Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS FUNGSI PENGORGANISASIAN (ORGANIZING) DAN

PENGARAHAN (ACTUATING) DI PUSKESMAS SUKOREJO JEMBER

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan

Dosen Pengampu :
Ricko Pratama Ridzkyanto, S.KM., M.Kes.

Oleh :
Kelompok 4
Juniar Maulina Wardani 192110101065
Rizal Firdauzy Atthoriq 192110101073
Mohammad Wildan Permana 192110101093
Ismi Riri Triantini 192110101129
Aninda Dyah Hayu Pinasti P. 192110101149
Siti Sajdatul Qowimah 192110101165
Rafi Indra Rahmaddani 192110101179
R. Moh Dimas Maulana 192110101191

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah selain puji dan rasa syukur kepada Allah SWT,
yang telah menentukan segala sesuatu, sehingga tidak ada setetes embun pun dan
segelintir jiwa manusia yang lepas dari ketentuan dan ketetapan-Nya.
Alhamdulillah atas hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan paper
ini yang berjudul “ANALISIS FUNGSI PENGORGANISASIAN
(ORGANIZING) DAN PENGARAHAN (ACTUATING) DI PUSKESMAS
SUKOREJO JEMBER”

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada


semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga paper ini dapat selesai.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Bapak Ricko Pratama Ridzkyanto, S.KM., M.Kes. selaku dosen pengampu


mata kuliah,
2. Teman-teman yang berpartisipasi dan membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan paper ini jauh dari sempurna, semoga
Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang
telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini. Oleh karena itu,
penulis berharap atas saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Jember, 22 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR DIAGRAM ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Umum ........................................................................................................ 3
1.4 Tujuan Khusus ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1 Konsep Organizing ................................................................................................ 4
2.2 Konsep Actuating ................................................................................................... 7
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 15
3.1 Metode pengumpulan Data................................................................................. 15
3.2 Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 16
4.1 Gambaran Umum ................................................................................................. 16
4.1.1 Gambaran umum permasalahan puskesmas Sukorejo dalam organizing
.................................................................................................................................. 16
4.1.2 Gambaran umum permasalahan puskesmas Sukorejo dalam actuating 16
4.2 Analisis Organizing ............................................................................................. 17
4.3 Analisis Actuating ................................................................................................ 19
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 23
5.2 Saran ...................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25
LAMPIRAN...................................................................................................................... 26

ii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Struktur organisasi Puskesmas Sukorejo Jember ................................... 19

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Anggaran dan kegiatan .................................................................................... 18


Tabel 2 Rancangan kerja ............................................................................................... 20
Tabel 3 Anggaran dana .................................................................................................. 21

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pintu masuk Puskesmas Sukorejo Jember ................................................ 26


Gambar 2 Tampak depan Puskesmas Sukorejo jember ............................................ 26

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi dan pengorganisasian merupakan dua hal yang
berhubungan satu sama lain. Organisasi bisa diibaratkan sebaagai suatu
wadah sedangkan untuk pengorganisasian itu merupakan suatu organisme
yang membuatnya hidu secara dinamis. Pengorganisasian atau bisa disebut
juga Organizing memiliki pengertian suatu proses dan upaya membangun dan
mengembangkan sebuah organisasi atau sebagai salah satu fondasi
manajemen (Effendhie, 2011). Menurut Stoner (1996) pengorganisasian
(organizing) merupakan suatau cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian
pekerjaan di antara para anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat
dicapai secara efisien. Pengorganisasian yang baik mampu menghasilkan
sebuah organisasi yang baik, mulai dari sistem kerja, struktur organisasi, serta
sumber daya yang ada di dalam organisasi tersebut.

Didalam sebuah organisasi selalu mengalami perubahan,


perkembangan serta perbaikan dan penyesuaian diri dari lingkungan sekitar
agar mampu menyesuaikan kebutuhan yang ada. Dengan demikian, adanya
pertumbuhan, perkembangan, perbaikan atau penyempurnaan pada
hakikatnya organisasi sebagai hasil dari proses yang berlangsung secara terus
menerus sehingga organisasi yang sejalan dengan tujuan yang akan dicapai
akan bergerak secara dinamis (Rusli Ramli, n.d.). Untuk mendukung suatu
proses dari tujuan organisasi, maka diperlukan individu yang mampu
melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik serta menyediakan fasilitas
pendukung guna memperlancar proses tersebut.

Penempatan orang yang tepat pada bidang keahliannya akan


membuatnya lebih menguasai tugas tersebut dan orang tersebut akan berusaha
keras agar mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Dengan

1
melaksanakan fungsi pengorganisasian dengan tepat maka semua kegiatan
yang telah direncanakan dalam organisasi akan lebih mudah untuk
dijalankan. Pengorganisasian menekankan pada segi manusianya dan juga
pada pentingnya tugas-tugas yang dilakukan oleh mereka yang bekerja
didalam kelompok dengan peraturan yang sangat wajar, masuk akal dan
serasi (Rusli Ramli, n.d.).

