Anda di halaman 1dari 24

PENYUSUNAN MODEL PENGELOLAAN KELAS SEKOLAH DASAR (SD)

Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran

Dosen Pengampu : Khaidir Fadhil., M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8

Ayuni Nurkholifah Maulida (191105050554)

UNIVERSITAS IBN KHALDUN

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................2

KATA PENGANTAR...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................6
C. Tujuan Makalah............................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 7

A. Pengertian Pengelolaan Kelas.........................................................................................7


B. Tujuan Pengelolaan Kelas ..............................................................................................8
C. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas............................................................................9
D. Komponen Pengelolaan Kelas......................................................................................15
E. Model-Model Pengelolaan Kelas..................................................................................19

BAB III PENUTUP..................................................................................................................23


.......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................................23
B. Saran..............................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................24

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyusunan Model
Pengelolaan Kelas Sekolah Dasar” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Perencanaan Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Prinsip-prinsip dalam manajemen kelas bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Khaidir Fadhil., M.Pd , selaku dosen
dalam bidang mata kuliah Perencanaan Pembelajaraan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Terima Kasih 

[Bogor,Rabu 21 Oktober 2020]

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan gejala alam semesta (fenomena universal) dan berlangsung


sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Di mana ada kehidupan manusia, di
situ pasti ada pendidikan (Driyakarya, 1980:32). Pendidikan sebagai usaha sadar bagi
pengembangan manusia dan masyarakat, mendasar pada landasan pemikiran tertentu. Dengan
kata lain, upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan, didasarkan atas pandangan
hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosiokultural tiap-tiap masyarakat, serta
pemikiran-pemikiran psikologis tertentu.

Dasar pendidikan adalah landasan berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai wahana
pengembangan manusia dan masyarakat. Walaupun pendidikan itu universal, namun bagi
suatu masyarakat pendidikan akan di selenggarakan berdasarkan filsafat dan atau pandangan
hidup serta berlangsung dalam latar belakang sosial budaya masyarakat tersebut. Dengan
tujuan pendidikan yang akan dicapai pada saat menempuh pendidikan, dapat mencapai tujuan
pendidikan dengan masa depan yang cerah seperti diungkapkan oleh (Moore T.W dalam
buku Dwi Siswono:26) tujuan pendidikan itu merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
kegiatan pendidikan. Pendidikan harus dimulai dengan tujuan, yang diasumsikan sebagai
nilai. Tanpa sadar tujuan , maka dalam praktek pendidikan tidak ada artinya.

Bagian yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan kegiatan yang tidak hanya sebatas memberikan pengetahuan tetapi juga untuk
pembentukan sikap dan keterampilan siswa. Proses pembelajaran akan sangat mempengaruhi
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ada dua aspek yang
memiliki peranan yang utama yaitu guru dan siswa. Guru juga harus bisa membangun relasi
yang baik dan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan siswa, sehingga siswa
bisa memiliki motivasi untuk belajar. Relasi yang baik antara guru dan siswa bisa membuat
siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran karena tidak ada perasaan takut
atau tertekan saat belajar. Selain itu, hal ini juga bisa membantu menumbuhkan keberanian
dalam diri siswa misalnya untuk bertanya karena selama ini kecenderungannya masih banyak
siswa yang merasa takut untuk bertanya.

4
Proses belajar juga harus menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan untuk belajar dan
motivasi belajar siswa pun terus meningkat. Relasi antara guru dan siswa serta proses
pembelajaran yang menyenangkan semuanya tergantung pada pengelolaan kelas yang
dilakukan oleh guru. Dimana diketahui bahwa salah satu peran seorang pendidik ialah
sebagai pengelola kelas. Pengelolaan kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang dengan
sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi yang optimal terjadi dalam
proses belajar mengajar. Selain itu, Pengelolaan kelas yang baik dapat menciptakan proses
pembelajaran yang efektif.

Pengelolaan kelas bukanlah suatu kegiatan tanpa tujuan. Suharsimi Arikunto (dalam
syaiful bahri djahmara dan aswan zain, 2006: 178) mengatakan bahwa tujuan dari
pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga
segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Proses pendidikan sekarang
menuntut siswa untuk belajar lebih aktif. Kalau sebelumnya guru yang lebih aktif dan banyak
bicara sedangkan siswa hanya diam dan mendengarkan guru sekarang guru yang lebih
banyak mendengarkan siswa. Dengan kata lain, siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan potensinya. Pengelolaan kelas juga harus
disesuaikan dengan tuntutan pendidikan. Faktor yang harus diutamakan dalam pengelolaan
kelas adalah siswa. Siswa merupakan sasaran dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh
guru.

