Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

"SEBAB-SEBAB TURUNNYA AL-QUR’AN"

Disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah: Studi Qur‟an
Hadits
Dosen Pengampu: Nusaibah, S.Th.I., M.Pd.

Disusun oleh:
Nilam Maharani (2110510007)
Achmad Achsanu Amala (2110510013)
Izzatun Nikhlah (2110510033)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebab-sebab turunnya Al Qur‟an asbabul nuzul salah satu pokok bahasan
dalam studi ilmu-ilmu Al-Qur‟an. Ilmu ini memberikan peranan yang sangat
penting dalam menafsirkan Al-Qur‟an, bukan hanya untuk memahami suatu ayat
dan mengetahui hikmah dibalik penetapan suatu hukum, tetapi juga
menginformasikan realitas sosial budaya masyarakat pada masa turunnya Al-
Qur‟an. Kajian Asbabun Nuzul memberikan kesadaran akan pentingnya konteks
sejarah dalam memahami Al-Qur‟an, dimana concern kajian ini adalah menelaah
latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur‟an, disamping sangat membantu untuk
melacak makna dan semangat suatu ayat, juga berguna dalam upaya memahami
Al-Qur‟an untuk waktu dan tempat yang berbeda.
Kekeliruan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur‟an adalah dikarenakan
tidak memahami Asbabun Nuzul ayat tersebut. Hal ini dalam masyarakat
Indonesia misalnya ada sebagian masyarakat kita yang memahami ungkapan yang
sangat popular ‟Fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan” berdasarkan ayat
al-fitnatu asyaddu min al-Qatl, atau al-fitnatu akbaru min al-Qatl yang terdapat
dalam surat al-Baqarah ayat 191 dan 217. Kesalahan itu terjadi karena disamping
memahami arti kata ‟al-fitnah” dalam ayat itu semakna dengan arti fitnah dalam
Bahasa Indonesia, juga disebabkan mengabaikan Asbabun Nuzul yang menjadi
latar belakang turunnya ayat tersebut. Al-Qur‟an merupakan kitab suci kaum
muslimin yang menjadi sumber ajaran Islam yang pertama yang diimani dalam
kehidupan kaum muslimin. Al-Qur‟an sebagai kitab Allah menempati posisi
sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam serta berfungsi
sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Al-Qur‟an diturunkan untuk memberi petunjuk
kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan
menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan
risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang
sekarang serta berita-berita yang akan datang. Al-Qur‟an juga merupakan salah
satu topic yang menarik perhatian media barat dan masyarakat umum, upaya ini
telah mereka lakukan sejak Nabi Muhammad Saw masih berada di mekkah dan
belum berhijrah ke madinah, sehingga banyak orang yang berbicara tentang
makna Al-Qur‟an tanpa mempelajarinya terlebih dahulu.
Kemudian Imam Al-Wahidi menyatakan, bahwasanya tidak mungkin
seseorang mengerti tafsir suatu ayat, jikalau tidak mengetahui awal cerita yang
berhubungan dengan ayat-ayat Al-Qur‟an tersebut, maka dari itu untuk
mengetahui tafsir yang terkandung dalam ayat tersebut maka kita harus
mempelajari terlebih dahulu mengenai sebab-sebab dan awal ayat tersebut di
turunkan. Maka dari itu betapa penting nya mempelajari Asbabunnuzul agar kita
semua dapat mengetahui sebab-sebab dan awal mengenai Al-Qur‟an. Maka dalam
pembahasan kali ini mengenai Asbabunnuzul yang mana merupakan salah satu
ilmu yang harus dipelajari bagi seseorang yang ingin menafsirkan Al-Quran, agar
tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan ayat-ayat Allah Swt.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Asbabun Nuzul?
2. Apa saja macam-macam Asbabun Nuzul?
3. Bagaimana Redaksi dan Makna ungkapan dalam Asbabun Nuzul?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Asbabun Nuzul?
2. Untuk mengetahui macam-macam Asbabun Nuzul
3. Untuk mengetahui Redaksi dan Makna ungkapan Asbabun Nuzul
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul


Secara etimologi kata Asbabun Nuzul berasal dari gabungan kata Asbab
dan Al-Nuzul, kata „‟asbab‟‟ adalah bentuk jamak dari kata „‟sabab‟‟. Adapun
ahli bahasa berbeda pendapat dalam megartikan kata „‟sabab‟‟. Ada yang
mengartikan jalan, penghubung tali, dan ada juga yang mengartikan dengan
makna majaziah, dari ke tiga pendapat tersebut kebanyakan ulama tafsir
cenderung memaknai kata „‟asbab‟‟ dengan „‟habi‟‟ pemaknaan seperti ini
mengindikasikan tujuan ulama tafsir untuk menghindari kuaalitas pada kata
„‟sabab‟‟ dalam buku Ilmu Al-Qur‟an karangan ulama Indonesia yang mana
sering menyebut kata „‟asbab‟‟ dengan sebab, sedangkan Al-Nuzul merupakan
bentuk mashdar dari kata „‟nazala yanzilu‟‟ yang berarti turun.1
Sedangkan secara terminology pengertian Asbabunnuzul memiliki
beberapa pengertian diantaranya ialah, Al-Zarqani medefinisikan Asbabun Nuzul
dengan sesuatu yang terjadi pada hari diturunkan satu atau beberapa ayat Al-
Qur‟an untuk menjelaskan status hukumnya, adapun Al-Suyuti berpendapat yang
senada dengan pengertian yang di kemukakan oleh Zarqani bahwasanya Asbabun
Nuzul merupakan sesuatu yang terjadinya pada hari ayat Al-Qur‟an itu di
turunkan, kemudian disamping itu As-suyuti menolak definisi yang di kemukakan
oleh Wahidi, yang menggolongkan kisah-kisah dalam Al-Qur‟an sebagai
Asbabun Nuzul. Oleh karena itu ada beberapa unsur yang perlu dicermati dalam
menganalisis Asbabun Nuzul yakni adanya suatu peristiwa, pelaku, tempat dan
waktu berlangsungnya peristiwa itu, secara integral semua unsur dan komponen
dalam peristiwa tersebut menggambarkan dengan cukup jelas bahwa pada
dasarnya ayat-ayat Al-Qur‟an itu mempunyai hubungan dialektis dengan
fenomena sosio kultural masyarakat. Asbabun Nuzul merupakan sebab turunnya
ayat Al-Qur‟an yang tentunya mempunyai peran penting dalam memahami Al-

1
Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam (Beirut: Dar al-Masyriq, 1988), h.802
Qur‟an, hal ini di kemukakan oleh Al-Wahidi ia mengatakan, tidak mungkin
seseorang menafsirkan ayat Al-Qur‟an jika tidak mengetahui Asbabunnuzul nya2.
Dari beberapa definisi dan pengertian Asbabun Nuzul di atas dapat
dipahami bahwa latar belakang turunnya ayat atau pun beberapa ayat Al-Qur‟an
dikarenakan adanya suatu peristiwa tertentu dan pertanyaan yang diajukan kepada
Nabi SAW.. Adapun ayat yang diturunkan karena suatu peristiwa menurut Az-
Zarqani ada tiga bentuk.
Pertama, peristiwa khushūmah (pertengkaran) yang sedang berlangsung,
semisal perselisihan antara kelompok Aus dan Khazraj yang disebabkan oleh
rekayasa kaum Yahudi sampai mereka berteriak: “as-silāh, as-silāh” (senjata,
senjata). Dari kejadian ini turunlah beberapa ayat dari surat Ali „Imrān yang di
mulai dari ayat 100 hingga beberapa ayat berikutnya.
َ ‫ٰ ٰٓٗبَُّٗ َِب الَّ ِزْٗيَ ٰا َهٌُ ْْٰٓا ا ِْى ت ُ ِط ْ٘ ُع ْْا فَ ِش ْٗقًب ِ ّهيَ الَّ ِزْٗيَ ا ُ ّْتُْا ْال ِك ٰت‬
ٔٓٓ - َ‫ت َٗ ُشد ُّّْ ُك ْن َث ْعذَ اِ ْٗ َوبًِ ُك ْن ٰك ِف ِشْٗي‬
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-
orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi
orang kafir sesudah kamu beriman” (Ali „Imrān: 100).
Kedua, peristiwa berupa kesalahan seseorang yang tidak dapat di terima
akal sehat. Seperti orang yang masih mabuk mengimani salat sehingga ia salah
dalam membaca surat al-Kāfirūn. Kemudian turunlah ayat dari surat an-Nisā ayat
43.
ُ ‫ص ٰلْح َ َّاَ ًْت ُ ْن‬
َ‫سك َٰبسٓ َحتّٰٔ تَ ْعلَ ُو ْْا َهب تَقُ ْْلُ ْْى‬ َّ ‫ٰ ٰٓٗبَُّٗ َِب الَّ ِزْٗيَ ٰا َهٌُ ْْا ََل ت َ ْق َشثُْا ال‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan” (An-Nisā:
43).
Ketiga, peristiwa mengenai cita-cita dan harapan, seperti muwāfaqāt
(persesuaian, kecocokan) Umar RA. Aku ada persesuaian dengan Tuhanku dalam
tiga perkara. Aku katakan kepada Rasulullah bagaimana kalau Maqām Ibrahim
kita jadikan tempat salat, maka turunlah ayat:
ًّٔ‫صل‬
َ ‫َّات َّ ِخزُ ّْا ِه ْي َّهقَ ِبم اِث ْٰش ُٖ َن ُه‬