Actuating atau fungsi penggerakan adalah prose bimbingan kepada


staf agar mereka menjalankan tugas-tugas pokoknya seusai dengan
keterampilan yang dimiliki (quality of service) (Siriyei & Wulandari, 2013).
Actuating atau fungsi penggerakan pelaksanaan meliputi, directing,
commanding, motivating, staffing, dan coordinating. Sedangkan menurut
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merumakan usaha
menggerakan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai perushaan tersebut oleh karena
para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-
aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih
menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang
yang ada di dalam organisasi.

Pelaksanaan actuating tidak lain meruapakan upaya untuk menjadikan


perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap anggota melaksanakan kegiatan secara maksimal
sesuai dengan peran, tuagan dan tanggung jawabnya. Dalam hal tersebut
memerlukan kepemimpinan untuk mempengaruhi orang lain agar mau
bekerja dengan optimal sehingga pekerjaan tersebut bisa berjalan dengan
lancar sesusi dengan tujuan yang akan dicapai organisasi. Seorang pemimpin
telah mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik maka akan lebih mudah
untuk menggerakkan anggotanya, sehingga seluruh anggota yang ada
padanya akan merasakan kenyamanan dalam bekerja, pengaplikasian
actuating dalam sebuah organisasi adalah pengarahan dan pemotivasian

2
seluruh anggota pada setiap kegiatan selalalu meningkatkan kualitas
kinerjanya (Patras et al., 2019).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran umum di puskesmas Sukorejo Jember ?
2. Bagaimana analisis kegiatan di puskesmas Sukorejo Jember berdasarkan
aspek pengorganisasian (organizing)?
3. Bagaimana analisis kegiatan di puskesmas Sukorejo Jember berdasarkan
aspek pengarahan (actuating)?

1.3 Tujuan Umum


Mampu memahami bagaimana menganalisis suatu instansi dengan
menggunakan aspek pengorganisasian (organizing) dan aspek pengarahan
(actuating).

1.4 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui gambaran umum di puskesmas Sukorejo Jember.
2. Untuk mengetahui analisis kegiatan di puskesmas Sukorejo Jember
berdasarkan aspek pengorganisasian (organizing).
3. Untuk mengetahui analisis kegiatan di puskesmas Sukorejo Jember
berdasarkan aspek pengarahan (actuating).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Organizing


Organizing atau pengorganisasian adalah proses menyangkut bagaimana
strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam
sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam
organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan
organisasi. Aspek utama lainnya adalah penugasan setiap aktifitas, membagi
pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang
memiliki hak untuk mengerjakan tugas. Selain itu organizing adalah
pengelompokan kegiatan ke departemen atau subdivisi lainnya (Arumsari,
2017).

Pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) semua


kegiatan yang beraspek personil, finansial, material, dan tata cara dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui fungsi
pengorganisasian dapat diketahui (Hasibuan, 2020) :

1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.


2. Hubungan organisatoris antar orang di dalam organisasi tersebut melalui
kegiatan yang dilakukannya.
3. Pendelegasian wewenang.
4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik

Istilah pengorganisasian menurut T. Hani Handoko adalah (Handoko,


2011) :

1. Cara manejemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang


paling efektif terhadap sumber daya keuangan, fisik, bahan baku, dan
tenaga kerja organisasi,

4
2. Cara organisasi mengelompokkan kegiatannya, di mana setian
pengelolompokan diikuti penugasan seorang manajer yang diberi
wewenang mengawasi anggota kelompok,
3. Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas karyawan, dan
4. Cara manajer membagi tugas harus harus dilaksanakan dalam
departemen dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas
tersebut.

Organisasi yang baik menurut Purwanto, hendaklah memiliki ciri-ciri atau


sifat sebagai berikut (Purwanto, 2007) :

1. Memiliki tujuan yang jelas;


2. Tiap anggota dapat memahami dan menerima tujuan tersebut;
3. Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan
dan kesatuan pikiran;
4. Adanya kesatuan perintah;
5. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab masing-
masing anggota;

Secara garis besar langkah-langkah melakukan pengorganisasian adalah


sebagai berikut (Umar, 2007) :

1. Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan organisasi agar


sesuai dengan misi dan visinya
2. Membagi beban kerja ke dalam aktivitas-aktivitas yang secara logis dan
memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.
3. Mengkombinasikan pekerjaan anggota organisasi dengan cara yang logis
dan efisien.
4. Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota
organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis.
5. Memantau efektivitas organisasi dna mengambil langkahlangkah
penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.