Model pengelolaan kelas merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman agar
siswa bisa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. Radno Harsanto (2007: 40) menjelaskan
bahwa banyak model pengelolaan kelas yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya, belajar
bersama dalam kelompok yang merupakan salah satu ciri khas dalam proses pembelajaran.
Melalui kegiatan interaksi dan komunikasi siswa menjadi aktif belajar sehingga belajar
mereka menjadi efektif. Kerja sama dalam kelompok dapat dikaitkan dengan nilai sehingga
kerja sama siswa makin intensif dan siswa dapat mencapai kompetensinya. Selain itu, bisa
juga dengan mengadakan analisis sosial karenaSekolah merupakan unit pendidikan yang
ingin mengembangkan seluruh potensi siswa. Sekolah merupakan sarana untuk mendidik
siswa menuju pembentukan diri sebagai insan yang berpribadian, utuh, cerdas, dan beriman
kepada Tuhan. Dengan demikian, sekolah juga dapat menjadi sarana untuk menjadi manusia
yang berguna tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi sesama dan lingkungannya.

5
Model pengelolaan kelas yangjuga dapat diterapkan yaitu dengan mengefektifkan papan
tulis. Papan tulis merupakan hasil teknologi yang berfungsi sangat vital dalam proses
pembelajaran di kelas. Papan tulis jenis apapun fungsinya sama, yaitu sebagai tempat untuk
menulis pesan sebagai bahan ajar atau sarana latihan pemecahan soal. Pesan dapat berupa
informasi dan/atau pemecahan masalah masalah baik dalam bentuk huruf, angka, gambar
ataupun grafik. Hal yang harus selalu diingat adalah keterbacaan dan pemanfaatan papan tulis
secara maksimal sebagai alat penunjang proses 6 pembelajaran. Cara lain yaitu
Mengefektifkan posisi tempat duduk siswa.Pengaturan posisi tempat duduk siswa di kelas
tidaklah netral. Pengaturan sangat berpengaruh bagi para siswa, interakasi antara mereka, dan
interaksi dengan guru. Hal ini berarti bahwa pengaturan posisi tempat duduk siswa memberi
dampak dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian dari Pengelolaan Kelas?


b. Apa Tujuan Pengelolaan Kelas?
c. Apa Saja Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas?
d. Komponen apa saja yang terdapat dalam Pengelolaan Kelas?
e. Apa saja Model-model dalam Pengelolaan Kelas?

C. Tujuan Makalah

a. Mengetahui apa itu Pengertian Pengelolaan Kelas


b. Mengetahui Tujuan dari Pengelolaan Kelas
c. Mengetahui dan Memahami Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
d. Mengetahui Komponen yang terdapat dalam Pengelolaan Kelas
e. Mengetahui Model-model dalam Pengelolaan Kelas

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yakni kata pengelolaan dan kata kelas.Untuk
mendefenisikan istilah pengelolaan kelas perlu melacak defenisi kedua kata tersebut. Kata
pengelolaan memiliki makna yang sama dengan management dalam bahasa Inggris,
selanjutnya dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen. Menurut Saiful Sagala manajemen
adalah serangkaian kegiatan pendayagunaan segala sumber daya secara efektif untuk
mencapai suatu tujuan. Kelas adalah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran.1

Menurut Syaiful Bahfri Djamah pengelolaan kelas adalah keterampilan guru


menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila
terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi
edukatif. Yang dimaksud dalam hal ini misalnya penghentian tingkah laku anak yang
menyeleweng perhatian kelas, perhatian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian kerja
siswa, atau penetapan norma kelompok produktif.2

Mulyasa mengemukakan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk


menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan
dalam pembelajaran.3 Sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan yaitu ruang belajar,
pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum
masuk materi yang akan dipelajari, dan bina suasana dalam belajar. 4 Pengertian pengelolaan
kelas di atas sesuai dengan ayat al-Quran surat As-Sajadah ayat 5 yang artimya :

‘”Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu
hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Berdasarkan beberapa defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan


kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga
1
Mudasir, op.cit, h. 1
2
Syaiful Bahfri Djamah, 2000, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta h. 145
3
5 E. Mulyasa, 2007, Menjadi Guru Profesioanal, Bandung: Remaja Rosda Karya, h. 91
4
6 Abdul Majid, 2012, Perencanaan Pembelajaran, Bandung,: PT Remaja Rosda Karya, h. 165

7
siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan tenang . Guru juga harus dapat mengendalikan
kelas apabila terjadi gangguan-gangguan yang dapat mengganggu ketenangan siswa dalam
mengikuti pembelajaran.

B. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan situasi dan kodisi kelas, baik secara lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual
siswa dalam kelas dan membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.5

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosinal, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
sosial yang memberi kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan
sikap serta apreasiasi pada siswa (Sudirman , 1991,311, dalam Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain,2006:178). Selanjutnya, Suharsimi Arikunto (1988:68, dalam Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain,2006:178) juga berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas
adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.