2
Abi al-Hasan Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, h.4
“Dan jadikanlah sebahagian maqām Ibrahim tempat salat” (Al-
Baqarah: 125). Dan aku berkata wahai Rasulullah: “Sesungguhnya di antara
orang-orang yang menemui istri-istrimu ada yang baik (al-barru) dan ada yang
jahat (al-fājir), bagaimana kalau anda memerintahkan kepada mereka untuk
membuat hijāb (tabir). Kemudian turunlah ayat hijāb, yakni ayat dari surat al-
Ahzāb ayat 53.3 Sedang ayat atau pun ayat-ayat yang diturunkan karena ada
pertanyaan yang ditujukan kepada Nabi SAW. juga ada tiga bentuk.
Pertama, pertanyaan tentang peristiwa yang sudah lampau, semisal firman
Allah SWT. dalam surat al-Kahfi ayat 83.
َ ‫َّ َٗسْـَٔلُ ًَْْكَ َع ْي رِٓ ْالقَ ْشًَ٘ ِْي قُ ْل‬
٣ٖ - ‫سبَتْلُ ْْا َعلَ ْ٘ ُك ْن ِ ّه ٌَُْ ِر ْك ًشا‬
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain.
Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya.”
Kedua, pertanyaan tentang peristiwa yang sedang berlangsung, semisal
firman Allah SWT. dalam surat al-Isrā ayat 85.
٣٘ - ‫الش ّْ ُح ِه ْي ا َ ْه ِش َس ِثّ ْٖ َّ َهب ٰٓ ا ُ ّْ ِت ْ٘ت ُ ْن ِ ّهيَ ْال ِع ْل ِن ا ََِّل قَ ِل٘ ًًْل‬ ُّ ‫َّ َٗسْـَٔلُ ًَْْكَ َع ِي‬
ُّ ‫الش ّْحِ قُ ِل‬
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk
urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Ketiga, pertanyaan tentang peristiwa yang akan datang, semisal firman
Allah SWT. dalam surat an-Nāzi„āt ayat 42.
َ ‫َٗسْـَٔلُ ًَْْكَ َع ِي السَّب‬
ٕٗ - ‫ع ِخ اََّٗبىَ ُه ْشسٰ ى َِب‬
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari
kebangkitan, kapankah terjadinya.”4
Menurut Az-Zarqani tidak semua ayat atau beberapa ayat mempunyai
Asbabun Nuzul, diantaranya ayat yang berbicara mengenai kejadian atau keadaan
yang telah lampau dan akan datang, semisal kisah nabi-nabi dan umat terdahulu
dan juga kejadian tentang as-sā„ah (kiamat) dan yang berhubungan dengannya.
Ayat-ayat seperti ini banyak terdapat dalam Al-Qur`‟an al-Karim.5

