Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASBABUN NUZUL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Endang Samsudin, S.Pd.,M.Pd

Oleh :
Rama Aditya
Erpan Fauzi
Anggun Gunawan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NAHDATUL ULAMA
STITNU AL-FARABI
PANGANDARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pertama kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan nikmat-Nya kami diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa pula sholawat dan salam kami
curahkan kepada Rasulullah SAW semoga kita selalu dalam lindungan beliau.
Makalah yang berjudul tentang Asbabun Nuzul ini disusun untuk melengkapi
tugas kelompok mata kuliah Pembelajaran Ulumul Qur’an. Penulisan makalah ini
dimungkinkan oleh adanya bantuan dan bimbingan dari berbagi pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan kepada:
1. Dosen pembimbing mata kuliah Ulumul Qur’an Pak Endang Samsudin,
S.Pd.,M.Pd
2. Teman-teman yang sudah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan karena masih dalam proses belajar. Oleh karena itu, kami dengan
terbuka dan senang hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih dan kurang lebihnya mohon maaf,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul...............................................................
B. Macam – Macam Asbabun Nuzul....................................................
C. Ungkapan – Ungkapan Sebab Nuzul...............................................
D. Urgensi dan Kegunaan Asbabun Nuzul...........................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan dan saran.......................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan untuk member petunjuk kepada manusia kearah
tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan
yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga
memberitahukanhal yang telahlalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta
berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum
ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan
banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka peristiwa
khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi
mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui
hukum Islam mengenai hal itu. Maka Qur’an turun untuk peristiwa khusus
tadi atau untuk pertanyaan yang muncul itu. Hal itulah yang dinamakan
Asbabun Nuzul.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dari Asbabun Nuzul?


2. Apa Macam-Macam Asbabun Nuzul?
3. Bagaimana Ungkapan-Ungkapan Sebab Nuzul?
4. Bagaimana Urgensi Dan Kegunaan Asbabun Nuzul?
C. Tujuan masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Asbabun Nuzul


2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Asbabun Nuzul
3. Untuk Mengetahui Ungkapan-Ungkapan Sebab Nuzul
4. Untuk Mengetahui Urgensi Dan Kegunaan Asbabun Nuzul
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul


Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari
kata “asbab” dan “nuzul”.Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab
yang melatar belakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang
melatar belakangi terjadinya sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul, namaun dalam
pemakaiannya, ungkapan Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk
menyatakan sebab-sebab yang melatar belakangi turunya al-qur’an, seperti
halnya asbab al-wurud yang secara khusus digunakan bagi sebab-sebab
terjadinya hadist
Sedangkan secara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapat diartikan
sebagai sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-Quran kepada
Nabi Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan
penjelasan atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban.
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’, diantaranya :
a. Menurut Az-Zarqani :
“Asbabun Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada
hubunganya dengan turunya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada
saat peristiwa itu terjadi.”
b. Ash-Shabuni :
Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunya
satu atau beberapa ayat mulia yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang
berkaitan dengan urusan agama.
c. Shubhi Shalih :
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat. Al-qur’an (ayat-ayat)terkadang menyiratkan peristiwa itu,
sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat
peristiwa itu terjadi.”
d. Al-Wakidy
Asbabun Nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun
“sebelumnya” itu masanya jauh, seperti adanya peristiwa gajah dengan
surat Al-Fiil.
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-qur’an itu
sangat beragam, di antaranya berupa:konflik sosial seperti ketegangan yang
terjadi amtara suku Aus dan suku Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah
seorang sahabat yang mengimami sholat dalam keadaan mabuk: dan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik
berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi.
Persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul atau
tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para uulama’. Sebagian
ulama’ berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun
Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatar belakanginya (Ibtida’), dan
adapula ayat Al-Qur’an itu diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh suatu
peristiwa (ghair ibtida’).
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi,
ada yang menguatkan bahwa kesejarahan Arabia pra-Qur’an pada masa turunnya
Al-Qur’an merupakan latar belakang makro Al-Qur’an; sementara riwayat-
riwayat Asbabun Nuzul merupakan latar belakang mikronya. Pendapat ini
berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Qur’an memiliki sebab-sebab yang
melatarbelakanginya.

