Anda di halaman 1dari 20

ASBABUN NUZUL AL-QUR”AN

MAKALAH

OLEH :
ADITYA RIZKY FADILLAH
NPM.18810005

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “ASBABUN NUZUL AL-QUR”AN”.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu syarat
penilaian untuk tugas semester ini dalam mata kuliah Hukum Perburuhan dan
Ketenagakerjaan.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalamanan
pengetahuan yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan
kepada Dosen mata kuliah maupun rekan rekan pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Asbabun Nuzul....................................................................4
B. Macam-Macam dan Pembagian Asbabun Nuzul..................................7
C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul........................................10
D. Manfaat dan HikmahMengetahui Asbabun-Nuzul...............................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi
Muhammad Saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an adalah
kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan
utama yang harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan agar  memperoleh
kebaikan di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an sendiri dalam proses penurunannya
mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur
dan bermacam-macam cara nabi menerimanya. Al-Qur’an diturunkan untuk
memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang
lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada
Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-
kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum
ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak
peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang
memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka dan
terkadang Pada masa Rasulullah ada suatu pertanyaan yang dilontarkan kepada
beliau, dengan maksud meminta ketegasan hukum atau memohon penjelasan
secara terperinci tentang urusan-urusan agama, sehingga turunlah beberapa ayat
dari ayat-ayat al-Qur’an untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul
itu. Hal yang seperti itulah yang dimaksud dengan asbabun nuzul atau sebab-
sebab turunnya al-Qur’an.
Ulama salaf tatkala terbentur kesulitan dalam memahami ayat, mereka
segera kembali berpegang pedoman asbabun nuzulnya. Dengan cara ini hilanglah
semua kesulitan yang mereka hadapi dalam mempelajari al-Qur’an tentang
“Asbabun Nuzul”.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang al-qur’an disebut dengan ilmu
‘Ulumul Quran. Sedangkan ‘Ulumul Qur’an itu sendiri masih terbagi lagi menjadi

1
beberapa aspek disiplin ilmu dan salah satu disiplin ilmu tersebut adalah
Asbabunnuzul.
Asbabun nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui, dikaji
dan diteliti oleh para mufassirin atau orang-orang yang ingin memahami Al-
Qur’an secara mendalam.
Dari sedikit paparan tentang al-Qur’an diatas, sehingga kita dapat
menyadari betapa penting al-Qur’an bagi umat muslim, jadi al-Qur’an bukan saja
cuma di baca dan di pahami maknanya, tetapi kita juga harus mengetahui
penyebab mengapa ayat-ayat dalm al-Qur’an diturunkan oleh Allah atau sering
disebut Asbabun Nuzul.
Dalam makalah ini saya akan membahas tentang asbab an-nuzul yaitu
peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat Al-Qur’an berkenaan
dengan terjadinya peristiwa tersebut, baik berupa kejadian ataupun suatu
pertanyaan yang diajukan kepada Rasullullah. Dalam pembahasan asbab-an nuzul
ini juga membahas berbagai macam yang berkaitan dengan asbab an-Nuzul ini
yang meliputi pengertian Asbabun Nuzul, macam-macam dan pembagiann
Asbabun Nuzul, redaksi Asbabun Nuzul , berbilangnya Asbabun Nuzul suatu ayat
dan manfaat mempelajari Asbabun Nuzul.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ?
2. Sebutkan macam-macam dan pembagian Asbab Al-Nuzul ?
3. Apa yang dimaksud redaksi Asbabun Nuzul ?
4. Apa yang dimaksud berbilangnya Asbabun Nuzul suatu ayat ?
5. Apa saja manfaat mempelajari Asbabun Nuzul ?

2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah atau karya tulis ini adalah sebagaimana
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Asbabun nuzul.
2. Untuk mengetahui macam-macam dan pembagian Asbab Al-Nuzul.
3. Untuk mengetahui redaksi Asbabun Nuzul.
4. Untuk mengetahui ayat yang turun mengenai satu orang.
5. Untuk mengetahui turunnya Al-Qur’an surat pertama sampai terakhir.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbab An-Nuzul

