelaksanaan kegiatan magang sampai dengan penyusunan laporan ini tentunya tidak
terlepas dari dukungan, semangat serta bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat
moril maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Susantiningrum., S.Pd., SE., M.A.B., selaku Plt Kepala Program Studi
Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret,
2. Dr. Tri Murwaningsih, M.Si Pembimbing Magang Perilaku Organisasional
Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan arahan,
bimbingan, dan masukan selama pelaksanaan magang
3. Seluruh jajaran pimpinan dan staff DPMPTSP Kota Surakarta yang telah
membantu pelaksanaan magang, dan
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan ini
di masa yang akan datang. Demikian penyusunan laporan Magang Administrasi
Perkantoran ini, semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca
pada umumnya.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................................7
PENDAHULUAN...................................................................................................................7
A. Latar Belakang.............................................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................................8
E. Konflik kelompok........................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................10
iii
1. Lingkungan organisasinya......................................................................................10
2. Angkatan kerja.......................................................................................................10
3. Perilaku pegawai....................................................................................................10
BAB IV..................................................................................................................................11
IMPLEMENTASI SIKAP......................................................................................................11
BAB V...................................................................................................................................12
A. Simpulan....................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Taksonomi Beda Variabel Tim dan Kelompok versi Robbins.......................................39
v
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Beda Kelompok Kerja dengan Tim Kerja versi Robbins..........................................40
Gambar 2 Data Pegawai DPMPTSP Kota Surakarta.................................................................45
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Makna Penting Perilaku Organisasional
Menurut Robbins dan Judge perilaku organisasi adalah struktur tata
pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok
pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama
mencapai tujuan tertentu. Menurut Triatna, perilaku organisasi adalah sebuah
bidang studi yang menginvestasi pengaruh individu, kelompok, dan struktur
terhadap perilaku di dalam organisasi, untuk tujuan penerapan pengetahuan
demi peningkatan efektivitas organisasi. Perilaku organisasi mempedulikan
studi terhadap apa yang dilakukan orang-orang dalam suatu organisasi dan
perilaku tersebut mempengaruhi kinerjanya dalam organisasi.
8
kegiatannya. Dengan adanya ilmu mengenai perilaku organisasi, pelaku dalam
suatu organisasi dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam kegiatan
organisasi di instansi. Dengan adanya penyesuaian diri yang baik akan timbul
hubungan positif antar anggota organisasi yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja dalam organisasi tersebut.
9
B. Tujuan Mempelajari Perilaku Organisasional
Tujuan dari mempelajari perilaku organisasional di laporan ini adalah sebagai
berikut:
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dibawah ini adalah beberapa pendapat menurut para ahli yakni sebagai berikut:
1) Toha (2001) bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi
yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi
atau suatu kelompok tertentu.
2) John (1983) yang menyebutkan bahwa perilaku organisasi merupakan suatu
istilah yang agak umum yang menunjukkan kepada sikap dan perilaku
11
individu dan kelompok dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi
sistematis tentang sikap dan perilaku, baik yang menyangkut pribadi
maupun antar pribadi di dalam konteks organisasi.
3) James L. Gibson, John. M. Ivancevich, James. H. Donelly Jr. (1986)
menyebutkan bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah studi tentang
perilaku manusia, sikapnya dan hasil karyanya dalam lingkungan
keorganisasian.
4) Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku
dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu
untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
5) Prof.Joe.Kelly , perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana organisasi di bentuk,
tumbuh dan berkembang.
6) Drs. Adam Indrawijaya, perilakuorganisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik
aspek pengaruh anggota terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi
terhadap anggota.
7) Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus
(karakteristik) anggota dan sifat khusus (karakteristik) para anggotannya dan
pengaruh lingkungan.
8) Larry L Cummings bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir,
suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara
nyata hasil-hasil penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahan.
(pakdosen, 2023)
2. Unsur – unsur
a. Aspek psikologi tindakan manusia itu sendiri sebagai hasil studi psikologi.
12
b. Pandangan Ekonomi. Uang misalnya merupakan salah satu faktor pertimbangan
mengapa seseorang memasuki organisasi.
c. Perilaku organisasi sebagai suatu disiplin mengakui bahwa individu dipengaruhi
oleh bagaimana diatas dan siapa yang mengawasi mereka. Oleh sebab itu
struktur organisasi menyerap peranan penting dalam membahas perilaku
organisasi.
3. Prinsip – prinsip
a. Pembagian Kerja
13
Prinsip ini sama dengan "pembagian kerja" Adam Smith. Spesialisasi menambah
kerja dengan cara mambuat para pekerja lebih efesien, yang bertujuan
memperoleh hasil sebaik-baiknya dari usaha bersama itu.
b. Kekuasaan (wewenang)
Yaitu memberi hak perintah dan dipatuhi. bagi seorang kepala yang baik
(pimpinan/manajer), maka kekuasaan pribadinya, yang bersumber pada
kemantapan jiwa, pengetahuan, pengalaman dan wataknya. Manajer/pimpinan
harus dapat memberi perintah, karena wewenang memberikan hak ini
kepadanya.
c. Disiplin (tata tertib)
Yaitu perhatian untuk ketentuan-ketentuan tanggung jawab, ketekunan,
semangat kerja dan sikap menghormati atasan. Para pegawai harus mentaati dan
menghormati peraturan yang mangatur organisasi.
d. Kebulatan perintah atau satuan komando
Yaitu bahwa setiap orang pelaksana untuk tugas tertentu hanya menerima
penugasan dari satu kepala. Setiap pegawai seharusnya menerima perintah hana
dari seorang atasan.
e. Kesatuan Arah
Setiap kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai tujuan sama harus
dipimpin oleh seorang manajer dengan menggunakan sebauh rencana.