5
Menurut Henri Fanyol, berikut adalah prinsip-prinsip pengorganisasian
(Handoko, 2011) :

1. Pembagian Kerja Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja


untuk meraih tujuan bersama. Namun, pada dasarnya, sebuah organisasi
terdiri atas bagian-bagian tertentu yang masingmasing memiliki tanggung
jawab. Oleh karena itu, harus ada pembagian kerja yang jelas antara tiap-
tiap bagian.
2. Pendelegasian Wewenang Pendelegasian wewenang sangat penting agar
setiap elemen dalam organisasi memiliki rasa tanggung jawab.
Prinsipprinsip organisasi ini di satu sisi merupakan bagian dari
pembagian kerja dan di sisi lain merupakan pelimpahan tanggung jawab.
Di samping itu, pendelegasian wewenang sangat penting fungsinya
dalam komando.
3. Disiplin Setiap organisasi pasti memiliki tata tertib dan
peraturanperaturan menyangkut sistem kerja. Namun, semua tata tertib
dan peraturan itu menjadi tidak ada artinya jika tidak ditunjang dengan
kedisiplinan para pelaksananya.
4. Kesatuan Komando Komando dalam hal ini adalah kepemimpinan dalam
menjalankan visi dan misi organisasi. Dalam pelaksanaan lapangan,
komando dan wewenang bisa didelegasikan kepada struktur di
bawahnya. Namun, hakikatnya, komando tetap harus tunggal.
5. Kesatuan Tujuan Organisasi tanpa tujuan yang jelas adalah omong
kosong. Tujuan organisasi harus tergambar dengan jelas dalam visi dan
misi organisasi tersebut.
6. Prioritas Setiap anggota organisasi pasti memiliki kepentingan masing-
masing. Kadang-kadang, kepentingan individu itu berjalan selaras
dengan kepentingan organisasi. Namun, saat kepentingan tersebut
bertentangan, setiap anggota organisasi semestinya mendahulukan
kepentingan organisasinya.
7. Penghargaan atas Prestasi dan Sanksi Kesalahan Penghargaan dan sanksi
adalah semacam stimulasi bagi setiap anggota organisasi. Tiap-tiap

6
organisasi perlu menerapkan penghargaan dan sanksi ini dalam bentuk-
bentuk yang sesuai dengan organisasi tersebut.
8. Sentralisasi dan Desentralisasi Pengambilan Keputusan Sentralisasi dan
desentralisasi dalam pengambilan keputusan sangat erat hubungannya
dengan efektivitas dan efisiensi organisasi.
9. Wewenang Garis wewenang dari atas sampai ke bawah merupakan
rujukan dalam pelaksanaan program.
10. Tata Tertib Tata tertib dalam organisasi berfungsi untuk meletakkan
orang yang tepat pada posisi yang tepat. Dengan demikian, kinerja
organisasi akan berjalan dengan optimal.
11. Keadilan dan Kejujuran Keadilan dalam segala elemen merupakan syarat
mutlak dalam organisasi. Kejujuran ini akan membawa dampak pada
kepercayaan bawahan kepada atasan.
12. Stabilitas dan Regulasi Harus diperhatikan masa kerja yang efektif dan
efisien, mengatur perputaran dan peralihan tugas untuk menghindari
kejenuhan dan merangsang pembaruan-pembaruan. Namun, di sisi lain,
harus dipikirkan agar regulasi tersebut tidak menjadi beban bagi
organisasi.
13. Inisiatif Organisasi yang baik harus mampu menumbuhkan inisiatif
anggotanya dalam pengelolaan organisasi. Inisiatif adalah prinsip-prinsip
organisasi yang juga sangat penting.
14. Keselarasan dan Persatuan Hubungan interpersonal antaranggota
organisasi memiliki pengaruh sangat besar dalam kinerja anggota.

2.2 Konsep Actuating


Pelaksanaan adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan
setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa
diartikan penerapan dimana terjadi hubungan antara aspek-aspek individual
yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk

7
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan organisasi
yang nyata (Hasibuan, 2020).

Untuk dapat melaksanakan suatu rencana, seorang administrator


ataupun manajer, perlu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan
yang jika disederhanakan dapat dibedakan atas enam macam yaitu

1. Motivasi (motivation)

Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan


ataupun pembangkit tenaga pada seorang ataupun sekelompok
masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam
melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Telah disebutkan bahwa pekerjaan motivasi hanya
akan berhasil sempurna jika antara lain dapat diselaraskan tujuan yang
dimiliki oleh organisasi dengan tujuan yang dimiliki oleh orang perorang
dan ataupun sekelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi
tersebut. Secara umum kebutuhan yang ada pada orang perorangan, yang
sering disebutkan sebagai kebutuhan manusia dapat dibedakan atas dua
macam yakni (Hasibuan, 2020).

a. Kebutuhan Primer; kebutuhan faali seperti makanan, seksual, tidur,


istirahat, dan lain sebagainya yang dibutuhkan untuk menjamin
kelangsungan hidup seseorang.
b. Kebutuhan Sekunder; kebutuhan yang muncul sebagai hasil
terjadinya interaksi antara seseorang dengan orang lainnya dalam
kehidupan bermasyarakat. Contoh dari kebutuhan sekunder adalah
mengekspresikan diri, mencinta, membenci, bersaing dan lain
sebagainya.

