Disusun Oleh :
Kelompok 1
Aldi (11190162000009)
Cut Zauja Chairunnisa (11190162000011)
Sofi Safitri (11190162000022)
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia, rahmat,
dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Evaluasi Proses dan Hasil Belajar pada Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
dengan lancar. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Kimia.
Dalam penyelesaian makalah ini banyak dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Luki Yunita, M.Pd yang telah
memberikan tugas ini sebagai media pembelajaran di masa yang akan datang. Dan
tidak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan dan
kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik dari semua pihak khususnya para pembaca. Harapan penulis semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi para
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu rangkaian proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan karakter yang
akan dibentuk dan dikembangkan.melalui proses pembelajaran tersebut. Tujuan
dalam pembelajaran adalah suatu target yang harus dicapai dalam setiap proses
pembelajaran. Oleh karena itu untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuan
pembelajaran tersebut telah tercapai, maka guru harus melaksanakan evaluasi.
Kegiatan evaluasi, memiliki arti penting dalam dunia pendidikan. Dalam hal
ini, ada tiga alasan tentang pentingnya evaluasi pendidikan dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Pertama, berkepentingan untuk perumusan prosedur
pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga nantinya akan diketahui apakah
tujuan pendidikan sudah tercapai dengan baik. Kedua, kegiatan evaluasi
terhadap hasil belajar merupakan salah satu ciri dari pendidik profesional.
Ketiga, evaluasi merupakan manejemen kontrol dalam proses belajar mengajar.
Karena evaluasi pendidikan memiliki arti penting, maka kelihatan adanya
hubungan interpendensi antara tujuan pendidikan, dan proses belajar-mengajar,
di mana tujuan tersebut akan dapat tercapai secara maksimal bilamana evaluasi
yang dilakukan sesuai dengan prosedur.
Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematif dan
berkelanjutan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses dan
hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, yang akan menjadi informasi
untuk mengambil keputusan-keputusan. Serangkaian kegiatan yang dimaksud
dalam evaluasi tersebut adalah penilaian, jadi penilaian merupakan bagian dari
evaluasi, sedangkan dalam penilaian terdapat kegiatan pengukuran yang
dilakukan dengan adanya tes. Tes merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data evaluasi dan penilaian.
Penilaian merupakan kegiatan atau proses yang sistematis dan berkelanjutan
untuk mengumpulkan berbagai informasi menyeluruh berkaitan dengan hasil
1
belajar siswa yang akan digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan
yang digunakan sebagai pertimbangan dalam pembelajaran. Informasi yang
menyeluruh dimaksudkan mencakup tiga aspek penilaian yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Untuk mengevaluasi keberhasilan dalam proses belajar mengajar, maka
yang terpenting untuk dinilai adalah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik. Ketiga aspek ini, saling terkait antara satu dengan yang lainnya
dan tidak berdiri sendiri. Penilaian terhadap ketiganya hendaknya dijelaskan
secara jelas sehingga siswa dapat merencanakan kerja-kerjanya untuk
memenuhi standar yang dinilai oleh guru sesuai dengan prosedur sekolah.
Dengan demikian, penilaian sangat erat kaitannya dengan evaluasi. Apabila
dilihat dari prosedur kerjanya, penilaian memiliki pengertian yang hampir sama
dengan kegiatan research. Keduanya sama-sama merupakan kegiatan untuk
memperoleh gambaran tentang keadaan suatu obyek melalui proses penelaahan
secara logik dan sistematik, membutuhkan data empirik untuk membuat
kesimpulan, dan menuntut syarat keahlian bagi pelakunya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan uraian yang sudah dipaparkan dalam latar belakang di
atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian evaluasi?
2. Apa tujuan dari evaluasi pembelajaran?
3. Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif?
4. Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah afektif?
5. Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah psikomotorik?
6. Apa perbedaan dari evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik, serta contohnya?
7. Bagaimana cara pengukuran evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik?
8. Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik dalam perspektif Islam?
2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, makalah ini dibuat
bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian evaluasi.
2. Mengetahui tujuan dari evaluasi pembelajaran.
3. Mengetahui bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah
kognitif.
4. Mengetahui bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah afektif.
5. Mengetahui bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah
psikomotorik.
