DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Rohimi Zamzam, M.Pd.
Disusun Oleh :
FAJAR TRI LAKSANA (20200810800004)
JAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita sama-sama panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sepenuhnya dan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan
kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Dengan adanya makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Administrasi dan Supervisi Pendidikan yang diamanatkan oleh dosen pengampu, Ibu Dr.
Rohimi Zamzam, M.Pd. Tentunya saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi yang terkandung
didalamnya.
Saya sangat berharap dengan penuh bahwa nantinya makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk
menambah pengetahuan serta wawasan terkait isi makalah ini. Aamiin.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Tujuan..........................................................................................................................2
1.3. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
2.1. Pengertian Pemecahan Masalah......................................................................................3
2.2. Pengertian Supervisi Pendidikan.....................................................................................3
2.3. Pengertian Guru...............................................................................................................4
BAB III.......................................................................................................................................6
3.1. Permasalahan Sumber Daya Guru...................................................................................6
3.2. Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan oleh Supervisor.........................................7
BAB IV......................................................................................................................................9
4.1. Saran................................................................................................................................9
4.2. Kesimpulan......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hal ini, menurut Djamarah dalam Ananda (2018: 19) guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada orang lain yang melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa
juga di masjid, di rumah dan sebagainya. Purwanto dalam Ananda (2018: 19) menegaskan
bahwa semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada
seseorang atau sekelompok orang dapat disebut “guru”, misalnya guru silat, guru mengaji,
guru menjahit dan sebagainya. Hal ini senada djielaskan Pidarta dalam Ananda (2018: 19)
bahwa guru adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak.
Sekolah haruslah mampu memberikan kenyamanan kepada guru, sehingga guru dapat
memberikan pengajaran dengan baik serta dapat lebih fokus terhadap strategi pembelajaran
yang hendak ia berikan kepada para siswa. Namun masih terdapat permasalahan terhadap
sumber daya guru di sekolah yang kian hari semakin menurun kualitasnya ataupun kualitas
nya tidak meningkat sehingga menimbulkan permasalahan, pembelajaran juga menjadi
kurang efektif dikarenakan kemajuan zaman namun para guru tidak dapat beradaptasi serta
metode pengajaran yang diberikan cenderung konservatif sehingga timbul ketidaklarasan
antara siswa dan guru.
1
Seperti tulisan Shintia Revina dari Magdalane mengatakan jika Indonesia sedang
mengalami darurat pendidikan. Hasil Programme for International Student Assessment
(PISA) tahun 2018 menunjukkan skor membaca pelajar Indonesia berada di titik terendah
selama mengikuti PISA sejak tahun 2000. Siswa dengan kompetensi Matematika dasar
rendah (di bawah Level 2 dalam skala PISA) berjumlah 71,9 persen - terburuk ke-7 dari 77
negara yang disurvei. Salah satu akar masalah buruknya kualitas pendidikan Indonesia adalah
rendahnya kualitas guru. Dari tahun 2012 hingga 2015, sebanyak 1,3 juta dari 1,6 juta guru
yang mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) - yang mengukur kompetensi mengelola
pembelajaran dan pemahaman atas mata pelajaran yang diampu - bahkan tidak mencapai nilai
minimum.
Dari sini, seorang supervisor yang merupakan aktor dari supervisi pendidikan yang
mempunyai tugas sebagai pengawas dalam pelaksanaan pendidikan di sebuah lembaga
pendikan, haruslah berfokus dan mencari alternatif pemecahan masalah dari kasus ini. Jangan
sampai hal ini menjadi terus berkelanjutan serta mencapai titik yang lebih parah lagi dan
menyebabkan kegagalan Indonesia di bidang pendidikan. Yang mana akibatnya nanti akan
berdampak kepada sektor sumber daya manusia yang tidak berkualitas serta meningkatnya
angka pengangguran dan kriminalitas serta dampak-dampak negatif lainnya yang dapat
disebabkan oleh kegagalan proses pendidikan.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah memberikan wawasan dan pendapat mengenai alternatif
pemecahan masalah dalam perlaksanaan supervisi pendidikan terhadap sumber daya guru di
sekolah, bagaimana peran dan cara apa saja yang dapat kita lakukan sebagai seorang tenaga
pendidik dalam mengembangkan kualitas pembelajaran serta tindakan apa yang dapat
dilakukan oleh supervisor untuk menyelesaikan permasalahan ini sehingga menghasilkan
lingkungan pembelajaran yang berkualitas.