Adapun tujuan pengelolaan kelas menurut Mulyani Sumantri dan Johar


Permana(1999:282) adalah :

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa mengembangkan


kemampuannya secara optimal.
2. Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas, sehingga bila terjadi gangguan
dalam belajar mengajar dapat dieleminir.
5
1Mudasir, op.cit. h. 18

8
3. Menghilangkan sebagian hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat merintangi
terwujudnya interaksi belajar mengajar.
4. Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
5. Melayani dan membimbing perbedaan individual siswa.

Pendapat ini sejalan dengan tujuan manajement kelas yang dikemukakan oleh Maman
Rachman (1998/1999: 15) yaitu:

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar, yang memungkin siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual
siswa dala kelas.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya
serta sifat-sifat individunya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:15).

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan segala faisilitas yang digunakan
guru dapat berpengaruh secara efektif sehingga dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif
serta psikomotorik siswa.6

C. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Keharmonisan hubungan guru dengan peserta didik, tingginya kerja sama diantara
peserta didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Karena itu there are many forms of interaction
between teacher and pupils, and between pupils.7 Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja
bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas agar
pembelajaran menjadi efektif. Menurut Syaiful Bahri, pendekatan tersebut meliputi
pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep,

6
https://core.ac.uk/download/pdf/83146489.pdf
7
Oscar A. Oeser, Teacher Pupil and Task / Elements of Sosial Psychologi Applied to Education (London BCA:
Associated Book Publishers Limited II New Fetter Lane, 1966), 52.

9
pendekatan pembelajaran , pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi
dan hubungan sosial, pendekatan proses kelompok dan pendekatan elektis atau pluralistik.8

1) Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku
peserta didik. Peranan guru disini adalah menciptkan dan mempertahankan situasi disiplin
kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada peserta didik untuk
menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya. Di
dalam kegiatan pembelajaran, factor kedisiplinan adalah kekuatan utama untuk dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif, karena itu guru perlu menekankan pentingnya
peserta didik untuk menaati peraturan yang telah dibuat sebelumnya. Berbagai peraturan
itu ibaratnya adalah “penguasa” yang wajib untuk ditaati. Oleh sebab itu, guru harus
mampu melakukan pendekatan yang baik kepada peserta didik melalui peraturan ini, dan
bukan kemauannya sendiri.
2) Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas juga sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku
peserta didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya, melarang, ejekan,
sindiran, dan memaksa. Ancaman disini sepatutnya tidak dilakukan sesering mungkin dan
hanya diterapkan manakala kondisi kelas sudah benar-benar tidak dapat dikendalikan.
Selama guru masih mampu melakukan pendekatan lain di luar ancaman, maka akan lebih
baik jika pendekatan dengan ancaman ini ditangguhkan. Namun satu hal yang harus
diingat, pendekatan ancaman harus dilakukan dalam taraf kewajaran dan diusahakan untuk
tidak melukai perasaan peserta didik. Guru mungkin perlu memberi ancaman seperti
penangguhan nilai, pemberian tugas tambahan, serta memberikan tugas-tugas lain yang
sifatnya mendidik bagi mereka. Ancaman dalam bentuk intimidasi yang berlebihan,
seperti mengejek, membanding-bandingkan, memukul dan memaksa, sebaiknya difikirkan
ulang sebelum diterapkan. Sebab ancaman seperti itu sangat mungkin dapat melukai
perasaan peserta didik serta menyebabkan mereka semakin bertindak represif di dalam
kelas. Sindiran halus juga dapat dilakukan oleh guru terhadap peserta didik yang kurang
menaati aturan.
3) Pendekatan Kebebasan

8
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 179

10
Pengelolaan diartikan sebagai suatu proses untuk membantu peserta didik agar merasa
bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan peserta didik, selama hal itu tidak
menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Terkadang,
peserta didik tidak nyaman apabila ada seorang guru yang terlalu over-protectif sehingga
peserta didik tidak leluasa melakukan eksperimennya. Jika memberikan tugas kepada
peserta didik untuk menuliskan beberapa pengalaman, maka berilah mereka kebebasan
untuk menceritakan apa saja yang mereka tuliskan. Jangan membuat ketentuan- ketentuan
yang terlalu ketat yang karenanya dapat mengekang kebebasan peserta didik untuk
mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya.
4) Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar ini digambarkan
tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. 19 Tidak ada salahnya apabila guru juga
meminta peserta didik untuk mengemukakan hal-hal yang kurang mereka sukai dari cara
guru mengajar serta apa yang mereka inginkan. Disamping itu, akan sangat baik jika guru
meminta peserta didik untuk mengemukakan hal-hal yang mereka sukai dari proses
pembelajaran. Semua komentar peserta didik hendaknya diperhatikan baik-baik, untuk
kemudian diaplikasikan dalam tindakan nyata.
5) Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran akan dapat mencegah munculnya masalah tingkah laku peserta
didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
peserta didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik. Oleh karena itu buatlah perencanaan
pembelajaran yang matang sebelum masuk kelas dan patuhilah tahapan-tahapan yang
sudah dibuat sebelumnya. Hindari kebiasaan mengajar dengan apa adanya, apalagi tanpa
perencanaan yang matang. Pembelajaran yang dilakukan secara sistematis tentu dapat
membuat peserta didik terhindar dari kejenuhan, karena mereka dapat mengikuti
pelajarannya secara bertahap. Sebaliknya peserta didik akan cepat lelah apabila mereka