6. Mengetahui perbedaan dari evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta contohnya.
7. Mengetahui cara pengukuran evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
8. Mengetahui bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam perspektif Islam.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat bagi penulisan, makalah ini untuk memberikan informasi dan ilmu
pengetahuan baru mengenai evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Manfaat bagi pembaca, makalah ini sebagai acuan atau sarana untuk
pengembangan wawasan pengetahuan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun
saling berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna yang
sebenarnya. Misalnya, mengemukakan definisi evaluasi sebagai “a process for
describing an evaluand and judging its merit and worth” (Guba dan Lincoln,
1985). Sedangkan Gilbert Sax (1980) berpendapat bahwa “evaluation is a
process through which a value judgement or decision is made from a variety of
observations and from the background and training of the evaluator”.
Arifin (2013) mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan
arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam
rangka mengambil suatu keputusan.
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang
dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi
(1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil
pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut. Zainul dan Nasution (2001)
menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes
maupun non tes.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai
terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai
proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian,
evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa (Purwanto, 2009).
4
Arikunto (2004) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.
Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program
dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauh mana tujuan
pendidikan dapat dicapai.
Dalam beberapa hal evaluasi lebih luas, karena dalam evaluasi juga
termasuk penilaian formal dan penilaian intuitif mengenai kemajuan peserta
didik. Evaluasi juga mencakup penilaian tentang apa yang baik dan apa yang
diharapkan.
Dengan demikian hasil pengukuran yang benar merupakan dasar yang
kokoh untuk melakukan evaluasi. Secara garis besar evaluasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan dengan maksud memantau sejauh manakah suatu proses pendidikan
telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah
dari suatu unit pengajaran ke unit berikutnya (Stiggins, 1994).
5
pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan materi, metode, media
sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Sedangkan
tujuan khusus evaluasi pembelajaran disesuaikan dengan jenis evaluasi
pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan,
evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisinensi-ekonomi, dan
evaluasi program komprehensif (Arifin, 2009).
Tidak serta merta sebuah kegiatan dievaluasi jika tidak memiliki tujuan
yang jelas. Begitupun evaluasi dalam sebuah pembelajaran pastinya memiliki
tujuan yang akan dicapai. Sebagaimana Zainal Arifin tahun 2010 dalam
makalahnya tentang “Evaluasi Pembelajaran (Teori dan Praktik)
mengungkapkan bahwa secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah
untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Indicator efektivitas dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada
peserta didik. Perubahan tingkah laku itu dibandingkan dengan perubahan
tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan kompetensi, tujuan dan isi program
pembelajaran. Adapun secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk :
1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang
telah ditetapkan.
2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses
belajar. Sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan
remedial teaching.
3. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan
guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber
belajar.
Lebih jauh, Depdiknas (2003) mengemukakan tujuan evaluasi
pembelajaran adalah untuk (a) melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan
belajar-mengajar, (b) memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru, (c)
memperbaiki dan menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-
mengajar, (d) mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa
selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan (e) menempatkan
siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
6
Apabila kita melihat dari tujuan evaluasi yang dikemukakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional maka sudah sangat jelas bahwa yang namanya evaluasi
memiliki peran yang sangat vital dalam pembelajaran. Jadi, tujuan evaluasi
yaitu memperbaiki semua aspek yang di butuhkan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Dalam konteks yang lebih luas lagi, Gilbert Sax (1980) mengemukakan
tujuan evaluasi dan pengukuran adalah untuk “selection, placement, diagnosis
and remediation, feedback: norm-referenced and criterion-referenced
interpretation, motivation and guidance of learning, program and curriculum
interpretation, formative and summative evaluation, and theory development”.
