Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Ulumul Qur’an


Dosen Pembimbing : Ustadzah Faridah, M.Ag

Disusun oleh:
Muhammad Mukhlas Baihaqi
Thoriq Hafidz Akbar
Zendi Ahmad Maghrobi

SEKOLAH TINGGI ILMU QURAN ISY KARIMA


KARANGANYAR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang maha esa lagi maha penyayang, karena
berkah dan karunianya makalah ini dapat kita selesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW. yang
telah membimbing dan memperjuangkan Agama Islam dari gelapnya zaman jahiliyah
menuju zaman yang terang benerang sehingga kita semua bisa merasakan indahnya Agama
Islam pada saat ini.
Allah SWT mengirimkan utusan atau Rasulnya SAW unutuk meluruskan kehidupan
manusia, menunjukan jalan yang lurus yang berlandaskan dari peraturan – peraturan langit
yang langsung diturunkan ke Baitul Izzah dari Sidratul Muntaha, kemudian diturunkan
secara berangsur – angsur dan teratur sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Penurunan wahyu
terjadi selama dua fase dengan rentang 23 tahun masa berdakwah. Turunnya wahyu dibagi
menjadi 2 bagian : 1. Bagian permulaan atau turun begitu saja, 2. Bagian turun karena soal
dan kejadian.
Asbabun Nuzul adalah sebab turunnya ayat Al – Qur’an, yang menjadi salah satu
acuan dalam Ilmu Tafsir. Al – Wahidi berkata “Tidak mungkin mendalami tafsir tanpa
memperhatikan kisah dan penjelasan sebab turunnya ayat”, dan Ibnu Daqiq berkata
“Memahami penjelasan Asbabun Nuzul adalah cara terkuat untuk memahami makna –
makna ayat”, Ibnu Taimiyah juga berkata “ Mengenal sebab turunnya ayat membantu
pemahaman terhadap ayat tersebut.
Asbabun Nuzul adalah sebab turunnya ayat berdasarkan soal ataupun kejadian
tertentu, berbeda dengan khabar atau kisah tentang turunnya ayat tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang


diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Pengembagan
studi keislaman yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat ditempuh di antaranya
dengan pendekatan sosio-historis. Aplikasi pendekatan tersebut memungkinkan
penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam al-Qur’an. Ayat-ayat al-Qur’an
dapat dikategorikan menjadi dua kelompok menurut sebab turunnya ayat. Pertama,
ayat yang turun dengan adanya sebab; kedua, ayat yang turun tanpa sebab atau
peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti ayat-ayat yang menceritakan umat
terdahulu, berita-berita alam ghaib, gambaran alam barzakh, persaksian alam
kebagkitan, keadaan hari kiamat dan sebagainya
Pada masa Rasulullah, banyak peristiwa terjadi yang belum diketahui hukumnya me
nurut islam. Beberapa sahabat juga sering bertanya kepada Rasulullah tentang
sesuatu yang belum mereka pahami. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah
untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka al-Qur’an turun untuk
menjelaskan atau menunjukkan hukum atas peristiwa atau pertanyaan yang muncul
tersebut. Jawaban dari al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat manusia.
Itulah yang kemudian disebut dengan Asbabun Nuzul, yaitu sebab-sebab turunya
ayat-ayat al-Qur’an. Untuk lebih mengetahui atau memahami maksud al-Qur’an
secara utuh maka lebih utama jika mengetahui tentang Asbabun Nuzul.
Pengenmbangan studi keislaaman yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat ditempuh
diantaranya dengan pendekatan Sosio-historis.
Pendekatan ini memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam al-
Qur’an yang terangkum dalam Asbabun Nuzul, yakni sesuatu yang disebabkan
olehnya diturunkan suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung peristiwa, atau
menerangkan hukumnya pada saat terjadinya peristiwa itu. Karena  kita bisa salah
menangkap pesan-pesan Al-Qur’an secara utuh, jika hanya memahami dari
bahasanya saja secara tekstual tanpa memahami konteks Sosio-historisnya.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa  pengertian asbabun nuzul?
2.      Bagaimana Sejarah Perkembangan Ilmu asbabun Nuzul?
3.      Bagaimana fungsi Asbabun Nuzul dalam memahami Al-Qur’an?
4.      Macam-macam Asbabun Nuzul Al-Qur’an?
5.      Aneka Riwayat Sebab Turunya Ayat Al-Qur’an?
6.      Pandangan Ulama’ Tentang Asbabun Nuzul Al-Qur’an?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Asbabun Nuzul

Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”.
Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar belakangi
terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya
sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul, namaun dalam pemakaiannya, ungkapan
Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatar
belakangi turunya al-qur’an, seperti halnya asbab al-wurud yang secara khusus
digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadist.
Sedangkan secara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapat diartikan
sebagai sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi
Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban.
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’, diantaranya :
1.    Menurut Az-Zarqani :
“Asbabun Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubunganya
dengan turunya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu
terjadi.”
2.    Ash-Shabuni :
Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunya satu atau
beberapa ayat mulia yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan
urusan agama.
3.    Shubhi Shalih :
‫ض ِّمنَةً لَهُ اَْوجُمِ ْيبَةً َعْنهُ َْأو ُمبِْينَةًحِلِ َك ِم ِه َز َم َن ُو ُك ْو ِع ِه‬ ِ
َ َ‫ت بِ َسبَبِه ُمت‬
ِ
ُ َ‫ماَنُِزلَةاَأليَةُ اَ ِوااْل َيا‬
Artinya:
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa
ayat. Al-qur’an (ayat-ayat)terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons
atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.”
4.    Mana’ al-Qhathan:
.‫ت ُو ُق ْو ِع ِه َكحاَ ِدثٍَة اَْو ُسَؤ ٍال‬ ِِ
َ ْ‫ماَنُِز َل ُق ْرآ ٌن بِ َشْأنه َوق‬
Artinya:
“Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya Al-Qur’an
berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau
berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.”
5.    Al-Wakidy
Asbabun Nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun “sebelumnya” itu
masanya jauh, seperti adanya peristiwa gajah dengan surat Al-Fiil.

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-qur’an itu


sangat beragam, di antaranya berupa:konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi
amtara suku Aus dan suku Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang
sahabat yang mengimami sholat dalam keadaan mabuk: dan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan
sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi.
Persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul atau tidak,
ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para uulama’. Sebagian ulama’
berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul. Sehingga,
diturunkan tanpa ada yang melatar belakanginya (Ibtida’), dan adapula ayat Al-
Qur’an itu diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghair ibtida’).
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada
yang menguatkan bahwa kesejarahan Arabia pra-Qur’an pada masa turunnya Al-
Qur’an merupakan latar belakang makro Al-Qur’an; sementara riwayat-riwayat
Asbabun Nuzul merupakan latar belakang mikronya. Pendapat ini berarti
menganggap bahwa semua ayat Al-Qur’an memiliki sebab-sebab yang
melatarbelakanginya.

B.  Sejarah Perkembangan Ilmu Asbabun Nuzul

Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang sangat


penting untuk bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar. Karena itu mereka
berusaha untuk mempelajari ilmu ini. Mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang
sebab-sebab turunya ayat atau kepada sahabat lain yang menjadi saksi sejarah
turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian pula para tabi’in yang datang
kemudian, ketika mereka harus menafsirkan ayat-ayat hukum, mereka memerlukan
pengetahuan Asbabun Nuzul agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan.
Dalam perkembangannya ilmu asbabun nuzul menjadi sangat urgen. Hal ini
tak lepas dari jerih payah perjuangan para ulama’ yang mengkhususkan diri dalam
upaya membahas segala ruang lingkup sebab nuzulnya Al-Qur’an. Diantaranya yang
terkenal yaitu Ali bin Madini, Al-wahidy dengan kitabnya Asbabun Nuzul, Al-
Ja’bary yang meringkas kitab Al wahidi, Syaikhul Islam Ibn Hajar yang mengarang
sebuah kitab mengenai asbabun nuzul. Dan As-Suyuthi mengarang kitab Lubabun
Nuqul fi Asbab An-Nuzul, sebuah kitab yang sangat memadai dan jelas serta belum
ada yang mengarang.

