Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mutu pendidikan mencakup tiga komponen, yaitu input, proses dan output
pendidikan. Pada tingkat sekolah, prioritas setiap komponen tersebut adalah guru, proses
belajar mengajar dan prestasi belajar peserta didik. Kesiapan input pendidikan (yaitu
guru) sangat diperlukan untuk menjamin berlangsungnya proses yang sesuai dengan
standar nasional pendidikan sehingga dapat menghasilkan output yang optimal.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Uno (2009) menyatakan guru adalah orang yang memiliki
kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas
agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan
sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Guru merupakan unsur dominan dalam
proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas
pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat (Mustofa, 2007). Guru
adalah suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh
orang di luar bidang pendidikan.
Guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional. Guru berperan mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta
didik dan dituntut memberikan pendidikan karakter serta menjadi contoh karakter yang
baik bagi anak didiknya. Guru harus mampu menjadi fasilitator, motivator, pemacu,
perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Selain itu,
guru juga harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
dalam melaksanaan pembelajaran. Hal ini selaras dengan kebijakan peningkatan mutu
pendidikan dewasa ini, yang semakin diarahkan pada perluasan inovasi pembelajaran,
dalam rangka mewujudkan proses yang effisien, menyenangkan dan mencerdaskan,
sesuai tingkat usia, kematangan, serta tingkat perkembangan peserta didik (Purwana,
2010).
Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya
dapat dilakukan oleh seseorang yang antara lain memiliki kompetensi tertentu, yaitu

1
kompetensi pedagogik (kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik),
kompetensi kepribadian (kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik), kompetensi sosial (kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar), dan
kompetensi profesional (kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kompetensi ?
2. Apa pengertian pedagogik ?
3. Apa pengertian kompetensi pedagogik ?
4. Apa saja aspek-aspek kompetensi pedagogik ?
5. Bagaimana upaya meningkatkan kompetensi pedagogik calon guru dan guru IPA ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa arti dari kompetensi, pedagogik dan kompetensi pedagogik
2. Mengetahui apa saja aspek-aspek kompetensi pedagogik
3. Mengetahui bagaimana upaya meningkatkan kompetensi pedagogik calon guru dan
guru IPA

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu competence. Maknanya sama
dengan being competent, sedangkan competent sama artinya dengan having ability,
power, authority, skill, knowledge, attitude dan sebagainya. Dengan demikian kompetensi
adalah kemampuan, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan seseorang dibidang
tertentu. Jadi, kata kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk
melakukan suatu tugas atau suatu keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (10) disebutkan kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan,dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Menurut Sagala, (2009,
hlm. 23). Rumusan kompetensi di atas mengandung tiga aspek, yaitu: (1) kemampuan,
pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang menjadi
ciri dan karakteristik seseorang dalam menjalankan tugas. Aspek ini menunjuk pada
kompetensi sebagai gambaran substansi/materi ideal yang seharusnya dikuasai atau
dipersyaratkan untuk dikuasai oleh guru dalam menjalankan pekerjaannya. (2) ciri dan
karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama itu tampil nyata
(manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya. Aspek ini merujuk pada
kompetensi sebagai gambaran unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir,
sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai. (3) hasil
unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standar kualitas tertentu. Aspek ini merujuk
pada kompetensi sebagai hasil (output dan atau outcome) dari unjuk kerja. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
disebutkan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya. Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir),
sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk
perbuatan (Sagala, 2009, hlm. 23).
Sementara Charles (dalam Mulyasa, 2011:25) mengemukakan bahwa: competency
as rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition

3
(kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Purwadarminta) kompetensi berarti
(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Kompetensi
merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan. The state of legally competent or qualified Mc Leon
(dalam Uzer, 1995). Wijaya dalam Nengah dan Kusmaningtiyas (2013, hlm. 96)
mengatakan bahwa kemampuan atau kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

