FAKULTAS TARBIYAH
METRO lAMPUNG
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pembinaan akhlaq
pada generasi muda” ini tepat pada waktunya.
Tak lupa juga sholawat serta salamnya ALLAH semoga tercurah kepada
junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang terang benderang, yakni agama islam.
Sebagai rasa terima kasih atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari
semua pihak, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Aamiin.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan beragama salah satu diantara sekian banyak sektor harus
mendapatkan perhatian besar bagi bangsa dibandingkan dengan sektor
kehidupan yang lain. Sebab pencapaian pembangunan bangsa yang bermoral
dan beradab sangat ditentukan dari aspek kehidupan agama, terutama dalam
hal pembinaan bagi generasi muda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Generasi Muda dan Pengertian Akhlak?
2. Bagaimana Konsep Pembinaan Akhlak Pada Generasi Muda?
3. Bagaimanakah Asbabun Nuzul Surat An-Nisa Ayat 9 & 95?
4. Bagaimanakah Asbabun Nuzul Surat At-Tahrim Ayat 6?
5. Bagaimanakah Asbabun Nuzul Surat At-Tagabun Ayat 14-15?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Melihat kata "Generasi muda" yang terdiri dari dua kata yang
majemuk, kata yang kedua adalah sifat atau keadaan kelompok individu itu
masih berusia muda dalam kelompok usia muda yang diwarisi cita-cita dan
dibebani hak dan kewajiban, sejak dini telah diwarnai oleh kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan kegiatan politik. Maka dalam keadaan seperti ini
generasi muda dari suatu bangsa merupakan "Young Citizen".
4
dengan cara tersebut akan mampu mewujudkan pemeliharaan yang dinamis
dan berkesinambungan.1
Dalam masa ini jati diri dan sikap arogan masih sangat kuat untuk
diperpegangi bagi generasi muda, sehingga memerlukan kehati-hatian yang
ekstra ketat. Sehingga mampu menanamkan nilai-nilai dan konsep
pembinaan, khususnya dalam hal pembinaan akhlak melalui ajaran tasawuf
dalam merubah perilaku generasi muda dalam kehidupan sehari-hari.
1
Abdul Mujib, Nuansa-nuansa Psikologi Islam (Cet, IV, Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1995),hlm.12.
5
bermanfaat, seperti organisasi, olahraga, sanggar seni dan lain-lainnya.
Kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dimaksudkan agar mampu berjiwa besar
dalam membangun diri dari dalam batinnya, sehingga dengan kegiatan
tersebut, maka tentu dia akan mampu memiliki semangat dan kepekatan
yang tinggi dalam kehidupannya.
2
Ahmadi, Idiologi Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 160.
6
lakukan terhadap anak-anak yatim itu apa yang mereka ingini dilakukan
orang terhadap anak-anak mereka sepeninggal mereka nanti.
Dan ajarkan kepada mereka perkataan yang benar kepada orang yang
hendak meninggal misalnya menyuruhnya bersedekah kurang dari sepertiga
dan memberikan selebihnya untuk para ahli waris hingga tidak membiarkan
mereka dalam keadaan sengsara dan menderita.3
Artinya : Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut
berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di
jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang
yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu
derajat maksunya yang tidak berperang karena uzur. Kepada masing-masing
mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan
orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar
maksunya yang tidak berperang tanpa alasan.(Q. S An-Nisa: 95)
7
keikhlasan tidaklah sama derajatnya dengan orang-orang yang enggan
berbuat demikian.
اس
ُ َّود َه ا الن ُ َِه ل
ُ ُيك ْم نَ ًار ا َو ق ْ آم نُ وا قُ وا أَ ْن ُف َس ُك ْم َو أ
َ ين
ِ َّ
َ يَ ا أَيُّ َه ا ال ذ
ون اللَّ هَ َم ا أ ََم َر ُه ْم
َ ص ِ ِ ِ ِ
ُ َو ا حْل َج َار ةُ َع لَ ْي َه ا َم اَل ئ َك ةٌ غ اَل ٌظ ش َد ٌاد اَل َي ْع
ون
َ ون َم ا يُ ْؤ َم ُر
َ َُو َي ْف َع ل
Asbabun Nuzulnya
4
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2004) juz.8 hal.158
8
menguatkan pendapat yang mengatakan sebab turunnya ayat ini adalah Nabi
Muhammad SAW mengharamkan atas dirinya madu.5
Demikian itu pula yang dikemukakan oleh Adh Dhahhak dan Muqatil
bin Hayyan, dimana mereka mengatakan : “Setiap muslim berkewajiban
mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya, berbagai hal
berkenaan dengan hal-hal yang diwajibkan Allah Ta’ala kepada mereka dan
apa yang dilarang-Nya.”