B. Macam-macam Asbabun Nuzul


3
Az-Zarqani, Manahil, al-‘Urfan, h. 96.
4
Ibid
5
Ibid., h.97
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat dibagi
kepada;
1. Ta‟addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid
Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat atau wahyu.
Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab,6
misalnya turunnya Q.S. Al-Ikhlas: 1-4, yang berbunyi:
‫ َّلَ ْن َٗ ُك ْي لََّٗ ُكفُ ًْا ا َ َحذ‬- ْ‫ لَ ْن َٗ ِلذْ َّلَ ْن ٗ ُْْلَ ْۙذ‬- ُ ‫ص َو ُۚذ‬
َّ ‫ ا َ ّّٰٰللُ ال‬- ‫اّٰللُ ا َ َح ُۚذ‬
ّٰ َُْ ُ ‫قُ ْل‬
Artinya: “Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada pula di
peranakkan. Dan tiada seoarangpun yang setara dengan dengan dia.
Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan
terhadap orang-orang musyrik Makkah sebelum Nabi hijrah, dan terhadap kaum
ahli kitab yang ditemui di madinah setelah hijrah. Contoh yang lain: “Peliharalah
semua shalat(mu), dan (peliharah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah(dalam
shalatmu) dengan khusyu‟. Ayat di atas menurut riwayat diturunkan berkaitan
dengan beberapa sebab berikut:
a. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di waktu
hari yang sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan oleh para
sahabat. Maka turunnlah ayat tersebut di atas. (HR. Ahmad, Bukhari, Abu
Daud).
b. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw.. Shalat dzuhur di waktu
yang sangat panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari satu atau dua saf
saja yang mengikutinya. Kebanyakan diantara mereka sedang tidur siang,
adapula yang sedang sibuk berdagang. Maka turunlah ayat tersebut diatas
(HR. Ahmad, An-Nasa‟i, Ibnu Jarir).
c. Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman rasulullah SAW. Ada orang-
orang yang suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya saat
meraka shalat. Maka turunlah ayat tersebut yang memerintahkan supaya diam

6
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, At-Tibyaan Fii Uluumil Qur’an, Alih Bahasa oleh Aminuddin, Studi Ilmu al-Qur’an
(Bandung: Pustaka Setia, 1998), h.52.
pada waktu sedang shalat (HR. Bukhari Muslim, Tirmidhi, Abu Daud, Nasa‟i
dan Ibnu Majah).
d. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang bercakap-
cakap di waktu shalat, dan ada pula yang menyuruh temannya menyelesaikan
dulu keperluannya (di waktu sedang shalat). Maka turunlah ayat ini yang
sedang memerintahkan supaya khusyuk ketika shalat.
2. Ta‟adud an-nazil wa al-asbab wahid
Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya beberapa ayat. Contoh: Q.S.
Ad-dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi:
ٔٓ – ‫بى ُّهجِ٘ ٍْي‬ َّ ‫بستَقِتْ َٗ ْْ َم ت َأْتِٔ ال‬
ٍ ‫س َو ۤب ُء ثِذ ُ َخ‬ ْ َ‫ف‬
Artinya: “Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.”
ٔ٘ – َ‫ة قَ ِل٘ ًًْل اًَِّ ُك ْن َع ۤب ِٕىذ ُّْ َۘى‬
ِ ‫اًَِّب كَب ِشفُْا ْال َعزَا‬
Artinya: “Sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit
sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar).”
ٔٙ – َ‫شخَ ْال ُكج ْٰش ُۚٓ اًَِّب ُه ٌْتَ ِق ُو ْْى‬ ْ َ‫ش ْالج‬
َ ‫ط‬ ُ ‫َٗ ْْ َم ًَج ِْط‬
Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman
yang keras. Sesungguhnya kami memberi balasan.”
Asbabun Nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat
dikemukakan, ketika kaum Quraisy durhaka kepada Nabi SAW.. Beliau berdo‟a
supaya mereka mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah
terjadi pada zaman nabi yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan, sampai-
sampai merekapun makan tulang, sehingga turunlah (QS. Ad-dukhan/44: 10).
Kemudian mereka menghadap nabi saw untuk meminta bantuan. Maka rasulullah
saw berdo‟a agar di turunkan hujan. Akhirnya hujanpun turun, maka turunlah ayat
selanjutnya (QS. Ad-dukhan/44: 15), namun setelah mereka memperoleh
kemewahan merekapun kembali kepada keadaan semula (sesat dan durhaka)
maka turunlah ayat ini (QS. Ad-dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut
dikemukakan bahwa siksaan itu akan turun di waktu perang badar.
C. Redaksi dan Makna Asbabun Nuzul
Ungkapan-ungkapan yang di gunakan oleh para sahabat untuk
menunjukkan turunnya al-qur‟an tidak selamanya sama. Ungkapan-ungkapan itu
secara garis besar di kelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
1. Sarih (jelas)

Ungkapan riwayat “sarih” yang memang jelas menunjukkan Asbabun Nuzul


dengan indikasi menggunakan lafadz (pendahuluan).

“sebab turun ayat ini adalah...”

“telah terjadi..... maka turunlah ayat…..”

“rasulullah saw pernah di tanya tentang ....... maka turunlah ayat…..”