Apabila kita artikan, Gilbert Sax mengungkapkan bahwa tujuan evaluasi adalah
untuk seleksi, penempatan, diagnosis dan perbaikan, umpan balik: norma-
direferensikan dan kriteria-direferensikan interpretasi, motivasi dan bimbingan
belajar, program, dan penafsiran kurikulum, evaluasi formatif dan sumatif, dan
teori pembangunan
Sebenarnya tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar
mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat
pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak
lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat
berupa:
1. Penempatan pada tempat yang tepat
2. Pemberian umpan balik
3. Diagnosis kesulitan belajar siswa
4. Penentuan kelulusan (Daryanto, 2010).
Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian, seperti yang dikutip
oleh Zainal Arifin (2013) :
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta
didik sesuai dengan rencana palaksanaan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Untuk itu guru harus mengumpulkan data dan informasi
dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian
7
untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar
peserta didik.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta
didik selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu
melakukan penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang
sudah dikuasai dan belum dikuasai oleh peserta didik.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi
kekurangan, kesalahan, atau kelemahan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternative
solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini
dapat digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke
berbagai pihak yang berkepentingan.
8
Menurut Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani dalam bukunya “Psikologi
Belajar dalam Perspektif Islam” mengutip dalam buku Nana Sudjana (Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya (Sopiatin, 2011).
Menurut Purwanto dalam bukunya Evaluasi Hasil Belajar mendefinisikan
bahwa: Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil‟ dan “belajar”. Pengertian hasil (product)
menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional (Purwanto,
2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang diperoleh oleh peserta didik setelah ia melakukan suatu
aktivitas dan atau setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Sedangkan pengertian belajar sendiri menurut Oemar Hamalik adalah:
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defined as the modification or strengthening of behavior through
experiencing) (Hamalik, 2011).
Menurut Charles E. Skinner dalam bukunya Essentials of Educational
Psychology mengemukakan: Learning is a process of progressive behavior
adaptation (belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku secara terus menerus)
(Skinner, 1958).
Menurut James O. Whittaker yang dikutip oleh M. Alisuf Sabri
mengemukakan bahwa: Learning may be defined as a process by behavior
originates or is altered through training or experience (Sabri, 2007). Belajar
dapat didefinisikan sebagai proses yang berasal dari perilaku yang diubah
melalui pelatihan atau pengalaman.
Berdasarkan pengertian para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku seseorang secara terus menerus melalui pelatihan
dan pengalaman.
9
Setelah mengetahui pengertian hasil belajar, sekarang beranjak ke
pengertian kognitif (cognitive). Pengertian kognitif menurut para ahli
diantaranya:
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, mengemukakan bahwa: Kognitif berasal dari kata cognition
yang padanan katanya knowing, yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas,
kognitif adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu
domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku
mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan (Syah, 2009). Jadi
kognitif merupakan perkembangan perolehan suatu pengetahuan, penataan dan
penggunaan pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan.
Menurut Anas Sudijono dalam bukunya Pengantar Evaluasi Pendidikan,
mengemukakan bahwa “ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak)” (Sudijono, 2011). Jadi ranah kognitif merupakan ranah yang
bekerja dalam bidang mental (otak) yang berkaitan dengan proses mental
bagaimana impresi indera dicatat dan disimpan dalam otak. Seperti halnya
berfikir, mengingat, dan memahami sesuatu.
Menurut Noer Rahmah dalam bukunya Psikologi Pendidikan
mengemukakan bahwa: Ranah kognitif yaitu kemampuan yang selalu dituntut
pada anak didik untuk dikuasai karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu
pengetahuan (Rahmah, 2012). Jadi ranah kognitif merupakan dasar penguasaan
ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Dari pengertian kognitif menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa kognitif adalah perkembangan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan
proses mental (otak) dan merupakan dasar penguasaan ilmu pengetahuan yang
harus dikuasai oleh peserta didik.
10
Berdasarkan pengertian hasil belajar dan kognitif di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa hasil belajar kognitif merupakan hasil akhir yang diperoleh
peserta didik dalam pemahamannya tentang ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan proses mental (otak) dan merupakan dasar penguasaan ilmu
pengetahuan yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah ia melakukan suatu
pembelajaran.
(Daryanto, 2010).
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai tiap aspek sebagaimana
diberikan dalam taksonomi Bloom.
11
a. Pengetahuan (Knowledge) – C1
Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-
ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, konsep, istilah-
istilah atau fakta, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya (Sudijono, 2011).