f. Kepentingan Pribadi
g. Remunerasi
h. Sentralisasi
i. Hirarkhi
j. Espririt de corps
14
Bagi suatu organisasi yang berorientasi profit artinya organisasi tersebut
mengejarpenjualan yang tinggi dengan tujuan memaksimalkan perolehan
taba. Dengan perolehan labayang tinggi maka perusahaan akan mengalami
kemakmuran keuangan atau kesejahteraanyang layak. Kemakmuran
tersebut nantinya akan tergambarkan dalam bentuk naiknyaperolehan
deviden bagi pemegang saham dan besarnya perolehan bonus bagi
pihakmanajemen perusahaan.Pada Sisi kontinuitas dituntut untuk mampu
menjalankan organisasi secara jangkapanjang. Kontinuitas ini dapat dilihat
dari segi pertumbuhan badan usaha (sepertipertumbuhan omzet, laba bersih,
pendapatan kotor) dan faktor-faktor yang menunjangpertumbuhan tersebut
(seperti prestise badan usaha; hubungan yang baik dengan buruh,pelanggan
dan masyarakat; selalu mengikuti kemajuan teknologi; tanggung jawab
sosial)
b. Provit/Manfaat Pengembangan Organisasi
1) Menciptakan keharmonisan hubungan kerja antara pimpinan dengan
staf anggota organisasi
2) Menciptakan kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara
lebih terbuka
3) Menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi
4) Merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan
mengendalikan diri
Lingkungan organisasi adalah salah satu faktor dan objek yang berinteraksi
dan dapat mempengaruhi sebuah organisasi serta juga dapat dipengaruhi oleh
15
perilaku yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri serta akan mempengaruhi
dan berdampak pada operasi perusahaan atau organisasi (Krisnandi, Efendi,
& Sugiono, 2019)
Sedangkan menurut Susilowati dan Basuki (dalam (Franli, Franle, & Franli,
2016) lingkungan organisasi adalah segala sesuatu yang berada di lingkungan
serta dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung
seseorang atau sekelompok orang di dalam melaksanakan aktivitasnya.
b. Globalisasi
16
McDonald's menjual hamburger di Moskow. Exxon Mobil, perusahaan AS,
menerima hampir 75 persen pendapatannya dari penjualan di luar Amerika
Serikat. Karyawan perusahaan telepon berbasis di Finlandia pembuat Nokia
semakin banyak direkrut dari India, Cina, dan negara berkembang — non-
Finlandia sekarang melebihi Finlandia di Nokia yang terkenal pusat
penelitian di Helsinki. Semua pembuat mobil besar sekarang memproduksi
mobil di luar perbatasan, seperti; Honda membangun mobil di Ohio, Ford di
Brasil, Volkswagen di Meksiko, dan Mercedes dan BMW di Afrika Selatan.
Lock down akibat wabah Covid-19 secara cepat mengubah pola kerja
menjadi pola kerja secara on-line, menyebabkan omzet pemilih akun Zoom
mampu memperoleh keuntungan tidak kurang dari $30 triliun dalam tiga
bulan. Sebaliknya penjualan mobil dan motor turun drastis. Konsekuensi
kondisi bisnis mengglobal adalah pekerjaan manajer mengalami perubahan,
sebagai berikut:
17
lebih rendah dari pesaing (low-cost business) dan penawaran produk yang
berbeda dari pesaing (differentiation).
b. Organizational growth (pertumbuhan organisasi), yaitu organisasi yang
mengembangkan keahlian dan kompetensinya. Banyak cara yang dilakukan
agar dapat tumbuh seperti meniru strategi, struktur, dan budaya organisasi
yang telah sukses sebelumnya.
c. Organizational decline (penurunan organisasi), yaitu suatu organisasi yang
gagal dalam mengantisipasi, mengenal, menghindari, menetralisir, atau
menyesuaikan diri dengan tekanan eksternal dan internal yang
mengancamnya.
d. Organizational death (organisasi yang mati), yaitu organisasi yang tidak bisa
lagi beroperasi dan beraktifitas lagi. Hal seperti ini sebenarnya yang harus
dihindari dari suatu organisasi.
18
sikap (attitude), keterampilan (skill), kemampuan (ability) dan sebagainya.
Keanekaragaman memiliki mplikasi yang penting dalam praktik manajemen
dalam organisasi. Para manajer dan pemimpin organisasi perlu mengubah
filosofinya dari memperlakukan karyawan dan atau anggota organisasi secara
sama menjadi mengenal perbedaan-perbedaan yang memerlukan respons
yang berbeda pula dengan cara-cara yang bisa mempertahankan atau
meningkatkan produktivitas kerja tanpa terkesan melakukan diskriminasi.
Pendekatan masalah dan pemecahan masalah tidak sama untuk masing
masing individu, tentu hal ini dipengaruhi oleh potensi dan latar belakang
masing masing tenaga kerja maupun anggota organisasi. Dengan demikian
dapat ditegaskan bahwa keanekaragaman tenaga kerja maupun anggota
organisasi jika diolah atau dikelola dengan baik dan dengan prosedur yang
benar, dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi anggota dalam organisasi.
Kemudian dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
memberikan perspektif yang berbeda terhadap masalah-masalah yang
dihadapi anggota organisasi dan juga masalah organisasi secara keseluruhan.
Namun, apabila keanekaragaman tenaga kerja dan anggota organisasi tidak
dikelola dengan baik, akan dapat menyebabkan meningkatnya angka pindah
kerja bagi tenaga kerja potensial, komunikasi yang lebih sulit, dan konflik
antar-karyawan.