1.3. Manfaat
Dimulai dari hipotesa saya yaitu makalah ini nantinya dapat bermanfaat bagi orang
banyak khususnya para tenaga pendidik dan aktor maupun calon supervisor pengawas proses
pendidkan. Sehingga wawasan terkait pelaksanaan administrasi dan supervisi pendidikan
dapat di kuasai oleh banyak individu demi terciptanya kemajuan dalam bidang pendidikan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Aedi dalam Kristiawan dkk (2019: 1) Supervisi berasal dari dua kata yaitu
“super” dan “vision”. Kata “super mengandung makna peringkat atau posisi yang lebih
tinggi, superior, atasan, lebih hebat atau lebih baik. Sedangkan kata “vision” berarti
mengandung makna kemampuan untuk menyadari sesuatu tidak benar-benar terlihat.
Berdasarkan penggabungan dua unsur pembentuk kata supervisi dapat disimpulkan bahwa
supervisi adalah pandangan dari orang yang lebih ahli kepada orang yang memiliki keahlian
di bawahnya. Supervisor atau istilah bagi orang yang melakukan supervisi adalah seorang
yang profesional ketika menjalankan tugasnya. Ia bertindak atas dasar kaidah ilmiah untuk
meningkatkan mutu pendidikan, untuk menjalankan supervisi diperlukan kemampuan yang
3
lebih sehingga dapat melihat dengan tajam permasalahan peningkatan mutu pendidikan,
memiliki kepekaan untuk memahaminya tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata
biasa, sebab yang diamatinya bukan hanya masalah yang konkrit yang terlihat, melainkan ada
pula yang memerlukan kepekaan mata batin.
Purwanto dalam Ananda (2018: 19) menegaskan bahwa semua orang yang pernah
memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang
dapat disebut “guru”, misalnya guru silat, guru mengaji, guru menjahit dan sebagainya. Hal
ini senada djielaskan Pidarta dalam Ananda (2018: 19) bahwa guru adalah semua orang yang
berkewajiban membina anak- anak.
4
Dalam perspektif tradisional pengertian guru dijelaskan Roestiyah dalam Ananda
(2018: 19) yaitu guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan. Namun saat ini terjadi perluasan makna guru dari hanya sekedar penyampai
ilmu pengetahuan kepada hal-hal yang lebih manusiawi sebagaimana dijelaskan Uno dalam
Ananda (2018: 19) bahwa guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab
dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik. Oleh karena itu guru memiliki
peran kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap
usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif.
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Hal ini sejalan
dengan penjelasan Pidarta dalam Ananda (2018: 20) bahwa guru dan dosen adalah pejabat
professional sebab mereka diberi tunjangan professional.
Usman dalam Ananda (2018: 20) menegaskan bahwa guru merupakan jabatan ataau
profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang
yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang
yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru.
Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesioanal yang
harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan
lainnya.
5
BAB III
PEMBAHASAN
Melalui tulisan dari Shintia Revina melalui laman Magdalane, mengatakan jika salah
satu akar masalah buruknya kualitas pendidikan Indonesia adalah rendahnya kualitas guru.
Dari tahun 2012 hingga 2015, sebanyak 1,3 juta dari 1,6 juta guru yang mengikuti Uji
Kompetensi Guru (UKG) - yang mengukur kompetensi mengelola pembelajaran dan
pemahaman atas mata pelajaran yang diampu - bahkan tidak mencapai nilai minimum.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar PGRI pada tanggal 25 November 2019 dalam
wawancara yang diliput oleh Riana Afifah dalam laman Kompas, mengatakan jika
permasalahan sumber daya guru masih banyak serta terkesan tidak diperhatikan oleh pihak
yang mempunyai wewenang dan permasalahan ini digolongkan menjadi empat permasalahan.
Pertama, pendidikan guru yang tidak memadai, sistem rekrutmen dan distribusi yang
tidak sesuai, maka dapat berdampak pada kualitas dan kompetensi guru. Hal ini tentu sangat
disayangkan mengingat masa depan anak Indonesia juga bertumpu pada guru-gutu yang
memberikan pendidikan.
Kedua, sistem pengangkatan guru yang tidak berdasar kebutuhan dan masih ada
nuansa KKN. Sementara distribusi guru sendiri, masih terjadi banyak masalah akibat tidak
meratanya jumlah guru di tiap wilayah terutama daerah yang terpencil. Imbasnya daerah
tersebut kekurangan guru dan pendidikan untuk anak-anak menjadi terhambat.
Ketiga, pengembangan kompetensi dan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan.
Banyak guru yang telah lulus dari Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan justru malah
menurun kompetensinya. Untuk itu standar kompetensi perlu disiapkan, dijaga dan dibina.
6
Keempat, permasalahan kesejahteraan guru yang mana hak guru tidak diterima sesuai
waktu dan kebutuhan, masalah tunjangan profesi guru yang nyaris terlambat di tiap daerah
serta dengan jumlah yang tidak mampu mencukupi kehidupan.
Dapat ditarik kesimpulan jika permasalahan guru meliputi berbagai hal mulai dari
kualitas kompetensi, pengangkatan guru menjadi ASN ataupun guru tetap, ketidakjelasan
karir profesi guru yang bermasalah dan mengakibatkan ketimpangan, serta permasalahan
kesejahteraan yang berjumlah sedikit dan beberapa kali mengalami keterlambatan pemberian.
