Anda di halaman 1dari 11

ASBABUN NUZUL

Tugas Ini di Susun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Studi Quran

“Asbabun Nuzul”

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh :

Muhammad Ainul Yaqin

Tadris Bahasa Inggris

Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam Negeri Kediri


BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Al-Quran merupakan kitab suci umat agama islam yang dianugrahkan oleh Allah kepada nabi
akhir zaman. Umat islam akan selalu bingung dalam menghadapi dan menyikapi perubahan realitas
disekitarnya bahkan mereka tidak mempunyai dasar, prinsip-prinsip, dan landasan dalam kehidupan
beragama tanpa berpegang dengan kitab sucinya. Al- quran ini juga selalu dikaji dan diterapkan nilai-
nilainya oleh umat islam karena isi kandungan yang ada di dalamnya selalu memuat hikmah-hikmah,
ketenangan jiwa, dan penyelesaian problem dinamik kehidupan yang relevan dalam lingkungan kita.
Inilah yang perlu dilakukan oleh umat agama islam dalam memahami Al-Quran secara meluas pada
waktu sekarang.

Melihat kita yang hidup dalam dunia setelah modern, kita sering mengalami fenomena-fenomena
yang dianggap cukup membingungkan dan tidak terbayang sama sekali dalam kehidupan. Para ulama
zaman dulu telah banyak merumuskan pemikiran, menafsirkan beberapa ayat, dan memecahkan suatu
masalah dalam kitab suci untuk memudahkan kita yang tengah hidup di zaman ini. Banyak tafsiran-
tafsiran al-quran, ilmu tata cara penafsiran, dan sebab-sebah historis turunnya suatu ayat yang mereka
kontribusikan terhadap sekarang. Oleh karena itu, kita harus memiliki rasa antuisas dalam mengkaji
sebab-sebab yang terjadi ketika suatu ayat dalam al-quran diturunkan.

Sebelum kita menafsirkan atau memahami makna dan isi, alangkah baiknya bila kita mengetahui
sebab-mussabab dalam ayat yang diturunkan. Mengetahui secara historis sebuah ayat dapat memudahkan
kita dalam memahami isi dan makna yang terdapat didalamnya yakni mengapa Allah SWT menurunkan
suatu ayat kepada nabi kita, apa pembahasan yang terdapat dalam sebuah ayat tersebut, dan ditujukan
pada siapa isi dari ayat tersebut. Maka dari itu, kita harus memiliki rasa antusias untuk lebih mendalami
serta menggali makna dari suatu ayat hingga kita mendapatkan wawasan baru yang memberikan sedikit-
besar kontribusi pada kita.

Perlu diingat bahwasanya sebab-sebab, histrorikal, dan tujuan penurunan suatu ayat memiliki
benefit tersendiri yang harus diungkap oleh para pengkaji al-quran untuk mendapatkan pemahaman
secara komprehensif dari suatu ayat atau beberapa ayat. Begitu juga yang dilakukan oleh para ahli studi
quran terdahulu yang telah mendapatkan kesimpulan yang amat luar biasa dari berbagai penelusuran dan
penggalian mereka lakukan. Inilah yang dinamakan dengan Asbabun Nuzul Al-quran yang akan kami
uraikan secara rinci.
1. Apa Yang di Maksud Dengan Asbabun Nuzul