19
memperdagangkan jabatan birokrasi pada pemerintah daerah, isu
memperdagangkan jabatan kepala sekolah di daerah tertentu, eksekutif
sukses yang menggunakan informasi pihak dalam untuk mengambil
keuntungan keuangan pribadi, dan lain-lain. Perilaku, Tindakan dan
keputusan dalam organisasi tersebut dilakukan secara tidak etis dan tidak
memiliki sikap kenegarawanan, rasa nasionalisme rendah, jiwa kebangsaan
rendah, egois dan mementingkan dirinya sendiri maupun keluarganya.
Dengan demikian pimpinan utama, dan para manajer perlu menciptakan
suatu iklim yang sehat secara etis dalam menentukan kebijakan, sehingga
mereka pendidik dan tenaga kependidikan dapat melakukan pekerjaannya
secara produktif. Cara yang dipakai pimpinan dan para manajer untuk
masalah perilaku etis, antara lain dengan menegakkan perilaku etis pada diri
mereka kemudian menulis dan membagikan kode etik sebagai pedoman bagi
pendidik, tenaga kependidikan, dan karyawan dalam melewati dilema etis
tersebut, menawarkan seminar, lokakarya, menyediakan penasehat dalam
organisasi pendidikan/perusahaan yang dapat dihubungi untuk membantu
menangani isu-isu etis yang mengandung perilaku jujur, objektif, adil dan
memanusiakan manusia.
20
untuk permasalahan ini. Memikirkan hubungan baik yang harus dijaga
dapat mencegah terjadinya konflik dalam satu organisasi.
b. Cari Sumber Masalah
Mencari sumber masalah merupakan sesuatu yang sensitif apalagi jika
masalah terjadi karena individu suatu organisasi. Dalam mencari masalah
yang terjadi harus dengan penuh kehati - hatian, hindari menuduh satu
sama lain yang nantinya akan menyebabkan masalah baru. Dalam tim
organisasi mulailah merubah pemikiran, hindari menjudge suatu
permasalahan karena seseorang tetapi rubahlah dengan masalah yang
diluar kendali sehingga merupakan permasalahan tim sehingga harus
diselesaikan bersama - sama. Dengan merubah pemikiran tersebut, kalian
akan dengan mudah menemukan sumber masalah dengan kepala dingin
tanpa emosi.
21
suatu solusi bersama sama dengan musyawarah mufakat yang disetujui
seluruh pihak. Lakukan dengan tepat agar hasilnya maksimal. Selain
menyelesaikan masalah, setiap anggota juga harus mengerti dan
memahami mengenai masalah yang terjadi, hal tersebut bertujuan agar
tidak ada lagi konflik yang sama serta setiap anggota menjadi lebih
kompak. Sebuah konflik memang bersifat negatif, namun ketika masalah
terjadi dan anggota organisasi dapat menyelesaikannya dengan baik dan
bersama sama, akan berdampak baik pada hubungan antar tim, karena
setiap masalah mampu mengajarkan kita menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Bisa jadi setelah konflik selesai kalian bersama tim menjadi
lebih erat, terbuka dan mampu menyemangati satu sama lainnya..
22
mempengaruhi sikap dan perilaku. Misalnya, anda memasuki sebuah
perusahaan dan memiliki pandangan bahwa pengalokasian berdasarkan
prestasi kerja adalah benar, sementara pengalokasian imbalan berdasarkan
senioritas adalah salah.
23
1) Teori Atribusi
Teori Hubungan (Attribution Theory) adalah sebuah percobaan untuk
menentukan apakah perilaku seorang individu disebabkan dari internal
atau eksternal. Perilaku yang disebabkan internal adalah yang
dipercaya pengamat berada dalam kendali perilaku pribadi individu.
Sedangkan perilaku yang disebabkan eksternal adalah apa yang kita
bayangkan situasi memaksa individu untuk melakukannya.
Kesalahan Atribusi Fundamental (fundamental attribution error)
adalah sebuah kecenderungan untuk meremehkan pengaruh faktor-
faktor eksternal dan melebihkan pengaruh faktor-faktor internal atau
pribadi ketika membuat penilaian mengenai perilaku orang lain.
Bias Pelayanan Diri (Self-Serving Bias) adalah sebuah kecenderungan
untuk mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor- faktor internal
seperti kemampuan atau usaha, tetapi menyalahkan kegagalan pada
faktor-faktor eksternal.
2) Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum
Persepsi Selektif (Selective Perception) adalah sebuah kecenderungan
untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang lihat
dalam basis minat, latar belakang, pengalaman dan sikap seseorang.
a) Efek Halo (Halo Effect) adalah sebuah kecenderungan untuk
menggambarkan impresi umum mengenai seseorang individu
berdasarkan karakteristik tunggal.
b) Efek Kontras (Contrast Effect) adalah evaluasi atas karakteristik
seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang
baru muncul yang berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam
karakteristik yang sama.
c) Stereotip (Stereotype) adalah Menilai seseorang berdasar persepsi
mengenai kelompok asalnya. Satu masalah dari stereotip adalah
adanya generalisasi yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak
24
mengandung kebenaran ketika Diaplikasikan Pada Prang Atau Situasi
Tertentu.
3) Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi
Wawancara Kerja. Sedikit orang yang direkrut tanpa melalui
wawancara. Namun, pewawancara membuat penilaian perseptual yang
sering kali tidak akurat. Ekspektasi Kinerja. Prediksi pemenuhan diri
dan efek pygmalion menjelaskan bagaimana perilaku seorang individu
ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Prediksi Pemenuhan Diri (Self-
Fulfilling Prophecy) adalah sebuah situasi dimana seseorang secara
tidak akurat menilai orang kedua dan ekspektasi yang dihasilkan
menyebabkan orang kedua itu berperilaku dengan cara yang konsisten
dengan persepsi asli. Evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja sangat
tergantung pada proses perseptual. Evaluasi yang subjektif meskipun
kadang perlu, akan tetapi problematik karena kesalahan yang kita
diskusikan-persepsi selektif, efek kontras, efek halo dan seterusnya.