11
tidak faham alur pembelajaran yang disampaikan gurunya, sehingga materi yang mereka
pelajari cenderung membingungkan.
6) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
peserta didik dari yang kurang baik menjadi baik. Pendekatan berdasarkan perubahan
tingkah laku (behavior modivication approach) ini bertolak dari sudut pandang Psikologi
Behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut:
a) Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan
suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan
peserta didik mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang
berlaku di lingkungan sekitarnya.
b) Di dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa
penguatan positif (positive reinforcement), hukuman, penghapusan (extenction) dan
penguatan negatif (negative reinformcement). Asumsi ini mengharuskan seorang
wali/guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan
yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, terutama di
kalangan peserta didik.

Program atau kegiatan yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik,
harus diusahakan menghindarinya sebagai kurang baik, harus diusahakan menghindarinya
sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku peserta didik
atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Tingkah laku yang baik atau positif harus
dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau
puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas harus
diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya
tingkah laku tersebut akan dihindari.9Namun demikian agar pelaksanaan hukuman berjalan
efektif dan cukup manusiawi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Gunakan hukuman secara ketat/terbatas dan seperlunya (tidak royal)


 Jelaskan kepada peserta didik kenapa ia memperoleh hukuman seperti itu
 Sediakan pula jalan alternatif bagi peserta didik dalam memperoleh penguatan (untuk
menjauhi hukuman)

9
Ibid., 181.

12
 Berikan penguatan dan hukuman secara proporsional, misalnya, beri hukuman ketika
peserta didik tidak menyelesaikan tugas sementara itu beri penguatan ketika siswa berhasil
melaksanakan tugasnya
 Hindari bentuk-bentuk hukuman fisik
 Sesegeralah memberikan hukuman sewaktu perilaku menyimpang tersebut mulai terjadi,
jangan dibiarkan terlalu lama baru diberikan hukuman.

7) Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial


Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial
(socio-emotional climate approach) di dalam kelas sebagai kelompok individu cenderung
pada pandangan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan ini
pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan
hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang
positif, artinya ada hubungan yang baik dan positif antara guru dengan peserta didik, atau
antara peserta didik dengan peserta didik. Di sini guru adalah kunci terhadap pembentukan
hubungan pribadi itu, dan peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
Untuk itu terdapat dua asumsi pokok yang dipergunakan dalam pengelolaan kelas sebagai
berikut:
a) Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungnn
interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik, dan
peserta didik dengan peserta didik, merupakan kondisi yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang efektif. Asumsi ini mengharuskan
seorang wali/ guru kelas berusaha menyusun program kelas dan pelaksanannya yang
didasari oleh hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan saling
menghormati antar personal di kelas. Setiap personal diberi kesempatan untuk ikut
serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga
timbul suasana sosial dan emosional yang menyenangkan pada setiap personal dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
b) Iklim sosial yang emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya
melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang disadari dengan hubungan manusiawi
yang efektif. Dari asumsi ini berarti dalam pengelolaan kelas seorang wali/ guru kelas
harus berusaha mendorong guru-guru agar mampu dan bersedia mewujudkan
hubungan manusiawi yang penuh saling pengertian, hormat menghormati dan saling