Kata asbāb al-nuzūl berasal dari dua kata, yaitu ‫ أسباب‬dan ‫النزول‬. Menurut
al-Munawwir, kata ‫ أسباب‬adalah bentuk plural dari kata ‫ السبب‬yang berarti sebab,
alasan, dan illat. Sedangkan kata ‫ النزول‬berasal dari kata ‫ نزل‬yang berarti turun.
Definisi asbāb al-nuzūl dari segi etimologis berarti sebab atau alasan
turunnya ayat-ayat al-Quran. Ungkapan asbāb al-nuzūl khusus dipergunakan
untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an.1
Sedangkan secara terminologi yang dirumuskan oleh para ulama,di
antaranya:
1. Menurut M. Hasbi al-Shiddieqy, asbāb al-nuzūl ialah sesuatu yang dengan
sebabnyalah turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab
itu, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan
hukumnya, pada masa terjadinya peristiwa itu.
2. Menurut Al-Zarqani dalam kitabnya Manahil Al-Irfan fi Ulum Al-
Quran,yang dimaksud dengan asbab nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
terjadi mengiringi ayat-ayat itu diturunkan untuk membicarakan peristiwa
tersebut,atau menjelaskan ketentuan hukumnya.
3. Menurut Manna Al-Qahtan asbab nuzul adalah sebagai peristiwa yang
menyebabkan ayat-ayat Al-Quran itu diturunkan waktu kejadian peristiwa
tersebut,baik berupa pertanyaan maupun kasusu-kasus tertentu.
4. Menurut As-Shabuni “Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan
dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
5. Suhbhi al-Shalih mendefinisikan asbāb al-nuzūl sebagai sesuatu yang
dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung

1
Rosihon Anwar, Ulumul Al-Quran (Bandung : Pustaka Setia, 2007). H. 60

4
sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan
hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut. 
Definisi ini memberikan pengertian bahwa sebab turun suatu ayat
adakalanya berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat-
ayat atau beberapa ayat turun untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan
peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap pertanyaan tertentu.
1. Sebab-sebab turun ayat dalam bentuk peristiwa ada tiga macam.
a. Peristiwa berupa pertengkaran, seperti perselisihan yang berkecamuk
anatara segolongan dari suku Aus dan segolongan dari suku Khazraj.
Perselisihan itu timbul dari intrik-intrik yang ditiupkan orang-orang
Yahudi sehingga mereka berteriak-teriak: “senjata,senjata”. Peristiwa
tersebuat menyebabkan turunnya beberapa ayat, diantaranya:

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-
orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.

Sampai beberapa ayat sesudahnya. Hal ini merupkan cara terbaik untuk
menjauhkan orang dari perselisihan dan merangsang orang untuk kepada sikap
kasih sayang, persatuan, dan kesepakatan,
b. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa seorang yang
mengimani salat sedang mabuk sehingga tersalah membaca surah Al-
Kafirun. Ia baca
c. Dengan tanpa “” Pada “. Peristiwa ini menyebabkan turunnya ayat:

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam

5
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.

Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk
bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.
d. Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-
persesuaian (muwafaqat) Umar bin Al-Khattab dengan ketentun-
ketentuan ayat –ayat Al-Quran. Dalam seajarah ada beberapa harapan
Umar yang dikemukakannya kepada Nabi Muhammad. Kemudian
turun ayat-ayat yang kandungannya sesuai dengan harapan-harapan
Umar tersebut. Sebagian Ulama menulisnya secara khusus. Sebagai
contoh, Imam Al-Bukhari dan lainnya meriwaytakan dari Anas ra.
Bahwa Umar berkata : “Aku sepakat dengan Tuhanku dalam tiga hal:
Aku katakan kepada Rasul, bagaimana sekiranya kita jadikan Makam
Ibrahim tenpat salat.
Aku katakan kepada Rasul , sesungguhnya istri-istrimu masuk kepada
mereka itu orang yang baik-baik dan oran yang jahat, maka bagaimana
sekiranya Engkau perintahkan kepada mereka agar bertabir, maka
turunlah ayat hijab .(Q.S. Al-Ahzab:53).; dan istri-istri Rasul
mengerumuninya pada kecemburuaan. Aku katakan kepada mereka:

Terjemahnya:

Jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti
kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang
beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang
berpuasa, yang janda dan yang perawan.

2. Sebab-sebab turun ayat dalam bentuk pertanyaan dapat dikelompokkan


kepada tiga macam, yaitu:
a. Pertama pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu,
seperti ayat

6
Terjemahnya:

mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain.


Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya".

b. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang


berlangsung pada waktu itu, seperti ayat:
c. Terjemahnya:dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit".
d. Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang, seperti
ayat
Terjemahnya:
(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari
kebangkitan, kapankah terjadinya?
Kata-kata ini mereka ucapkan adalah sebagai ejekan saja, bukan karena
mereka percaya akan hari berbangkit.2

B. Macam-Macam dan Pembagian Asbabun Nuzul

1. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan


dalam Riwayat Asbabun Nuzul
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan
riwayat asbabun Nuzul, yaitu sarih (jelas/visionable) dan muhtamilah
(kemungkinan/possible). Redaksi sarih artinya riwayat yang sudah jelas
menunjukkan asbabun nuzul, dan tiak mungkin pula menunjukkan yang lainnya.
Redaksi yang digunakan termasuk sarih bila perawi menggunakan:
 “Sebab turun ayat ini adalah ...”
 “Telah terjadi ..., maka turunlah ayat ...”
 “Rasulullah pernah ditanya tentang ..., maka turunlah ayat ...”
Contoh riwayat asbabun nuzul yag menggunakan redaksi sarih ialah
sebuah riwayat yang disampaikan oleh Jabir bahwa orang-orang Yahudi berkata,

2
Ahmad Syadali, Ahmad Rofi’i Ulumul Quran I (Bandung : Pustaka Setia, 1997). H. 90-94

7
“Apabila seorang suami mendatang istrinya dari belakang, anak yang lahir akan
juling.” Maka turunlah ayat:
Adapun redaksi muhtamilah bila perawi mengatakan:
 “Ayat ini turun berkenaan dengan ...”
 “Saya kira ayat ini turun berkenaan dengan ...”
Contohnya ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa
Zubair mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang pernah
ikut dalam perang badar bersama Nabi saw., di hadapan Nabi saw. tentang saluran
air yang mengalir dari tempat yang tinggi; keduanya mengairi kebun kurma
masing-masing dari situ. Orang ansar berkata: “ biarkan airnya mengalir.” Tetapi
Zubair menolak. Maka Nabi saw. bersabda: “airi kebunmu itu Zubair, kemudian
biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang ansar itu marah, katanya: “
Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat demikian?” wajah
Rasulullah menjadi merah. Kemudian Ia berkata: “airi kebunmu Zubair, kemudian
tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun
tetanggamu.” Rasulullah dengan keputussan ini telah memenuhi hak Zubair,
padahal sebelum itu ia mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran
kepadanya dan kepada Orang Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang
ansar itu, ia memenuhi hak Zubair secara nyata. Maka kata Zubair: “Aku tidak
mengira ayat berikut ini turun kecuali mengenai urusan tersebut: (Q.S. An Nisaa:
65)3
2. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu
Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul
a. Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta’addud As-Sabab wa
Nanzil Al-Wahid)
Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul
dalam satu versi. Untuk mengatasi variasi riwayat asbabun nuzul
dalam satu ayat dari sisi redaksi dan dari sisi kualitas, para ulama
mengemukakan cara-cara berikut:

3
Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran, (cet. Xiv; Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011), hal. 122.

8
Dari sisi redaksi:
1) Tidak mempermasalahkan; cara ini digunakan apabila riwayat-
riwayat asbabun nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilah.
2) Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan
redaksi sarih; cara ini digunakan bila salah satu versi riwayat
asbabun nuzul itu tidak menggunakan redaksi sarih.
3) Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini digunakan apabila
seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sarih, tetapi kualitas
salah satunya tidak shahih.4
Dari sisi kualitas:
1) Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika
terdapat dua versi riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat,
terdapat versi yang shahih dan tidak shahih.
2) Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi
Asbabun Nuzul berkualitas sama-sama shahih.
3) Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas
sama-sama tidak shahih.5
b. Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-
Wahid)
Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua
ayat atau lebih. Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat
yang diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya
berselang lama adalah riwayat Asbabun Nuzul yang diriwayatkan oleh
Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn
Abbas tentang turunnya surat Al Mujadalah ayat 18-19.6
3. Ditinjau dari segi latar belakangnya ada dua, yaitu:
a. pertama, ada suatu kejadian, lalu turunlah ayat yang menjelaskan
kejadian tersebut.

4
Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Cet.v; Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal.70.
5
Rosihon Anwar, Ulum Alquran. hal. 72-74.
6
Rosihon Anwar, Ulum Alquran. hal. 76.