Menurut A.H Maslow, kebutuhan manusia dibedakan atas lima


tingkat yaitu :

a. Kebutuhan Pokok Faali (physiological needs) : Contohnya seperti


makanan, minuman, tidur, istirahat dan seksual

8
b. Kebutuhan Keamanan (safety needs) : adanya kepastian untuk hidup
yang bebas dari ancaman dan bahaya yang didalamnya termasuk
dalam ekonomi dan sosial.
c. Kebutuhan Sosial (social needs) : kebutuhan seseorang sebagai
makhluk sosial, seperti perkawanan, pengakuan sebagai anggota
kelompok, simpati, dicintai dan disayangi.
d. Kebutuhan Dihargai dan Dihormati (the esteem needs) : kebutuhan
akan status, kehormatan, pengakuan, gengsi, sukses mencapai
kedudukan dan atau status sosial yang lebih tinggi.
e. Kebutuhan Penampilan Diri (self-actualization needs) : kebutuhan
untuk melakukan sesuai dengan bakatnya, ingin berprakarsa,
mengeluarkan idea dan gagasan.

Pekerjaan motivasi pada dasarnya adalah melakukan penyesuaian


kebutuhan organisasi dengan kebutuhan karyawan, penyesuaian kegiatan
yang dimiliki oleh organisasi dengan kegiatan karyawan serta
penyesuaian tujuan yang dimiliki oleh organisasi dengan tujuan
karyawan. Jika upaya pemenuhan kebutuhan karyawan pada dasarnya
adalah identik dengan meredakan ketegangan (tension), maka harus
diupayakan kegiatan yang diharapkan untuk dilakukan oleh karyawan
adalah kegiatan yang tidak meningkatkan ketegangan (Hasibuan, 2020).

2. Komunikasi (comunication)

Komunikasi yaitu suatu proses yang akan menghubungkan


individu dengan individu lainnya dengan tujuan tertentu. Komunikasi
merupakan salah satu hal yang penting dalam penggerakan staf disuatu
organisasi. Dalam konteks komunikasi organisasi mengolah dan
memproses informasi tersebut ada lima faktor penting yang harus
diperhatikan agar organisasi berjalan efektif. Ke lima faktor tersebut
yaitu; 1) kualitas media informasi, 2) aksesibilitas informasi, 3)
penyebaran informasi, 4) beban informasi, dan 5) ketepatan informasi
(Pace, 2000).

9
Tujuan komunikasi adalah untuk memberikan perintah, laporan,
informasi, ide, saran, dan menjalin hubunganhubungan dari seorang
komunikator kepada komunikan atau penerimanya. Adapun unsur-unsur
komunikasi adalah : (1) Komunikator (pemberi=giver), yaitu orang yang
menyampaikan pesan komunikasi itu. (2) Pesan, yaitu informasi,
perintah, laporan, berita dan lainlainnya yang disampaikan itu. (3)
Saluran (simbolis=channel), yaitu orang yang menerima pesan
komunikasi tersebut. (4) Komunikan (penerima = receiver), yaitu orang
yang menerima komunikasi tersebut, (5) Feedback, yaitu reaksi yang
ditimbulkan oleh komunikasi itu.

Hambatan-hambatan komunikasi adalah sebagai berikut (Hasibuan,


2020) :
a. Hambatan semantis, yaitu hambatan karena bahasa, katakata atau
kalimatkalimat yang dipergunakan penafsirannya banyak.
b. Hambatan teknis, yaitu hambatan yang disebabkan oleh alat-alat
teknis yang dipergunakan untuk berkomunikasi yang baik.
c. Hambatan boilogis, yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh kurang
baiknya panca indra komunikator/komunikan, misalnya gagu/tuli.
d. Hambatan psikologis, yaitu hambatan kejiwaan yang disebabkan
perbedaan status dan keadaan.
e. Hambatan kemampuan, yaitu hambatan yang disebabkan komunikan
kurang mampu menangkap dan menafsirkan pesan komunikasi,
sehingga dipersepsi serta dilakukan salah.
3. Kepemimpinan (leadership)
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi perubahan perilaku orang lain, baik langsung maupun tidak
langsung. Seorang manajer yang ingin kepemimpinnya baik, maka
pemimpin tersebut harus (Hasibuan, 2020) :
a. Memotivitasi dirinya sendiri untuk bekerja dan peka terhadap
lingkungan.