Pengetahuan merupakan aspek yang paling rendah dalam taksonomi
Bloom. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan
adalah peserta didik dapat menghafal surat-surat pendek dalam Al Qur’an,
pengetahuan tentang tanggal dan tempat peristiwa-peristiwa bersejarah dan
nama-nama tokoh.
b. Pemahaman (Comprehension) – C2
Pemahaman (Comprehension) adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta
yang diketahuinya (Purwanto, 2010). Seorang peserta didik dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang
pemahaman ini misalnya adalah: peserta didik dapat menguraikan tentang
makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al’Ashr secara lancar dan
jelas.
c. Penerapan (Application) – C3
Penerapan (Application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan
atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi
yang baru dan konkrit (Sudijono, 2011). Salah satu contoh hasil belajar
ranah kognitif pada jenjang penerapan misalnya adalah: setelah peserta
didik diajari tentang hukum bacaan nun sukun dan tanwin, kemudian peserta
didik dituntut untuk menerapkan bacaan tersebut dalam membaca Al
Qur’an.
12
d. Analisis (Analysis) – C4
Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk dapat menguraikan
suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-
komponen pembentuknya (Daryanto, 2010). Pada tingkat analisis ini,
peserta didik diharapkan dapat memahami dan sekaligus dapat memilah-
milahnya menjadi bagian-bagian. Contoh: peserta didik dapat merenungkan
dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang
siswa di rumah, di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-
tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
e. Sintesis (Synthesis) – C5
Sintesis (Synthesis) merupakan suatu proses dimana seseorang dituntut
untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan
berbagai faktor yang ada (Daryanto, 2010). Salah satu contoh hasil belajar
kognitif jenjang sintesis adalah: Amanat presiden Soeharto dalam Upacara
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 1995 yang telah
merencananakan kedisiplinan nasional, baik kedisiplinan kerja, kedisiplinan
dalam hal kebersihan dan menjaga kelestarian alam, maupun kedisiplinan
dalam mentaati peraturan lalu lintas, pada hakikatnya adalah perintah Allah
Swt sebagaimana tersebut dalam surat al’Ashr.
f. Penilaian (Evaluation) – C6
Penilaian (Evaluation) merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
suatu pelinilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dsb. berdasarkan
suatu kriteria tertentu. Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya,
gagasannya, cara kerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya, atau
lainnya (Purwanto, 2010). Contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi
adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang
dipetik oleh seseorang yang belaku disiplin dan dapat menunjukkan
madharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang
bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada
kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan perintah Allah Swt
yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
13
Demikian uraian tentang tingkat-tingkat atau macam-macam kemampuan
kognitif menurut teori Benjamin S. Bloom yang sangat diperlukan para guru
dalam usaha menyusun tes-tes hasil belajar yang lebih mengacu kepada tujuan
pendidikan.
14
D. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar pada Ranah Afektif
Penilaian ranah afektif merupakan hal yang penting dalam dunia
pendidikan, hal tersebut dikarenakan penilaian ranah afektif merupakan hal
yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun Popham (1995)
dalam Djemari Mardapi (2004) mengemukakan bahwa ranah afektif
menentukan keberhasilan seseorang. Sehingga, pembelajaran perlu
memperhatikan pelaksanaan penilaian ranah afektif. Satuan pendidikan perlu
merancang dan mengembangkan penilaian ranah afektif yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Karena pengembangan penilaian
ranah afektif sangat berpengaruh positif di sekolah (Saftari, 2019).
Suharsimi Arikunto (2003) menjelaskan bahwa dalam pengukuran ranah
afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal), hal
tersebut diakibatkan karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah
sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif
lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-
nilainya. Sasaran penilaian afektif adalah perilaku peserta didik bukan
pengetahuannya (Sukanti, 2011).
Aspek afektif (sikap) adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Aspek afektif pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku
manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku (Sudaryono, 2012). Ranah afektif adalah ranah pembahasan dan
penilaian yang berhubungan dengan emosi. Penilaian aspek afektif
dimaksudkan untuk mengevaluasi peserta didik dari segi afeksi dalam proses
pembelajaran. Aspek afektif memuat kehendak (konasi) dan dorongan
(motivasi) yang menjadi unsur pembentukan sikap hidup (Wartono, 2009).
