PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif?
2. Bagaimana sejarah pendidikan inklusif?
3. Apa tujuan dari pendidikan inklusif?
4. Bagaimana prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif?
5. Bagaimana keutamaan dan sisi positif pendidikan inklusif?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pendidikan inklusif.
2. Memahami sejarah pendidikan inklusif.
3. Memahami tujuan pendidikan inklusif
4. Memahami prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif.
5. Memahami keutamaan dan sisi positif pendidikan inklusif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pengertian pendidikan bukan sekedar di dalam sekolah saja. Ketika anak-anak
bermain, secara tidak langsung anak-anak sedang melakukan kegiatan pembelajaran.
Karena tujuan bermain adalah untuk menambah wawasan. Ketika bayi yang berusia
satu tahun dibantu berjalan oleh orang tuanya hal ini juga termasuk pendidikan.
Karena tanpa sadar anak dilatih untuk menambah wawasan dalam mengetahui cara
beralan.
Dari pengertian contoh dan diatas, nyata jelas bahwa pengertian pendidikan
adalah latihan. Melalui latihan manusia dapat memahami berbagai pengetahuan.
Dengan banyak latihan manusia akan terampil melakukan pekerjaan apa saja.
(Neolaka, 2017: 14)
2. Pengertian Inklusi
Inklusi berasal dari kata ”inclusion”, yang artinya mengajak masuk atau
mengikutsertakan. Lawan katanya adalah eksklusi, yang berasal dari kata ”exclusion”,
yang artinya mengeluarkan atau memisahkan.
5
h. Anak Kesulitan Belajar (slow learner). Anak dalam kategori ini adalah anak
yang memiliki hambatan dalam belajar karena gangguan dalam anak, seperti
faktor medis pada bagian otak anak.
i. Anak Berbakat. Anak dalam kategori ini adalah anak yang memiliki kemampuan
akademis atau nonakademis melebihi anak pada umumnya.
Menurut Lay Kekeh Martan (2007: 145) pendidikan inklusif adalah sebuah
pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan pendidikan
khusus di sekolah regular (SD, SMP, SMU, dan SMK) yang tergolong luar biasa
baik dalam arti kelainan, lamban belajar, maupun kesulitan belajar lainnya. Staub
dan Peck dikutip Tarmansyah (2007: 83) pendidikan inklusi adalah penempatan anak
berkelainan ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas. Hal ini menunjukkan
kelas regular merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak-anak yang
berkelainan, apapun jenis kelainannya. Pendidikan inklusi menurut Sapon Shevin
dalam O’neil (1994) adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar disekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
teman-teman seusianya. Sekolah inklusi menurut Stainback dikutip Neolaka (2019:
220) adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini
menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat
diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil.
6
Pendidikan Inklusif adalah satu bentuk reformasi pendidikan yang
menekankan sikap anti diskriminasi, perjuangan persamaan hak dan kesempatan,
keadilan, dan perluasan akses pendidikan bagi semua, peningkatan mutu pendidikan,
upaya strategis dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, serta upaya mengubah
sikap masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus (Mohammad Takdir Ilahi,
2013:25). Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang sangat menekankan Hak
Asasi Manusia pada seluruh siswa baik itu anak normal maupun anak berkebutuhan
khusus. Pendidikan inklusif ini sangat diperlukan karena individu dengan
keterbatasan ini seringkali mendapat perlakuan diskriminatif dalam layanan
pendidikan. Pendidikan inklusif memiliki prinsip dasar bahwa selama
memungkinkan, semua anak pada dasarnya belajar bersama-sama tanpa memandang
kesulitan atau perbedaan yang mungkin ada pada mereka.
Sejarah perkembangan inklusif didunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari
negara-negara scandinavia (Denmark, Norwegia, dan Swedia). Di Amerika Serikat pada
tahun 1960-an presiden Kennedy mengirimkan pakar-pakar pendidikan luar biasa ke
scandinavia untuk mempelajari mainstreaming dan least restrictive environtment, yang
ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat. Selanjutnya di inggris mulai
memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan ditandai adanya pergeseran
model pendidikan untuk anak kebutuhan khusus dari segregatif ke intergratif. Tuntutan
penyelenggaraan pendidikan inklusif didunia semakin nyata terutama sejak diadakannya
konvensi dunia tentang hak anak pada tahun 1989 dan koferensi dunia tentang pendidikan
tahun 1991 di bangkok yang menghasilkan deklarasi “Education for all”. Implikasi dari
statement ini mengikat bagi semua anggota konferensi agar semua anak tanpa terkecuali
(termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan layanan pendidikan secara memadai.
Florida state university center for prevention & Early Intervention policy (2002)
mendefenisikan pendidikan inklusif sebagai sebuah usaha untuk membuat para siswa
yang memiliki ketidakmampuan tertentu pergi kesekolah bersama teman-teman dan
sesamanya serta menerima apapun dari sekolah seperti teman-teman yang lainnya
terutama dukungan dan pengajaran yang didesain secara khusus yang mereka butuhkan
untuk mencapai standar yang tinggi dan suskses sebagai pembelajar.