3. Sikap dan Kepuasan Kerja Individual
a. Sikap
Sikap atau attitude didefinikan sebagai pernyataan-pernyataan evaluatif
terhadap objek, orang atau peristiwa. Tiga komponen sikap, antara lain
kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif merupakan segmen
opini atau keyakinan dari sikap, sedangkan komponen afektif adalah
segmen emosional atau perasaan dari sikap. Lebih lanjut komponen
perilaku diartikan sebagai niat untuk berperilaku dalam cara tertentu
terhadap seseorang atau sesuatu objek tertentu.
Festinger dalam teori ketidakpastian (uncertainty) mengemukakan bahwa
sikap manajer merupakan Cognitive Dissonance. Teori cognitive
dissonance menjelaskan hubungan sikap dan perilaku individu atau
manajer yang menghadapi ketidakpastian berarti ketidakkonsistenan.
Ketidakpastian kognitif merujuk ketidak sesuaian yang dirasakan manajer
25
antara dua sikap atau lebih, atau antara perilaku dan sikap. Festinger
menjelaskan bahwa semua bentuk ketidakkonsistenan yang tidak
menyenangkan manajer, dan manajer berusaha mengurangi ketidak
sesuaian dan ketidaknyamanan tersebut. Oleh karena itu, individu akan
mencari keadaan yang stabil, yang sedikit ketidaksesuaian
Hubungan sikap dengan perilaku yang kuat adalah adanya kekhususan,
aksesibilitas yang dipengaruhi oleh kondisi tertentu misalnya: tekanan
sosial, dan pengalaman langsung dengan sikap tertentu. Hubungan itu
adalah sikap setelah melakukan sesuatu untuk memahami tindakan yang
telah terjadi atau disebut teori persepsi diri
Kepuasan kerja adalah perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
merupakan hasil evaluasi karakteristiknya. Definisi ini benar-benar adalah
definisi yang sangat luas.
a. Seberapa Puas Individu dengan Pekerjaan Mereka
Rata-rata individu merasa puas dengan keseluruhan pekerjaan mereka,
dengan kerja itu sendiri, serta dengan pengawas dan rekan kerja
mereka. Namun, mereka cenderung tidak begitu puas dengan bayaran
dan peluang promosi yang diberikan perusahaan. Alasan mengapa
individu lebih tidak menyukai bayaran dan kemungkinan promosi bila
dibandingkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka tidak begitu
jelas.
Kepuasan kerja tidak hanya berkaitan dengan kondisi pekerjaan.
Sebagai contoh, beberapa individu dipengaruhi untuk menyukai
hampir segala hal, dan individu lain merasa tidak senang bahkan
dalam pekerjaan yang tampaknya sangat hebat. Penelitian
menunjukkan bahwa individu yang mempunyai kepribadian negatif
(sebagai contoh, mereka yang cenderung galak, kritis dan negatif)
biasanya kurang puas dengan pekerjaan mereka.
26
b. Pengaruh Dari Karyawan Yang Puas dan Tidak Puas Di tempat Kerja
Terdapat konsekuensi bagi karyawan yang menyukai pekerjaan, dan
yang tidak menyukai pekerjaan. Sebuah kerangka teoretis-kerangka
keluar-pengaruh-kesetiaan-pengabaian-sangat bermanfaat dalam
memahami konsekuensi dari ketidakpuasan. Respons dari
ketidakpuasan kerja sebagai berikut:
1) Keluar (exit): Ketidakpuasan yang diungkapkan melalui perilaku
yang ditujukan untuk meninggalkan organisasi.
2) Aspirasi (voice): Ketidakpuasan yang diungkapkan melalui usaha-
usaha yang aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi.
3) Kesetiaan (loyalty): Ketidakpuasan yang diungkapkan dengan
secara aktif menunggu membaiknya kondisi.
4) Pengabaian (neglect): Ketidakpuasan yang diungkapkan dengan
membiarkan kondisi menjadi lebih buruk.
27
puas akan cenderung melalaikan pekerjaan, faktor lain yang ikut
berpengaruh tersebut akan mengurangi koefisien korelasi.
b. Kepuasan Kerja dan Perputaran Karyawan.
Kepuasan kerja berhubungan negatif dengan perputaran karyawan, dengan
koefisien korelasi lebih kuat daripada apa ketidakhadiran. Namun, faktor-
faktor lain seperti kondisi pasar tenaga kerja, harapan atau peluang
pekerjaan alternatif, dan lama masa-jabatan membatasi keputusan untuk
meninggalkan pekerjaan pada saat ini.
5. Perbedaan Individual
(Tobing, 2013) mengatakan bahwa setiap individu memiliki perbedaan dengan
individu yang lainnya, hal ini merupakan yang wajar dan perbedaan ini pasti
ada dalam sebuah organisasi. Perbedaan ini bukan hanya meliputi hal seperti
ras, etnis, gender, namun lebih luas lagi mencakup variabel usia, pendidikan,
bahasa, agama, dan lain-lain. Dimensi-dimensi tersebut merupakan
karakteristik penting pada diri seseorang yang berpengaruh pada nilai-nilai,
kesempatan, dan persepsi individu terhadap dirinya dan orang lain.
Karakteristik tersebut merupakan hal yang berbeda antara satu orang dengan
orang lainnya, yang selanjutnya akan mempengaruhi cara kerja mereka dan
akhirnya akan mempengaruhi perusahaan atau organisasi seecara
keseluuruhan.
a. Macam-Macam Perbedaan Individu
Adapun macam-macam atau jenis dan ciri perbedaan individual menurut
(Hamalik, 1993) adalah sebagai berikut:
1) Kecerdasan
Setiap pegawai akan memiliki kecerdasan yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya, ada pegawai yang memiliki tingkat kecerdasan
yang tinggi yang biasanya mempunayi tingkat perhatian yang lebih
28
baik, bekerja cepat, mudah memahami pekerjaan, dan dapat
menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang singkat serta mampu
mencari solusi jika ada masalah dalam pekerjaannya.