B. Macam – Macam Asbabun Nuzul


Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat
dibagi kepada;
1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid
Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/
wahyu.Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa
atau sebab, misalnya turunnya Q.S. Al-Ikhlas: 1-4, yang berbunyi:
Artinya: “Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan
tiada pula di peranakkan. Dan tiada seoarangpun yang setara dengan
dengan dia.
Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan
terhadap orang-orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap
kaum ahli kitab yang ditemui di madinah setelah hijrah.
Contoh yang lain: “peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharah)
shalat wustha. Berdirilah untuk Allah(dalam shalatmu) dengan khusyu”.
Ayat di atas menurut riwayat diturunkan berkaitan dengan beberapa
sebab berikut;
a. Dalam sustu riwayat dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di
waktu hari yang sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan
oleh para sahabat. Maka turunnlah ayat tersebut di atas. (HR. Ahmad,
bukhari, abu daud).
b. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw.. Shalat dzuhur di
waktu yang sangat panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari satu
atau dua saf saja yang mengikutinya. Kebanyakan diantara mereka
sedang tidur siang, adapula yang sedang sibuk berdagang. Maka
turunlah ayat tersebut diatas (HR.ahmad, an-nasa’i, ibnu jarir).
c. Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman rasulullah SAW. Ada
orangorang yang suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di
sampingnya saat meraka shalat. Maka turunlah ayat tersebut yang
memerintahkan supaya diam pada waktu sedang shalat (HR. Bukhari
muslim, tirmidhi, abu daud, nasa’i dan ibnu majah).
d. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang
bercakapcakap di waktu shalat, dan ada pula yang menyuruh
temannya menyelesaikan dulu keperluannya(di waktu sedang shalat).
Maka turunlah ayat ini yang sedang memerintahkan supaya khusyuk
ketika shalat.
2. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid
Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya beberapa
ayat.Contoh: Q.S. Ad-dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi:

Artinya: maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.

Artinya: “sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak


sedikit sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar)”.

Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman


yang keras. Sesungguhnya kami memberi balasan”.
Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat
dikemukakan, ketika kaum Quraisy durhaka kepada nabi saw.. Beliau berdo’a
supaya mereka mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah
terjadi pada zaman nabi yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan,
sampaisampai merekapun makan tulang, sehingga turunlah (QS. Ad-
dukhan/44: 10). Kemudian mereka menghadap nabi saw untuk meminta
bantuan. Maka rasulullah saw berdo’a agar di turunkan hujan. Akhirnya
hujanpun turun, maka turunnlah ayat selanjutnya (QS. Ad-dukhan/44: 15),
namun setelah mereka memperoleh kemewahan merekapun kembali kepada
keadaan semula (sesat dan durhaka) maka turunlah ayat ini (QS. Ad-
dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut dikemukakan bahwa siksaan itu akan
turun di waktu perang badar.
C. Ungkapan Ungkapan Sebab Nuzul
Ungkapan-ungkapan yang  digunakan para sahabat untuk menunjukan
sebab turunnya Al-Qur’an tidak selamanya sama. Ungkapan-ugkapan
itu ada beberapa bentuk sebagai berikut:[1]
1. Sabab al-nuzul disebutkan dengan ungkapan yang jelas, seperti:
‫سبب نزو ل هذ ه اال ية كذا‬  
(sebab  turunya ayat ini demikian). Ungkapan ini secara definitif menunjukan
sabab al-nuzul dan tidak mengandung kemungkinan makna lain.
2. Sabab al-nuzul  tidak ditunjukan dengan lafal sabab, tetapi dengan
mendatangkan lafal (‫ )ڧ‬yang masuk kepada ayat dimaksud secara langsung
setelah pemaparan suatu peristiwa atau kejadian. Ungkapan seperti  ini juga
menunjukan bahwa peristiwa itu adalah sebab bagi turunnya ayat tersebut. 
Misalnya ialah sabab al-nuzul  yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir.
Jabir berkata: “orang-orang Yahudi berkata:  “Barang siapa yang menggauli
isterinya pada kubulnya dari arah duburnya, anaknya kan lahir dengan
keadaan juling”. Maka  Allah menurunkan ayat QS. Al-Baqarah: 223
3. Sabab Al-nuzul dipahami secara pasti dari konteksnya. Dalam hal ini, Rasul
ditanya orang, maka ia diberi wahyu dan menjawab pertanyaan itu dan
menjawab pertanyaan itu dengan ayat yang baru diterimanya. Para mufassir
tidak menunjukan sabab turunnya dengan lafal sabab al-nuzul dan tidak
dengan mendatangkan (‫)ڧ‬. Akan tetapi sabab al-nuzulnya dipahami melalui
konteks dan jalan ceritanya, seperti sebab turunnya ayat tentang ruh yang
diriwayatkan oleh ibn mas’ud terdahulu.
4. Sabab al-nuzul tidak disebutkan dengan ungkapan sebab secara jelas, tidak
dengan mendatangkan (‫ )ڧ‬yang menunjukan sebab, dan tidak pula berupa
jawaban yang dibangun atas dasar pertanyaan. Akan tetapi, dikatakan: ‫سبب‬
‫ذا‬YY‫ةڧ ك‬YY‫ذ ه اال ي‬YY‫زو ل ه‬YY‫ن‬ ungkapan seperti ini tidak secara definitif menunjukan
sebab, tetapi ungkapan ini mengandung makna sebab dan makna lainnya,
yakni tentang kasus hukum  kasus atau persoalan yang sedang dihadapi. Al-
Zakasyi  menyebutkan bahwa telah dimaklumi dari kebiasaan para sahabat
dan para tabi’in bahwa jika salah seorang mereka berkata: “Ayat ini
diturunkan tentang demikian, maka sesungguhnya ia maksudkan ayat ini
mengandung hukum ini,  dan ini bukan sebab bagi turunnya ayat tersebut.
Namun, menurut Al-Zarqani, satu-satunya  jalan untuk menentukan salah satu
dari dua makna yang terkandung dalam ungkapan-ungkapan itu adalah
konteks pembicaraannya. Tampaknya, Al-Zarqani telah memberikan jalan
tengah untuk menyelesaikan persoalan ini. Selanjutnya, Al-zarqani
menjelaskan bahwa jika ditemukan dua ungkapan tentang persoalan yang
sama, salah satu daripadanya secara nash menunjukan sebab turunnya suatu
ayat atau sekelompok ayat, sedang lainnya tidak demikian, maka diambil
ungkapan  yang pertama dan yang lainnya dianggap penjelasan bagi hukum
yang terkandung dalam ayat tersebut.
Menurut Al-Zarqani, yang  menjadi pegangan dalam menerangkan
sebab turunnya ayat tersebut adalah riwayat jabir, karena riwayatnya
bersifat naqli  dan jelas menunjukkan sebab. Sedangkan riwayat Ibn Umar
merupakan istinbath (penggalian hukum) dan dipahamkan sebagai penjelasan
bagi hukum mendatangi (menggauli) isteri-isteri pada dubur mereka, yaitu
haram.