B. Pengertian pedagogik
Istilah pedagogik (bahasa Belanda: paedagogiek, bahasa Inggris: pedagogy)
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu paedos yang berarti anak dan
agogos yang berarti mengantar, membimbing atau memimpin. Dari dua kata tersebut
terbentuk beberapa istilah yang masing-masing memiliki arti tertentu. Istilah-istilah yang
dimaksud yakni paedagogos, pedagogos (paedagoog atau pedagogue), paedagogia,
pedagogi (paedagogie), dan pedagogik (paedagogiek). Dari kata paedos dan agogos
terbentuk istilah paedagogos yang berarti seorang pelayan atau pembentu pada zaman
Yunani kuno yang tugasnya mengantar dan menjemput anak majikannya ke sekolah,
selain juga bertugas untuk selalu membimbing atau memimpin anak-anak majikannya.
Selanjutnya terjadi perubahan istilah, yang dulunya sebagai pelayanan atau pembantu
menjadi pedagog yang memiliki arti sebagai ahli didik atau pendidik. Namun secara
prinsipil, bahwa dalam pendidikan anak ada kewajiban untuk membimbing hingga
mencapai kedewasaan (Syaripudin & Kurniasih, 2008). Di sisi lain, ada juga paedagogia,
yaitu pergaulan dengan anakanak yang kemudian berubah menjadi paedagogie atau
pedagogi yang berarti praktik pendidikan anak atau praktik mendidik anak; dan
terbentuklah istilah paedagogiek atau pedagogik yang berarti ilmu pendidikan anak atau
ilmu mendidik anak.
Dalam beberapa literatur, ditemukan di antara pendidik dan ahli ilmu pendidikan
menyatakan pedagogik sebagai ilmu pendidikan atau ilmu mendidik. Berdasarkan
perspektif pengertian pendidikan secara luas, maka tujuan itu tidak terbatas, tujuan
pendidikan sama dengan tujuan hidup (Mudyaharjo, dalam Syaripudin & Kurniasih,
2008). Oleh karena itu, pendidikan dapat berlangsung pada tahapan anak usia dini, anak,
dewasa dan bahkan tahapan usia lanjut. Mengacu pada asumsi ini, maka terdapat

4
beberapa cabang ilmu pendidikan yang dikembangkan oleh para ahli, yaitu pedagogik,
andragogi, dan gerogogi (Sudjana dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Jadi, mengacu
pada pengertian pendidikan dalam arti luas, yang benar dalam konteks ini, bahwa
Pedagogik adalah ilmu pendidikan anak. Akan tetapi, Langeveld (dalam Syaripudin &
Kurniasih, 2008) dalam bukunya Beknopte Theoritiche Paedagogiek pendidikan dalam
arti yang hakiki ialah proses pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang
belum dewasa; dan mendidik adalah tindakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dengan demikian, pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara
sengaja oleh orang dewasa untuk membantu atau membimbing anak (orang yang belum
dewasa) agar mencapai kedewasaan. Lanjut Langeveld, pendidikan baru terjadi ketika
anak mengenal kewibawaan. Syaratnya anak mengenal kewibawaan adalah ketika anak
memiliki kemampuan dalam memahami bahasa. Oleh karena itu, batas bawah pendidikan
atau pendidikan mulai berlangsung yakni ketika anak mengenal kewibawaan. Sedangkan
batas atas pendidikan atau saat akhir pendidikan adalah ketika tujuan pendidikan telah
tercapai, yaitu kedewasaan. Bila anak belum mengenal kewibawaan, pendidikan belum
dapat dilaksanakan, dan dalam kondisi ini yang dapat dilaksanakan adalah pra-
pendidikan atau pembiasaan. Dengan demikian, menurut tinjuaan pedagogik tidak ada
pendidikan untuk orang dewasa, apalagi untuk manusia lanjut.
Pendidikan hanyalah bagi anak. Jadi, apabila mengacu pada pengertian
pendidikan menurut tinjauan pedagogik, maka pernyataan pedagogik adalah ilmu
pendidikan anak sama maknanaya dengan pedagogik adalah ilmu pendidikan. Tetapi
ketika mengacu pada pengertian pendidikan secara luas di awal, tidak benar apabila
pedagogik dimaknai sebagai ilmu pendidikan.

C. Pengertian Kompetensi Pedagogik


Kompetensi pedagogik merupakan suatu performansi (kemampuan) seseorang dalam
bidang ilmu pendidikan. Untuk menjadi guru yang profesional haruslah memiliki
kompetensi padagogik. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir a mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Senada
dengan hal tersebut Susilo (2011, hlm. 115), menjelaskan bahwa Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik, meliputi:

5
menyiapkan perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Berdasarkan definisi tesebut diatas, maka dapat disimpulkan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam memahami peserta
didiknya dan kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hendayana, ett all (2007, hlm. 6) menyatakan
bahwa kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi:
1) pemahaman terhadap peserta didik, 2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, 3)
evaluasi pembelajaran, dan 4) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Lebih lanjut Hendayana ett all (2007, hlm. 6-7)
menjelaskan secara rinci, kompetensi pedagogik meliputi: 1) memahami karakteristik
peserta didik dari aspek fisi, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, 2) memahami
latar belakang keluarga, masyarakat, peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks
kebhinekaan budaya, 3) memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik, 4)
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, 5) menguasai teori dan prinsip belajar
serta pembelajran yang mendidik, 6) mengembangkan kurikulum yang melibatkan peserta
didik dalam pembelajaran, 7) merancang pembelajaran yang mendidik, 8) melaksanakan
pembelajaran yang mendidik, 9) mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Kompetensi pedagogik guru yang berkaitan dengan memahami karakter peserta didik
adalah unsur yang penting dalam proses pembelajaran, karena setiap peserta didik
memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda. Karakteristik peserta didik adalah aspek
atau kualitas perseorangan peserta didik yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar,
gaya belajar, kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki (Hamzah. B Uno,
2007). Untuk mengetahui kemampuan awal dan karakteristik peserta didik seorang guru
dapat menggunakan berbagai metode diantaranya:
1. Melakukan tes kemampuan awal (pre test)
2. Menggunakan data-data probadi peserta didik yang telah tersedia
3. Menggunakan wawancara
4. Menggunakan angket atau kuisioner
Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi
peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri
individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya.