2) Bakat
Tiap pegawai akan memiliki bakat yang berbeda, dan biasanya bakat
akan turut mempengaruhi tingakt keberhasilan kerja. Untuk
mengetahui bakat individu dapat diadakam tes pada saat penerimaan
pegawai baru untuk menentukan tugas pegawai tersebut sesuai
dengan bakat yang dimilikinya.
3) Keadaan Jasmani
Hal ini berkaitan dengan kondisi jasmani para pegawai, ada pegawai
yang memiliki badan tinggi maupun kurus, pegawai yang kurus dan
gemuk, serta adanya pegawai yang memiliki kondisi badan yang
buruk, kesulitan berkomunikasi, dan penyakit dalam dirinya.
4) Latar Belakang Keluarga
Individu berasal dari keluarga yang berbeda antar satu dengan yang
lainnya, dalam hal latar belakang keluarga tiap individu akan
mengadopsi budaya dalam keluarganya yang nantinya hal inilah yang
akan menimbulkan perbedaan antar satu indiviu dengan individu
lainnya.
5) Sosial Emosioanl
Individu akan memiliki perbedaan dalam hal sosial emosional, hal ini
disebabkan karena latar belakang sosial individu tersebut dan
pengaruh emosional dalam diri individu yang membedakan satu
individu dengan individu dengan indiviu lainnya.
29
mengarah pada persahabatan dan romantic relationship. Interaksi yang sehat
adalah sesuatu yang wajib. Sehingga menjadi sesuatu hal yang penting dalam
suatu hubungan dengan interpersonal attraction. Melihat interpersonal
attraction melalui beberapa perspektif teori. Interpersonal attraction mengacu
pada kecenderungan estimasi dan perasaan positif pada orang lain, sebagai
salah satu penentu bagi perkembangan dan kelanjutan hubungan dalam
lingkungan sosial (Ünal-Çolak & Kobak, 2011). Daya Tarik interpersonal
terdiri dari tiga dimensi, sosial, tugas, dan daya tarik fisik (McCroskey &
McCain, 1974) dalam (Bekiari & Petanidis, 2016; Bekiari & Spyropoulou,
2016). Interpersonal attraction memiliki arti yang positif, seseorang cenderung
menyukai mereka yang memiliki kesamaan nilai dan efek negatif yang
ditujukan kepada satu orang, yang berarti sikap orang untuk menilai orang
lain itu baik atau tidak (Sharma & Gautam, 2013). Byrne (1971) menyatakan
bahwa teori atraksi, ketika individu lebih mirip kepada orang lain, semakin
besar kemungkinan dia untuk tertarik. Selain itu, Liu et al. (2013) menyatakan
bahwa interaksi remaja dengan teman, orang tua, dan guru dapat berbeda
sehingga terjadi hubungan interpersonal yang berbeda dengan objek yang
berbeda. Chou & Peng (2007) mengemukakan mayoritas remaja taiwan tidak
memberitahu orang tua mereka tentang kencan online mereka dan
mempercayai hubungan yang dibangun secara online. Suler (2004)
mengungkapkan bahwa orang akan terbuka pikirannya saat berhubungan
dengan orang lain di internet. Orang lebih bersedia mengungkapkan diri di
internet daripada dikehidupan nyata (Katelyn Y. A. McKenna, Amie S. Green,
& Marci E. J. Gleason, 2002). Penggunaan facebook secara wajar, memiliki
efek positif pada hubungan interpersonal remaja (Liu et al., 2013), karena
berbagai jenis interaksi dalam kehidupan nyata dan virtual dapat
dikembangkan secara terpisah (Liu et al., 2013). (Mahmudah, 2021)
7. Pembentukaan Kelompok
30
Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai
tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam
mencapai tujuan bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki,
mempunyai norma-norma dan nilai-nilai tertentu. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa sejak dari awal kehidupannya, manusia telah membentuk
kelompok yang kemudian menjadi dasar bagi kehidupan keluarga,
perlindungan, pemerintahan, kerja dan lain-lain.
Secara umum ada 3 (tiga) hal yang menunjukkan efektif atau tidaknya suatu
kelompok, yaitu kemampuan kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya
seoptimal mungkin, kemampuan kelompok dalam mempertahankan
kelompoknya agar tetap serasi, selaras dan seimbang dan yang ketiga adalah
kemampuan kelompok untuk berkembang dan berubah sehingga dapat terus
meningkatkan kinerjanya. Kelompok yang berhasil akan mempunyai kualitas
dan pola interaksi antar anggota yang terintegrasi dengan ketiga kegiatan ini.
Tentu dalam hal ini, diharapkan anggota kelompok benar-benar memahami
apa yang dimaksud dengan kelompok yang efektif dan kontribusi apa yang
perlu diberikan agar kelompoknya dapat menjadi kelompok yang efektif. Ada
beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya pembentukan
kelompok/tim, yaitu:
a. Adanya ketergantungan yang sifatnya positif (positive interdependency).
b. Keandalan individu (individual accountability).
c. lnteraksi langsung (face-to-face interaction).
d. Ketrampilan kerjasama (collaborative skills).
e. Proses kelompok (group processing).
E. Konflik kelompok
1. Konflik
31
Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara
kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam
organisasi. Atau dengan kata lain, konflik adalah segala macam interaksi
pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Pertentangan
kepentingan ini berbeda dalam intensitasnya tergantung pada sarana yang
dipakai. Masing-masing ingin membela nilai-nilai yang telah mereka anggap
benar, dan memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut baik secara
halus maupun keras.