9
b. Kedua, ada yang bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu hal, lalu
turunlah ayat yang menjelaskan/menjawab pertanyaan yang
disampaikan kepada Nabi saw.7

C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul


Asbab An-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah
SAW. Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya, selain
berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql ash-shalih) dari
orang-orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat Al-
Quran.8
Dengan demikian, seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan
kehati-hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan asbab An-Nuzul
untuk itu, dalam kitab Asbab An-Nuzulnya, Al-Wahidy menyatakan :
“Pembicaraan asbab an-Nuzul, tidak dibenarkan, kecuali dengan
berdasarkan riwayat dan mendengar dari mereka yang secara langsung
menyaksikan peristiwa nuzul, dan bersungguh-sungguh dalam
mencarinya.”
Para ulama salaf sangat keras dan ketat dalam menerima berbagai riwayat
yang berkaitan dengan asbab an-Nuzul. Keketatan mereka itu dititikberatkan pada
seleksi pribadi si pembawa riwayat (para rawi), sumber riwayat (isnad) dan
redaksi berita (matan).
Akan tetapi, perlu dicatat bahwa sikap kekritisan mereka tidak dikenakan
terhadap materi Asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi. Mereka
berasumsi bahwa apa yang dikatakan sahabat nabi, yang tidak masuk dalam
lapangan penukilan dan pendengaran, dapat dipastikan ia mendengar ijtihadnya
sendiri.9
Dalam hal ini Ibnu Sirin berkata “ Aku bertanya kepada ‘Ubaidah tentang
satu ayat dari al-Qur’an, maka beliau berkata “ Bertaqwalah kepada Allah dan

7
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (cet. 1; Jakarta:
Rajawali Press, 2013), hal. 106.
8
Az-Zarqany, op. Cit., hlm. 113-114; Ash-Shabuny, op. Cit., hlm. 23; Shalih, op. Cit., hlm.
135.
9
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. hal. 52.

10
berkatalah dengan perkataan yang benar, orang-orang yang mengetahui dalam hal
apa ayat-ayat al-Qur’an diturunkan Allah telah pada meninggal “,
Maksudnya bahwa memahami asbab an-nuzul tidak bisa semata-mata
dengan logika, tetapi hanya dengan mengetahui riwayat yang dapat
dipertanggungjawabkan validitasnya. Disini kita juga menangkap sikap kehati-
hatian generasi salaf dalam menerima rawayat hadist, hususnya yang berkaitan
dengan asbab an-nuzul, agar terhindar dari riwayat yang palsu. Cara mengetahui
Asbab an-nuzul melalui periwayatan yang sahih tersebut terkadang dapat dilihat
dai ungkapan perawi yang mengatakan, “sabab nuzul al-ayah kadza” (sebab
turunnya ayat demikian). Ada kalanya asbab an-nuzul tidak diungkap dengan kata
sabab (sebab), tetapi diungkapkan dengan kalimat “fa nazalat” (lalu turun ayat).
Misalnya perawi mengatakan “su’ila an-nabiy salla Allah ‘alaihi wa sallam ‘an
kadza, fa nazalat…..(Nabi SAW ditanya tentang suatu hal, lalu turun ayat…)”.
Selain itu, terkadang perawi mengungkapkan asbab an-nuzul dengan
pernyataan, “nuzilat hazihil ayah fi kadza (ayat ini diturunkan dengan kasus
demikian), Menurut jumhur ulama tafsir, apabila ungkapan perawi demikian,
maka itu merupakan peryataan yang tegas dan dapat diprcaya sebagai asbab an-
nuzul satu atau beberapa ayat al-Qur’an. Akan tetapi Ibnu Taymiyah, fakih dan
mifassir Mazhab Hanbali, berpendapat bahwa ungkapan “nuzilat hadzihi ayah fi
kadza” terkadang menyatakan sebab turunya ayat, namun terkadang juga
menunjukkan kandungan ayat yang diturunkan tanpaasbab an-nuzul.
Yang mempunyai otoritas untuk mengungkapkan asbab nuzul ayat-ayat
Al-Quran adalah para sahabat Nabi, karena merekalah yang menyaksikan
turunnya ayat-ayat Al-Quran tersebut. Dengan demikian, pelacakan asbab nuzul
harus diakukan dengan mencari dan mempelajari perkataan-perkataan sahabat
yang mengungkapkan proses turunnya ayat-ayat Al-Quran itu,atau riwayat-
riwayat yang bermuara minimal para sahabat.
Kalau perkataan sahabat tersebut juga mengungkapkan tentang perkataan
atau perbuatan Rasulullah yang berhubungan dengan turunnya ayat-ayat Al-
Quran, maka kedudukannya menjadi hadis marfu, dan sangat berpeluang untuk
memperoleh kualitas hadis sahih. Tetapi, kalau perkataan mereka itu, tidak

