Anda di halaman 1dari 16

ASBABUN NUZUL

Dibuat Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah

STUDY AL-QUR’AN

Dosen Pengampu : Drs. H. Zainal Arifin, M.A

Disusun Oleh : Kelompok I

1. Akbar Winardi : 12220211755


2. Aldian Syah H : 12220212801
3. Alfaridzi Yofan B : 12220211852
4. Aidil Ramadanil : 12220212616

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH (HES) C


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunianya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan judul “ASBABUNNUZUL”.
Shalawat dan salam,tidak lupa pula kita sampaikan kepada baginda
Rasulullah SAW,dengan melafadzkan Allahumma Shalli „Ala Sayyidina
Muhammad.Selain itu,pada kesempatan ini kami juga ingin
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Zainal Arifin, M.A selaku dosen mata kuliah
Study Al-Quran.
2. Teman-teman anggota kelompok 1 yang ikut bekerja sama atas
penyelesaian makalah ini.
3. Rekan-rekan kami yang telah memberikan dukungan kepada
kami.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan


tentang Asbabunnuzul serta dapat mengambil hikmah dari makalah
ini,terlepas dari kesalahan yang mungkin terdapat dalam makalah
ini,penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya,karna kesalahan adalah
hakikat bagi seorang manusia yang fana,sedangkan kesempurnaan hanya
milik Allah SWT.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh..

Pekanbaru, 1 Oktober 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

A. Pengertian Asbabun Nuzul ............................................................................................. 2

B. Macam – macam Asbabun Nuzul.................................................................................. 3

C. Ungkapan tentang Asbabun Nuzul ................................................................................. 5

D. Manfaat Asbabun Nuzul................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia


kearah tujuan yang terang benderang dan jalan yang lurus dengan
menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada
Allah SWT dan risalahnya,juga memberitahukan hal yang telah
lalu,kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan
dating.

Sebagian besar Al-Quran pada mulanya diturungkan untuk tujuan


umum,tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah
menyaksikan banyak pristiwa sejarah,bahkan terjadi diantara mereka
pristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih
kabur bagi mereka.Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah
untuk mengetahui hukum islam mengenai hal itu.Maka Quran turun
untuk pristiwa khusus tadi atau pertanyaan yang mucul itu.Hal itulah
yang dinamakan Asbabunnuzul.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asbabunnuzul?
2. Macam-macam dari Asbabunnuzul?
3. Beberapa ungkapan dan pernyataan tentang Asbabunnuzul?
4. Apa saja kegunaan dan manfaat mempelajari Asbabunnuzul?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk megetahui pengertian Asbabunnuzul.
2. Untuk mengetahui macam-macam Asbabunnuzul.
3. Untuk mengetahui beberapa ungkapan tentang Asbabunnuzul.
4. Untuk mengetahui kegunaan dan manfaat mempelajari
Asbabunnuzul.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul


Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentukidhafah dari kata“asbab”
dan “nuzul”, Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang
Melatarbelakangi terjadinya sesuatudapat disebut asbab an-nuzul, dalam
Pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan
Sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Alquran1, seperti halnya asbab
alwurud secara khusus digunakan bagi sebab terjadinya hadist. Banyak
pengertiannya terminologi yang di rumuskan oleh para ulama, di Antaranya:

1. Menurut Az-zarqoni: Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu


Yang terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-qur‟an yang
berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.2
2. Ash-shabuni: asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang
berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa
pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan
dengan urusan agama”. 3
3. Subhi shalih: asbab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya
Satu atau beberapa ayat al-qur‟an yang terkadang menyiratkan suatu
Peristiwa, sebagai respon atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum
Ketika peristiwa itu terjadi”.4
4. Mana‟ Al-Qaththan: asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan turunnya al-qur‟an, berkenaan dengannya waktu peristiwa

1
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Hamzah, 2002 Hal 26
2
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Hamzah, 2002 Hal 26
3
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Hamzah, 2002 Hal 26
4
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Hamzah, 2002 Hal 26
5
Itu terjadi, baik berupa kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada
Nabi”.6
B. Macam-macam Asbabun-nuzul

Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat dibagi
yaitu :

1. Ta‟addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid

Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/ wahyu.


Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab,3
Misalnya turunnya Q.S. Al-Ikhlas: 1-4, yang berbunyi:

‫الرِح ِيم‬
َّ ‫ْح ِن‬
ٰ ْ ‫الر‬ ِّٰ ‫بِس ِم‬
َّ ‫الل‬ ْ
ۡ
١:‫اللُ اَ َحد ۚ﴿اإلخالص‬ ّٰ ‫قُل ُه َو‬
٢:‫لص َم ُد ۚ﴿اإلخالص‬ َّ ‫اَ ّٰللُ ا‬
ۡ ۡ
٣:‫ََۡل يَلِد ۙ َوََۡل يُ ۡولَد ۙ ﴿اإلخالص‬
٤:‫َوََۡل يَ ُك ۡن لَّهٗ ُك ُف ًوا اَ َحد ﴿اإلخالص‬
Artinya:

“Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan Yang


bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada Pula di
peranakkan. Dan tiada seoarangpun yang setara dengan dengan dia.

Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan


Terhadap orang-orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum
Ahli kitab yang ditemui di madinah setelah hijrah. Contoh yang lain: “peliharalah
semua shalat(mu), dan (peliharah) shalat Wustha. Berdirilah untuk Allah(dalam
shalatmu) dengan khusyu‟. Ayat di atas menurut riwayat diturunkan berkaitan
dengan beberapa sebab Berikut;

5
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Hamzah, 2002 Hal 26
6
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Hamzah, 2002 Hal 26
a. Dalam sustu riwayat dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di waktu
Hari yang sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan oleh para
sahabat. Maka turunnlah ayat tersebut di atas. (HR. Ahmad, bukhari, abu
Daud).

b. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw.. Shalat dzuhur di waktu
yang sangat panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari satu atau dua saf
Saja yang mengikutinya. Kebanyakan diantara mereka sedang tidur siang,
Adapula yang sedang sibuk berdagang. Maka turunlah ayat tersebut diatas
(HR.ahmad, an-nasa‟i, ibnu jarir).

c. Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman rasulullah SAW. Ada orang-
orang yang suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya
Saat meraka shalat. Maka turunlah ayat tersebut yang memerintahkan
Supaya diam pada waktu sedang shalat (HR. Bukhari muslim, tirmidhi, abu
Daud, nasa‟i dan ibnu majah).

d. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang


bercakapcakap di waktu shalat, dan ada pula yang menyuruh temannya
Menyelesaikan dulu keperluannya(di waktu sedang shalat). Maka turunlah
Ayat ini yang sedang memerintahkan supaya khusyuk ketika shalat.

2. Ta‟adud an-nazil wa al-asbab wahid

Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya beberapa ayat.7 Contoh:


Q.S. Ad-dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi:

ٍ ‫السم ۤاء بِ ُدخ‬


ٍ ْ ِ‫ان ُّمب‬ ِ ِ
‫ي‬ َ ُ َ َّ ‫ب يَ ْوَم ََتْتى‬
ْ ‫فَ ْارتَق‬

Artinya: “maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata”.

ۘ ۤ
‫اب قَلِْي ًًل اِنَّ ُك ْم َعا ِٕى ُد ْو َن‬ ِ ‫اِ ََّّن َك‬
ِ ‫اش ُفوا الْع َذ‬
َ

7
Manna Al – Qaththan,Pengantar Studi Ilmu Al- Qur’an, Pustaka Al- Kautsar Hal 96
Artinya: “sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak
Sedikit sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar)”.

‫ش الْبَطْ َشةَ الْ ُكْب ٰر ۚى اِ ََّّن ُمْن تَ ِق ُم ْو َن‬ ِ


ُ ‫يَ ْوَم نَْبط‬

Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan


hantaman yang keras. Sesungguhnya kami memberi balasan”.

Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat


dikemukakan, ketika kaum Quraisy durhaka kepada nabi saw.. Beliau berdo‟a
supaya mereka mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah
terjadi pada zaman nabi yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan, sampai
-sampai merekapun makan tulang, sehingga turunlah (QS. Ad-dukhan/44:
10).

Kemudian mereka menghadap nabi saw untuk meminta bantuan.