10
b. Memiliki Kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi
dan komitmen tinggi untuk memecahkannya. Pemimpin harus selalu
merasa ditantang untuk mengatasi hambatan yang akan menjadi
penghalang tercapainya tujuan organisasi yang ia pimpin.
c. Menggerakan atau memotivasi staf agar mereka mau sadar.

Beberapa gaya kepemimpinan antara lain :

a. Gaya Kepemimpinan Diktator : Pada gaya kepemimpinan diktator


(dictatorial leadership style) ini upaya mencapai tujuan dilakukan
dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada
hubungan dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai
pelaksana dan pekerja saja.
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis : Pada gaya kepemimpinan ini
(autocratic leadership style) segala keputusan berada di tangan
pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya
kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang .
c. Gaya Kepemimpinan Demokratis : Pada gaya kepemimpinan
demokratis (democratic leadership style) ditemukan peran serta
bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara
musyawarah. Hubungan dengan bawahan dibangun dengan baik.
Segi positif dari gaya kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan
antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya
rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan
kelemahannya: keputusan serta tindakan kadang- kadang lamban,
rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang
bukan suatu keputusan yang terbaik.
d. Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire : Pada gaya kepemimpinan
santai (Laissez-Faire leadership style) ini peranan pimpinan hampir
tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan,

11
jadi setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing-
masing sesuai dengan kehendak masing-masing pula.
4. Pengarahan (directing)
Pada dasarnya dengan pengarahan diupayakan agar berbagai
keputusan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Apabila pengarahan dapat dilakukan dengan baik, memang akan
diperoleh beberapa manfaat yang jika disederhanakan terlihat sebagai
berikut (Purhadi, 2003):
a. Para pekerja mendapatkan informasi yang tepat tentang segala
sesuatu yang akan dikerjakannya.
b. Para pekerja akan terhindar dari kemungkinan berbuat salah dan
dengan demikian tujuan akan lebih mudah tercapai.
c. Para pekerja akan selalu berhadapan dengan proses belajar mengajar
sehingga pengetahuan, keterampilan, dan keaktivitasan akan
meningkat.
d. Para pekerja akan berada dalam suasana yang menguntungkan yakni
terciptanya hubungan pimpinan dan bawahan yang baik.

Teknik pengarahan banyak macamnya, beberapa di antaranya yang


penting dipergunakan ialah (Hasibuan, 2020):

a. Teknik konsultasi : Pengarahan dalam bentuk konsultasi misalnya


melalui suatu pertemuan atau rapat yang khusus diselenggarakan
untuk itu. Pada teknik konsultasi ini pemimpin menyampaikan
pengarahannya untuk kemudian dibahas secara bersama.
Keuntungan dari teknik ini ialah mengundang peran serta dari
karyawan. Kerugiannya ialah jika terlalu sering diselenggarakan
dapat menambah beban kerja serta dapat timbul kesan dari karyawan
bahwa pimpinan tidak mengetahui apa-apa.
b. Teknik demokratis : Pengarahan dengan memberikan kesempatan
seluasluasnya kepada karyawan untuk mengajukan pendapat dan
saran. Keuntungan dari teknik ini dapat menimbulkan inisiatif

12
karyawan. Kerugiannya dapat menyulitkan pimpinan, terutama jika
pendapat atau saran tersebut sulit dilaksanakan dan bertentangan
dengan kebijakan organisasi .
c. Teknik otokratis : Pengarahan dilaksanakan secara satu arah yakni
dari pimpinan kepada bawahan. Pimpinan menetapkan segalanya,
sedangkan karyawan hanya melaksanakan saja. Keuntungan dari
teknik ini ialah proses pengarahan berjalan cepat. Kerugiannya ialah
dapat timbul kesalahan dalam pengarahan. Teknik ini hanya baik
jika diterapkan dalam suatu organisasi yang memiliki kepemimpinan
kuat serta pendidikan karyawan masih terbatas.
d. Teknik bebas teratur : Pengarahan dilaksanakan tidak terlalu ketat.
Biasanya jika berhadapan dengan karyawan yang memiliki
pengetahuan, keterampilan serta pengalaman yang cukup dalam
melaksanakan tugas yang akan dilaksanakan.
5. Pengawasan (controlling)
Pengawasan ialah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu
program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya
sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Manfaat Pengawasan antara lain (Hasibuan, 2020) :
a. Tujuan yang ditetapkan dapat diharapkan pencapaiannya dan
selanjutnya pencapaian tersebut adalah dalam kualitas dan kuantitas
tertinggi yang direncanakan.
b. Pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut tidak
melebihi apa yang telah ditetapkan, dan bahkan mungkin dapat
ditekan, sehingga efisiensi dapat ditinggalkan.
c. Pengawasan yang baik, akan dapat memacu karyawan berprestasi
dan berkreasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Supervisi (supervision)
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan
untuk kemudian apabila ditemukan masalah agar segera diberikan