Menurut Adiningtiyas (2018) bahwa ranah afektif mencakup segala sesuatu
yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,
minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari
perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks:
15
a. Penerimaan (Receiving) – A1
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon
terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar
terendah dalam domain afektif. Dan kemampuan untuk menunjukkan
atensi dan penghargaan terhadap orang lain. Contoh: mendengar pendapat
orang lain, mengingat nama seseorang.
b. Responsive (Responding) – A2
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara
afektif, menjadi peserta dan tertarik. Kemampuan berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil
tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas
c. Nilai yang dianut (Value) – A3
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau
tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
“sikap dan opresiasi”. Serta Kemampuan menunjukkan nilai yang dianut
untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu
kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku. Contoh:
Mengusulkan kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai dengan nilai
yang berlaku dan komitmen perusahaan.
d. Organisasi (Organization) – A4
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat
lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan
membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang
tercermin dalam suatu filsafat hidup. Dan kemampuan membentuk system
nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai.
Contoh: Menyepakati dan mentaati etika profesi, mengakui perlunya
keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab.
e. Karakterisasi (characterization) – A5
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat
berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan
16
lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya
dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Dan kemampuan
mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki
hubungan intrapersonal, interpersonal dan social. Contoh: Menunjukkan
rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam aktivitas
kelompok.
17
tersebut merupakan proses menurunkan atau memecah tugas yang kompleks
kedalam sub yang lebih sederhana (Setiawan, 2018).
Menurut Adiningtiyas (2018) bahwa ranah psikomotorik meliputi gerakan
dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik.
Keterampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan
tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik
pelaksanaan. Ada kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang
sederhana hingga tingkat yang rumit:
a. Peniruan – P1
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons
serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot
saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi – P2
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,
penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan
melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan – P3
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan
dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi – P4
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan
yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di antara
gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan – P5
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit
mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara
rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam
domain psikomotorik.
18
F. Perbedaan dari Evaluasi Proses dan Hasil Belajar pada Ranah Kognitif,
Afektif, dan Psikomotorik serta Contohnya
Perbedaan evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik dapat dilihat dari pengertian, tingkatan, maupun contohnya dari
masing-masing ranah. Tabel perbedannya adalah sebagai berikut:
19
karya tertentu
berdasarkan materi
pembelajaran.
G. Cara Pengukuran Evaluasi Proses dan Hasil Belajar pada Ranah Kognitif,
Afektif, dan Psikomotorik
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan
dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh peserta didiknya. Pada setiap
program pembelajaran ketiga ranah tersebut merupakan aspek penting sebagai
hasil dari proses pembelajaran. Masing-masing ranah memiliki karakteristik
yang khusus. Ranah kognitif dikembangkan oleh Bloom, yang dikenal dengan
istilah taksonomi Bloom (1987). Ranah afektif dikembangkan oleh Krathwohl
(1964), sedangkan ranah psikomotorik dikembangkan oleh Harrow (1972)
(Antara, 2020).
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif
tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan.
Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan.
Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus
maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif
dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif diantaranya :
a. Tes atau pertanyaan lisan di kelas
b. Pilihan ganda
c. Uraian obyektif
d. Uraian non obyektif atau uraian bebas
e. Jawaban atau isian singkat
f. Menjodohkan
g. Portopolio
h. Performans
20
H. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar pada Ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik dalam Perspektif Islam
21
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang batil). (QS. Al-Baqarah (2): 185).
22
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau
keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia disisi
Allah, yaitu yang paling bertakwa kepada-Nya, manusia yang sedang
dalam iman dan ketakwaannya dan manusia yang ingkat kepada ajaran
Islam.
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur. (QS An-Nahl 16:78)
23
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzaab: 21).
24
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa ragam alat fisio-psikis dalam
proses belajar yang terungkap dalam beberapa firman Allah SWT adalah
sebagai berikut:
1. Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima
informasi visual.
2. Indera pendengar (telinga) yakni alat fisik yang berguna untuk menerima
informasi verbal.
3. Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks
untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-
item informasi dan pengetahuan, ranah kognitif (Ahmadi, 2004).
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa.
Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Indikator efektivitas
dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik.
Perubahan tingkah laku itu dibandingkan dengan perubahan tingkah laku yang
diharapkan sesuai dengan kompetensi, tujuan dan isi program pembelajaran.