Contoh lain: QS. Al-maidah/5, ayat 2 yang berbunyi:


ۤ ٰٓ َ
َ ‫َل ٰا ِ ّهْ٘يَ ْالجَْ٘تَ ْال َح َش‬
َ‫ام َٗ ْجتَغُ ْْى‬ َّ َ‫ْٕ َّ ََل ْالقَ َ ًۤل ِٕىذ‬
َ ‫ام َّ ََل ْال َِذ‬ َ ‫ش ِْ َش ْال َح َش‬
َّ ‫اّٰللِ َّ ََل ال‬ ّٰ ‫ش َع ۤب ِٕى َش‬
َ ‫ٰ ٰٓٗبَُّٗ َِب الَّ ِزْٗيَ ٰا َهٌُ ْْا ََل ت ُ ِحلُّ ْْا‬
َ ‫شٌ َٰبىُ َق ْْ ٍم ا َ ْى‬
‫صذ ُّّْ ُك ْن َع ِي ْال َوس ِْج ِذ ْال َح َش ِام‬ َ ‫طبد ُّْا ۗ َّ ََل َٗجْ ِش َه ٌَّ ُك ْن‬ َ ‫ص‬ ْ ‫فَض ًًْل ِ ّه ْي َّس ِثّ ِِ ْن َّ ِسض َْْاًًب ۗ َّاِرَا َح َل ْلت ُ ْن َفب‬
ِ ‫ش ِذ ْٗذ ُ ْال ِعقَب‬
‫ة‬ َ َ‫اّٰلل‬ ِ َّْ ‫اَلثْ ِن َّ ْالعُذ‬
ّٰ ‫اى ۗ َّاتَّقُْا‬
ّٰ ‫اّٰللَ ۗا َِّى‬ ِ ْ َٔ‫ا َ ْى ت َ ْعتَذ َۘ ُّْا َّتَعَ َبًُّ ْْا َعلَٔ ْالجِ ِ ّش َّالتَّ ْق ْٰٓ َّ ََل تَعَ َبًُّ ْْا َعل‬
Artinya: “Hai orang-orag yang beriman, janganlah kamu melanggar shi’ar-
shi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qala-id, dan
jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhoannya dari tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari masjid al-haram, mendorongmu membuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya ”. (Q.S. almaidah :
ayat 2)
Asbab an-nuzul dari ayat ini; Ibnu Jarir mengetengahkan subuah hadits
dari ikrimah yang telah bercerita,” bahwa hatham bin hindun al-bakri datang ke
Madinah bersrta kafilahnya yang membawa bahan makanan. Kemudian ia
menjualanya lalu ia masuk ke madinah menemui nabi saw.; setelah itu ia
membaiatnya masuk slam. Tatkala ia pamit untuk keluar pulang, nabi
memandangnya dari belakang kemudian beliau bersabda kepada orang-orang
yang ada di sekitarnya, “Sesungguhnya ia telah menghadap kepadaku dengan
muka yang bertampang durhaka, dan ia pamit dariku dengan langkah yang
khianat. Tatkala Al-bakri sampai di Yamamah, ia kembali murtad dari agama
Islam. Kemudian pada bulan Dhulkaidah ia keluar bersama kafilahnya dengan
tujuan Makkah. Tatkala para sahabat Nabi SAW. Mendengar beritanya, maka
segolongan sahabat Nabi dari kalangan kaum muhajirin dan kaun ansar bersiap-
siap keluar madinah untuk mencegat yang berada dalam kafilahnya itu. Kemudian
Allah SWT. Menurunkan ayat,‟‟ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar shiar-shiar Allah...‟‟(QS. Al-maidah/5: 2) kemudian para sahabat
mengurungkan niatnya (demi menghormati bulan haji itu).7
Hadits serupa ini di kemukakan pula oleh Asadiy.” Ibnu abu khatim
menengahkan dari Zaid bin Aslam yang mengatakan, bahwa Rasulullah SAW.
Bersama para sahabat tatkala berada di Hudaibiah, yaitu sewaktu orang-orang
musyrik mencegah mereka untuk memasuki Bait Al-Haram peristiwa ini sangat
berat dirasakan oleh mereka, kemudian ada orang-orang musyrik dari penduduk
sebelah timur Jazirah Arab untuk tujuan melakukan umroh. Para sahabat Nabi
SAW. berkata, marilah kita halangi mereka sebagaimana (teman-teman mereka)
merekapun menghalangi sahabat-sahabat kita. Kemudian Allah SWT.
Menurunkan ayat, ”Janganlah sekali-kali mendorongmu berbuat aniaya kepada
mereka...” (QS. Al-maidah/5 ayat : 2)

2. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)