13
petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Manfaat
yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan
atas dua macam (Hasibuan, 2020):
a. Dapat lebih meningkatkan efektivitas kerja Peningkatan efektivitas
kerja ini erat hubungannya dengan makin meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan “bawahan”, serta makin terbinanya
hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antar “atasan”
dengan “bawahan”.
b. Dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja Peningkatan efisiensi kerja
ini erat hubungannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang
dilakukan oleh “bawahan”, dan karena itu pemakaian sumber daya
(tenaga, dana, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Jember,


Provinsi Jawa Timur. Rencana kegiatan yang dibuat akan digunakan pada tahun
2021. Sasaran dari kegiatan ini adalah lansia yang berada disekitar wilayah
Puskesmas Sukorejo dengan kegiatan yang bergerak pada upaya promotif dan
preventif.

3.1 Metode pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan pada pelitian ini adalah studi
pustaka dari berbagai sumber, yang diperoleh dari kajian-kajian pustaka
seperti jurnal dan buku digital. Untuk memperoleh data lebih lengkap terkait
Puskesmas Sukorejo penulis mengambil salah satu Rancangan Pelaksanaan
Kegiatan (RPK) Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa
Timur yang ditemukan di internet.

3.2 Pendekatan Penelitian


Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan analisis deskriptif. Yang berfungsi untuk menggambarkan data
yang telah dikumpulkan dari studi pustaka tanpa adanya kesimpulan yang
berlaku untuk umum.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran umum permasalahan puskesmas Sukorejo dalam organizing


Organizing adalah proses menyangkut bagaimana strategi dan
taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah
struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sIstem dan lingkungan
organisasi yang kondusif dan dapat memastikan bahwa semua pihak
dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna
pencapaian tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan (sinkronisasi) semua kegiatan yang beraspek personil,
finansial, material, dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

Organizing memiliki fungsi antara lain Pembagian tugas untuk


perorangan dan kelompok, Hubungan organisatoris antar orang di
dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya,
Pendelegasian wewenang dan pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.

Pada Program lansia Puskesmas Sukorejo yang terdiri dari dua


program yaitu program Pelayanan Lansia di Posbisdu, Posyandu Lansia
serta program Pemberian PMT Lansia sebagai kegiatan kedua
mengalami beberapa kegagalan seperti tidak tercapainya target dan
kurangnya partisipatif masyarakat. Hal ini dikarenakan kurang tepatnya
pengorganisasian serta kurangnya tenaga kerja. Hal ini dapat diatasi
dengan pengorganisasian yang lebih tepat khususnya dalam penjelasan
hak kerja serta penambahan tenaga kerja untuk turun di lapangan.

4.1.2 Gambaran umum permasalahan puskesmas Sukorejo dalam actuating


Pelaksanaan adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan

16
setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan
bisa diartikan penerapan dimana terjadi hubungan antara aspek-aspek
individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-
bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif
untuk tujuan organisasi yang nyata.

Pada Program lansia Puskesmas Sukorejo terdapat beberapa


kelemahan seperti kurangnya koordinasi tenaga kesehatan untuk
memantau kesehatan lansia di wilayah posyandu dan minimnya dana
untu melaksanakan program bagi lansia. Selain itu pelaksaan program
ini memiliki beberapa ancaman diantaranya kurangnya minat dari lansia
untuk datang, kegiatan yang tidak diketahui oleh lansia ataupun
keluarga lansia serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap
kesehatan lansia.

Pada kasus tersebut dalam pemenuhan pelaksaan program perlu


adanya perbaikan khususnya pada sosialisasi pada masyarakat sekitar
serta koordinasi dari pihak puskesmas baik dengan tenaga kesehatan
maupun pemerintah.

4.2 Analisis Organizing


Puskesmas Sukorejo memiliki program program kegiatan. Dimana
program tersebut mengacu pada lansia. Program lansia yang dilakukan oleh
Puskesmas Sukorejo terdiri dari dua program yaitu program Pelayanan Lansia
di Posbisdu, Posyandu Lansia serta program Pemberian PMT Lansi sebagi
kegiatan kedua. Untuk mencapai keberhasilan program ini diperlukan adanya
organizing (pengorganisasian) yang baik sehingga program tidak mengalami
keterlambatan dalam prosesnya.

1. Pengorganisasian kegiatan

Pengorganisasian kegiatan ini mengenai pengaturan kegiatan.


Kegiatan yang dimaksud adalah Pelayanan Lansia di Posbidu dan
Pemberian PMT.

