ASBAB AN-NUZUL
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Jawab :
Ungkapan “Asbabun Nuzul” merupakan bentuk idhofah dari kata “asbab” dan
“nuzul”. Secara bahasa “asbab” merupakan bentuk plural dari “sabab” yang secara
etimologis berarti sebab, alasan, illat (dasar logis), perantaraan, wasilah, pendorong
(motivasi), tali kehidupan, persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal,
sumber dan jalan. Yang dimaksud “nuzul” di isini ialah penurunan Alquran dari
Allah swt. kepada Nabi saw. melalui perantaraan Malaikat Jibril as.1 Maka, bisa
diambil kesimpulan bahwa asbabun Nuzul menurut etimologi ialah sebab-sebab
penurunan Alquran.
Secara istilah asbab an-nuzul dapat didefinisikan kepada “suatu ilmu yang
mengkaji sebab-sebab atau hal-hal yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat Al-
Qur’an”.2
1. Ash-Shabuni
“Asbab an-Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya
satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian
tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang
berkaitan dengan urusan agama.”3
2. “Manna` Khalil al-Qattan”
Yang mengungkapkan bahwa asbabun-nuzul yaitu sesuatu, baik berupa
peristiwa maupun pertanyaan, yang terjadi pada waktu atau masa tertentu, dan
menjadi penyebab turunnya Al-Qur’an.4
1
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal.
204.
2
Kadar M.Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta:Amzah,2014),hlm.85-86
3
Rosihon Anwar, Ulum Al- Qur’an (Bandung:CV Pustaka Setia,2013),hlm.60
4
Muchlis M.Hanafi, Asbabun-Nuzul(Jakarta:Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an,2015),hlm.6
3. Shubhi al-Shalih
“Sesuatu yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat yang memberi
jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya
sebab itu.5
7
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir AL-MUNIR(Depok:Gema Insani,2005),hlm.2-3
8
Kadar M.Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta:Amzah,2014),hlm.86-87
9
Taufiq, Adnan Amal dan Syamsul Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual Al-Quran, Mizan,
Bandung, 1989,. Hlm. 50.
beristidlal, atau sekedar memahami maksud ayat. Tidak mungkin memahami
kandungan makna suatu ayat tanpa mengetahui sebab turunnya ayat tersebut.10
10
Didin saefudin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an, Granada Pustaka,
Bogor:2005, hlm. 34-35.
11
Supiana, M. Karman. 2002, Ulumul Qur’an, Bandung : Pustaka Islamika. H. 133
12
Dr. Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2006, hlm. 72.
13
Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Dasar-dasar Penafsiran al-Qur’an, Semarang: Dina
Utama, 1989, hlm. 14-16.
dalam memahami ayat, karena mengetahui sebab menimbulkan pengetahuan
mengenai musabab (akibat).”
Contohnya dalam QS. Al-Baqoroh ayat 158 yang artinya “Sesungguhnya
Safa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barang siapa
beribadah haji ke Baitullah atau berumrah,maka tidak ada dosa baginya untuk
mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa mengerjakan suatu
kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri
kebaikan dan Maha Mengetahui.”
Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib, sebab
ketiadaan dosa untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan” dan
bukannya “kewajiban.” Sebagian ulama’ juga berpendapat demikian, karena
berpegang pada arti tekstual ayat itu.14
14
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa,
Bogor:2001, hlm.113.
15
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 60
16
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 68
Tidak mempermasalahkan; cara ini digunakan apabila riwayat-riwayat
asbabun nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilah.
Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sarih;
cara ini digunakan bila salah satu versi riwayat asbabun nuzul itu tidak
menggunakan redaksi sarih.
Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini digunakan apabila seluruh
riwayat itu menggunakan redaksi sarih, tetapi kualitas salah satunya tidak
shahih.17
Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat dua versi
riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang shahih dan
tidak shahih.
Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi Asbabun
Nuzul berkualitas sama-sama shahih.
Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas sama-
sama tidak shahih.18
a. Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)
Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat
atau lebih. Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang
diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama
adalah riwayat Asbabun Nuzul yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari,
Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas tentang turunnya surat Al
Mujadalah ayat 18-19.19
17
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 70.
18
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 72-74
19
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm.. 76.
Kedua, ada yang bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu hal, lalu
turunlah ayat yang menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan
kepada Nabi saw.20
“Telah terjadi begini. Atau telah dinyatakan kepada Nabi saw, tentang hal ini
maka turunlah ayat ini.” Maka yang demikian itu merupakan nash yang nyata
dalam menerangkan sebab.
20
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (cet. 1; Jakarta: Rajawali
Press, 2013), hal. 106.
21
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 67
22
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 68
“Ayat ini berkenaan dengan...”
Maka maksud beliau-beliau itu ialah menerangkan bahwa ayat itu mengandung
hukum itu , bukan menyatakan sebab nuzulnya. 23 Segolongan ahli hadits
menggolongkan perkataan semacam itu kedalam hadits marfu’, seperti pada
perkataan Ibnu Umar :
Untuk menentukan peristiwa yang menjadi asbabun nuzul suatu ayat, ungkapan-
ungkapan diatas pelu menjadi pertimbangan dan perhatian seorang mufassir. Artinya,
seorang mufassir dalam mencari asbabun nuzul suatu ayat hendaklah merujuk kepada
peristiwa yang mengandung ungkapan yang terdapat pada poin satu dan dua. 24
23
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 23
24
Kadar M.Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta:Amzah,2014),hlm.90-91