Maka rasulullah Saw berdo‟a agar di turunkan hujan. Akhirnya hujanpun
turun, maka turunnlah Ayat selanjutnya (QS. Ad-dukhan/44: 15), namun
setelah mereka memperoleh Kemewahan merekapun kembali kepada keadaan
semula (sesat dan durhaka) maka turunlah ayat ini (QS. Ad-dukhan/44: 16)
dalam riwayat tersebut dikemukakan bahwa siksaan itu akan turun di waktu
perang badar.

C. Ungkapan – ungkapan tentang Asbabun Nuzul

Makna Ungkapan Sabab An-Nuzul ungkapan-ungkapan yang di gunakan


oleh para sahabat untuk menunjukkan turunnya al-qur‟an tidak selamanya sama.
Ungkapan-ungkapan itu secara garis besar di kelompokkan dalam dua kategori,
yaitu:

1. Sarih (jelas)

Ungkapan riwayat “sarih” yang memang jelas menunjukkan asbab annuzul


dengan indikasi menggunakan lafadz (pendahuluan). “sebab turun ayat ini
adalah...” ,“telah terjadi..... maka turunlah ayat…..” , “rasulullah saw pernah di
tanya tentang ....... maka turunlah ayat…..”8

Contoh lain: QS. Al-maidah/5, ayat 2 yang berbunyi:


ۤ
‫اْلََر َام‬ ‫ب‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ ِ
‫م‬ ٰ
‫ا‬
ۤ
ْ َ ْ َْ َ ْ ّ ‫ي َوََل الْ َق ًَل ِٕى َد َوََلا‬
َ ‫ي‬ ‫د‬ ْ ‫ْل‬
ْ ‫ا‬ ‫َل‬
َ‫و‬ ‫ام‬ ‫ر‬ ‫اْل‬
ْ ‫ر‬ ‫َّه‬‫الش‬ ‫َل‬
‫و‬
َ ِ‫ٰاٰيَيُّها الَّ ِذين اٰمن وا ََل ُُِتلُّوا شع ۤا ِٕىر ٰاّلل‬
َ َ َ َ ََ َ ْ َ ّ َ ََ ْ ْ َُ َ ْ َ
ٍ ِ
‫صد ُّْوُك ْم َع ِن‬َ ‫اد ْوا َۗوََل ََْي ِرَمنَّ ُك ْم َشنَاٰ ُن قَ ْوم اَ ْن‬
ُ َ‫اصط‬ْ َ‫ض َو ًاَّن َۗوا َذا َحلَْلتُ ْم ف‬ْ ‫ض ًًل ِّم ْن َّرّّبِِ ْم َوِر‬
ْ َ‫يَْب تَ غُ ْو َن ف‬
ۖ ۘ
‫اّللَ ۗاِ َّن‬ ِ ِ ْ ‫الْ َم ْس ِج ِد‬
ّٰ ‫اْلََرِام اَ ْن تَ ْعتَ ُد ْوا َوتَ َع َاونُ ْوا َعلَى الِْ ِّب َوالتَّ ْق ٰوى َوََل تَ َع َاونُ ْوا َعلَى ْاَل ِْْث َوالْ ُع ْد َوان َۖواتَّ ُقوا‬
ِ ‫اّلل َش ِديْ ُد الْعِ َق‬
‫اب‬ َّٰ

Artinya: “hai orang-orag yang beriman, janganlah kamu melanggar Shi’ar-


shi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, Jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qala-id, Dan
jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhoannya dari tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari masjid al-haram, mendorongmu membuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya ”.(Q.S. Al-maidah :
ayat 2)

2. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)

Ungkapan “mutammimah”adalah ungkapan dalam riwayat yang belum


Dipastikan asbab an-nuzul karena masih terdapat keraguan.9 Hal tersebut dapat
berupa ungkapan sebagai berikut: ...“ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...” ,
“saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...........” , “saya kira ayat ini tidak
diturunkan kecuali berkenaan dengan.....” Contohnya: QS. Al-baqarah/2: 223

8
Manna Al – Qaththan,Pengantar Studi Ilmu Al- Qur’an, Pustaka Al- Kautsar Hal 96
9
Manna Al – Qaththan,Pengantar Studi Ilmu Al- Qur’an, Pustaka Al- Kautsar Hal 96
Artinya: “istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, mak
datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.
Dan kerjakanlah (amal yang baik)untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah
dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar
gembira orang-orang yang beriman.”(QS. Al-baqarah/2: 223).