11
menyinggung sedikitpun tentang Rasulullah, maka hadisnya menjadi mauquf.
Oleh sebab itu, wajar kalau para sarjana ilmu Al-quran, kemudian menyimpulkan
bahwa hadis-hadis tentang asbab nuzul itu, pada umumnya lemah karena tidak
sampai pada Rasulullah.
Akan tetapi hadis-hadis tentang asbab nuzul tidak menyangkut tentang
ajaran keagamaan, tetapi sekedar mengemukakan tentang latar belakang, atau
berbagai peristiwa yang mengiringi turunnya ayat. Oleh sebab itu, kendati lemah,
hadis-hadis tersebut dapat digunakan, sebagai bahan referensi untuk memahami
pesan-pesan ayat Al-Quran.
Cara-cara melihat ungkapan asbab nuzul, secara umum disimpulkan oleh
para ulama ada empat yaitu:
1. Diungkapkan dengan kata-kata sebab
2. Diungkapkan dengan kata fa ( maka )
3. Diungkapkan dengan kata nuzuli fi ...
4. Tidak diungkapkan dengan simbol-simbol kata di atas,tetapi alur ceritanya
menunjukkan sebagai ungkapan asbab nuzul .

D. Manfaat dan Hikmah Mengetahui Asbabun-Nuzul

Pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul memiliki banyak hikmah,


diantaranya:
1. Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’
terhadap kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa, karena
sayangnya kepada umat.
2. Mengkhususkan (membatasi) hukum yang diturunkan dengan sebab yang
terjadi, bila hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.
3. Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas
pengakuannya, maka pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul membatasi
pengkhususan itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
4. Mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna
Alquran dan menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat
yang tidak dapat ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya.

12
5. Sebab nuzul dapat menerangkan kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga
ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan
permusuhan dan perselisihan.10
Lalu, as-Suyuthi secara tegas menyalahkan siapa pun yang menafikan
peranan ilmu sabab nuzul dalam menafsirkan Alquran, ada beberapa kegunaan
yang bisa dipetik dari mengetahui sabab nuzul, di antaranya:
1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyari’atan
hukum,
2. Dalam mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah:
“ bahwasanya ungkapan (teks) Alquran itu didasarkan atas kekhususan
sebab, dan
3. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Alquran itu
bersifat umum, dan terkadang memerlukan pengkhususan yang
pengkhususan itu sendiri justru terletak pada pengetahuan tentang sebab
turun ayat itu.11
Akan halnya as-Suyuthi, yang mengemukakan manfaat sabab nuzul
demikian simpel dan sederhana, al-Buthi juga berpendapat bahwa mengetahui
asbabun nuzul memiliki kepentingan yang sangat besar dan mendasar. Terutama
dalam rangka memperjelas makna ayat Alquran dan mengindahkan hakikat
penafsirannya. Karena tidak jarang ayat-ayat Alquran yang dilalah lahiriah
(petunjuk formal-tekstualnya) tidak sesuai dengan sasaran (faktual-kontekstual)
yang ingin dicapai oleh ayat itu sendiri. Dan itu hanya dimungkinkan utnuk
mengetahui secara tepat manakala sang mufassir memahami sabab nuzul ayat. al-
Buthi pun menyebutkan macam-macam faedah dari memelajari ilmu asbabun
nuzul, yaitu:
1. Mengenali hikmah bagaimana cara Allah swt. menerangkan hukum-
hukum yang disyariatkan-Nya dengan melibatkan sabab nuzul;
2. Sangat membantu memahami ayat dalam rangka menghindari dari
kemungkinan timbul kesulitan daripadanya; serta menolak kemungkinan
10
Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran. Hal. 114.
11
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013),
hal. 204.