6
Berikut ini beberapa cara guru membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan
motivasi instrinsik menurut Moh. Uzer Usman (2006, hlm. 29) yaitu:
1. Kompetensi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2. Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat): pada awal kegiatan belajar-
mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada peserta didik TIK
yang akan dicapainya sehingga dengan demikian peserta didik berusaha untuk
mencapai TIK tersebut.
3. Tujuan yang jelas: motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas
tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar
pula motivasi untuk mencapai TIK tersebut.
4. Kesempurnaan untuk sukses: kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan
dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek
sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan
kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu dengan bimbingan guru.
Sementara untuk menarik minat peserta didik menurut Tanner & Tanner (dalam Slameto,
2003, hlm. 181) guru berusaha untuk minat peserta didik dengan jalan memberikan
informasi kepada peserta didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang
akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan manfaatnya
mempelajari jaringan komputer. Menurut Roojikers (dalam Slameto, 2003, hlm. 181)
menarik minat dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan
suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Sementara menurut
Slameto (2003, hlm. 54) terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal sebagai yang diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Faktor Jasmaniah meliputi: kesehatan, cacat tubuh
b. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat,bakat, motif, kematangan
dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan
2. Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik
b. Relasi antar anggota keluarga
c. Suasana rumah

7
d. Keadaan ekonomi keluarga
e. Pengertian orang tua
f. Latar belakang kebudayaan
Kompetensi pedagogik erat kaitannya dengan penguasaan guru terhadap berlangsungnya
proses pembelajaran peserta didik didalam kelas, hal ini dikarenakan kompetensi ini
merupakan kompetensi yang akan digunakan dalam keseharian seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya. Menurut Syaiful Sagala (2009, hlm. 158-159) Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar
bervariasi dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi kurikulum yang disiapkan.
Hal ini meliputi kemampuan pendidik dalam:
a. Memahami wawasan atau landasan pendidikan.
b. Memiliki pemahaman terhadap terhadap peserta didik.
c. Mampu mengembangkan kurikulum/silabus.
d. Mampu menyusun rancangan pembelajaran.
e. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f. Melakukan evaluasi hasil belajar dengan prosedur yang benar.
g. Mampu mengembangkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Depdiknas (2004, hlm. 9) menyebut kompetensi pedagogik ini dengan
kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau
mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

D. Aspek-aspek dalam kompetensi pedagogik


1. Menguasai karakteristik peserta didik.
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan, ahlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain, tabiat, watak,
berubah menjadi karakteristik. Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia bahwa
karakteristik artinya mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
Menurut Hamzah. B. Uno (2007), karakteristik peserta didik adalah aspek-
aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar,
gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.

8
Dalam situasi pendidikian atau pengajaran terjalin suatu interaksi antara
peserta didik dengan guru atau antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi ini
sesungguhnya merupakan interaksi antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru
sebagai orang dewasa dan kepribadian peserta didik sebagai anak yang belum dewasa
dan sedang mencari bentuk kedewasaan.
Guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari guru
sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat berpengaruh peranannya sebagai pendidik
dan pembimbing. Guru mendidik dan membimbing peserta didik tidak hanya dengan
bahan yang disampaikan, tetapi harus bisa menguasai karakteristik individu peserta
didik. Sedangkan anak adalah manusia yang baru tumbuh dan berkembang yang
memerlukan kasih sayang, baik di sekolah, rumah, maupun dimana saja.
Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik
peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan
aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:
a. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di
kelasnya,
b. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
c. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama
pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang
berbeda,
d. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik
untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,
e. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta
didik,
f. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat
mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak
termarjinalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dsb).
2. Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru.
Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar:

9
a. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi
pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses
pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
b. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya
berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
c. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya,
baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan
pembelajaran,
d. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta
didik,
e. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain,
dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
f. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi
pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan
pembelajaran berikutnya.
3. Pengembangan kurikulum. Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan
terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan
pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:
a. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,
b. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk
membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi
dasar yang ditetapkan,
c. Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran,
d. Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat
kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5)
sesuai dengan konteks kehidupan seharihari peserta didik.
4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menyusun dan
melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber

10
belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:
a. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang
telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut
mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,
b. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu
proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta
didik merasa tertekan,
c. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai
dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,
d. Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan
proses pembelajaran, bukan sematamata kesalahan yang harus dikoreksi.
Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang
setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan
tentang jawaban yamg benar,
e. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan
mengkaitkannya dengan konteks kehidupan seharihari peserta didik,
f. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang
cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat
kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,
g. Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan
kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara
produktif,
h. Guru mampu audiovisual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas
pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,
i. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya,
mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,
j. Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk
membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru menambah
informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi
sebelumnya, dan

11
k. Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audiovisual (termasuk tik)
untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu menganalisis potensi
pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta
didik melalui program embelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan
potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa
peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka:
a. Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap
setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masingmasing.
b. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong
peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar
masingmasing.
c. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk
memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik.
d. Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan
memberikan perhatian kepada setiap individu.
e. Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan
kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
f. Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara
belajarnya masing-masing.
g. Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan
mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang
disampaikan.
6. Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara efektif,
empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru
mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau
pertanyaan peserta didik:
a. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga
partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang
menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.
b. Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan
tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk
membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.