13
menghargai. Guru harus didorong menjadi pelaksana yang berinisiatif dan kreatif
serta selalu terbuka pada kritik. Disamping itu, berarti guru harus mampu dan bersedia
mendengarkan pendapat, saran, gagasan, dan lain-lain dari peserta didik sehigga
pengelolaan kelas berlangsung dinamis.
8) Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan kerja kelompok dengan model ini membutuhkan kemampun guru dalam
menciptakan momentum yang dapat mendorong kelompok-kelompok di dalam kelas
menjadi kelompok yang produktif. Disamping itu, pendekatan ini juga mengharuskan guru
untuk mampu menjaga kondisi hubungan antar kelompok agar dapat selalu berjalan
dengan baik. Menurut Syaiful Bahri Djamarah,10dasar dari Group Process Approach ini
adalah psikologi sosial dan dinamika kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai
berikut:
a) Pengalaman belajar di sekolah bagi peserta didik berlangsung dalam konteks
kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/ guru kelas dalam pengelolaan kelas
selalu mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di
kelas. Dengan kata lain, kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama
dan sedikit mungkin kegiatan yang bersifat individual.
b) Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok
yang efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini berarti seorang wali/ guru kelas
harus mampu membentuk dan mengaktifkan peserta didik bekerja sama dalam
kelompok (group studies). Hal tersebut harus dilaksanakan secara efektif agar
hasilnya lebih baik daripada peserta didik belajar sehari-hari (produktif). Kegiatan
guru sebagai kelompok antara lain dapat diwujudkan berupa regu belajar (team
teaching) yang bertugas membantu kelompok belajar.

9) Pendekatan Elektis atau Pluralistik


Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas,
dan inisiatif wali/ guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan. Pendekatan elektis
disebut juga pendekatan pluralistic, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan
berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan

10
21 Ibid., 182.

14
mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan kegiatan pembelajaran berjalan
efektif dan efisien.11
Dari beberapa pendekatan diatas, guru bebas memilih dan menggabungkan berbagai
pendekatan sesuai dengan kemampuannya untuk menumbuhkan kegiatan pembelajaran
yang efektif. Pendekatan pembelajaran digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan.

D. Komponen dalam Pengelolaan Kelas

Ada beberapa komponen pengelolaan kelas yang dikemukakan Radho Harsanto :

1. Belajar bersama dalam kelompok

Belajar bersama dalam kelompok merupakan salah satu ciri khas dalam proses
pembelajaran berbasis kompetensi. Melalui kegiatan interaksi dan komunikasi, siswa menjadi
aktif belajar sehinggai proses belajar menjadi lebih efektif. Kerja sama dalam kelompok
dapat dikaitkan dengan nilai sehingga kerja sama siswa makin intensif dan siswa dapat
mencapai kompetensinya. Belajar bersama dalam kelompok adalah suatu cara yang dipakai
untuk menyelenggarakan pembelajaran dalam bentuk kelompok belajar yang lebih kecil.
Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diusahakan agar terdiri atas siswa
yang terogen (campuran) dalam kemampuan intelektual, jenis kelamin, dan latar belakang
budayanya. Melalui metodenya, belajar bersama secara kooperatif akan menanam nilai dan
membentuk hati nurani siswa. dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan
belajar bersama secara kelompok mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih tinggi.

2. Manfaat belajar bersama dalam kelompok

 Belajar bersama dalam kelompok memiliki nilai kerja sama dan menanamkan pemahaman
dalam diri siswa bahwa saling membantu adalah baik.
 Belajar bersama membentuk keakraban dan kekompakan dikelas. Hal ini membantu siswa
untuk mengenal siswa lain, memerhatikan dan membantu teman sekelas, serta menjadi
kerasan baik sebagai anggota kelompok kecil maupun anggota seluruh kelas. 3. Belajar
bersama dalam kelompok mampu menumbuhkan keterampilan itu, antara lain sikap
mendengarkan, menerima pandangan orang lain, berkomunikasi secara efektif,
menyelesaikan konflik, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
11
22 Ibid., 184.

15
 Belajar bersama dalam kelompok meningkatkan kemampuan akademis, rasa percaya diri,
dan sikap positif terhadap sekolah.
 Belajar bersama dalam kelompok dapat mengurangi atau bahkan menghapus aspek negatif
kompetisi. Saat ini yang mewarnai masyarakat adalah persaingan dan bukan kerja sama.
Akibat buruk dari persaingan adalah munculnya rasa tega untuk saling menghancurkan,
bahkan membunuh.

3. Mengadakan Analisis sosial

Sekolah merupakan unit pendidikan yang ingin mengembangkan seluruh potensi


siswa. sekolah merupakan sarana untuk mendidik siswa menuju pembentukan diri sebagai
insan yang berpribadi, utuh, cerdas, dan beriman kepada Tuhan. Dengan demikian,
sekolah juga dapat menjadi sarana bagaimana ia mampu untuk menjadi manusia yang
berguna tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi sesama dan lingkungannya, bahkan
bagi bangsa dan negaranya namun, idealisnya masih jauh dari kenyataan. Seharusnya
pendidikan dan pengajaran mengajak siswa untuk berfikir dan berwawasan lebih luas,
misalnya siswa diajak untuk peka dan tanggap terhadap masalah-masalah berat yang
bersifat global dan nasional yang mengancam kemanusian. Kepekaan dan kemampuan
untuk menanggapi situasi seperti itu dapat dilakukan dengan penelitian atas masalah
global, nasional, ataupunlokal disekitar lingkungan tempat tinggalnya. Analisis sosial
sangat cocok untuk pengembangan ilmu sosial karena tujuan pendidikan IPS (termasuk
PPKn) adalah membentuk warga negara yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab
berarti memiliki perhatian, kepekaan, dan keprihatinan, mengenai masalah sosial.