Asbab an-nuzul dari ayat berikut ;dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh
abu daud dan hakim, dari ibnu abbas di kemukakan bahwa penghuni kampung di
sekitar yatsrib (madinah), tinggal berdampingan bersama kaum Yahudi ahli kitab.
Mereka menganggap bahwa kaum yahudi terhormat dan berilmu, sehingga
mereka banyak meniru dan menganggap baik segala perbuatannya. Salah satu
perbuatan kaum yahudi yang di anggap baik oleh mereka Ialah tidak menggauli
istrinya dari belakang.

D. Kegunaan mempelajari Asbabun Nuzul


Pengetahuan mengenai asbab an-nuzul mempunyai banyak faedah,

Yang terpenting di antaranya yaitu:

a. Mengetahui hikmah pemberlakuan suatu hukum, dan perhatian terhadap


kemaslahatan umum dalam menghadapi segala peristiwa sebagai rahmat
bagi umat.10
b. Memberi batasan hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, Jika
hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum. Ini bagi mereka yang
berpendapat al-„ibrah bikhushush as-sabab la bi‟umum al-lafzhi (yang
menjadi pegangan adalah sebab yang khusus, bukan lafazh yang umum).
Masalah ini sebenarnya merupakan masalah khilafiah yang akan kami
Jelaskan nanti. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini ayat,

‫يفعلوا‬ ‫َل ُتسنب الذين يفرحون مبا أتوا وحيبون أن حيمدوا مبا مل‬

10
Manna Al – Qaththan,Pengantar Studi Ilmu Al- Qur’an, Pustaka Al- Kautsar Hal 96
]۸۱۱:‫فًل ُتسبتهم مبفازة من العذاب وْلم عذاب أليم = [آل عمران‬

Artinya :

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang

Gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka

Dipuji dengan perbuatan yang belum mereka kerjakan; janganlah

Kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa; padahal bagi

Mereka siksaan yang pedih.” (Ali Imran: 188).

” Ibnu Abbas berkata, “Mengapa kamu berpendapat demikian mengenai


ayat ini?‟ Ayat ini turun berkenaan dengan Ahli Kitab. Kemudian ia
membaca ayat, “Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-
orang yang telah diberi Kitab...” (Ali Imran: 187) Lalu Ibnu Abbas
melanjutkan, “Rasulullah menanyakan kepada mereka tentang sesuatu,
tetapi mereka menyembunyikannya, dengan mengalihkan kepada
persoalan lain. Itulah yang mereka tunjukkan kepada beliau. Kemudian
mereka pergi, mereka menganggap bahwa mereka telah memberitahukan
kepada Rasulullah apa yang ditanyakan kepada mereka. Dengan perbuatan
itu mereka ingin dipuji oleh Rasulullah dan mereka gembira dengan apa
yang mereka kerjakan, yaitu menyembunyikan apa yang ditanyakan
kepada mereka itu.”¹)

c. Apabila lafazh yang diturunkan itu bersifat umum dan ada dalil yang
menunjukkan pengkhususannya, maka adanya asbab an-nuzul akan

membatasi takhshish (pengkhususan) itu hanya terhadap yang selain

bentuk sebab.11 Dan tidak dibenarkan mengeluarkannya (dari cakupan

lafazh yang umum itu), karena masuknya bentuk sebab ke dalam lafazh

yang umum itu bersifat qath‟i (pasti, tidak bisa diubah). Maka, ia tidak

boleh dikeluarkan melalui ijtihad, karena ijtihad itu bersifat zhanni


11
Manna Al – Qaththan,Pengantar Studi Ilmu Al- Qur’an, Pustaka Al- Kautsar Hal 97
(dugaan). Pendapat ini dijadikan pegangan oleh ulama umumnya.

Contoh yang demikian digambarkan dalam firman-Nya,

‫إن الذين يرمون املخصلَ الغفًلت املؤمنَ لعنوا يف الدنيا‬

‫يوم تشهد عليهم ألسنتهم‬

‫واآلخرة وْلم عذاب عظي‬

‫وأيديهم وأرجلهم مبا كانوا يعملون يل يوميد يوفيهم هللا دينهم‬

]۳۲-۳۲ :‫اْلق ويعلمون أن هللا هو اْلق املبي ) [النور‬

Artinya:

“Sesungguhnya orang yang menuduh (berzina) perempuan baik-baik,

yang lalai dan beriman, mereka kena laknat di dunia dan akhirat,dan bagi

mereka adzab yang besar, pada hari (ketika) lidah, tangan. Dan kaki

mereka menjadi saksi atas mereka tentang apa yang mereka kerjakan.

