Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul merupakan hal penting apabila


kita hendak memahami al-Qur’an Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul
merupakan salah satu syarat yang harus dikuasai oleh para ulama yang
hendak menafsirkan al-Qur’an di samping ilmu ilmu lainnya.
Karena dengan mengetahui asbabun Nuzul akan mengantarkan kita
pada pengetahuan tentang makna-makna dan maksud-maksud al-Qur’an serta
mengetahui kejadian-kejadian yang menyertai turunnya sebuah ayat. Selain
itu juga untuk mengetahui di balik hikmah pembentukan hukum syara dan
menghilangkan persangkaan yang sempit mengenai makna sebuah ayat. Ibnu
Taimiyah juga menegaskan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul akan
mengantarkan pada pengetahuan tentang musabbab.
Mengetahui latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, akan
menimbulkan perspektif dan menambah khazanah perbendaharaan
pengetahuan baru. Dengan mengetahui hal tersebut kita akan lebih
memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan menghilangkan keraguan-
keraguan dalam menafsirkannya.
Berdasarkan pernyataan di atas, betapa mempelajari dan mengetahui
Asbabun Nuzul merupakan suatu hal yang urgen dalam konteks penafsiran al-
Qur’an. Untuk itu, kami akan mengemukakan apa itu Asbabun Nuzul,
bagaimana urgensi mempelajari Asbabun Nuzul, serta apa saja redaksi-
redaksi Asbabun Nuzul beserta maknanya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan Asbabun Nuzul?
2. Bagaimana urgensi ketika mempelajari Ababun Nuzul?
3. Bagaimana redaksi-redaksi dalam Asbabun Nuzul?

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Asbabun Nuzul


Ada tiga definisi yang dikemukakan oleh ahli tafsir tentang Asbabun
Nuzul:
1. Suatu peristiwa yang terjadi menjelang turunnya ayat.
2. Peristiwa-peristiwa pada masa ayat Al-Quran itu diturunkan (yaitu dalam
waktu 23 tahun), baik peristiwa itu terjadi sebelum atau sesudah ayat itu
diturunkan.
3. Peristiwa yang dicakup oleh suatu ayat, baik pada waktu 23 tahun itu
maupun yang terjadi sebelum atau sesudahnya. Ini sesuai dengan definisi
yang dikemukakan oleh Subhi Sholeh yang artinya :

“sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang
mengandung sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu, atau
menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.”

Dari ketiga pengertian di atas memberikan indikasi bahwa sebab


turunnya suatu ayat tidak terlepas dari hubungan antara peristiwa dan
pertanyaan. Satu ayat atau beberapa ayat yang turun untuk menerangkan hal
yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap
pertanyaan tertentu. Dalam hal ini termasuk pendapat Al-Wahidi, yang
menyatakan bahwa latar belakang turunnya Surah Al-Fiil adalah kisah
penyerbu Ka’bah oleh Raja Habsyah (Abrahah).1
Menurut bahasa (etimologi), asbabun nuzul berarti sebab-sebab
turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Kalimat Asbabun Nuzul berasal dari gabungan
dua kalimat atau dalam bahasa arab disebutnya kalimat idhafah. Kalimat
‘Asbab’ jamak dari ‘sababa’ yang artinya sebab-sebab, dan nuzul berarti

1
Abu Anwar, Ulumul Quran Sebuah Pengantar, (Cet. III: Jakarta: Amzah, 2009), h. 29-30

3
turun. yang dimaksud disini adalah ayat-ayat Al-Qur’an.Menurut istilah
(terminologi) asbabun nuzul memiliki banyak pengertian, diantaranya
1. Muhammad Abdul Azim al-Zarqani, seorang ahli tafsir, mendefinisikan
asbabun nuzul adalah suatu peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah
SAW yang kemudian turun ayat yang membicarakan atau menjelaskan
ketentuan hukum mengenai peristiwa itu.
2. Definisi menurut Dr. Subhi shaleh ialah asbabun nuzul itu suatu perkara
yang menyebabkan turunnya ayat, baik berupa jawaban ataupun sebagai
penjelasan yang diturunkan saat peristiwa itu terjadi.
3. Ash-Shabuni mendefinisikan asbabun nuzul adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang menyebabkan turunnya beberapa ayat yang berhubungan
dengan kejadian itu, baik berupa pertanyaan yang diajukan kejadian nabi
SAW ataupun kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
4. Manna’ Al-Qattan mendefnisikan asbabun nuzul adalah suatu hal yang
karena hal itu Qur’an diturunkan untuk menjelaskan hukumnya pada
masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa ataupun pertanyaan.
5. Nur/holis Madjid menyatakan bahwa asbabun nuzul adalah konsep, teori,
atau berita tentang adanya sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari al-
Qur’an kepada nabi SAW, baik berupa satu ayat, satu rangkaian.2