13
dugaan pembatasan dari redaksi ayat secara literal mengisyaratkan
pembatasan itu;
3. Membatasi hukum dengan sebab tertentu bagi mereka yang menganut
kaidah ungkapan (ibarat) itu didasarkan atas kekhususan sebab, bukan
keumuman teks;
4. Mengetahui bahwa sabab nuzul itu tidak akan keluar dari koridor hukum
ayat tatkala ditemukan pengkhusus;
5. Mengetahui secara jelas kepada siapa turunnya ayat itu ditujukan;
6. Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah swt.
ke dalam hati orang-orang yang mendengar ayat-ayat Alquran;
7. Meringankan hafalan, mempermudah pemahaman dan semakin-makin
menguatkan keberadaan wahyu Alquran di dalam hati setiap orang yang
mendengarkan ayat Alquran manakala dia mengetahui sabab nuzul-nya.12
Manfaat mengetahui Asbab an Nuzul menurut ulama lainnya, diantaranya
adalah:
1. Ibnu Al- Daqiq, mengetahui asbabun nuzul ayat merupakan metode yang
utama dalammemahami pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an
2. Ibnu Taimiyah, mengetahui asbabun nuzul membantu dalam memahami
ayat Al-Qur’an, karena mengetahui sebab juga mengetahui musabab.
3. Al-Wahidi, tidak mungkin seorang dapat menafsirkan suatu ayat tanpa
mengetahui sejarah turunnya dan latar belakang masalahnya.

BAB III
PENUTUP

12
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran. hal. 213.

14
3.1 Kesimpulan:
Kata Asbabun-Nuzul (‫ )أسباب النزول‬terdiri atas kata asbab (‫ )أسباب‬dan an-
nuzul (‫)ال]]نزول‬. Asbab adalah kata jamak (plural) dari kata mufrad (tunggal)
sabab,yang secara etimologis berarti sebab, alasan, illat (dasar logis), perantaraan,
wasilah, pendorong (motifasi), tali kehidupan, persahabatan, hubungan
kekeluargaan, kerabat, asal, sumber dan jalan.
Kedudukan asbab an-nuzul dalam pemahaman Al-Qur’an sangat
membantu dalam memahami Al-Qur’an, apabila tidak niscaya banyak
kekeliruannya. Kebanyakan ulama untuk menjadikan pedoman hukum lebih
sepakat pada “umum lafadh” daripada “khusus sebab”, karena mempunyai tiga
macam dalil yaitu: pertama, lafadh syar’I saja yang menjadikan hujjah dan dalil.
Kedua, kaidah tersebut ditanggungkan kepada makna selama tidak ada
pemalingannya dari makna tersebut. Ketiga, para sahabat dan mujtahid
kebanyakan tanpa memerlukan qias atau mencari dalil apabila berhujjah dengan
lafadh yang umum dari sebab yang khusus.
    Dari uraian diatas kita dapat memahami bahwa asbabun nuzul tidak bisa
dipisahkan dengan kajiana al-Qur’an, terutama untuk mengambil kesimpulan dari
ayat-ayat hukum. Dan dapatlah kita ketahui bahwasannya al Quran mengandung
banyak nilai-nilai kehidupan maka dari itu kita patutlah mempelajarinya. Al
Qur’an sebagai mukjizat yang di anugrahkan kepada nabi Muhammad adalah
salah satu kitab Allah yang paling sempurna diantara kitap suci yang lain. Al
Quran diturunkan kepada nabi Muhammad melalui beberapa cara yang mana
dalam penurunan Al-Quran itu sendiri diberikan secara berangsur-angsur atau
bertahap.

3.2 Saran
Sebagai kalamullah sudah sepantasnya lah kita
mencintai,memelihara,mempelajari segala nilai-nilai yang terdapat pada Al-Quran
tersebut dengan sebaik mungkin, salah satu wujud bahwa kita mencintai al
Quran dengan cara banyak membaca Al-Quran serta mengamalkan nilai yang ada
di dalamnya. Maka untuk itu marilah kita bersama-sama berusaha untuk

15
memahami apa yang terkandung dalam al Quran sebagai kitap suci kita yang
diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad.
Penulis berharap, semoga setelah mempelajari dan memahami makalah
ini, kita dapat mengamil hikmah dari pelajaran asbabun nuzul ini, dan semoga
kita dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. ‘Amin
Yaa Rabbal ‘Alamiiin…

DAFTAR PUSTAKA

16
Ahmadehirjin, Moh., Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Primayasa, 1998.

al-Qaththan, Manna Khalil.. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
2011.

Anshori. Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: Rajawali


Press. 2013.

Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Shaleh, Qamruddin dkk, Asbabun Nuzul, Diponegoro, Bandung, 1992.

Syadali, Ahmad dan Rofi’i, Ahmad. Ulumul Quran I. Bandung: Pustaka Setia:1997

Wahid, Rahli Abdul. Ulumul Qur’an. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1996.
Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an. Bina Ilmu. Surabaya. 1982.

17

Anda mungkin juga menyukai