Adapun tujuan evaluasi secara khusus adalah untuk mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan,
mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial
teaching, serta mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang
digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber
belajar.
Hasil belajar kognitif merupakan hasil akhir yang diperoleh peserta didik
dalam pemahamannya tentang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan proses
mental (otak) dan merupakan dasar penguasaan ilmu pengetahuan yang harus
dikuasai oleh peserta didik setelah ia melakukan suatu pembelajaran.
Aspek afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek
afektif pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia,
sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar. Ciri-ciri hasil
belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif adalah ranah pembahasan dan penilaian yang berhubungan
dengan emosi. Penilaian aspek afektif dimaksudkan untuk mengevaluasi
peserta didik dari segi afeksi dalam proses pembelajaran. Aspek afektif memuat
26
kehendak (konasi) dan dorongan (motivasi) yang menjadi unsur pembentukan
sikap hidup.
Ranah psikomotorik adalah ranah yang meliputi gerakan dan koordinasi
jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Keterampilan ini dapat
diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur dari
sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan.
Perbedaan evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik dapat dilihat dari pengertian, tingkatan, maupun contohnya dari
masing-masing ranah.
Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya adalah tes atau pertanyaan lisan di kelas, pilihan
ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif atau uraian bebas, jawaban atau
isian singkat, menjodohkan portopolio, dan performans.
Evaluasi proses dan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik dapat dikaitkan dengan beberapa Surah pada Al-Qur’an,
diantaranya adalah Surah Al-Baqarah ayat 185, Al-Ankabut ayat 2-3, An-Nahl
ayat 78, Al-Ahzab ayat 21, dan Al-Alaq ayat 1-5.
B. Saran
Saran dari penulis kepada pembaca yaitu untuk memahami kembali materi
yang telah tertulis dalam makalah ini dengan membaca secara seksama dan
mencari informasi lain menggunakan referensi-referensi yang lebih relevan dan
valid. Penulis sangat menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun
agar penulis dapat lebih baik lagi kedepannya dalam membuat makalah.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abudin, Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Adiningtiyas, Sri Wahyuni dan Maria Fresa Ompusunggu. 2018. Hubungan Antara
Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal KOPASTA. 5(1): 23-31.
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Antara, Anak Agung Purwa. 2020. Penyetaraan Vertikal dengan Pendekatan
Klasik dan Item Response Theory (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
Deepublish.
Arifin, Zainal. 2010. Makalah Evaluasi Pembelajaran: Teori dan Praktik.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Dapartemen Agama RI.
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
BSNP. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan
dan Kepribadian. Jakarta: BSNP.
Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung: ITB.
Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
E.G. Guba, and Y.S. Lincoln. 1985. Effective Evaluation. San Francisco:
JosseyBass Pub.
G. Sax. 1980. Principles of Educational and Psychological Measurement and
Evaluation. Belmont California: Wads Worth Pub.Co.
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and
Practice. Japan: Shizuoka University.
Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik Cetakan 1. Medan: Perdana
Publishing.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
28
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahmah, Noer. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Sabri, M. Alisuf. 2007. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Saftari, Maya dan Nurul Fajriah. 2019. Penilaian Ranah Afektif dalam bentuk
Penilaian Skala Sikap untuk Menilai Hasil Belajar. Jurnal Ilmu Pendidikan
dan Kependidikan. 7(1): 71-81.
Setiawan, David Firna. 2018. Prosedur Evaluasi dalam Pembelajaran Edisi I
Cetakan I. Yogyakarta: Deepublish.
Skinner, Charles E. 1958. Essentials of Educational Psychology. Tokyo: Maruzen
Company.
Sopiatin, Popi dan Sohari Sahrami. 2011. Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Stiggins, R.J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York:
Macmillan College Publishing Company.
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Sukanti. 2011. Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akuntasi. Jurnal Pendidikan
Indonesia. 9(1): 74-82.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Tayibnapis, F.Y. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang. 2003. Undang-Undang, Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wartono, Heribertus Joko. 2009. Pendidikan Religionalitas-Gagasan, Isi, dan
Pelaksanaannya. Yogyakarta: Kanisius.
Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.
29