2. Apa Macam-Macam Asbabun Nuzul Beserta Contohnya

3. Mengapa Asbabun Nuzul Itu Sangatlah Penting


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Asbabun Nuzul


Merujuk pada sebuah pengertian yang akan kita bahas secara mendalam, Asbabun Nuzul
merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa arab yakni asbab dan nuzul. Dimana kata asbab
mempunyai makna beberapa sebab dan nuzul bermakna turun. Maka secara literal, asbabun nuzul
dapat diartikan sebagai sebab-sebab turunnya suatu atau beberapa ayat Al-Quran pada rasulullah. 1
Mengutip dari beberapa ahli dan kitab yang menjelaskan tentang suatu sebab dari turunnya ayat,
asbabun nuzul memilki banyak pengertian yang dapat memudahkan serta memahamkan para orang
yang ingin mendalami ulumul quran diantaranya:
1. Shubhi Shalih, asbabun nuzul adalah sebab- sebab turunnya suatu atau beberapa ayat Al-
Quran yang menjawab sebuah persoalan dan menjelaskan sebuah peristiwa 2.
2. Muhammad Abdul Halim al-Zarqani, asbabun nuzul adalah turunnya suatu ayat
diakibtkan oleh suatu kejadian yang dapat digunakan sebagai petunjuk hukum berkaitan
dengan peristiwa tersebut3.
3. Al-Sabuni, asbabun nuzul adalah suatu kejadian dimana terdapat suatu ayat atau
beberapa ayat turun atau suatu ayat yang diturunkan oleh Allah untuk menjadi sebuah
jawaban dari pertanyaan sahabat yang di ajukan kepada nabi mengenai hukum syara’ atau
untuk menafsirkan sesuatu yang berkaitan dengan agama.
Dari ketiga definisi yang diberikan oleh para ahli, bahwasannya Dapat diambil kesimpulan
asbabun nuzul adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan sebab-sebab turunnya suatu ayat Al-Quran
yang menjawab, menjelaskan, menghukumi sebuah peristiwa atau kejadian pada waktu itu.
Dalam sebuah konteks asbabun nuzul yang dijadikan sebagai suatu jawaban dari sebuah
pertanyaan para sahabat diajukan kepada nabi, seperti contoh berikut ini:

‫َو َيْس َٔـُلوَنَك َعن ِذى ٱْلَق ْر َنِنْي ۖ ُقْل َس َأْتُلو۟ا َعَلْيُك م ِّم ْنُه ِذْك ًر ا‬
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain katakanlah, aku akan membacakan
cerita tentangnya”. QS. Al-Kahfi 83
Disamping menjadi jawaban, asbabun nuzul juga merupakan penjelas dari sebuah masalah yang
terjadi pada waktu kejadian itu, seperti halnya:

3
‫َٰٓيَأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َءاَم ُنو۟ا اَل َتْق َر ُبو۟ا ٱلَّص َلٰو َة َو َأنُتْم ُس َٰك َر ٰى َح ٰىَّت َتْع َلُم و۟ا َم ا َتُقوُلوَن َو اَل ُج ُنًبا ِإاَّل َعاِبِر ى‬
‫ِئِط َٰل‬ ‫ٍر‬ ‫ِس ۟ا ِإ‬ ‫ِب‬
‫َس يٍل َح ٰىَّت َتْغَت ُلو ۚ َو ن ُك نُتم َّم ْر َض َأْو َعَلٰى َس َف َأْو َج ٓاَء َأَح ٌد ِّم نُك م ِّم َن ٱْلَغٓا َأْو َمْس ُتُم‬
‫ٰٓى‬

‫ٱلِّنَس ٓاَء َفَلْم ِجَت ُد و۟ا َم ٓاًء َفَتَيَّم ُم و۟ا َص ِعيًد ا َطِّيًبا َفٱْم َس ُح و۟ا ِبُو ُج وِه ُك ْم َو َأْيِديُك ْم ۗ ِإَّن ٱلَّلَه َك اَن َعُفًّو ا‬