17
NO URAIAN KEGIATAN PEKERJA WAKTU BIAYA
Program Pelayanan Lansia di Posbisdu, Posyandu
1
Lansia
Posyandu A 1 12 bulan
Posyandu B 1 12 bulan
Rp. 24.000.000
Posyandu C 1 12 bulan
Posyandu D 1 12 bulan
2 Program Pemberian PMT Lansia
Posyandu 1 1 12 bulan
Posyandu 2 1 12 bulan
Rp. 9.600.000
Posyandu 3 1 12 bulan
Posyandu 4 1 12 bulan
JUMLAH 8 Rp. 33.600.000
Tabel 1 Anggaran dan kegiatan

2. Pengorganisasian tenaga kerja


Penangung jawab program ini adalah Puskesmas Sukorejo. Dimana didalam
pelaksanaannya terdapat tenaga kerja kesehatan yang melayani masyarakat.
Sehingga dibutuhkan pengaturan hak dan kewajiban bagi pelaksana program. Hal
ini dilakukan untuk kelamcaran program.
a Hak tenaga kerja
1) Memperoleh perlindungan hukum dalam pelaaksanaan kegiatan
2) Memperoleh informasi yang lengkap dari pasien
3) Melaksanakan tugas sesuai kompetensinya
4) Menerima imbalan jasa
5) Menerima jaminan atas resiko kerja
b Kewajiban tenaga kerja
1) Menghormati pasien
2) Menjaga kerahasiaan serta identitas pribadi pasien
3) Member informasi terkait tindakan dan kondisi pasien
4) Meminta persetujuan terhadap tindakan yang dilakukan (Widjajarta,
2011)

18
3. Koordinasi
Untuk mencapai sasaran atau tujuan yang diinginkan, diperlukan mekanisme
penyatuan seluruh aspek yang ada dalam program. Tidak hanya tenaga kesehatan
akan tetapi masyarakat juga dapat terlibat. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi
dan kecepatan terlaksananya program. Hal – hal yang dilakukan dalam
mekanisme penyatuan ini yaitu dengan melibatkan lansia, keluarga, tokoh
masyarakat serta organisasi sosial pada penyelenggaraannya.
4. Struktur pegorganisasian

KepalaPuskesma
s
dr.RATNA INAWATI
S

Koordinator
program
NURKHAYATI

Petugas Pelaksana program Petugas BP


WILAYAH NURKHAYATI PUSKESMAS

Lintas Politik Kader Posyandu Masyarakat/Usila

Diagram 1 Struktur organisasi Puskesmas Sukorejo Jember

4.3 Analisis Actuating


1. Rancangan Kegiatan
Nomor 1 2

Upaya Kesehatan Lansia Lansia

Kegiatan Pelayanan lansia di Pemberian PMT lansia

19
Posbindu, Posyandu
Lansia

Mendekatkan
Tujuan pelayanan pada Peningkatan gizi lansia
Lansia

Sasaran Lansia Lansia

Target 4 Posyandu 4 Posyandu

Koordinator program Koordinator program


PJ
lansia lansia

4 desa diwilayah kerja 4 desa di wilayah kerja


Lokasi Pelaksanaan
Puskesmas Sukorejo Puskesmas Sukorejo

Tabel 2 Rancangan kerja

2. Rangkaian Kegiatan
a. Rapat : - Pemilihan panitia
- Persiapan kegiatan
b. Survey Posyandu dan Posbindu
c. Penyiapan Posyandu dan Posbindu : - Penyiapan data
- Pemilihan Kader
- Pembuatan media
d. Rapat koordinasi
e. Pelaksanaan kegiatan : - posyandu
- senam lansia
- pemberian makanan tambahan
f. Evaluasi kegiatan
g. Monitoring

20
3. Analisa Waktu
Pelaksanaan kegiatan Posyandu lansia dan pemberian makanan
tambahan lansia di empat desa wilayah Puskesmas Sukorejo dilaksanakan
dengan estimasi waktu selama 63 hari.

4. Biaya
KEGIATAN BIAYA SUMBER BIAYA

Posyandu lansia Rp. 24.000.000 BOK

Pemberian makanan Rp. 9.600.000 BOK


tambahan (PMT) lansia

Tabel 3 Anggaran dana

5. SWOT
a. Strenght (Kekuatan)
1. Dukungan pimpinan untuk melaksanakan kegiatan
2. Bersedianya tenaga kesehatan untuk terjun ke desa
b. Weakness (Kelemahan)
1. Kurangnya koordinasi tenaga kesehatan untuk memantau kesehatan
lansia di wilayah posyandu
2. Minimnya dana untu melaksanakan program bagi lansia
c. Opportunity (Peluang)
1. Dukungan dari pihak pemimpin Puskesmas
2. Pelaksanaan di empat desa yang memudahkan masyarakat untuk
menjangkau
d. Threats (Ancaman)
1. Kurangnya minat dari lansia untuk datang
2. Kegiatan yang tidak diketahui oleh lansia ataupun keluarga lansia
karena informasi yang tidak tersampaikan
3. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan lansia