2. Timbulnya Konflik
Suatu konflik dapat terjadi karena masing-masing pihak atau salah satu pihak
merasa dirugikan. Kerugian ini bukan hanya bersifat material, tetapi dapat
juga bersifat nonmaterial. Untuk dapat mencegah konflik, maka pertama-tama
kita harus mempelajari sebab-sebab tersebut antara lain:
a. Perbedaan pendapat
b. Salah paham
Salah paham juga merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan
konflik. Misalnya tindakan seseorang mungkin tujuannya baik, tetapi oleh
pihak lain tindakan tersebut dianggap merugikan.
Tindakan salah satu mungkin dianggap merugikan yang lain, atau masing-
masing merasa dirugikan oleh pihak yang lain. Sudah barang tentu
seorang yang dirugikan merasa kurang enak kurang simpati atau malahan
benci. Perasaan-perasaan ini dapat menjurus ke arah konflik.
32
d. Perasaan yang terlalu sensitif
Perasaan yang terlalu sensitif mungkin adalah wajar tetapi oleh pihak lain
hal ini dianggap merugikan. Jadi kalau dilihat dari sudut hukum atau etika
yang berlaku, sebenarnya tindakan ini tidak termasuk perbuatan yang
salah, meskipun demikian karena pihak lain terlalu sensitif perasaannya,
hal ini tetap dianggap merugikan, sehingga dapat menimbulkan konflik.
Keempat konflik tersebut di atas terjadi oleh sebab interen, tetapi
sebenarnya konflik dapat terjadi karena faktor-faktor eksteren. Sebab
eksteren adalah bilamana terjadinya konflik itu karena dipanasi oleh pihak
lain secara sengaja maupun tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
mengadu domba antara pihak-pihak yang konflik tersebut.
33
antarkelompok adalah ketika dua kelompok atau lebih saling berinteraksi
dan muncul tingkah laku yang menguatkan identitas mereka sebagai
anggota kelompok.
34
kelompok yang konflik. Maksud dari pertemuan tersebut ialah
mengidentifikasi konflik dan menaggulanginya.
b. Tujuan tinggi (superordinate goal)
Teknik ini melibatkan upaya penyusunan seperangkat tujuan dan sasaran
yang sama. Tujuan dan sasaran ini tidak dapat dicapai tanpa kerjasama
dari kelompok yang terlibat.
c. Perluasan sumber daya
d. Penghindaran (avoidance)
Meskipun penghindaran tidak menimbulkan manfaat jangka panjang,
teknik ini tentunya dapat diterapkan sebagai pemecahan jangka pendek.
e. Pelunakan (smoothing)
Teknik ini menekankan kepentingan bersama dari kelompok yang sedang
konflik dan mengabaikan perbedaan mereka.
f. Kompromi
Kompromi adalah metode tradisional untuk menanggulangi konflik
antarkelompok. Dengan kompromi, tidak ada pemenang atau yang kalah
dan keputusan yang dicapai mungkin tidak baik bagi kelompok manapun.
Kompromi dapat digunakan secara efektif jika tujuan yang ingin dicapai
dapat dibagi secara merata.
g. Perintah otoritatif
Dengan metode ini, manajemen dengan mudah dapat memecahkan konflik
tersebut menurut yang dianggapnya cocok dan mengkomunikasikan
keinginannya kepada kelompok yang terlibat.
h. Mengubah variabel manusia
35
Metode ini memusatkan perhatian atas sebab atau sebab-sebab konflik dan
atas sikap orang-orang yang terlibat.
i. Mengubah variabel struktural
Cara ini melibatkan perubahan struktur formal organisasi. Struktur
berkenaan dengan hubungan yang tetap diantara berbagai pekerjaan dalam
organisasi dan mencakup desain pekerjaan dan departemennya.
j. Mengidentifikasi musuh bersama
Kelompok yang bersengketa dapat menyelesaikan perbedaan mereka
untuk sementara dan bersatu menghancurkan musuh bersama. Musuh
bersama tersebut mungkin pihak pesaing yang baru saja memperkenalkan
produk yang jelas lebih baik.
36
2) Penyusunan kembali organisasi
3) Penawaran bonus,pembayaran insentif dan penghargaan untuk
mendorong persaingan
4) Pemilihan manajer-manajer yang tepat dan
5) Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan
37
mempunyai keterampilan tim. Bila menghadapi calon semacam ini, pada
dasarnya para manajer atau pimpinan mempunyai tiga pilihan:
1) Calon dapat menjalani pelatihan untuk membuat mereka menjadi
pemain tim.
2) Mentransfer individu itu ke unit lain didalam organisasi tanpa tim.
3) Tidak mempekerjakan calon itu.
b. Pelatihan
Sebagian besar orang yang dibesarkan pada lingkungan yang
mementingkan prestasi individual dapat dilatih untuk menjadi pemaian
tim. Spesialis pelatihan menjalankan latihan-latihan yang memungkinkan
karyawan untuk mengalami kepuasan yang dapat diberikan oleh kerja tim.
c. Penghargaan
Sistem ganjaran perlu diperbaiki untuk mendorong upaya kooperatif
bukannya kompetitif. Promosi, kenaikan upah dan bentuk-bentuk
pengakuan lain hendaknya diberikan kepada individu untuk keefektifan
mereka sebagai seorang anggota tim yang kolaboratif.
3. Tipe Tim
Tim dapat diklasifisikan sesuai dengna sasarannya. Bentuk umum tim yang
digunakan organisasi atau perusahaan adalah:
a. Tim Penyelesai Masalah
Tim ini terdiri dari 5 sampai 12 karyawan dari suatu departemen yang
bertemu selama beberapa jam tiap pekan untuk membahas perbaikan
kualitas, efisiensi dan lingkungan kerja. Dalam tim pemecah masalah,
anggota bernagi gagasan atau menawarkan saran mengenai bagaimana
proses dan metode kerja dapat diperbaiki. Tetapi jarang tim-tim diberi
wewenang untuk melaksanakan secara sepihak setiap tindakan mereka
yang disarankan.
b. Tim Kerja yang Mengelola Diri Sendiri
38
Tim kerja pengelola diri adalah kelompok karyawan (biasanya 10 sampai
15 orang) yang memikul tanggung jawab dari mantan penyelia mereka.