‫َغُفوًر ا‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam
keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau
sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);
sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Qs. Al-
Nisa 43.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Abdurrahman bin Auf mengundang Ali bin Abi Thalib
kemudian beliau Abdurrahman menghidangkan khamr kepada Ali sehingga mereka tidak sadar dan
kehilangan akalnya. Ketika waktu sholat sudah masuk, Ali pun diminta untuk menjadi imam dan
akhirnya Ali pun membaca dengan keliru pada surah Al-Kafirun Wa Nahnu Na’buduna Ma
Ta’budun. Maka dari itu turunlah ayat tersebut sebegai larangan untuk shalat diwaktu mabuk.
Lain halnya dengan Asbabun Nuzul yang menjadi dasar landasan sebuah hukum syara:
‫ِح‬ ‫۟ا‬ ‫ِح‬
‫َو َيْس َٔـُلوَنَك َعِن ٱْلَم يِض ۖ ُقْل ُه َو َأًذى َفٱْعَتِز ُلو ٱلِّنَس ٓاَء ىِف ٱْلَم يِض ۖ َو اَل َتْق َر ُبوُه َّن َح ٰىَّت‬
‫َيْطُه ْر َن ۖ َفِإَذا َتَطَّه ْر َن َفْأُتوُه َّن ِم ْن َح ْيُث َأَم َر ُك ُم ٱلَّلُهۚ ِإَّن ٱلَّلَه ِحُي ُّب ٱلَّتَّٰو ِبَني َو ِحُي ُّب ٱْلُم َتَطِّه ِر ين‬
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Qs. Al-Baqarah 222.

Meskipun demikian, secara ringkas bahwa di dalam sebuah riwayat hadist atau atsar yang tertulis
tidak semua dapat ditemukan latar historis suatu ayat atau beberapa ayat ketika diturunkan.
Berkenaan dengan hal itu, Fazlur Rahman menjelaskan sebuah latar historis tersebut dengan membagi
menjadi dua kategori yaitu latar historis yang bersifat mikro: yakni konsep lisan dan tertulis yang
diperoleh oleh sahabat atau nabi, sedangkan latar historis yang bersifat makro: yakni latar historis
yang meliputi historisitas komdisi sosial serta kebudayaan bangsa dan jazirah arab pada waktu itu.
Disisi lain, asbabun nuzul merupakan cabang suatu disiplin ilmu dalam ulumul quran yang tengah

2. Macam-Macam Asbabun Nuzul Beserta Contohnya


Adapun pembagian asbabun nuzul dapat ditinjau dari berbagai aspek yakni
1. Berdasarkan sudut pandang redaksi-redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbabun nuzul
Para sahabat menggunakan ungkapan-unkapan untuk menunjukkan turunnya ayat namun, ungkapan
tersebut tidak selamanya sama dan mereka saling berbeda-beda dalam menggunakannya. Secara garis
besar ungkapan tersebut di klasifikasikan dalam dua kategori, yaitu:
a. Sarih (Jelas)
Ungkapan riwayat sarih ini menunjukkan asbabun nuzul dengan indikasi penggunaa
lafadz (pendahuluan).
“sebab turun ayat ini adalah….”
“telah terjadi….. maka turunlah ayat….”
“rasulullah pernah ditanya mengenai…..maka turunlah ayat….”
‫َٰل ِئ‬ ‫ِئ ِه‬ ‫ِحُت‬ ‫ِذ‬
‫َٰيَأُّيَه ا ٱَّل يَن َءاَم ُنوا اَل ُّلوا َش َٰع َر ٱلَّل َو اَل ٱلَّش ْه َر ٱَحْلَر اَم َو اَل ٱَهْلْد َى َو اَل ٱْلَق َد َو اَل َءاِّم َني‬

‫ٱْلَبْيَت ٱَحْلَر اَم َيْبَتُغوَن َفْض اًل ِّم ن َّر ِهِّبْم َو ِر ْض َٰو ًنا َو ِإَذا َح َلْلُتْم َفٱْص َطاُدوا َو اَل ْجَيِر َم َّنُك ْم َش َنَـاُن‬
‫َقْو ٍم َأن َص ُّدوُك ْم َعِن ٱْلَمْس ِج ِد ٱَحْلَر اِم َأن َتْع َتُد وا َو َتَعاَو ُنواَعَلى ٱْلِّرِب َو ٱلَّتْق َو ٰى َو اَل َتَعاَو ُنوا‬

‫َعَلى ٱِإْلِمْث ٱْل ْد َٰو ِن ٱَّتُقوا ٱلَّلَه ِإَّن ٱلَّلَه َش ِديُد ٱْلِعَق اِب‬
‫َو‬ ‫َو ُع‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.

b. Muhtamilah(masih kemungkinan atau belum pasti)


Ungkapan ini adalah ungkapan mengenai asbabun nuzul yang belum dipastikan karena
masih terdapat keraguan. Hal tersebut berupa:
…..”ayat ini berkaitan dengan….”
“saya kira ayat ini turun berkaitan dengan…..”
“saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan….”