4. Mengefektifkan papan tulis

Hampir semua sekolah menggunakan papan tulis, tetapi ada yang sudah menggunakan
white board. Namun bagaimana menggunakan papan tulis secara berdaya guna dan
menarik. Peran utama seorang guru untuk memaksimalkan proses pembelajaran siswa
tergantung pada rancangan pembelajaran termasuk pilihan piranti penunjang yang akan

16
diperluaskan. Kita tau bahwa papan tulis memiiki beragam bentuk dan jenisnya. Jenis
papan tulis yang akhir-akhir ini banyak digunakan adalah papan tulis yang disebut white
baord , yang memerlukan bahan kimia aseton untuk menulis pada papan tersebut. Peran
white boar tidak akan pernah lebih baik, lebih bersih, dan lebih sehat dari papan tulis
tradisional. Papan tulis jenis apapun funggsinya sama untuk menulis pesan sebagai bahan
ajar atau sarana latihan pemecahan soal.

5. Mengfektif posisi tempat duduk siswa

Pengaturan posisi tempat duduk siswa di kelas tidak netral. Pengaturan sangat
berpengaruh bagi para siswa, interaksi anak , dan interaksi dengan guru. Hal ini berarti
bahwa pengaturan posisi tempat duduk memberi dampak dalam proses pembelajaran. agar
pengaturan posisi tempat duduk siswa menjadi efektif dan mendukung pada saat proses
pembelajaran menuju kompetensi perlulah dipahami syarat-syarat pengaturannya.
Pengaturan posisi tempat duduk siswa dari tingkat kanak-kanak (TK) hingga SLTA sering
dipandang oleh beberapa guru sebagai hal yang remeh, serta tidak berpengaruh terhadap
kehidupan dan dinamika kelas. Berdasarkan pengalaman maupun pengamatan dapat
disimpulkan bahwa tata letak tempat duduk siswa dalam kelas formal di sekolah pada
umumnya berbentuk format kolom dua baris (format KB). Tanpa kita sadari format tempat
duduk siswa sebenarnya memegaruhi pola interaksi siswa, tinggi rendahnya interaksi
siswa juga terkondisikan oleh format tempat duduk.

6. Mengembangkan kemampuan bertanya

Bertanya atau mengajukan pertanyaan merupakan salah satu fungsi pokok bahasa
selain fungsi lain seperti menyatakan pendapat, perasaan, mengajukan alasan,
mempertegas pendapat, dan sebagainya. Banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk
bertanya. Banyak siswa lebih senang menunggu untuk menjawab pertanyaan dari pada
mempertanyakan sesuatu. Karena ketika seseorang mampu mempertanyakan dan
menemukan jawaban untuk dirinya sendiri, maka pada dasarnya ia telah memahami
masalah secara mendalam.

7. Memanfaatkan perpustakaan sekolah

17
Dahulu guru dianggap satu-satunya sumber informasi bagi siswa. tidak aneh bahwa
dalam kurun waktu tertentu posisi guru terhormat, dikagumi dan diingini oleh banyak
orang. Selain terhormat dan mendapat gaji tetap, guru dikagumi karena dialah satu-satunya
sumber pengetahuan bagi siswa, yang lain tidak bisa, kecuali guru, yang lain tidak mampu,
hanya guru yang mampu, guru menjadi segala-galanya. Namun dengan perkembangan
zaman dengan perkembangan teknologi dan informasi telah memberi dampak bahwa ilmu
pengetahuan dapat diperoleh tidak hanya melalui guru, tetapi juga bisa melalui media
massa. Dengan arus komunikasi yang menyebar begitu cepat telah membawa dampak
bahwa siswa dalam srti tertentu dapat berdiri sendiri sama tinggi dengan guru bahkan
dapat terjadi seorang siswa sudah mengetahui perkembangan baru, dengan seringnya
siswa mengunjungi perpustakaan yang lengkap dan selalu mengikuti perkembangan
zaman dengan memperbaharui buku-bukunya akan menjadi pusat dan sumber belajar
siswa sehingga siswa dapat lebih mengembangkan kemampuan yang ada dengan
memanfaatkan perpustakaan yang ada di sekolah.