Tim ini mencakup kerja tentang perencanaan dan penjadwalan kerja,
kontrol kolektif atas langkah kerja, membuat keputusan operasi dan
mengambil tindakan atas permasalahan. Tim ini bahkan memilih
anggotanya sendiri dan menyuruh anggota itu untuk saling menilai
kinerja.
c. Tim Lintas Fungsional.
Tim lintas fungsional adalah tenaga kerja dari tingkat hirarki yang sama,
tetapi dari tempat pekerjaan yang berbeda. Tim lintas fungsional
merupakan cara efektif yang memungkinkan orang-orang dari aneka
bidang dalam suatu organisasi (atau bahkan antar organisasi) untuk
bertukar informasi, mengembangkan gagasan baru dan memecahkan
masalah, serta mengkoordinasikan proyek yang rumit.
d. Tim Virtual
Tim Virtual adalah tim yang menggunakan teknologi komputer untuk
mengikat secara fisik secara bersama membagi anggota untuk mencapai
tujuan bersama. Mereka mengizinkan orang untuk bergabung secara
langsung dengan menggunakan komunikasi langsung diantaranya seperti
lokasi jaringan kerja, video konfrensi dan e-mail. Tim virtual terdiri atas
anggota – anggota yang tersebar secara geografis dan organisasional yang
terikat terutama oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi.
Tim virtual sering meliputi para pekerja lepas, anggota organisasi rekanan,
pelanggan, pemasok, konsultan, atau pihak - pihak luar lainnya. Salah satu
keuntungan utama tim virtual adalah kemampuan untuk dengan cepat
mengumpulkan kelompok orang yang paling tepat untuk menyelesaikan
proyek yang kompleks, memecahkan masalah tertentu, atau
mengekploitasi peluang strategis tertentu.
4. Kaitan Konsep Tim dan Kelompok
39
Kelompok dan Tim adalah dua konsep berbeda. Kelompok atau group
didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang saling bergantung dan
bekerjasama, yang secara bersama berupaya mencapai tujuan. Kelompok
kerja (work group) adalah kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi
terutama untuk saling berbagi informasi untuk membuat keputusan guna
membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya masing-masing.
(Robbins, 2003)
Tidak ada sinergi positif yang menciptakan tingkat kinerja keseluruhan yang
lebih besar ketimbang totalitas input yang mereka berikan. Sementara itu, Tim
Kerja mengembangkan sinergi positif melalui upaya yang terkoordinasi.
Upaya individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar
ketimbang totalitas input para individunya.
40
Gambar 1 Beda Kelompok Kerja dengan Tim Kerja versi Robbins
41
dinamis mengalahkan
musuh
Tabel 1 Taksonomi Beda Variabel Tim dan Kelompok versi Robbins
BAB III
KAJIAN PERILAKU ORGANISASIONAL DI TEMPAT MAGANG
42
Lingkungan secara umum yang harus dianalisis kekuatannya oleh manajer
karena mempengaruhi pembuat keputusan dan perencanaan adalah kekuatan
teknologi, ekonomi, demografi, sosial budaya serta politik dan hukum.
(Marhumi, 2018)
43
Dalam lingkungan eksternal organisasi terdapat beberapa komponen,
diantaranya yaitu:
a) Pelanggan, adalah mereka yang secara langsung memanfaatkan,
menggunakan, dan mengajukan permintaan atas barang atau jasa
yang ditawarkan DPMPTSP Kota Surakarta
b) Pemasok, adalah pihak yang terkait langsung dalam kegiatan bisnis
dari sebuah organisasi, khususnya organisasi bisnis yang melakukan
kegiatan produksi barang jadi dari berbagai jenis bahan baku.
c) Regulator, adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam
menciptakan keadaan dan kegiatan bisnis yang fair dan aman bagi
semua pihak yang ingin menjalankan bisnis
d) Partner Strategis, adalah perusahaan lain yang menjalankan bisnis
berbeda. Di DPMPTSP Surakarta, yang termasuk partner – partner
strategis adalah instansi – instansi yang bekerja sama dengan
DPMPTSP seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, BPJS,
KPP Pratama, Imigrasi, Satpol PP, dan seluruh dinas – dinas lain
yang ada di loket DPMPTSP atau Mal Pelayanan Publik.
2. Angkatan Kerja
Angkatan Kerja (kadang-kadang disebut kelompok kerja) adalah suatu
kelompok yang terdiri dari beberapa orang dalam suatu pekerjaan. Hal ini
umumnya digunakan untuk menyebut orang-orang yang bekerja secara
bersama untuk satu perusahaan atau industri, tetapi hal ini juga dapat
diterapkan pada wilayah geografis seperti kota, negara bagian, negara, dan
lain-lain.
44
S3. Berikut ini data jabatan, nama dan usia pegawai di DPMPTSP Kota
Surakarta:
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi umur pekerja
menunjukkan adanya kecenderungan dominasi dalam kelompok umur
tertentu. Misalnya, terdapat konsentrasi pekerja muda (usia di bawah 30
tahun) di tingkat jabatan entry level seperti TKPK atau tenaga pembantu,
sedangkan kelompok umur yang lebih tua cenderung mendominasi jabatan
manajerial.