21
6. Motivasi
Dalam program ini pemimpin harus menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai untuk anggotanya terjun ke desa, pemimpin juga harus
selalu mendukung anggota agar komitmen dengan kegiatan sehingga
terlaksana dengan baik. Komunikasi yang paling efektif adalah rapat dan
pertemuan. Untuk memonitoring dilakukan dengan kunjungan langsung ke
desa ketika melakukan kegiatan sehingga bisa mengetahui kondisi dan
situasi kegiatan. Pemimpin juga harus memiliki gaya kepemimpinan yang
demokratis dan santai, karena dengan begitu maka bawahan akan merasa
dihargai dan melaksanakan tugasnya dengan tidak terpaksa.

22
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang dapat diakses oleh setiap
warga di desa dengan mudah guna mendapatkan pelayanan kesehatan.
Puskesmas Sukorejo yang terletak di Kabupaten Jember merupakan suatu
pusat kesehatan masyarakat yang sangat mudah diakses guna mendapatkan
pertolongan pertama ketika mempunyai keluhan tentang kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas Sukorejo terus
ditingkatkan guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

Dalam sebuah organisasi dibutuhkan adanya pengorganisasi (organizing)


dan pengarahan (actuating). Pengorganisasian atau bisa disebut juga
Organizing memiliki pengertian suatu proses dan upaya membangun dan
mengembangkan sebuah organisasi atau sebagai salah satu fondasi
manajemen. Sedangkan, Actuating atau fungsi penggerakan adalah prose
bimbingan kepada staf agar mereka menjalankan tugas-tugas pokoknya seusai
dengan keterampilan yang dimiliki (quality of service).

Program lansia Puskesmas Sukorejo terdiri dari dua program yaitu


program Pelayanan Lansia di Posbisdu, Posyandu Lansia serta program
Pemberian PMT Lansia. Dari hasil analisis kelompok kami ditemukan bahwa
kegiatan kedua mengalami beberapa kegagalan seperti tidak tercapainya
target dan kurangnya partisipatif masyarakat. Selain itu pelaksaan program ini
memiliki beberapa ancaman diantaranya kurangnya minat dari lansia untuk
datang, kegiatan yang tidak diketahui oleh lansia ataupun keluarga lansia
serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan lansia.

5.2 Saran
Terkait dengan hal tersebut, penulis menyarankan beberapa hal untuk
diperhatikan seperti berikut ini :

23
1. Menentukan pendelegasian wewenang dan pemanfaatan staf dan fasilitas
fisik.
2. Perlu adanya perbaikan khususnya pada sosialisasi pada masyarakat
sekitar serta koordinasi dari pihak puskesmas baik dengan tenaga
kesehatan maupun pemerintah.
3. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah
dikemudian hari.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arumsari, N. R. (2017). Penerapan Planning, Organizing, Actuating, dan


Controlling di UPTD Dikpora Kecamatan Jepara. Jurnal Ekonomi Bisnis
Kontemporer, 3(2), 90–104.

Effendhie, M. (2011). Pengantar Organisasi. Organiasi Tata Laksana Dan


Lembaga Kearsipan, 1–90.

Handoko, H. T. (2011). Manajemen (11th ed). BPFE-Yogyakarta.

Hasibuan, R. (2020). Bahan Ajar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. 156–


159.

Pace, W. R. (2000). Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja


Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya.

Patras, Y. E., Hidayat, R., Lian, B., Fitria, H., & Apriana, D. (2019). (Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan) P-ISSN: 2548-7094
E-ISSN 2614-8021. 4(1).

Purhadi, G. (2003). Perkembangan Ilmu Manajemen. Binaputra.

Purwanto, N. M. (2007). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Ramadja Karya.

Rusli Ramli, A. W. (n.d.). modul Pengorganisasian sebagai Salah Satu. 1–35.

Siriyei, I., & Wulandari, R. D. (2013). Faktor Determinan Rendahnya Pencapaian


Cakupan Standar Pelayanan Minimal BidangKesehatan Di Puskesmas Mojo
Kota Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga,
Surabaya, 1(Surabaya), 244–251.

Umar, H. (2007). Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan


Rencana Bisnis Secara Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama.

Widjajarta, M. (2011). Laporan Akhir Tim Pengkajian Hukum Tentang Hak Dan
Kewajiban Tenaga Kesehatan. 1–81.

25
LAMPIRAN

Gambar 1 Pintu masuk Puskesmas Sukorejo Jember

Gambar 2 Tampak depan Puskesmas Sukorejo jember

26

Anda mungkin juga menyukai