B. Urgensi Memperlajari Asbabun Nuzul

Az-zarqani dan As-Suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang


berpendapat bahwa mengetahui Asbabun Nuzul merupakan hal yang sia-sia
dalam memahami Al-Quran. Mereka beranggapan bahwa mencoba
memahami Al-Quran dalam meletakkan ke dalam konteks historis adalah
sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu tertentu.
Namun, keberatan seperti ini tidaklah berdasar, karena tidak mungkin
menguniversalkan pesan Al-Quran diluar masa dan tempat pewahyuan,

2
Ari Abidin, “Pembahasan Asbabun Nuzul,” Official website of Ari Abidin.
https://www.academia.edu/15527341/PEMBAHASAN_ASBABUN_NUZUL (13 Maret 2019)

4
kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap makna Al-Quran
dalam konteks kesejarahannya.

Urgensi pengetahuan akan Asbabun Nuzul dalam memahami Al-Quran


yang diperlihatkan oleh para ulama salaf ternyata mendapat dukungan dari
para ulama khalaf. Menarik untuk dikaji adalah pendapat Fazlur Rahman
yang menggambarkan Al-Quran sebagai puncak dari sebuah gunung es.
Sembilan sepersepuluh dari bagiannya terendam di bawah perairan sejarah,
dan hanya sepersepuluhnya yang hanya dapat dilihat. Rahman lebih lanjut
menegaskan bahwa sebagian besar ayat Al-Quran sebenarnya mensyaratkan
perlunya pemahaman terhadap situasi-situasi historis yang khusus, yang
memperoleh solusi, komentar dan tanggapan dari Al-Quran. Uraian Rahman
tersebut secara eksplisit mengisyaratkan Asbabun Nuzul dalam memahami
Al-Quran.3

Dalam uraian lebih rinci, Az-Zarqani mengemukakan urgensi


mempelajari Asbabun Nuzul adalah sebagai berikut:

1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam


menangkap pesan ayat-ayat Al-Quran. Diantaranya dalam Al-Quran
surah Al-Baqarah [2] ayat 115 dinyatakan bahwa Timur dan Barat
merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus shalat, dengan melihat zahir
ayat diatas, seseorang boleh menghadap ke arah mana saja sesuai dengan
kehendak hatinya. Ia seakan-akan tidak berkewajiban untuk menghadap
kiblat ketika shalat. Akan tetapi setelah melihat Asbabun Nuzul-nya,
tahapan tahapan bahwa interpretasi tersebut keliru. Sebab, ayat di atas
berkaitan dengan seseorang yang sedang berada dalam perjalanan dan
melakukan shalat di atas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang
berjihad dalam menentukan arah kiblat.”
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum,
umpamanya dalam surah Al-‘Anam [6] ayat 145:

3
Rosihin Anwar, Ulum Al-Quran, (Cet. V: Jawa Barat: CV Pustaka Setia, 2013), h. 62-63

5
Artinya:

“Katakanlah: Tidaklah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan


kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu kotor- atau
binatang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam
keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya Rabbmu Mahapengampun lagi
Mahapenyayang.” (QS. al-An’aam: 145)4

Menurut Asy-Syafi’i, pesan ayat ini tidak bersifat umum (hasr).


Untuk mengatasi kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat
di atas, Asy-Syafi’i menggunakan alat bantu Asbabun Nuzul.
Menurutnya, ayat ini diturunkan sehubung dengan orang-orang kafir
yang tidak mau memakan sesuatu, kecuali apa yang mereka halalkan
sendiri. Karena mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah dan
menghalalkan apa yang telah diharamkan kabiasaan orang-orang kafir,
terutama orang Yahudi, turunlah ayat di atas.