45
3. Perilaku Pegawai
Perilaku pegawai di DPMPTSP Kota Surakarta berdasarkan pengamatan dan
wawancara penulis adalah sebagai berikut:
a. Disiplin
mayoritas pegawai disini adalah pegawai yang disiplin, dapat dilihat dari
kehadiran mereka saat bekerja yang tidak terlambat serta kepatuhan
pegawai terhadap peraturan dan prosedur kerja yang telah ditetapkan.
b. Kerjasama Tim
Kerjasama Tim di instansi ini cenderung sudah baik, dibuktikan dengan
rasa peka yang tinggi antar karyawan kepada pekerjaan di instansi
tersebut.
c. Inisiatif dan motivasi
Tingkat motivasi dan inisiatif pegawai di instansin ini juga cukup baik
dibuktikan dengan sikap pegawai dalam usaha menjalankan tugas – tugas
mereka dan mencapai target yang telah ditetapkan.
46
perizinan berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis terhadap karyawan
– karyawan di bidang ini ditemukan bahwa karyawan – karyawan disini tidak
pernah mengalami konflik besar yang mengakibatkan permasalahan yang
tidak bisa terselesaikan, konflik – konflik yang dihadapi karyawan disini
sebatas konflik ringan seperti miskomunikasi. Namun, setelah penulis amati
lebih lama, di instansi ini juga mengalami konflik terkait kekosongan
pimpinan dalam suatu bidang yaitu bidang pelayanan perizinan dimana disitu
tidak ada kepala bidang yang menimbulkan permasalahan bagi karyawan
dalam bidang tersebut, salah satunya permasalahan beban kerja yang tidak
terkendali karena mereka harus mengambil tanggung jawab tambahan untuk
mengisi kekosongan tersebut, yang dapat mengakibatkan peningkatan stres
dan penurunan produktivitas bagi karyawan di bidang tersebut.
47
instansi ini. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keakraban antar
pegawai.
c. Kegiatan Rapat Evaluasi dan Monitoring
Kegiatan rapat evaluasi dan monitoring dilaksanakan untuk memberikan
kesempatan kepada pegawai untuk mengkaji kemajuan yang telah dicapai
terhadap tujuan, target, atau rencana kerja yang telah ditetapkan. Kegiatan
ini memungkinkan tim atau organisasi untuk melihat apakah pogram atau
kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, dan jika tidak, untuk
mengidentifikasi kendala atau hambatan yang perlu diatasi.
d. Kegiatan Penganugerahan Pegawai Berprestasi tiap bulan
Pemberian sertifikat pegawai berprestasi sebagai bentuk penghargaan atas
kontribusi dan kerja keras yang telah dilakukan oleh pegawai. Hal ini
dilakukan untuk memberikan motivasi kepada pegawai agar terus
melakukan yang terbaik dan meningkatkan kinerja mereka.
a. Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi di DPMPTSP Kota Surakarta ditemukan memiliki budaya
kerja yang terbuka dan kolaboratif, di mana interaksi antar pegawai terjalin dengan
baik. Hal ini sesuai dengan teori seperti teori sistem sosial dan teori budaya
organisasi dapat digunakan untuk memahami dampak lingkungan organisasi
terhadap perilaku pegawai.
3. Angkatan Kerja
Analisis data angkatan kerja di DPMPTSP Kota Surakarta menunjukkan adanya
perbedaan umur dan jabatan pekerja, dengan dominasi kelompok umur tertentu pada
tingkat jabatan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan konsep-konsep seperti diversitas
48
generasi, pengelolaan lintas-generasi, dan perencanaan suksesi dalam teori perilaku
organisasi yang dapat digunakan untuk memahami pengaruh perbedaan umur dan
komposisi angkatan kerja terhadap dinamika organisasi.
4. Perilaku Pegawai
Observasi perilaku pegawai menunjukkan keterlibatan yang tinggi, inisiatif proaktif,
dan kemampuan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Teori yang
berhubungan dengan temuan tersebut yaitu teori-teori seperti teori motivasi, teori
kepemimpinan, dan teori keterlibatan kerja dapat digunakan untuk menganalisis
perilaku pegawai. Misalnya, teori motivasi dapat menjelaskan faktor-faktor yang
mendorong perilaku produktif, sedangkan teori kepemimpinan dapat memahami
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi dan kinerja pegawai.
49
BAB IV
IMPLEMENTASI SIKAP
Sikap yang dilakukan penulis yang menunjukkan bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial
serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan adalah sebagai berikut:
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hal – hal diatas, dapat disimpulkan bahwa di DPMPTSP Kota
Surakarta lingkungan organisasi, angkatan kerja, dan perilaku pegawai beraneka
ragam dengan beberapa permasalahan seperti adanya kecenderungan dominasi
dalam kelompok umur tertentu di jabatan tertentu. Adapun konflik yang terjadi di
instansi tersebut bukanlah konflik yang besar, yaitu hanya terkait miskomunikasi.
Konflik – konflik tersebut dapat diperbaiki dengan memperbaiki komunikasi antar
personal maupun antar bidang. Dalam perbaikan konflik di instansi tersebut,
diperlukan juga strategi memberdayakan tim kerja dalam organisasi yang
bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan dalam organisasi sehingga konflik
yang terjadi akan semakin berkurang.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan bagi instansi ini adalah agar instansi DPMPTSP
Kota Surakarta dapat memberikan pelatihan – pelatihan seperti pelatihan
keterampilan berkomunikasi antar pegawai dan manajemen konflik untuk
mengatasi permasalahan miskomunikasi dan timbulnya konflik yang terjadi dalam
instansi tersebut. Selain itu, diperlukan adanya program pengembangan
kepemimpinan untuk mengembangkan kepemimpinan yang komprehensif bagi
pegawai yang menunjukkan potensi kepemimpinan. Dengan diadakannya kegiatan
tersebut, para pegawai yang menonjolkan jiwa kepemimpinan dapat berpotensi
menjadi pemimpin tim sehingga peristiwa kekosongan jabatan dapat terhindarkan.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
53