C.  Fungsi Ilmu Asbabun Nuzul Dalam Memahami Al-Qur’an

Pentingnya mempelajari dan mengetahui Asbabun Nuzul adalah untuk


memahami ayat Al-Qur’an, baik dalam mengistimbath hukum atau dalam beristidlal,
atau sekedar memahami maksud ayat. Tidak mungkin memahami kandungan makna
suatu ayat tanpa mengetahui sebab turunnya ayat tersebut.
Al Wahidi menjelaskan: “tidaklah mungkin mengetahui tafsir ayat tanpa
mengetahui dan penjelasan sebab turunnya.” Ibn Daqiqil ‘Id berpendapat,
“Keternagan sebab nuzul adalah cara yang kuat (tepat) untuk mengetahui makna Al-
Qur’an. Ibn Taimiyah mengatakan: “Mengetahui sebab nuzul akan membantu dalam
memahami ayat, karena mengetahui sebab menimbulkan pengetahuan mengenai
musabab (akibat).”
Contohnya dalam QS. Al-Baqoroh ayat 158 yang artinya “Sesungguhnya
Safa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barang siapa beribadah
haji ke Baitullah atau berumrah,maka tidak ada dosa baginya untuk mengerjakan
sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa mengerjakan suatu kebajikan dengan
kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan dan Maha
Mengetahui.”
Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib, sebab
ketiadaan dosa untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan” dan bukannya
“kewajiban.” Sebagian ulama’ juga berpendapat demikian, karena berpegang pada
arti tekstual ayat itu.

Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi sebab An-Nuzul
dalam memahami Al-qur’an sebagai berikut :
1.        membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam
menangkap pesan ayat-ayat Al-Qur’an.
2.        Mengatasi keraguan ayat yang diduga memiliki keraguan umum.
3.        Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
4.        Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
5.        Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan
wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.
6.        Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan buatan
manusia.
7.        Penegasan bahwa Allah benar-benar memberi pengertian penuh pada Rasulullah
dalam menjalankan misi risalahnya.
8.        Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-Qur’an.
9.        Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum
dan dalam keadaan bagaimana ayat aitu harus diterapkan.
10.    Mengetahui secara jelas hikmah disyariatkannya suatu hukum.

D. Macam- Macam Asbabun Nuzul


1. Banyaknya nuzul dengan satu sebab

Terkadang banyak ayat turun, sedangkan sebabnya hanya satu. Dalam hal ini
tidak ada permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun
didalam berbagai surat berkenaan dengan satu peristiwa. Contohnya ialah apa yang
di riwayatkan oleh Said bin Mansur, ‘Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibn jarir, Ibnul Munzir,
Ibn Abi Hatim, tabrani, dan Hakim yang mengatakan shahih, dari Ummu salamah, ia
berkata : “Rasullullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan kaum perempuan
sedikitpun mengenai hijrah. Maka Allah menurunkan : maka tuhan mereka
memperkenankan permohonanya (dengan firman) : “sesungguhny aku tidak menyia-
nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki ataupun
perempuan : (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain... (Ali
‘Imran [3]:195).
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibn Jarir, Ibnul Munzir, Tabarani,
dan Ibn Mardawih dari Ummu Salamah yang mengatakan ; “Aku telah bertanya :
Rasulullah, mengapa kami tidak disebutkan dalam al-qur’an seperti kaum laki-laki ?
maka suatu harti aku dikejutkan oleh suara Rasulullah diatasa mimbar. Ia
membacakan : Sesungguhnya laki-laki dan perempuan Muslim.. sampai akhir ayat 35
Surat al-Ahzab [33].”
     Diriwayatkan pula oleh Hakim dari Ummu Salamah yang mengatakan : “kaum
laki-laki berperang sedang kaum perempuan tidak. Disamping itu kami hhanya
memperoleh warisan setengah bagian? Maka Allah menurunkan ayat : Dan janganlah
kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan terhadap apa yang dikaruniakan
sebagian dari kamu lebih banyak dari sebagian yang usahakan, dan bagi para
wanitapun ada bagian dari apa yang mereka usahan pula.. (an-Nisa’ [4]:32) dan ayat :
sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim..” ketiga ayat tersebut turun
ketika satu sebab.
2. Penuruna ayat lebih dahulu daripada sebab
     Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil qur’an karya Manna’ Khalil Al Qattan
mengemukakan satu macam pembahasan yang berhubungan dengan sebab nuzul
yang dinamakan “penurunan ayat lebih dahulu daripada hukum (maksud)nya.”
Contoh yang diberikan dalam hal ini tidaklah menunjukkan bahwa ayat itu turun
mengenai hukum tertentu, kemudian pengalamanya datang sesudahnya. Tetapi hal
tersebut menunjukan bahwa ayat itu diturunkan dengan lafadz mujmal (global), yang
mengandung arti lebih dari satu, kemudian penafsiranya dihubungkan dengan salah
satu arti-arti tersebut, sehingga ayat tadi mengacu pada hukum yang datang
kemudian. Misalnya firman Allah : Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman) [87]:14). Ayat tertsebutdijadikan dalil untuk
zakat fitrah. Diriwayatkan oleh baihaqi dengan disanadkan kepada Ibn Umar, bahwa
ayat itu turun berkenaan dengan zakat Ramadhon ( Zakat Fitrah), kemudian dengan
isnad yang marfu’ Baihaqi meriwayatkan pula keterangan yang sama. Sebagian dari
mereka barkata : aku tidak mengerti maksud pentakwilan yang seperti ini, sebab
surah itu Makki, sedang di Makkah belum ada Idul fitri dan zakat.”[9]
     Didalam ayat tersebut, Bagawi menjawab bahwa nuzul itu boleh saja mendahului
hukumnya, seperti firman Allah : aku benar-benar bersumpah dengan kota ini, dan
kaum (Muhammad) bertempat di kota ini (al-Balad [90]:1-2). Surah ini Makki, dan
bertempatnya di Makkah, sehingga Rasulullah berkata : “Aku mnenempati pada
siang hari).”
3. Beberapa ayat turun mengenai satu orang
     Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih datri satu kali, dan al-
qur’an pun turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun
mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai nya
sesuai dengan banyaknya peristiwa yang terjadi. Misalnya apa yang diriwayatkan
oleh Bukhari tentang berbakti kepada kedua orang tua. Dari sa’d bin Abi Waqqas
yang mengatakan : “ada empat ayat al-qur’an turun berkenaan denganku. Pertama,
ketika ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan makan dan minum sebelum aku
mwninggalkan Muhammad, lalu Allah menurunkan : dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamumengikutio keduanya dan pergauilah keduanya didunia
dengan baik (luqman[31]:15).
Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya, maka aku berkata
kepada Rasulullah : “Rasulullah, berikanlah kepadaku pedang ini”. Maka
turunlah : mereka  bertanya kepadamu tenytang pembagiuan harta rampasan perang
(al-anfal [8]:1).
Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku kemudian aku
bertanya kepadanya : “Rasulullah, aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku
mewasiatkan separuhnya?” rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu
dibolehkan.
Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr) bersama kaum Ansor,
seorang dari mereka memukul hidungku dengan tulang rahang unta. Lalu aku datang
kepada Rasulullah , maka Allah ‘Azza Wajalla menurunkan larangan minumkhamr.”
E. Aneka Riwayat Sebab Turunya Ayat Al-Qur’an
Banyak riwayat mmengenai sebab turunya suatu ayat. Dalam keadaan
demikian sikap seorang musafir kepadanya sebagai berikut :
1.             Apabila bentuk redaksi tidak tegas, seperti : “ayat ini turun mengenai urusan
ini”, atau “aku mengira ayat ini turun mengenai urusan ini”, maka dalam hal ini tidak
ada kontradiksi diantara riwayat-riwayat itu, sebab maksud riwayat–riwayat tersebut
adalah penafsiran dan penjelasan bahwa hal itu termasuk kedalam makna ayat yang
disimpulkan darinya, bukan menyebutkan sebab nuzul, kecuali bila ada qorinah atau
indikasi pada salah satu riwayat bahwa maksudnya adalah penjelasan sebab nuzul.
2.             Apabila salah satu bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, misalnya “ayat ini
turun mengenai urusan ini”, sedang riwayat yang lain menyebutkan sebab nuzul
dengan tegas yang berbeda dengan riwayat pertama, maka yang menjadi pegangan
adalah riwayat yang menyebutkan sebab nuzul secara tegas, dan riwayat yang lain
dipandang termasuk didalam hukum  ayat.
3.             Apabila riwayat itu banyak dan semuanya menegaskan sebab nuzul, sedang
salah satu riwayat diantaranya itu shahih, maka yang menjadi pegangan adalah
riwayat yang shahih.
4.              Apabila riwayat-riwayat itu sama namun terdapat segi yang memperkuat
salah satunya, seperti kehadiran perawi dalam kisah tersebut, atau salah satu dari
riwayat-riwayat itu lebih shahih, maka riwayat yang lebih kuat itulah yang
didahulukan.
5.             Apabila riwayat-riwayat riwayat tersebutn sama kuat, mak riwayat-riwayat itu
dipadukan atau dikompromikan bila mungkin, hingga dinyatakan bahwa ayat
tersebut turun sesudah terjadi dua buah sebab atau lebih karena jarak waktui diantara
sebab-sebab itu berdekatan.
6.             Bila riwayat-rawayat itu tidak bisa dikompromikan karena jarak waktu antara
sebab-sebab tersebut berjauhan, maka hal yang demikian, dipandan sebagai banyak
berulangnya nuzul.

F.   Pandangan Ulama’ Tentang Asbabun Nuzul Al-Qur’an

     Para ulama’ tidak sepakat mengenai kedudukan asbab al nuzul. Mayoritas ulama
tidak memberikan keistimewaan khusus kepada ayat-ayat yang mempunyai riwayat
asbab al nuzul, karena yang terpenting dari mereka ialah apa yang tertera didalam
redaksi ayat. Jumhur ulama’ kemudian menetapkan suatu kaidah : “yang dijadikan
pegangan ialah keumuman lafadz, bukan kekhususan sebab”. Sedangkan sebagian
kecil ulama’ memandang penting keberadaan riwayat-riwayat asbab al nuzul didalam
memahami ayat. Golongan ini juga memenetapkan satu kaidah : “yang dijadikan
pegangan adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafadz”
    

Jumhur ulama’ berpendapat bahwa ayat-ayat yang diturunkan berdasarkan


sebab khusus tetapi diungkapkan dalam bentuk lafadz umum, maka yang dijadikan
pegangan adalah lafadz umum.
Contoh turunya surat Q.S Al Maidah:38:
“laki-laki yang mencuri dan pertempuan yang mencuri, motonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ayat ini turun berkenaan dengan pencurian sejumlah perhiasan yang
dilakukan seseorang pada masa Nabi. Tetapi ayat ini menggunakan lafadz ‘am, yaitu
isim mufrad yang dita’rifkan dengan lam (al) jinsiyyah, mayoritas ulama’ memahami
ayat tersebut berlaku umum \, tidak hanya tertuju kepada yang menjadi sebab turunya
ayat.
Sebagian kecil ulama’ mempunyai sisi pandangan lain. Mereka berpegang
kepada akaidah kedua dengan alasan bahwa kalau yang dimaksud tuhan adalah
kaidah lafadz umum, bukan untuk menjelaskan suatu peristiwa atau sebab khusus,
mengapa tuhan menunda penjelasan  hukumnya hingga terjadinya peristiwa tersebut.
BAB III
SIMPULAN

Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”.
Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar belakangi
terjadinya sesuatu. Sedangkan sescara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapat
diartikan sebagai sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat al-Quran
kepada Nabi Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan
penjelasan atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban.
Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang sangat
penting untuk bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar. Karena itu mereka
berusaha untuk mempelajari ilmu ini. Mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang
sebab-sebab turunya ayat atau kepada sahabat lain yang menjadi saksi sejarah
turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian pula para tabi’in yang datang
kemudian, ketika mereka harus menafsirkan ayat-ayat hukum, mereka memerlukan
pengetahuan Asbabun Nuzul agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan.
Asbabun Nuzul ada bermacaam-macam, diantarannya :
1.    Banyaknya nuzul dengan satu sebab.
2.    Penuruna ayat lebih dahulu daripada sebab.
3.    Beberapa ayat turun mengenai satu orang.

Anda mungkin juga menyukai