‫ِنَس ٓاُؤ ُك ْم َحْر ٌث َّلُك ْم َفْأُتوا َحْر َثُك ْم َأٰىَّن ِش ْئُتْم َو َقِّد ُموا َأِلنُف ِس ُك ْم َو ٱَّتُقوا ٱلَّلَه َو ٱْع َلُم و َأَّنُك م‬
‫ِمِن‬ ‫َٰل‬
‫ُّم ُقوُه َو َبِّش ِر ٱْلُم ْؤ َني‬
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang
baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
Referensi : https://tafsirweb.com/859-surat-al-baqarah-ayat-223.html

2. Berdasarkan Jumlah Sebab Ayat Yang Turun


a. Ta’addul Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid
Adalah beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi suatu ayat atau wahyu. Dalam
ini, turunnya wahyu bertujuan untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab,
contohnya surah Al-Ikhlas ayat 1-4.

‫ُقۡل ُه َو الّٰل ُه َاَح ٌد‬


Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa.

‫َالّٰل ُه الَّص َم ُد‬


Allah tempat meminta segala sesuatu.

‫َل َيِلۡد ۙ َل ُيۡو َلۡد‬


‫َو‬
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

‫َو َل َيُك ۡن َّلهٗ ُك ُفًو ا َاَح ٌد‬


Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."

Ayat-ayat diatas diturunkan sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik


Makkah sebelum rasulullah melakukan hijrah. Begitu juga ayat diatas diturunkan
kepada kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah setelah rasulullah hijrah.
b. Ta’addul An-Nazil Wa Al-Asbab Wahid
Adalah satu sebab yang melatarbelakangi beberapa ayat. Seperti halnya ayat
berikut:

‫َفٱْر َتِق ْب َي َم َتْأِتى ٱلَّس ٓا ِبُد َخ اٍن ُّم ِبٍني‬


‫َم ُء‬ ‫ْو‬
“Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tak tampak jelas”.
(Qs. Ad-Dukhon 10).

‫ِاَّنا َك اِش ُفوا اۡل َعَذ اِب َقِلۡي اًل ِاَّنُك ۡم َعٓإِٮُد ۡو َن‬
“Sungguh (kalau) kami menyelamatkan adzab itu sedikit saja, tentu kamu
kembali ingkar”. (Qs Ad-Dukhon 15).

‫َيْو َم َنْبِط ُش اْلَبْطَش َة اْلُك ْبٰر ۚى ِاَّنا ُمْنَتِق ُمْو َن‬


“Ingatlah pada hari ketika kami menghantam mereka dengan keras. Kami pasti
memberi balasan”. (Qs. Ad-Dukhon 16).

Asbabun nuzul ketiga ayat tersebut terjadi pada saat kaum Quraisy durhaka kepada nabi. Nabi
pun berdoa agar mereka merasakan kelaparan sebagaimana yang terjadi pada zaman Nabi Yusuf lalu
Allah mennurunkan penderitaan itu sehingga turunlah Qs. Ad-Dukhon ayat 10.

Setelah mengalami penderitaan tersebut, kaum Quraisy meminta kepada nabi untuk
menghilngkan kesakitan itu dan nabi pun menerima permintaan itu dengan berdoa kepada allah agar
diturunkan hujan dan hujan pun telah turun. Inilah yang mengakibatkan Qs. Ad-Dukhon 15 turun Namun,
mereka menjadi sesat dan mengingkari sebuah nikmat yang diberikan oleh allah yakni hujan yang turun
di daerah maka turunlah ayat Qs. Ad-Dukhon 16. Dalam hal itu memberikan informasi bahwa siksa atau
balasan akan terjadi ketika perang badar dimulai.