Ungkapan “mutammimah”adalah ungkapan dalam riwayat yang belum
dipastikan Asbabun Nuzul karena masih terdapat keraguan. Hal tersebut dapat
berupa ungkapan sebagai berikut:
...“ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...”
“saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...........”
“saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan.....”
Contohnya: QS. Al-baqarah/2: 223

7
Qamaruddin Shaleh dan M. D. Dahlan, Dkk, Asbabun Nuzul, Cet.10 (Bandung: Diponegoro, 2004) h.182
ّ ‫اّٰللَ َّا ْعلَ ُو ْْٰٓا اًََّ ُك ْن ُّه ٰلقُ ٍُْْ ۗ َّ َث‬
‫ش ِِش‬ َ ِ ‫س ۤبؤُ ُك ْن َح ْشث َّل ُك ْن ۗ فَأْت ُ ْْا َح ْشث َ ُك ْن أًَّٰ ِشئْت ُ ْن ۗ َّقَ ِذّ ُه ْْا‬
ّٰ ‫َل ًْفُ ِس ُك ْن ۗ َّاتَّقُْا‬ َ ًِ
َ‫ْال ُوإْ ِه ٌِْ٘ي‬

Artinya: “istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, mak
datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.
Dan kerjakanlah (amal yang baik)untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah
dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar
gembira orang-orang yang beriman.”(QS. Al-baqarah/2: 223).
Asbabun Nuzul dari ayat berikut ; dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan
oleh Abu Daud dan Hakim, dari Ibnu Abbas di kemukakan bahwa penghuni
kampung di sekitar yatsrib (madinah), tinggal berdampingan bersama kaum
yahudi ahli kitab. Mereka menganggap bahwa kaum yahudi terhormat dan
berilmu, sehingga mereka banyak meniru dan menganggap baik segala
perbuatannya.Salah satu perbuatan kaum yahudi yang di anggap baik oleh mereka
ialah tidak menggauli istrinya dari belakang.
Adapun penduduk kampung sekitar Quraish (Makkah) menggauli istrinya
dengan segala keleluasannya.Ketika kaum muhajirin (orang makkah) tiba di
madinah salah seorang dari mereka kawin dengan seorang wanita ansar (orang
madinah).Ia berbuat seperti kebiasaannya tetapi di tolak oleh istrinya dengan
berkata: “kebiasaan orang sini, hanya menggauli istrinya dari muka.” Kejadian ini
akhirnya sampai pada nabi saw, sehingga turunlah ayat tersebut di atas yang
membolehkan menggauli istrinya dari depan, balakang, atau terlentang, asal tetap
di tempat yang lazim.8

BAB III

PENUTUP

8
Jalaluddin as-Suyuthi. Asbabun Nuzul. Ahli Bahasa oleh Tim Abdul Hayyie, Sebab-sebab Turunnya al-Qur’an.
(Jakarta: Gema Insani,2008), h.95.
Kesimpulan

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa sebab- sebab turunnya Al- Qur‟an atau
sering disebut dengan Asbabun Nuzul yaitu kita agar terhindar dari kesalahan dalam
memahami ayat ayat Al- Qur‟an dikarenakan tidak memahami Asbabun Nuzul dari ayat
tersebut dan menguatkan ingatan pada hukum dari sebuah ayat. Asbabun Nuzul juga
sebagai bahan sejarah yang digunakan dalam memberikan keterangan terhadap turunnya
ayat-ayat Al- Qur‟an. Sesuai dengan penjelasan diatas ada beberapa pendapat tentang
definisi, macam-macam Asbabun Nuzul, redaksi dan ungkapan Asbabun Nuzul dan
pedoman mengetahui Asbabun Nuzul. Dengan ini kita mengetahui hikmah dari turunnya
Al- Qur‟an, sebab turunnya Al- Qur‟an dan hadist serta dapat mempermudah dalam
mempelajari Al- Qur‟an. Adanya Asbabun Nuzul ini bisa ditinjau dari beberapa aspek
yaitu dari hadist- hadist.

Saran

Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah kami masih
belum sempurna dan masih ada kekurangan. Kami berharap semoga makalah ini berguna
bagi penulis, khususnya juga bagi para pembaca. Apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini mohon dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA

Pan Suaidi. 2016. Jurnal Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-macam, Redaksi dan
Urgensi.Medan.

Ahmad Zaini. 2014. Jurnal Asbab An-Nuzul dan Urgensinya dalam memahami makna al-
Qur’an. Yogyakarta.

Suhanda. Jurnal Asbabun Nuzul.

Anda mungkin juga menyukai