Pada hari itu Allah akan memberikan mereka balasan setimpal menurut

yang semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah yang Benar, lagi yang

menjelaskan (segala sesuatu menurut hakekat yang sebenarnya).” (An-

Nur: 23-25).

Ayat ini turun berkenaan dengan Aisyah secara khusus,” atau


bahkan Istri-istri Nabi lainnya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat,
“Sesungguhnya orang yang menuduh perempuan yang baik-baik,” itu
berkenaan dengan Aisyah secara khusus.” Juga dari Ibnu Abbas, masih
tentang ayat tersebut, “Ayat itu berkenaan dengan Aisyah dan istri-istri
nabi. Allah tidak menerima taubat orang yang melakukan hal itu, tetapi
menerima taubat orang yang menuduh seorang perempuan di antara
perempuan-perempuan yang beriman selain istri-istri Nabi.” Kemudian
Ibnu Abbas membacakan, “Dan orang yang menuduh perempuan baik-
baik...” sampai dengan...kecuali orang-orang yang bertaubat.” (An-Nur: 4-
5) . Atas dasar ini, maka penerimaan taubat orang yang menuduh zina

Dalam surat (An-Nur: 4-5) ini, sekalipun merupakan pengkhususan


dari Keumuman ayat “Sesungguhnya orang yang menuduh perempuan
yang Baik-baik yang lalai lagi beriman,” tidak mencakup takhshish orang
yang Menuduh Aisyah atau istri-istri Nabi yang lain. Karena yang ini tidak
adaTaubatnya, sebab masuknya sebab (yakni, orang yang menuduh Aisyah
atau Istri-istri Nabi) ke dalam cakupan makna lafazh yang umum itu
bersifat Qath‟i (pasti).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemabahasan diatas kita bisa menyimpulakan bahwa :
1. Asbabun-nuzul merupakan bentukidhafah dari kata“asbab” dan
“nuzul”, Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
2. Asbabun Nuzl di bagi 2 jenis yaitu :
a. Ta‟addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid
b. Ta‟adud an-nazil Wa Al-Asbab Wahid
3. Ungkapan – ungkapan Asbabun Nuzul yang di gunakan oleh para
sahabat untuk menunjukkan turunnya al-qur‟an tidak selamanya
sama. Ungkapan-ungkapan itu secara garis besar di kelompokkan
dalam dua kategori, :
a. Sarih (jelas)
Ungkapan riwayat “sarih” yang memang jelas menunjukkan
asbab annuzul dengan indikasi menggunakan lafadz
(pendahuluan).
b. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)
Ungkapan “mutammimah”adalah ungkapan dalam riwayat
yang belum Dipastikan asbab an-nuzul karena masih
terdapat keraguan.
4. Kegunaan mempelajari Asbabun Nuzul Ialah :
a. Mengetahui hikmah pemberlakuan suatu hukum, dan
perhatian terhadap kemaslahatan umum dalam menghadapi
segala peristiwa sebagai rahmat bagi umat.
b. Memberi batasan hukum yang diturunkan dengan sebab yang
terjadi, Jika hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.
c. Apabila lafazh yang diturunkan itu bersifat umum dan ada
dalil yang menunjukkan pengkhususannya, maka adanya
asbab an-nuzul akanmembatasi takhshish (pengkhususan) itu
hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
B. Saran
Dari penjelasan di atas kitab penulis dan pembaca dapat
mengetahui tentang apa itu asbabun nuzul. Karena sebagai umat
muslim kita harus tau sebab – sebab turunya ayat agar untuk
memahami nilai – nilai di dalam Al-Qur‟an. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Daftar pustaka

Anwar, Abu Ulumul Al – Qur’an, Pustaka Hamzah 2002.

Al – Qaththan, Manna Pengantar Studi Ilmu Al –Qur’an, Pustaka Al –


Kautsar 2006.

Anda mungkin juga menyukai