Mengenai asbab an-nuzul ayat diatas, dapat kita simpulkan bahwa asbabun nuzul merupakan
rangkaian peristiwa berdasarkan riwayat para sahabat dan tabi’in serta penukilan Al-Quran dan As-
Sunnah. Menggunakan akal pun juga berfungsi didalamnya. Dengan kata lain, tidak ada ruang bagi akal
kecuali mentarjih antara berbagai dalil atau menghimpun berbagai dalil yang kerap bertentangan.

3. Ditinjau dari segi latarbelakangnya ada dua, yaitu

URGENSI ASBABUN NUZUL

Seperti yang dikemukan diatas bahwasannya asbabun nuzul itu peristiwa yang menjelaskan latar
belakang sejarah diturunkannya al-Quran. Dengan mengetahui asbabun nuzul, para penafsir sangat
terbantu dalam menginterpretasikan suatu ayat yang dikaitkan dengan suatu masalah yang hendak
dipecahkan. Perlu diketahui juga bahwasannya mengetahui latar belakang suatu masalah sangatlah
penting digunakan untuk mengetahui sesuatu. Sebaliknya, tanpa adannya pengetahuan tentang suatu
latar belakang masalah seseorang sering kali terjebak dengan hal seperti itu
Maka dari itu, para penafsir menyebutkan bahwa untuk mengetahui tafsir sebuah ayat secara baik,
seharusnya mengetahui terlebih dahulu tentang kisah dan latar belakang diturunkannya ayat tersebut.
Hal yang sangat urgen adalah mengambil isi, makna, dan informasi dari ajaran Quran dengan
mengetahui asbabun nuzul sebelum memulai menafsirkannya.Oleh karena itu, pengetahuan asbabun
nuzul dapat mengantarkan seseorang untuk mengetahui hikmah disyariatkannya suatu hukum.
Dengan mengetahui asbabun nuzul, seorang penafsir akan mudah mengklasifikasikan, memetakkan,
dan mengkhususkan suatu perkara.
Selain itu pengetahuan mengenai asbabun nuzul juga memberikan wawasan yang lebih
komprehensif terhadap makna dari suatu ayat. Dengan kata lain, dapat menghilangkan atau
meminimalisasi asumsi atau kesan yang seolah-olah sempit dari informasi suatu ayat.
Adapun beberapa hikmah dan kegunaaan mengetahui tentang asbabun nuzul suatu ayat.
Berkenaan dengan hal itu Qaththan merangkum mengenai pentingnya mengetahui asababun nuzul
diantaranya:
1. Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap
kepentingan umum dalam menghadapi suatu peristiwa.
2. Mengetahui cara terbaik untuk memahami dan menyingkap makna tersembunyi dalam
ayat-ayat yang tanpa mengetahui asbabun nuzul tidak dapat ditafsirkan.
3. Mengetahui penjelasan ayat yang ditujukan kepada siapa sehingga tidak serta-merta
mengeneralisasikan kepada semua orang.
4. Mengetahui pembatasan suatu hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, apabila
hukum itu dinyatakan dlam bentuk pernyataan umum. Ini bagi mereka yang berpedoman
bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang khusus dan bukannya lafadz yang
umum.
5. Apabila lafadz yang diturunkan berbentuk umum dan terdapat dalil atas
pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi pengkhususan
itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
Tidak sekedar itu, seorang ahli yang bernama Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah juga
menyebutkan beberapa faedah tentang mengetahui asbabun nuzul sebagai berikut:
1. Membantu dalam memahami makna ayat dan menghilangkan kemuskilan dari
padanya.
2. Membantu untuk memahami makna ayat yang terkandung di dalam penetapan
hukum.
3. Menghindari pemahaman yang sempit.
4. Membantu untuk mengetahui tentang nama seseorang yang disinggung oleh ayat
tersebut dan menetapkan sesuatu yang mubham di dalamnya.
5. Mengetahui sebab turun tanpa keluar dari pengertian ayat apabila lafadz ayat itu
bersifat umum.
6. Mengukuhkan pengertian ayat tersebut kepada sebab khusus atau aspek turunnya.

Anda mungkin juga menyukai