12
c. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir,
sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.
d. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama
yang baik antarpeserta didik.
e. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban
peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta didik.
f. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan
meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan kebingungan
pada peserta didik.
7. Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses
dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil
analisis penilaian dalam proses pembelajarannya:
a. Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.
b. Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian,
selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil
serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap
materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
c. Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi
dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masingmasing
peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.
d. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk
meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui
catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan
sebagainya.
e. Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan
pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

13
E. Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Calon Guru dan Guru IPA
1. Upaya Guru untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik dalam Proses Belajar
Mengajar
Upaya peningkatan kompetensi guru di sekolah dalam proses belajar mengajar antara
lain:
a. Mengikuti Organisasi-Organisasi Keguruan
Organisasi-organisasi keguruan misalnya Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) IPA, MGMP Kimia SMA/SMK, MGMP Fisika, MGMP Biologi, yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas guru dalam kelompoknya
masing-masing, menyatukan terhadap kekurangan konsep makna dan fungsi
pendidikan serta pemecahannya terhadap kekurangan yang ada. Disamping itu
juga untuk mendorong guru malakukan tugas dengan baik, sehingga mampu
membawa mereka kearah peningkatan kompetensinya. Organisasi guru pada
pendidikan IPA seperti PPII (Perkumpulan Pendidik IPA Indonesia) atau Asosiasi
Guru Sains Indonesia (AGSI) yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi para
guru sains/IPA untuk dapat berkarya, saling tukar informasi, tukar pengalaman
maupun belajar diantara para guru sains se-Indonesia.
b. Mengikuti Kursus Kependidikan / Pelatihan
Mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu teknik melainkan suatu alat yang dapat
membantu guru mengembangkan pengetahuan profesi mengajar dan menambah
keterampilan guru dalam melengkapi profesi mereka. Dengan mengikuti kursus
guru diarahkan ke dalam dua hal, pertama sebagai penyegaran, dan kedua sebagai
upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap tertentu.
Dengan demikian, diharapkan guru dapat mengikuti kursus yang berkaitan dengan
dunia kependidikan. Misalnya kursus keterampilan/kecakapan hidup (life skill)
dibidang IPA dibidang Biologi seperti pelatihan pembuatan preparat
semipermanen, teknik pembersihan dan perawatan alat-alat laboratorium seperti
mikroskop, teknik isolasi bakteri dll.
2. Upaya Lembaga Pendidikan/ Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi
Pedagogik Guru
a. Mengadakan Lokakarya (Workshop)
Workshop pendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari
petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema yang dihadapai melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perorangan.29 Masalah

14
yang dibahas muncul dari peserta sendiri, metode pemecahan masalah dengan
cara musyawarah dan penyelidikan.
b. Mengadakan Penataran Guru.
Penataran dilakukan berkaitan dengan kesempatan bagi guruguru untuk
berkembang secara profesional untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Mengingat tugas rutin di dalam
melaksanakan aktivitas-aktivitas mendidik dan mengajar, maka guru perlu untuk
menambah ide-ide baru melalui kegiatan penataran. Penyelenggaraan penataran,
sebagai salah satu teknik peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1) Sekolah yang bersangkutan mengadakan penataran sendiri dengan menyewa
tutor (penatar) yang dianggap profesional dan dapat memenuhi kebutuhan.
2) Sekolah bekerja sama dengan sekolah-sekolah lain atau lembagalembaga lain
yang sama-sama membutuhkan penataran sebagai upaya peningkatan personalia.
3) Sekolah mengirimkan atau mengutus para guru untuk mengikuti penataran
yang dilaksanakan oleh sekolah lain, atau lembaga departemen yang membawahi.
c. Memotivasi Guru untuk Membuat Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah kegiatan penuangan atau lapangan atau gagasan
pemikiran ke dalam bentuk karangan dengan mengikuti aturan dan metode ilmu
pengetahuan. Sehingga menghasilkan informasi ilmiah yang dapat didiskusikan
dan disebarluaskan kepada masyarakat pendidikan serta di dokumentasikan
diperpustakaan sekolah. Selain itu tim supervisor dapat membuat buletin sebagai
forum komunikasi tertulis untuk membantu guru menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Buletin supervisi ialah salah satu alat
komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang
digunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi
belajar mengajar. Dengan demikian, guru dapat memperbarui informasi seputar
dunia pendidikan melalui media cetak berupa buletin yang diterbitkan lembaga
yang bersangkutan.
d. Memberikan Penghargaan (rewards)
Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk
mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini, tenaga
kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif.
Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga

15
kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki
peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan ini perlu dilakukan secara
tepat, efektif, dan efisien, agar tidak menimbulkan dampak negatif.
e. Mengadakan Supervisi
Dengan adanya pengawasan akan dapat menciptakan kedisiplinan dan semangat
kerja yang tinggi. Hal ini sangat penting guna membantu guru dalam menjalankan
tugasnya. Pengawasan ini hendaknya dilakukan dengan penuh keterbukaan dan
kesungguhan sebab bila tidak, akan menimbulkan kesenjangan antara pimpinan
lembaga dan dewan guru. Kegiatan supervisi pada dasarnya diarahkan pada hal-
hal sebagai berikut:
1). Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah dalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik.
2). Mengembang dan mencari metode-metode belajar mengajar yang baru dalam
proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih sesuai
3). Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru dan siswa,
guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah dan seluruh staf sekolah
yang berada dalam lingkungan sekolah yang bersangkutan.
4). Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan pegawai
sekolah dengan cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik dalam bentuk
work shop, seminar, in service training, up grading, dan sebagainya.
f. Mengadakan Rapat Sekolah
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugas-tugasnya
berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam perencanaan itu
antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Pertemuan
dalam bentuk rapat mengenai pembinaan sekolah, siswa dan bidang studi lainnya
merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan guru dalam mengajar. Disamping itu banyak masalah atau
persoalan sekolah yang dapat diselesaikan melalui rapat. Dimana setiap guru
dapat mengemukakan pendapatnya dan buah pikirannya serta upaya-upaya
lainnya. Adapun tujuan rapat pimpinan lembaga secara umum dapat dirumuskan
sebagai berikut: Pertama, untuk mengintegrasikan seluruh anggota staf yang
berbeda pendapat, pengalaman dan kemampuannya menjadi satu keseluruhan
potensi yang menyadari tujuan bersama dan tersedia untuk bekerja sama untuk
mencapai tujuan itu. Kedua, untuk mendorong atau menstimulasi setiap anggota

16
staf dan berusaha meningkatkan efektifitas. Ketiga, untuk bersama-sama mencari
dan menemukan metode dan prosedur dalam menciptakan proses belajar yang
paling sesuai bagi masing-masing disetiap situasi. Mengacu pada tujuan diatas,
maka keberahasilan rapat guru merupakan tanggungjawab bersama dari semua
anggota-anggotanya. Meskipun demikian peranan supervisor sebagai pemimpin
sangat besar bahkan menentukan sampai dimana anggotanya berpartisipasi. Dari
uraian di atas, menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas guru dapat dilihat
dari beberapa sudut pandang. Dan upaya peningkatan kompetensi guru terletak
pada profesionalismenya dalam proses belajar mengajar.

3. Penjabaran Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Calon Pendidik


dan Pendidik IPA (sesuai Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

KOMPETENSI INTI : 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,


moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran IPA :
1). Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial budaya.

Upaya

Memiliki pemahaman yang kuat tentang dirinya sendiri (Self Understanding),


dan juga pemahaman tentang orang lain (Under Standing the Other). Dengan
pemahaman luas dan mendalam tentang diri sendiri dan orang lain maka guru
(calon guru) akan lebih mudah memahami karakteristik peserta didik.
Membaca buku-buku tentang psikologi pendidikan, buku tentang ilmu psikologi
anak, dan psikologi perkembangan sehingga guru (calon guru) mempunyai
pemahaman mendalam tentang anak, remaja dan perkembangannya.
Pertemuan awal di kelas, dapat dimulai dengan proses perkenalan. Guru dengan
peserta didik saling bertukar informasi (biodata) masingmasing. Baik secara
lisan ataupun tulisan. Misalnya, setiap peserta didik menuliskan biodata lengkap
tentang dirinya pada selembar kertas. Guru mengumpulkan dan menyimpan
biodata peserta didik.
Mengenali peserta didik lebih dalam melalui proses yang harus dijalani dengan
cara yang arif dan bijaksana. Proses ini membutuhkan waktu yang relatif lama.