D. Urgensi dan Kegunaan Asbabun Nuzul


1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam

menangkap pesan ayat-ayat Al-Qur’an.

2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.

3. Menghususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an, bagi

ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab

yang bersifat khusus(khusus al-sabab) dan bukan lafazh yang bersifat

umum(umum al-lafaz).

4. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.

5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk

memantapkan wahyu kedalam hati orang yang mendengarnya.

Dalam uraian yang lebih rinci, Az-Zarqani mengemukakan urgensi

Asbab an-Nuzuldalam memahami al-Quran , sebagai berikut:

1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam

menangkap pesan ayat-ayat al-Quran.Diantaranya dalam surat al-baqoroh

ayat 115
“ Dan kepunyaan Allah lah Timur dan Barat; maka ke mana juga pun kamu

menghadap, disanapun ada wajah Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha

Luas lagi Maha Mengetahui.”

bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus sholat,

dengan melihat zahir ayat diatas sesorang boleh menghadap kearah mana saja

sesuai dengan kehendak hatinya. Ia seakan-akan tidak menghadap kiblat

ketika sholat. Akan tetapi ketika melihat asbab an-nuzul-nya, tahapan bahwa

interpretasi tersebut keliru. Sebab, ayat diatas berkaitan dengan sesorang yang

sedang berada dalam perjalanan dan melakukan sholat diatas kendaraan, atau

berkaitan dengan orang yang berjihad dalam menentukan arah kiblat.

2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.

3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran, bagi ulama

yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat

khusus (khusus As-sahab) dan bukan lafadz yang bersifat umum (umum al-

lafadz).

4. Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas

pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi

pengkhususan itu hanya terhadap yang selain sebab. Dan bentuk sebab ini

tidak dapat dikeluarkan (dari cakupan lafal yang umum itu), karena

masuknya bentuk sebab ke dalam lafal umum itu bersifat qat’i (pasti). Maka

ia tidak boleh dikeluarkan melalui ijtihad, karena ijtihad itu bersifat zanni

(dugaan). Pendapat ini dijadikan pegangan oleh ulama umumnya.

5. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat tersebut turun.


6. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat Al-Quran, serta untuk

memantapkan wahyu kedalam hati orang yang mendengarkan. Sebab,

hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum, peristiwa, dan pelaku, masa dan

tempat merupakan satu jalinan yang bias mengikat hati.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asbab an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk
memberikan keterangan terhadap turunnya ayat Alquran dan memberinya
konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini
hanya melingkupi peristiwa pada masa Alquran masih turun (ashr at-tanzil).
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat kita bagi
kepada; Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid danTa’adud an-nazil wa al-
asbab wahid.Ungkapan-ungkapan atau redaksi yang di gunakan oleh para
sahabat untuk menunjukkan turunnya al-qur’an tidak selamanya sama.
Redaksi itu secara garis besar dikelompokkan dalam dua kategori yaitu Sarih
(jelas) dan Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti).Asbab an-
nuzul mempunyai arti penting dalan menafsirkan al-qur’an. Seseorang tidak
akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat asbab an-
nuzul suatu ayat. Pemahaman asbab annuzul akan sangat membantu dalam
memahami konteks turunnya ayat. Ini sangat penting untuk menerapkan ayat-
ayat pada kasus dan kesempatan yang berbeda. Peluang terjadinya kekeliruan
akan semakin besar jika mengabaikan riwayat asbab an-nuzul.
B. Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah
wawasan kita untuk mengetahui tentang tasawuf Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah An Nahdhiyah. Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah
kita masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat
kami harapkan dari teman-teman semua, supaya lebih baik untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Abu. Ulumul Qur’an. Jakarta: Amzah, 2005.


Izzan, Ahmad. Ulumul Qur’an. Bandung: Tafakur, 2011.
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qur’an. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.
http://robiagushariyanto333.blogspot.com/2014/02/ungkapan-dalam-
sabab-al-nuzul-dan.html

Anda mungkin juga menyukai