5
Syaikh Utsaimin, Asy-Syarh Al-Mumti’ ala Zad Al Mustaqni’ . juz.13 hal.217.
9
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S Asy
Syu’ara’: 214).
Asbabun Nuzulnya
ِ ِ ِ ِ َّ
......وه ْم ْ َين َآمنُ وا إِ َّن م ْن أ َْز َواج ُك ْم َوأ َْوالد ُك ْم َع ُد ًّوا لَ ُك ْم ف
ُ اح َذ ُر َ يَ ا أَيُّ َه ا الذ
10
anak-anaknya yang menjadi penghalang unutk berhijrah.6 Maka turunlah
: ayat selanjutnya
.يم ِ وإِ ْن َتع ُفوا وتَص َفحوا وَت ْغ ِفروا فَِإ َّن اللَّه َغ ُف....
ٌ ور َرح
ٌ َ ُ َ ُ ْ َ ْ َ
Dalam riwayat lain, ayat di atas turun berkenaan dengan ‘Auf bin
Malik Al-Asyja’i yang mempunyai anak istri yang selalu menangisinya
apabila akan pergi berperang , bahkan menghalanginya dengan berkata :
“Kepada siapa engkau akan menitipkan kami?” ia pun merasa kasihan
kepada mereka hingga tidak jadi berangkat perang.7
11
Kata ًًّواHU ُدH َعberarti يرHHغلونكم عن الخHHادونكم و يشHH يع yaitu memalingkan dan
menyibukkan kita sehingga jauh dari kebaikan.9 Sebagian pasangan dan anak
merupakan musuh dapat dipahami dalam arti musuh yang sebenarnya, yang
menaruh kebencian dan ingin memisahkan diri dari ikatan perkawinan. Ini
bisa saja terjadi kapan dan di mana pun. Dan bisa juga permusuhan
dimaksud dalam pengertian majazi, yakni bagaikan musuh. Ini karena
dampak dari tuntunan dari mereka yang menjerumuskan pasangannya dalam
kesulitan bahkan bahaya, layaknya perlakuan musuh terhadap musuhnya.10
Secara korelatif tentang fitnah harta dan anak dalam surah At-
Taghabun, Imam Ar-Razi dalam At-Tafsir Al-Kabir menyebutkan, karena
anak dan harta merupakan fitnah, maka Allah memerintahkan kita agar
senantiasa bertaqwa dan taat kepada Allah setelah menyebutkan hakikat
fitnah keduanya, ”Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang
baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (At-Taghabun: 16).
9
Fathul Qadir, M. Ibn Ali Asy-Syauqani , Juz 7, Hal. 237
10
Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah, Cet I, Jilid, 14 , Tahun 2003, Lentera Hati, Hal. 279
12
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Penciptaan moralitas Islam ini adalah merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memantapkan kehidupan keberagaman mereka, mereka akan
menjadi mantap apabila sudah mengetahui secara benar nilai-nilai Islami,
termasuk di dalamnya nilai-nilai kesufian yang tidak jauh berbeda dengan
nilai-nilai yang sudah di pahami sebelumnya. Demikian pula dengan
manfaat-manfaat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Bahkan secara
tidak langsung mereka akan memahami fungsi-fungsi keagamaan yang
mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir. Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2004.
K.H.Q. Shaleh Dan H.A.A. Dahlan, Asbabun Nuzul, Cet. 10, Edisi Ii, Tahun 2004.
Prof Hamka, Tafsir Al-Azhar, , Cet Pertama, Juz 28, 29, 30, Tahun 1985.
Shihab, Quraish. Tafsir Al Misbah. Cet I, Jilid, 14 , Tahun 2003, Lentera Hati, Hal.
279
14