17
Untuk lebih mengenal peserta didik, guru dapat melakukan pendekatan
psikologis terhadap anak, mewawancarai, bertanya mengenai hal-hal pribadi
peserta didik. Melalui ini guru dapat memahami kepribadian peserta didik,
memahami kondisi dan latar belakang sosial serta kondisi keluarga peserta
didik, mamahami emosi dan moral peserta didik.
Memperlakukan peserta didik secara wajar dan adil. Disadari bahwa dalam satu
kelas terdapat puluhan bakat, sifat, karakter yang berbeda yang perlu perlakuan
dengan adil. Adil bukan berarti sama rata, guru harus memperlakukan setiap
muridnya dengan bijak, membantu mereka yang perlu dibantu dengan senang
hati dan penuh kasih sayang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar
belakan, aspek sosial dan lain-lain. Perlakuan yang wajar dari seorang pendidik
akan membawa image positif bagi guru dan semangat kebersamaan dan
kekeluargaan bagi peserta didik.
Menjalin persahabatan dengan peserta didik. Contoh bertukar nomor handpone
agar mudah berkomunikasi melalui sms ataupun whatsapp dan email (sosial
media seperti email facebook atau lainnya). Kecenderungan anak dan remaja
saat ini adalah menyampaikan pikiran, perasaan, dan keluhan mereka terhadap
suatu hal melalui wall sosial media. Dengan menjadi teman mereka dalam dunia
maya, secara tidak langsung guru dapat mempelajari dan mengenali bahkan
perlahan memahami karakteristik setiap anak. Guru dapat memberikan
tanggapan atau komentar yang mendidik baik secara langsung melalui inbox
sosial media atau menyampaikan tanggapannya kepada peserta didik ketika
bertemu di sekolah.
Membangun silaturrahmi yang baik dengan peserta didik dan keluarganya.
Contoh : komunikasi melalui telepon seluler jika diperlukan.
2). Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran IPA.

Upaya

3). Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran IPA
Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan dengan
memberikan tes, baik berupa tes prasyarat dan tes awal (pre-requisite dan
pretes). Sebelum memasuki pelajaran sebaiknya guru membuat tes prasyarat dan
tes awal. Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah peserta didik telah
memiliki pengetahuan keterampilan yang diperlukan atau disyaratkan untuk

18
mengikuti suatu pelajaran. Sedangkan tes awal (pre test) adalah tes untuk
mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki pengetahuan atau
keterampilan mengenai pelajaran yang hendak diikuti. Benjamin S. Bloom
melalui beberapa eksperimen membuktikan bahwa untuk belajar yang bersifat
kognitif apabila pengetahuan atau kecakapan pra syarat ini tidak dipenuhi, maka
betapa pun kualitas pembelajaran tinggi, maka tidak akan menolong untuk
memperoleh hasil belajar yang tinggi .. Hasil pre tes juga sangat berguna untuk
mengetahui seberapa jauh pengetahuan yang telah dimiliki dan sebagai
perbandingan dengan hasil yang dicapai setelah mengikuti pelajaran. Jadi
kemampuan awal sangat diperlukan untuk menunjang pemahaman peserta didik
sebelum diberi pengetahuan baru karena kedua hal tersebut saling berhubungan.

Upaya

Melakukan studi literature tentang cara-cara membuat instrumen (soal-soal)


test prasyarat ataupun test awal yang baik
Melakukan studi literature tentang cara-cara membuat instrumen penilaian test
prasyarat ataupun test awal yang baik
Membuat instrumen (soal-soal) test prasyarat ataupun test awal beberapa hari
sebelum masuk kelas
Melakukan test prasyarat ataupun test awal secara kontinyu
4). Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA.

Upaya

KOMPETENSI INTI : 2. Menguasai Teori-teori Belajar dan Prinsip-prinsip


Pembelajaran yang Mendidik.
Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran (IPA) :
1). Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu (IPA).
Sudah banyak ahli psikologi dan ahli pendidikan yang mengajukan teori tentang
belajar. Berdasarkan orientasinya, teori-teori belajar diklasifikasikan menjadi:
teori belajar tingkah laku (behaviorisme), teori belajar kognitif (kognitivisme),
teori belajar humanisme, teori belajar sosial, dan teori belajar konstruktivisme.
Makna dari pembelajaran yang mendidik dalam konteks standar proses
pendidikan di Indonesia ditunjukkan oleh beberapa prinsip-prinsip yakni (1)

19
Pembelajaran sebagai proses pengembangan kemampuan berpikir, (2)
Pembelajaran untuk pengembangan fungsi otak, dan (3) proses belajar
berlangsung sepanjang hayat (Jufri, 2013).

Upaya

Membaca buku-buku tentang teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran


yang mendidik, baik buku-buku dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa
Inggris. Contoh, Buku Belajar dan Pembelajaran SAINS, karya Bapak Prof.
Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., Penerbit : Pustaka Cipta Reka Bandung, 2013.
Dalam buku ini, calon guru dan guru dapat membaca dan mempelajari tentang
Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Bab II, Halaman 9-35), Hakekat Belajar
dan Prinsip-prinsip Pembelajaran (Bab III, Halaman 37-55). Sehingga
pemahaman calon guru dan guru semakin meningkat.
Mengikuti perkuliahan tentang Belajar dan Pembelajaran Pendidikan IPA
dengan rajin dan disiplin, sehingga pemahaman tentang teori dan prinsip
pembelajaran semakin meningkat.
Aktif berdiskusi dalam kelompok-kelompok belajar yang produktif.
Aktif mencari dan mempelajari literature terbaru (aktif melakukan literasi
sains).
2) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran
yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.
Pendekatan dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik, dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pendidik.
Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana pembelajaran yang dirancang
sesuai tuntutan kurikulum dengan memilih pendekatan, metode, materi, media
dan sarana pendukung pembelajaran yang relevan dan berperan dalam
memfasilitasi peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Wena
(2007) menyatakan 3 jenis strategi pembelajaran yaitu : (a). Strategi
pengorganisasian, (b) strategi penyampaian, dan (c) strategi pengelolaan
pembelajaran (Jufri, 2013).