Ada banyak hal yang dapat sebetulnya dapat dilakukan oleh supervisor dalam
memecahkan permasalahan terkait sumber daya guru ini, dikarenakan supervisor merupakan
pengawas serta orang yang berada di atas tenaga pendidik. Maka, banyak tindakan yang
mampu dilakukan oleh supervisor.
Dalam hal kompetensi dan keahlian guru, maka supervisor dapat melakukan
pengembangan dan evaluasi dari guru. Disini dapat dilihat bagaimana kualitas guru dari
lembaga pendidikan yang diawasi oleh supervisor, sehingga dengan adanya pengamatan
dapat menjadi hal utama yang nantinya akan direncanakan untuk pembekalan serta
pembinaan yang tepat bagi para guru. Setiap problematika yang guru hadapi dalam lingkup
kompetensi, maka dapat dirumuskan oleh supervisor dan supervisor dapat memberikan
pembinaan yang sesuai serta tidak mengganggu suasana pembelajaran di kelas.
Dalam hal kejelasan karir dari guru, maka supervisor dapat melakukan observasi
sehingga dapat melihat dan menganalisis guru yang layak untuk diangkat menjadi guru tetap.
Serta supervisor dapat kembali memberikan pembinaan sehingga guru dapat mengetahui dan
mendapatkan wawasan terkait bagaimana mereka bisa diangkat serta mampu
memperseiapkannya. Pengembangan pengetahuan serta kesiapan mereka dapat menjadi kunci
utama serta dilakukan juga laporan oleh supervisor ke pihak terkait guna mengetahui
kejelasan dari karir guru.
Permasalahan KKN dapat diatasi dengan observasi dan analisa pimpinan dari suatu
lembaga pendidikan, dari sana supervisor dapat melihat apakah ada kasus KKN yang terjadi
serta dapat segera menyelesaikan masalah tersebut dengan pelaporan maupun peringatan.
7
Untuk masalah kesejahteraan, supervisor dapat melaporkan kepada pihak terkait dan
mempunyai wewenang untuk meminta kejelasan untuk menyelesaikan masalah ini,
peningkatan mutu dan kompetensi guru juga dapat dilakukan serta menjadikan guru
berkualitas serta para pihak terkait terus ditanyakan terkait tunjangan yang hendak guru
dapatkan. Dengan adanya laporan dan komunikasi yang baik, maka permasalahan
keterlambatan dan kurangnya tunjangan dapat sedikit demi sedikit teratasi.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1. Saran
Saya sebagai penulis sangatlah sadar jika apa yang saya tulis pada makalah ini masih
sangatlah kurang, maka saya sebagai penulis sangatlah menyarankan agar para pembaca
dapat mencari referensi lain di media cetak, buku maupun internet sehingga wawasan yang
bisa di dapatkan lebih luas lagi.
4.2. Kesimpulan
Memecahkan masalah merupakan suatu proses berpikir yang dilakukan untuk
menyelesaikan atau mencari jalan keluar dari masalah atau persoalan yang sedang dihadapi
dengan menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya.
Menurut Aedi dalam Kristiawan dkk (2019: 1) Supervisi berasal dari dua kata yaitu
“super” dan “vision”. Kata “super mengandung makna peringkat atau posisi yang lebih
tinggi, superior, atasan, lebih hebat atau lebih baik. Sedangkan kata “vision” berarti
mengandung makna kemampuan untuk menyadari sesuatu tidak benar-benar terlihat.
Berdasarkan penggabungan dua unsur pembentuk kata supervisi dapat disimpulkan bahwa
supervisi adalah pandangan dari orang yang lebih ahli kepada orang yang memiliki keahlian
di bawahnya. Supervisor atau istilah bagi orang yang melakukan supervisi adalah seorang
yang profesional ketika menjalankan tugasnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
9
Peningkatan mutu dan kompetensi guru juga dapat dilakukan demi adanya pengembangan
kualitas guru di lembaga pendidikan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, R. (2012, November 26). 4 Masalah Guru yang Tak Kunjung Selesai. Dipetik
Oktober 12, 2021, dari Kompas.com:
https://edukasi.kompas.com/read/2012/11/26/1337430/~Edukasi~News, diakses pada
16:02 WIB
Ananda, R. (2018). Profesi Pendidikan dan Tenaga Pendidikan (Telaah Terhadap Pendidik
dan Tenaga Kependidikan). Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI).
Revina, S. (2020, Oktober 13). Mengapa Kualitas Guru di Indonesia Masih Rendah? Dipetik
Oktober 12, 2021, dari Magdalene.co: https://magdalene.co/story/mengapa-kualitas-
guru-di-indonesia-masih-rendah, diakses pada 16:45 WIB
11