8. Mengatasi masalah disiplin

Ada banyak masalah yang dialami pada saat proses belajar berlangsung diantaranya
siswa tidak mau melaksanakan tugas kelas, bersenda gurau, bermalas-malasan dan masih
banyak lagi. Untuk mengatasi perilaku siswa yang tidak disiplin ada beberapa langkah
yang bisa dilakukan oleh guru yaitu
(1)mendata siswa/siswa yang tidak disiplin di kelas
(2)mengamati dan mencatat setiap perilaku siswa yang mengganggu proses belajar
(3)menentukkan langkah yang hendak dilakukan untuk menangani hal tersebut yang
didasarkan pada keefektifitasannya.
(4)menentukkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan waktu untuk melaksanakan
tindakan.
(5)melaksanakan tindakan perbaikan perilaku siswa sesuai dengan langkah yang telah
ditentukan.
E. Model-model Pengelolaan Kelas

Kamus besar bahasa Indonesia model diartikan sebagai pola (contoh,acuan, ragam, dsb)
dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan12 . Sedangkan Pengelolaan kelas adalah suatu
Tim Penyusun Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
12

Besar Bahasa Indonesia..., h. 751

18
usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan
sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk
kepentingan pengajaran. 13

Model pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan bentuk pengelolaan kelas yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pengelolaan kelas merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
prinsip, strategi, metode, prosedur dan teknik pengelolaan kelas. Terdapat beberapa model
dalam pengelolaan kelas yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu model
humanistik, model democratik, model behavioristik dan model konstruktifis.14

1. Model Humanistik

Menurut Carl Rogers Model humanistik dalam pengelolaan kelas menekankan pada
faktor keunikan setiap individu pembelajar. Pada model ini, intervensi pembelajar sangat
dikurangi, bahkan lebih menitikberatkan pada partisipasi aktif pembelajar dalam proses
pembelajaran di kelas, sistem supervise, dan pengembangan internal individu pembelajar.15

Menurut Rogers & Freiberg tujuan dari model humanistic dalam pengelolaan kelas
adalah berkembangnya self-descipline (disiplin diri) pebelajar. Self-descipline diartikan
sebagai pengetahuan dan pemahaman mengenai diri sendiri dan kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan diri sebagai seseorang. Tujuan inilah
yang harus difasilitasi oleh pembelajar sebagai fasilitator dan bukan manajer kelas. Sebagai
fasilitator, pembelajar dituntut dapat memberikan fasilitas yang mampu mengakomodir
seluruh potensi berkembang pembelajar, agar pembelajar dapat terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.

Michael Marland juga mendeskripsikan beberapa strategi yang dapat dikembangkan


dalam pengelolaan kelas model humanistik, yang mencakup :

a. Mempedulikan pembelajar (caring for children),pembelajar harus menunjukkan sikap


peduli kepada pembelajar
b. Membuat aturan (setting rules)
c. Memberikan penghargaan (giving legtimate praise)
d. Menggunakan humor (using humor)
13
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar I...,h.19
14
Imam Azhar, Pengelolaan Kelas Dari Teori Ke Praktek, (Yogyakarta: Insyira, 2013), h. 93
15
4 Imam Azhar, Pengelolaan Kelas Dari Teori Ke Praktek..., h.93

19
e. Merancang dan membentuk lingkungan belajar (shaping the learning environment)16

Prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai
cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawabterhadapprosesbelajaritu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas, lebih mudah dicapai terutama
jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari
orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.17

2. Model Behavioristik

Teori Operant Conditioning Skinner Model behavioristik pada pengelolaan kelas


menekankan pada peran vital pembelajar dan arahan atau instruksi dari pembelajar. Hal ini
didasarkan atas keyakinan bahwa perilaku menyimpang merupakan hasil dari kegagalan
untuk mempelajari perilaku yang diinginkan. Model ini menganjurkan adanya atau
diberlakukannya konsekuwensi- konsekuwensi perilaku dalam usaha meminimalisasi

16
Imam Azhar, Pengelolaan Kelas Dari Teori Ke Praktek..., h. 95
17
Imam Azhar, Pengelolaan Kelas Dari Teori Ke Praktek..., h. 5

20
masalah di kelas, disamping menggunakan perilaku-perilaku tersebut untuk mengoreksi jika
perilaku menyimpang tersebut diulang atau terjadi kembali.18

Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip model behavioristik yang diterapkan dalam
praktek pembelajaran menurut Hartley dan Davies adalah:

a. Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila pelajar ikut terlibat aktif.
b. Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya pebelajar mudah mempelajari
dan dapat memberi respon tertentu.
c. Tiap-tiap respon harus diberi umpan balik secara langsung. Setiap kali pebelajar
memberikan respon yang benar perlu diberi penguatan.19

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
konkret, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkret yaitu yang tidak dapat diamati.
Meskipun aliran Behavioristik sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat
menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati, model
Behaviristik dalam pengelolaan kelas dijalankan secara kaku dan berstandar, jika ada
pebelajar melakukan kesalahan seperti: berbicara keras, atau lari-lari, maka mereka akan
bertindak dengan hukuman melalui pengurangan point-point yang di dapatkan sebelumnya.
Dalam model ini, penggunaan reinforcement (penguatan) juga lebih diberikan, dengan tujuan
untuk meminimalisir dan mengontrol perilaku menyimpang para pebelajar.20

3. Model Demokratik

Kounin dan Dreikurs. model demokratis juga sangat menghargai perbedaan dan hak-
hak individual pembelajar, dan bahkan menekankan pada pentingnya kebebasan bersuara.
Pada model ini, para pebelajar diberikan hak dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam
pengambilan keputusan mengelola kelas mereka. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan
adalah relatively student- centered. Pada saat yang sama pula, peran pembelajar dalam
18
Imam Azhar, Pengelolaan Kelas Dari Teori Ke Praktek..., h. 96
19
Imam Azhar, Perencanaan Sistem Desain Pembelajaran, (Lamongan: Straidra Kranji Paciran, 2012), h. 5.
20
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 242

21
pengelolaan kelas juga besar. Terkadang para pembelajar diharapkan mampu menunjukkan
alasan yang rasional untuk menerima perilaku pembelajar, Ada tiga cara bagi para pembelajar
yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan memelihara fokus pebelajar dalam proses
pembelajaran, yaitu:

a. Mengembangkan cara-cara yang dapat membuat para pebelajar memiliki sikap tanggung
jawab, seperti: pemberian tugas individual, presentasi, produk dan uji kompetensi.
b. Menggunakan kelompok
c. Memformat kelas atau materi pelajaran yang minim dengan kebosana.

4. Model Kontruktifis

Model ini merupakan terjemahan dari konsep DePorter yaitu ‘mengorkestrasi lingkungan
yang mendukung’. Sebagai pancaran dari aliran konstruktivis, tentunya model ini lebih
berpihak pada pendekatan pembelajaran student-centered seperti pada model humanistic dan
model demokratik.21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa saya ambil dari materi ini adalah :

21
Imam Azhar, Pengelolaan Kelas Dari Teori Ke Praktek..., h.100

22
pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan tenang.Guru juga harus dapat
mengendalikan kelas apabila terjadi gangguan-gangguan yang dapat mengganggu ketenangan
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dan Tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut,:

 Mewujudkan situasi dan kodisi kelas, baik secara lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
 Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran.

Menurut Syaiful Bahri, pendekatan tersebut meliputi pendekatan kekuasaan, pendekatan


ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pembelajaran , pendekatan
perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial, pendekatan proses
kelompok dan pendekatan elektis atau pluralistic kemudian Ada beberapa komponen
pengelolaan kelas yang dikemukakan Radho Harsanto : Belajar bersama dalam kelompok,
Manfaat belajar bersama dalam kelompok, Mengadakan Analisis sosial, Mengefektifkan
papan tulis, Mengfektif posisi tempat duduk siswa, Mengembangkan kemampuan bertanya,
Memanfaatkan perpustakaan sekolah, Mengatasi masalah disiplin lalu yang terakhir terdapat
beberapa model dalam pengelolaan kelas yang dapat diaplikasikan dalam proses
pembelajaran, yaitu model humanistik, model democratik, model behavioristik dan model
konstruktifis.

B. Saran

Dari pemahaman uraian di atas tentang Model pengelolaan kelas yang ditinjau dari
pengertian, tujuan, pendekatan, komponen, dan model pengelolaan kelas, diharapkan guru
dapat menerapkan sesuai tujuan yang diharapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Ini
adalah upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru yang ada di Indonesia untuk
menghasilkan siswa yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Mudasir, op.cit, h. 1

Syaiful Bahfri Djamah, 2000, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta h. 145

23
5 E. Mulyasa, 2007, Menjadi Guru Profesioanal, Bandung: Remaja Rosda Karya, h. 91

6 Abdul Majid, 2012, Perencanaan Pembelajaran, Bandung,: PT Remaja Rosda Karya, h. 165

https://core.ac.uk/download/pdf/83146489.pdf

Oscar A. Oeser, Teacher Pupil and Task / Elements of Sosial Psychologi Applied to Education
(London BCA: Associated Book Publishers Limited II New Fetter Lane, 1966), 52.

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 179

21 Ibid., 182.

file:///C:/Users/hp/Downloads/1550-Article%20Text-4230-1-10-20160404.pdf

Tim Penyusun Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., h. 751

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar I...,h.19

Imam Azhar, Pengelolaan Kelas Dari Teori Ke Praktek, (Yogyakarta: Insyira, 2013), h. 93

Imam Azhar, Perencanaan Sistem Desain Pembelajaran, (Lamongan: Straidra Kranji Paciran,
2012), h. 5.

Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,


2011), h. 242

24

Anda mungkin juga menyukai