20
Upaya

Membaca buku-buku tentang pendekatan, strategi, metode, dan teknik


pembelajaran yang mendidik Contoh, Buku Belajar dan Pembelajaran SAINS,
karya Bapak Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., Penerbit : Pustaka Cipta Reka
Bandung, 2013. Dalam buku ini, calon guru dan guru dapat membaca dan
mempelajari tentang Strategi Pembelajaran (Bab V, Halaman 73-86). Sehingga
pemahaman calon guru dan guru semakin meningkat.
Mengikuti perkuliahan tentang Belajar dan Pembelajaran Pendidikan IPA
dengan rajin dan disiplin, sehingga pemahaman tentang pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik semakin meningkat.
Calon pendidik dan pendidik harus memahami tentang karakteristik
pembelajaran yang mendidik, antara lain: (a) menekankan pentingnya proses
membelajarkan bagaimana cara belajar (learning how to learn); (b)
mengutamakan strategi yang mendorong dan melancarkan proses belajar peserta
didik; (c) dirancang untuk membantu peserta didik agar memperoleh kecakapan
mencari jawaban atau solusi atas suatu masalah; (d) dirancang dan dilaksanakan
bukan untuk sekedar menyampaikan informasi langsung kepada peserta didik
tetapi lebih menekankan pembelajaran berbasis kompetensi dengan pendekatan
konstektual (Jufri, 2013).

Upaya tambahan
1) Memiliki kelompok kelompok belajar yang bersifat aktif dan produktif
2) Aktif dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan pribadi misalnya dengan
mengikuti perkuliahan dengan rajin dan disiplin, mengikuti seminar keilmuan
baik nasional dan internasional
3) Produktif dalam menghasilkan hasil karya ilmiah baik berupa makalah, jurnal,
maupun buku
4) Aktif dalam organisasi keilmuan
5) Senang berbagi dan berdiskusi keilmuan sesuai dengan bidang keahlian
6) Meningkatkan kemampuan berbahasa asing untuk memudahkan penguasaan dan
penerimaan informasi yang terkait ilmu pengetahuan dari negara lain
7) Meningkatkan upaya pribadi dalam memahami cara pemberian penilaian dan
evaluasi yang baik dan tepat bagi peserta didik

21
8) Mampu merancang instrumen penilaian yang baik dan tepat serta mampu
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan
9) Menciptakan suasana pembelajaran yang dialogis, aktif, dan ilmiah agar bisa
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran peserta didik
10) Bersifat kooperatif dalam memegang peran pendidik, baik antar pendidik dengan
peserta didik, orang tua peserta didik, satuan pendidikan, maupun stakeholder
11) Cerdas mengelola pembelajaran dengan cara mempersiapkan strategi dan metode
yang disesuaikan dengan karakteristik kondisi lingkungan dan peserta didik
12) Menjadi pembelajar cepat (fast learner) dan cepat menyesuaikan diri dengan
perubahan yang ada baik dari sisi satuan pendidikan, peserta didik, stakeholder
maupun dari sisi kurikulum
13) Tidak mengkomersialkan pendidikan dengan menjauhi image guru bertarif

22
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik
Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan
guru sebagai pemegang peran utama. Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang tanpa memiliki keahlian khusus sebagai guru. Untuk menjadi guru
diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang berkompeten harus menguasai
betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya
yang perlu dikuasai dan dikembangkan melalui tingkat pendidikan tertentu. Seorang guru
yang benar-benar sadar dengan tugas dan tanggung jawab serta kewajibannya dalam
proses belajar mengajar, tentunya akan selalu introspeksi diri, dan berusaha ingin
melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik dan berkompeten. Untuk itu guru
dituntut agar selalu berusaha meningkatkan kualitas kemampuannya dengan menambah
pengetahuan, memperkaya pengalaman, memperbanyak buku bacaan, mengikuti seminar,
lokakarya dan lain-lain. Dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, khususnya
meningkatkan kompetensi pedagogik dalam proses belajar mengajar, maka faktor-faktor
yang mempengaruhi sekaligus sebagai kendala yang dihadapi, antara lain sebagai berikut:
1). Latar belakang pendidikan guru
Latar belakang pendidikan guru merupakan salah satu persyaratan yang diprioritaskan,
guru yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan telah mendapatkan bekal
pengetahuan tentang pengelolaan kelas, proses belajar mengajar dan lain sebagainya,
sedangkan guru yang belum mengambil pendidikan keguruan, dia akan merasa kesulitan
untuk dapat meningkatkan kualitas keguruannya.
2). Pengalaman guru dalam mengajar
Pengalaman mengajar guru akan sangat mempengaruhi kemampuan guru dalam
menjalankan tugas dan peningkatan kompetensi guru. Bagi guru yang pengalaman
mengajarnya baru beberapa tahun atau belum berpengalaman sama sekali, akan berbeda
dengan guru yang berpengalaman mengajarnya telah bertahun-tahun. Sehingga semakin
lama dan semakin banyak pengalaman mengajar, tugasnya akan semakin baik dalam
mengantarkan anak didiknya untuk mencapai tujuan belajar, sesuai hasil pengalamannya
mengajar.
3). Kesehatan guru