3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran, bagi


ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab
yang bersifat khusus (khusus As-Sabab) dan bukan lafazh yang bersifat

4
Alqur’anmulia, “Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-An’Am Ayat 145,” Official website of
Alqur’anmulia. https://alquranmulia.wordpress.com/2015/12/20/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-anam-
ayat-145/ (13 Maret 2019)

6
umum (umum al-lafazh). Dengan demikian, ayat “zihar” dalam
permulaan surat Al-amujadalah [58], yang turun berkenaan dengan Aus
Ibn Samit yang menzihar istrinya (Khaulah Binti Hakim Ibn Tsa’labah),
hanya berlaku bagikedua orang tersebut. Hukum yang berlaku bagi selain
kedua orang itu, ditentukan dengan jalan analog (qiyas).
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Quran turun.
Umpamanya, ‘A’isyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang
menunjuk Abd Ar-Rahman Ibn Abu Bakar sebagai orang yang
menyebabkan turunnya ayat: “Dan orang yang mengatakan kepada
orangtuanya “Cis kamu berdua...” (Q.S.Al-Ahqaf:17). Untuk meluruskan
persoalan, ‘A’isyah berkata kepada Marwan; “Demi Allah bukan dia
yang menyebabkan ayat ini turun. Dan aku sanggup untuk menyebutkan
siapa orang yang sebenarnya.”
5. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk
memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarkan. Sebab,
hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum, peristiwa, dan pelaku, masa
dan tempat merupakan satu jalinan yang bisa mengikat hati.

C. Macam-macam Redaksi Asbabun Nuzul dan Maknanya

Yang dimaksud dengan ungkapan (redaksi) ini terkadang sebab nuzul


ayat dan terkadang pula kandungan hukum ayat. Peristiwa atau pertanyaan
yang disebut sebagai asbabun nuzul itu terjadi pada masa Rasulullah SAW
atau pada masa saat ayat al-qur’an diturunkan. Jadi kita mengetahui asbabun
nuzul itu dari penuturan para sahabat Nabi yang menyaksikan peristiwa itu.
hal ini berarti asbabun nuzul haruslah berupa riwayat yang dituturkan para
sahabat. Para sahabat dalam menuturkan sebab nuzul menggunakan ungkapan
(redaksi) yang berbeda dari satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.

7
Perbedaan ungkapan itu tentunya mengandung perbedaan makna yang
memiliki implikasi pada status sebab nuzulnya.5

Macam-macam ungkapan (redaksi) yang digunakan para sahabat untuk


menuturkan sebab nuzulnya , antara lain :

1. Kata ‫( سبب‬sebab) , contohnya

‫س َببُ نُ ُز ْو ِل هَـ ِذ ِه االَ َي ِة كــذَا‬


َ (sebab turunnya ayat ini)

Ungkapan (redaksi) ini disebut ungkapan (redaksi) yang sharih


(jelas/tegas). Maksudnya, sebab nuzul yang menggunakan redaksi ini,
menunjukkan betul-betul sebagai latar belakang turunnya ayat tidak
mengandung makna yang lain.

2. Kata ‫( فـــ‬maka) , contohnya

ُ‫َحدَثَتَ َكذَا َو َكذَا فَـنَزَ لَت اآليَة‬

(telah terjadi peristiwa ini dan itu maka turunlah ayat)


Ungkapan (redaksi) ini sama pengertiannya dengan penggunaan kata
sababu, yakni sama-sama sharih (jelas/tegas).

3. Kata ‫( في‬mengenai/tentang) , contohnya

‫ت َه ِذ ِه اآليَةُ فِ ْي َكذَا و كَـذَا‬


ْ َ‫نَزَ ل‬

(ayat ini turun mengenai ini dan itu)

5
Rudi Ahmad Suryadi, “Asbab Al-Nuzul dalam Tafsir Pendidikan,” Official website of Rudi
Ahmad Suryadi.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved
=2ahUKEwiUto7Xp6rhAhWb73MBHVjECq0QFjAAegQIAhAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.u
pi.edu%2Ffile%2F03_Asbab_a-Nuzul_dalam_Tafsir_Pendidikan_-
_Rudi.pdf&usg=AOvVaw0WNAZ7fdOS4Y_ytnat8Iow (14 Maret 2019)

8
Ungkapan seperti ini tidak secara tegas (ghairu sharih) menyebutkan
sebab turunnya ayat. Masih terdapat kemungkinan terkandung makna
lain.

a. Satu Ayat dengan Sebab Banyak (Ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid)

Jika ditemukan dua riwayat atau lebih mengenai sebab turunnya


ayat-ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan
berbeda dari yang disebutkan lawannya, maka riwayat ini harus diteliti
dan dianalisis. Permasalahannya ada empat bentuk, yakni :

1) Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan yang lainnya tidak.
2) Kedua, kedua riwayatnya shahih akan tetapi salah satunya memiliki
penguat (Murajjih) dan yang lainnya tidak
3) Ketiga, keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak memiliki
penguat (Murajjih). Akan tetapi keduanya dapat diambil sekaligus.
4) Keempat, keduanya shahih dan keduanya tidak memiliki penguat
(Murajjih),akan tetapi keduanya tidak mungkin diambil sekaligus.

Sebagai contoh penjelasan tentang turunnya surat al-Ikhlas


oleh Imam as-Suyuthi dalam kitabnya Lubaabun Nuquul fii Asbabin
Nuzul :6
Imam at-Tarmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan
dari Abu Aliyah dari Ubay bin Ka’ab bahwa suatu ketika orang-
orang musyrik berkata kepada Rasulullah,”Gambarkanlah kepada
kami bagaimana Tuhan engkau?”Allah lalu menurunkan ayat ini
hingga akhir surah.

Imam ath-Thabrani dan Ibnu Jarir meriwayatkan riwayat senada


dengan Jabir bin Abdillah. Dengan riwayat ini, sebagian pihak
berdalil bahwa surat ini adalah Makkiyah.

6
Fabie Ariandie, “Bermacam-macam Sebab Sedangkan Ayat Yang Turun Hanya Satu Dan
Sebaliknya,” Blog Fabie Ariandie. http://sangtaturi.blogspot.com/2013/07/pendahuluan-padamasa-
nabi-terkadang-ada.html (15 Maret 2019)

9
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika
kelompok Yahudi datang kepada Nabi saw. Di antara rombongan
tersebut terdapat Ka’ab bin Asyraf dan Huyay bin Akhtab. Mereka
lalu berkata,”Wahai Muhammad, gambarkanlah kepada kami ciri-
ciri Tuhan yang mengutus engkau itu ?!” Allah lalu menurunkan
ayat ini hingga akhir surah.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah, demikian pula Ibnu


Mundzir dari Said bin Jabir riwayat yang mirip dengan di atas.
Dengan riwayat ini, sebagian pihak berdalil bahwa surah ini adalah
madaniyah.

Singkatnya surat tersebut diturunkan dua kali, Yang pertama


diturunkan di Makkah sebagai jawaban terhadap kaum musyrikin
dan yang kedua di Madinah sebagai jawaban terhadap ahli kitab.

b. Banyaknya Nuzul dengan Satu Sebab (Ta’addud an-nazil wa al-asbab


wahid)
Terkadang banyak ayat yang turun sedangkan sebabnya hanya satu.
Karena itu banyak ayat yang turun dalam berbagai surat mengenai satu
peristiwa. Contohnya ialah apa yang diriwayatkan oleh Said bin
Manshur, Abdurrazaq, At-Tirmidzi, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abu
Hatim, Ath-Tharbani, dan Al-Hakim mengatakan shahih, dari Ummu
Salamah, ia berkata :

“Wahai Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebut kaum


perempuan sedikitpun mengenai hijrah. Maka Allah Menurunkan QS.
Ali-Imran :195 untuk menjawabnya.”

Begitu pula dengan hadist yag diriwayatkan Ahmad, Ibnu Jarir,


Ibnul Mundzir, Ath-Thabrani dan Ibnu Mardawaih dari Ummu Salamah,
ia berkata : “Aku telah bertanya, Wahai Rasulullah, mengapakah kami
tidak disebutkan dalam Al-Qur’an seperti kaum laki-laki? ‘Maka pada

10
suatu hari aku dikejutkan dengan seruan Rasulullah di atas mimbar.
Beliau membacakan: “Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, laki-
laki dan perempuan Mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah Menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-
Ahzab: 35)

Al-Hakim meriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata: “Kaum


laki-laki berperang sedang perempuan tidak. Di samping itu kami hanya
memperoleh warisan setengah bagian dibanding laki-laki. Maka Allah
menurunkan ayat: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang
telah Dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.
(Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan
bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan.
Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.” (An-Nisaa’ : 32)

Ketiga ayat di atas diturunkan karena satu sebab.

c. Beberapa Ayat yang Turun Mengenai Satu Orang

Terkadang seorang sahabat mengenai peristiwa lebih dari satu kali


dan Al-Qur’an turun mengenai satu peristiwa,maka dari itu kebanyakan
al-quran turun sesuai dengan peristiwa yang terjadi, misalnya seperti apa
yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab al-adahi mufiat tentang
berbakti kepada orang tua, dari Saad bin Abi Waqos ada empat ayat al-
quran turun berkenaan dengan aku :

11
1) Pertama, ketika ibuku bersumpah dia tidak akan makan dan minum
sebelum aku meninggalkan Muhammad lalu Allah menurunkan ayat,
” Dan jika memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya dan pergilah keduanya di dunia dengan
baik.”(luqman:15)
2) Kedua, ketika aku mengambil sebuah pedang dan mengaguminya,
maka aku berkata kepada Rasulullah, ”berikan aku pedang ini” maka
turunlah ayat. Mereka bertanya kepadamu tentang pembagian harta
rampasan perang (al-anfal:01).
3) Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah mengunjungiku dan aku
bertanya kepada beliau: ”Rasulullah aku ingin membagikan hartaku,
bolehkah aku mewasiatkan separuh nya?” Beliau menjawab: ”tidak”
aku bertanya: ”bagaimana jika sepertiganya?” Rasulullah diam.
maka wasiat dengan sepertiga harta itu diperbolehkan.
4) Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khomr)
bersama kaum ansor, seorang memukul hidungku dengan tulang
rahang unta, lalu aku datang kepada Rasulullah , maka Allah swt
melarang minum khomr. Dalam hal ini telah turun wahyu yang
sesuai dengan banyak ayat.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi di atas dapat disimpulkan bahwa Asbabun Nuzul
merupakan sebab turunnya ayat Al-Quran. Ada beberapa urgensi dalam
mempelajari Asbabun Nuzul tetapi yang paling mendasari dari urgensi-
urgensi tersebut yaitu agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
menerjemahkan maksud dan tujuan dari ayat di dalam Al-Quran. Adapun
penggunaan redaksi (ungkapan) dalam Asbabun Nuzul yakni para sahabat
menggunakan redaksi (ungkapan) yang berbeda dari satu peristiwa dengan
peristiwa lainnya. Perbedaan ungkapan itu tentunya mengandung perbedaan
makna yang memiliki implikasi pada status sebab nuzulnya.

B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini pembaca dapat lebih
memahami dengan mudah tentang Nuzulul Quran. Serta dengan adanya
catatan kaki/sumber pedoman yang penulis tulis diharapkan pembaca dapat
mencari tahu lebih lengkap mengenai makalah ini.

13
Daftar Pustaka

Anwar, Abu. Ulumul Quran Sebuah Pengantar, Cet. III; Jakarta: Amzah, 2009
Anwar, Rosihin. Ulum Al-Quran, Cet. V; Jawa Barat: CV Pustaka Setia, 2013
Abidin, Ari. “Pembahasan Asbabun Nuzul,” Official website of Ari Abidin.
https://www.academia.edu/15527341/PEMBAHASAN_ASBABUN_NUZ
UL (13 Maret 2019)
Alqur’anmulia, “Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-An’Am Ayat 145,” Official website
of Alqur’anmulia. https://alquranmulia.wordpress.com/2015/12/20/tafsir-
ibnu-katsir-surah-al-anam-ayat-145/ (13 Maret 2019)
Ariandie, Fabie. “Bermacam-macam Sebab Sedangkan Ayat Yang Turun Hanya
Satu Dan Sebaliknya,”Blog Fabie Ariandie.
http://sangtaturi.blogspot.com/2013/07/pendahuluan-padamasa-nabi-
terkadang-ada.html (15 Maret 2019)
Suryadi, RA. “Asbab Al-Nuzul dalam Tafsir Pendidikan,” Official website of
Rudi Ahmad Suryadi.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiUto7Xp6rhAhWb73MBHVjECq0QFj
AAegQIAhAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.upi.edu%2Ffile%2F03_Asb
ab_aNuzul_dalam_Tafsir_Pendidikan__Rudi.pdf&usg=AOvVaw0WNAZ
7fdOS4Y_ytnat8Iow (14 Maret 2019)

14

Anda mungkin juga menyukai