Dengan demikian, perlu diingat bahwa pendidikan atau sekolah inklusif bukan
sebuah sekolah bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus melainkan sekolah yang
memberikan layanan efektif bagi semua. Dengan kata lain, pendidikan inklusif adalah
pendidikan dimana semua anak dapat memasukinya, kebutuhan setiap anak diakomodir
atau dirangkul dan dipenuhi bukan hanya sekedar ditolerir (watterdal,2002)
9
b. Oang tua secara pribadi terlibat, dan akan merasakan keberadaanya menjadi
lebih penting dalam membantu anak untuk belajar.
c. Orang tua akan merasa dihargai, merasa dirinya sebagai mitra sejajar dalam
memberikan kesempatan belajar yang berkualitas kepada anaknya.
d. Orang tua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang di sekolah,
menerima pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kempuan masing-masing
individu anak.
4. Tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat
a. Masyarakat akan merasakan suatu kebanggaan karena lebih banyak anak
mengikuti pendidikan di sekolah yang ada di lingkungannya.
b. Semua anak yang ada di masyarakat akan terangkat dan menjadi sumber
daya yang potensial, yang akan lebih penting adalah bahwa masyarakat
akan lebih terlibat di sekolah dalam rangka menciptakan hubungan yang
lebih baik antara sekolah dan masyarakat
10
d. Meningkatkan kemempuan untuk menolong dan mengajar semua anak dalam
kelas.
3. Bagi guru
a. Membantu guru untuk menghargai perbedaan pada setiap anak dan mengakui
bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki kemampuan.
b. Menciptakan kepedulian bagi setiap guru terhadap pentingnya pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus.
c. Guru akan merasa tertantang untuk menciptakan metode-metode baru dalam
pembelajaran dan mengembangkan kerjasama dalam memecahkan masalah.
d. Meredam kejenuhan guru dalam mengajar.
4. Bagi masyarakat
a. Meningkatkan kesetaraan sosial dan kedamaian dalam masyarakat.
b. Mengajarkan kerjasama dalam masyarakat dan mengajarkan setiap anggota
masyarakat tentang proses demokrasi.
c. Membangun rasa saling mendukung dan saling membutuhkan antar anggota
masyarakat.
Prinsip pendidikan inklusif berkaitan langsung dengan jaminan akses dan peluang
bagi semua anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan tanpa memandang latar
belakang kehidupan mereka. Ada beberapa prinsip dasar pendidikan inklusif diantaranya:
11
keterbatasan fisik maupun mental. Pendidikan inklusif mengusung tema besar
tentang pentingnya menghargai perbedaan dalam keberagaman.
Menurut Indianto, prinsip pembelajaran yang harus menjadi perhatian guru dala
penyelenggaraan sekolah inklusi sebagai berikut:
1. Prinsip motivasi. Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar
tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
2. Prinsip latar/konteks. Guru perlu mengenal siswa secara mendalam, menggunakan
contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, dan
semaksimal mungkin menghindari pengulangan-pengulangan materi pengajaran
yang sebenarnya tidak terlalu perlu bagi anak.
12
3. Prinsip keterarahan. Setiap anak melakukan kegiatan pembelajaran, guru harus
merumuskan tujuan secara jelas, menyiapkan bahan dan alat yang sesuai serta
mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.
4. Prinsip hubungan sosial. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru perlu
mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan,
seakan interaksi banyak arah.
5. Prinsip belajar sambil bekerja. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak
memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan,
menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian dan sebagainya.
6. Prinsip individualisasi. Guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik
setiap anak secara mendalam, baik dari segi kemampuan maupun
ketidakmampuannya dalam menyerap materi pelajaran, kecepatan maupun
kelambatannya dalam belajar, sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing
anak mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai.
7. Prinsip menemukan. Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu
memancing anak untuk terlibat secara aktif baik fisik maupun mental, sosial dan
emosional.
8. Prinsip pemecahan masalah. Guru hendaknya sering mengajukan berbagai
persoalan/problem yang ada di lingkungan sekitar dan anak dilatih untuk
merumuskan, mencari data, menganalisis, dan memecahkannya sesuai dengan
kemampuannya.
13
2. Sisi Positif Pendidikan Inklusi
a. Semua anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu dan tidak didiskriminasikan
b. Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat
kelainan dan kecacatannya
c. Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mjtu pembelajaran bagi
semua anak
d. Sekolah dan guru mempunyai kemmapuan untuk belajar merespon dari
kebutuhan pembelajaran yang berbeda.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Semua anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
dan tidak didiskriminasikan
Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat
kelainan dan kecacatannya
Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mjtu pembelajaran bagi semua
anak
15
DAFTAR RUJUKAN
Martan, Lay Kekeh. 2007. Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta: DIRJEN DIKTI.
Mohammad Takdir Ilahi. 2013. Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Neolaka, Amos. 2019. Isu-Isu Kritis Pendidikan: Utama dan Tetap Penting Namun
Terabaikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Neolaka, Amos. 2017. Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju
Perubahan Hidup. Jakarta: Kencana.
O’neil, J. 1994. Can Inclusion Work? A Conversation With James Kauffman And Mara
Sapon-Shevin. Education Leadership. Vol. 52 (4): 7-11.
16
17