23
Kondisi jasmani yang sehat akan menghasilkan proses belajar mangajar sesuai yang
diharapkan. Guru yang sehat akan dapat mengerjakan tugas-tugas sebagai guru dengan
baik, karena tugas-tugas itu menuntut energi yang cukup banyak. Terganggunya
kesehatan guru akan mempengaruhi kegiatan proses belajar mengajar, terutama dalam
meningkatkan kompetensinya. Jasmani yang sehat harus didukung rohani yang sehat
pula, dengan mental danjiwa yang sehat maka guru dapat menjaga keseimbangan
kebutuhan jasmani dan rohani.
4). Penghasilan guru
Perbaikan kesejahteraan ekonomi akan menumbuhkan semangat kerja guru, sebaliknya
ketika penghasilan atau gaji tidak mencukupi maka guru akan berupaya mencari
tambahan penghasilan lain. Jika guru melakukan pekerjaan lain selain profesinya sebagai
guru maka tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru tidak akan maksimal karena
perhatiannya terbagi. Kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut untuklebih
memperhatikan gaji atau penghasilan guru sebagai upaya perbaikan kesejahteraan dan
peningkatan kompetensi guru.
5). Sarana pendidikan
Tersedianya sarana yang memadai akan mempermudah pencapain tujuan pembelajaran,
sebaliknya keterbatasan sarana pendidikan akan menghambat tujuan dalam proses belajar
mengajar. Jadi dengan demikian sarana pendidikan mutlak diperlukan terutama bagi
pelaksanaan upaya guru dalam meningkatkan kompetensinya.
6). Disiplin dalam bekerja
Disiplin dalam lingkungan sekolah tidak hanya berlaku bagi siswa saja akan tetapi perlu
diterapkan bagi kepala sekolah dan pegawai juga. Demikian juga disiplin kerja bagi guru
sebagai salah satu pelaku pendidikan disekolah. Disinilah fungsi kepala sekolah sebagai
pemimpin, pembimbing, dan pengawas diharapkan mampu untuk menjadi motivator agar
tercipta kedisiplinan didalam lingkungan sekolah. Kedisiplinan yang ditanamkan kepada
guru dan seluruh staf sekolah akan mempengaruhi upaya peningkatan kompetensi guru.
7). Pengawasan kepala sekolah
Pengawasan kepala sekolah bertujuan untuk pembinaan dan peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan para guru. Pengawasan ini hendaknya bersikap fleksibel
dengan memberi kesempatan kepada guru mengemukakan masalah yang dihadapinya
serta diberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan ide demi perbaikan dan
peningkatan hasil pendidikan. Selain itu kepala sekolah bisa menampung kritik dan saran
dari orang tua siswa.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penjabaran materi kompetensi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kompetensi pedagogik sangat penting peranannya dalam dunia pendidikan, dan
kompetensi pedagogik merupakan kompetensi awal yang harus dimiliki oleh seorang
guru karena kompetensi pedagogik memberikan gambaran tentang bagaimana seorang
guru harus berbuat atau bersikap dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas. Guru
dituntut selain memiliki kompetensi mengajar dalam bidang tugas masing-masing, guru
juga harus terampil dalam melaksanakan tugas keseharianya. Pertimbangan itu yang
menuntut guru memiliki wawasan, kemampuan, kebiasaan, dan keterampilan dalam
mengolah dan menggunakan materi pelajaran sebagai alat pendidikan.

B. Saran
Setelah masalah kompetensi pedagogik guru teruraikan secara rinci, maka sebagai
pemakalah menyarankan agar setiap guru dan calon guru, hendaknya memiliki
kompetensi pedagogik yang lebih tinggi di banding dengan profesi yang lain, dan akan
semakin meningkatkan kualitas dirinya dalam membawa peserta didiknya mencapai
tujuan pendidikan nasional. Selain perlu mengembangkan kompetensi pedagogiknya,
guru pun harus memiliki kharismatik yang unik dalam seni mengajar. Karena menjadi
guru adalah seni dalam membelajarkan khazanah bidang ilmu yang dimilikinya.

25
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai