Anda di halaman 1dari 17

ASBABUN NUZUL

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas pada mata kuliah Al-Qur`an Hadis

Dosen Pengampu: Dr.Zulfah, S.S.,M.P.I

Disusun Oleh:

Nurul Husnah(2131033)

Nurhalisah(2131030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA`WAH WAL-IRSYAD

(STAI DDI MAROS)

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah


Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun makalah yang berjudul ASBABUN NUZUL . Salawat serta salam
marilah kita haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang semilir
keimanan.

Tujuan penulisan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk Jebih
mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita tentang study Al-Qur'an yang
menjadi pedoman umat manusia selanta ini. Disini kami akan membahas tentang
Jam'ul Qur'an yaitu pengumpulan Al-Qur'an.

Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedala
Makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh kesempurnaan.Karna itu
kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sangat diharapkan untuk
perbaikan.Selanjutnya, jikalau di dalalamakalah ini terdapat kebenaran dan
kegunaan, semua itu dari Allah Subhanahu Wata'ala sebaliknya, kalau di dalamnya
terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan semuanya itu karena kekurangan dan
keterbatasan kami sendiri.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan masalah ........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

A. Pengertian Asbabun Nuzul ...........................................................................3


B. Macam-Macam Asbabun Nuzul ...................................................................4
C. Kaidah-Kaidah Asbabun Nuzul ....................................................................6
D. Kegunaan Asbabun Nuzul ............................................................................8

BAB III PENUTUP ...............................................................................................12

A. Kesimpulan.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi manusia menyangkut tuntunan


yang berkaitan dengan aqidah, dan penjelasan mengenai petunjuk itu dalam hal
rincian syariat, dengan diturunkannya Al-Qur'an pada bulan ramadhan,
mengisyaratkan bahwa sangat dianjurkan untuk membaca dan mempelajari Al-
Qur'an selama bulan ramadhan, dan yang mempelajarinya diharapkan
memperoleh petunjuk serta memahami dan menerapkannya
penjelasanpenjelasannya. Karena dengan membaca Al-Qur'an ketika itu bahwa
yang bersangkutan menyiapkan wadah hatinya untuk menerima petunjuk Ilahi
berkat makanan ruhani-bukan jasmani-yang memenuhi kalbunya. Bahkan
jiwanya akan semakin cerah, pikirannya begitu jernih, sehingga ia akan
memperoleh kemampuan untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil.

Al Quran merupakan kitab suci sempurna sekaligus paripurna


diturunkan untuk umatmanusia kepada Nabi Muhammad lewat perantara
malaikat Jibril berupa pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang berlaku
sepanjang zaman, Al-Qur'an terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6666 ayat, 77.934
kosa kata dan 333.671 huruf. Untuk memberikan pengertian, Al Quran
didefinisikan sebagai kalam Allah SWT yang diturunkan (diwahyukan) kepada
Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, yang merupakan
mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir, yang ditulis di mushaf dan
membacanya bernilai ibadah.

Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian Al-


Qur'an adalah dengan menghafal dan menulisnya. Pada masa permulaan Islam,
setiap kali Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, beliau menyampaikannya
kepada para Sahabat dan memerintahkan mereka untuk menghafal dan
menuliskannya. Hampir semua Sahabat yang menerimanya mampu menguasai
dan menghafal isi wahyu yang diturunkan kepada Nabi Saw. Tradisi menghafal

1
Al-Qur'an dilanjutkan setelah Nabi Muhammad saw. wafat, bahkan sampai saat
ini umat Islam senantiasa melakukan tradisi tersebut sebagai amaliah ibadah
dan dalam rangka memelihara keotentikan ayat-ayat Al-Qur'an.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Asbabun Nuzul?
2. Bagaimana Macam-macam Asbabun Nuzul?
3. Bagaimana Kaidah kaidah Asbabun Nuzul?
4. Bagaimana Kegunaan Asbabun Nuzul?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul

Ungkapan “asbabun nuzul”merupakan bentuk idhofah dari kata


“asbab”dan “nuzul”. Secara bahasa “asbab”merupakan bentuk plural dari
“sabab” yangsecara etimologis berarti sebab , alasan, Illat (dasar logis),
perantaraan, wasilah,pendorong(motivasi), asal, sumber dan jalan. Yang
dimaksud “nuzul” disini ialahpenurunan Al-Qur’an dari Allah SWT
kepada Nabi SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as.1 Maka,bisa
diambil kesimpulan bahwa asbabun nuzul menurut etimologi ialah sebab-
sebab penurunan Al-Qur’an.

Asbabun nuzul adalah ilmu al-qur’an yang membahas mengenai


latarbelakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-qur’an
diturunkan.Adaperbedaan redaksional terkait pengertian asbabun nuzul di
kalangan ulama.Namun, dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul adalah
kejadian atau peristiwayang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Quran
dalam rangka menjawab,menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah
yang muncul dari kejadiantersebut.Asbabun nuzul juga dapat dikatakan
sebagai bahan sejarah yangdigunakan untuk memberikan keterangan
terhadap turunnya ayat-ayat Al QuranPada umumnya,asbabun nuzul
memudahkan para mufasir untuk menemukantafsir dan pemahaman suatu
ayat dari balik kisah diturunkannya ayat tersebut. Al-qur’an diturunkan sedikit
demi sedikit selama 23 tahun masa kenabian.Ayat demiayat di turunkan oleh
Allah dalam keadaan yang berbeda-beda .Dalam ranahsosial,ada banyak
ayat al-quran yang diturunkan sebagai jawaban atas problemyang dialami
oleh Nabi Muhammad dan para sahabat .Menyikapi hal ini, paraulama
membuka ranah penelitian baru dalam ilmu tafsir yang disebut
denganasbabun nuzul(secara bahasa:sebab-sebab atau latar historis turunnya

1
Muhammad Amin Suma ,Ulumul Qur’an (cet;I Jakarta:Raja Grafindo Persada,2013),hal.204

3
ayat al-qur’an”.Asbabun Nuzul memegang peranan penting dalam
penafsiran Al-Quran.Ilmu ini bermanfaat untuk memahami suatu ayat,
mengetahui hikmah di balikpenetapan hukum, hingga menelaah latar
belakang turunnya Al-Quran.

Asbabun nuzul secara istilah memiliki banyak pengertian seperti


yangdikemukakan oleh beberapa ulama,diantaranya:

1. Menurut Az Zarqani:“Asbabun nuzul” adalah khusus atau sesuatu yang


terjadi serta ada hubungannyadengan turunnya ayat Al-Qur’an sebagai
penjelas hukum pada saat peristiwa terjadi.2
2. Menurut Ash Shabuni:“Asbabun nuzul” adalah peristiwa atau kejadian
yang menyebabkan turunnyasatu atau beberapa ayat mulia yang
berhubungan dengan peristiwa dan kejadiantersebut ,baik berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw. atau kejadianyang berkaitan
dengan urusan agama.3
3. Menurut Subhi Shalih:“Asbabun nuzul” adalah sesuatu yang menjadi
sebab turunnya satu ataubeberapa ayat Alqur’an terkadang menyiratkan
peristiwa itu ,sebagai responsatasnya. Atau sebagai penjelas terhadap
hukum-hukum di saat peristiwa itu terjadi4

B. Macam-macam dan contoh Asbabun Nuzul

Berikut macam-macam asbabun nuzul yang dikutip dari Jurnal


Asbabun Nuzul:Pengertian, Macam-macam Redaksi dan Urgensi yang
ditulis oleh Pan Suaidi(2016):

1. Ta’addud AL-Asbab Wa AL-Nazil


Asbabun nuzul Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid adalah
beberapa sebab yanghanya melatarbelakangi turunnya satu ayat atau wahyu.
Ada kalanya wahyu turununtuk menanggapi beberapa peristiwa atau

2
Rosihon Anwar. Ulum Alqur’an (cet.v; Bandung:Pustaka Setia.2013)hal.60
3
Ibid
4
Rosihon Anwar. Op,cit. Hal.60

4
sebab, misalnya turunnya Q.S. Al-Ikhlas ayat 1-4 yang
berbunyi:“Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan
yang bergantungkepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada
pula di peranakkan.Dan tiada seorang pun yang setara dengan dengan
dia.”Surat tersebut diturunkan untuk menanggapi orang-orang musyrik
Mekkah sebelum Rasulullah SAW melakukan hijrah. Ayat itu juga
diturunkan kepada kaumahli kitab yang ditemui di Madinah usai Rasulullah
hijrah.
2. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid

Asbabun nuzul Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid merupakan satu


sebab yang mendasari turunnya beberapa ayat. Misalnya, Q. S. Ad-dukhan
ayat 10, 15,dan 16, yang berbunyi:“Maka tunggulah hari ketika langit
membawa kabut yang nyata,” (QS. Ad-Dukhan:10)“sesungguhnya
(kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit
sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar),” (QS. Ad-Dukhan:
15)“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman
yang keras.Sesungguhnya kami memberi balasan,” (QS. Ad-Dukhan:
16)Asbabun nuzul dari ayat-ayat tersebut terjadi ketika kaum Quraisy
durhaka kepada Rasulullah SAW. Beliau berdoa agar mereka merasakan
kelaparan sepertiyang pernah terjadi pada zaman nabi Yusuf.Akhirnya,
kaum Quraisy menderitakekurangan hingga mereka makan tulang.
Kaum tersebut pun mendatangiRasulullah SAW untuk meminta
pertolongan. Maka Rasulullah SAW berdoa agarditurunkan hujan.Hujan
turun setelah Nabi Muhammad SAW berdoa, namun kaum Quraisy
kembali sesat dan durhaka. Kemudian, turunlah riwayat
yangmenjelaskan bahwa siksaan akan turun ketika Perang Badar.Imam As-
Suyuthi dalam bukunya Asbabun Nuzul menjelaskan, ilmu
asbabunnuzul merupakan rangkaian peristiwa berdasarkan riwayat para
sahabat dantabi'in serta penukilan Al Quran dan as-sunnah. Tidak ada
ruang bagi akal didalamnya kecuali dengan melakukan tarjih antara
berbagai dalil ataumenghimpun berbagai dalil yang kerap bertentangan.

5
C. Kaidah-Kaidah Asbabun Nuzul

Dalam memahami kaidah disini dibagi menjadi dua yaitu :

1. Kaidah ُ‫ظ بِعموْ ُِم ْا ِلع ْب َرة‬


ُِ ‫ل اللَّ ْف‬
َُ ‫ص‬ ُِ َ‫ال َّسب‬
ُِ ْ‫ب بِخصو‬

Yang berarti : “ungkapan itu didasarkan pada keumuman teksnya,


bukan didasarkan atas kekhususan penyebabnya”.

Pengertiannya adalah jawaban lebih umum dari pertanyaan atau


sebab –nya. Dan sebab lebih khusus dari pada lafadz jawabnya. Ini secara
lo6gis mungkin terjadi, dan kenyataannya juga benar-benar terjadi. Karena
bentuk seperti ini tidak mengandung kekurangan, justru keumuman lafadz
dengan kekhususan sebabnya akan menyampaikan kepada tujuan secara
lebih sempurna dan efektif.

Hanya saja, ulama berbeda pendapat tentang hukumnya, apakah


yang dianggap keumuman lafadznya atau kekhususan sebabnya? Jumhur
ulama berpendapat bahwa hukumnya mencakup semua unsur dari lafadz
tersebut, baik unsur-unsur sebab maupun unsur-unsur selain sebab.
Sebagai contoh, peristiwa tuduhan zina oleh Hilal ibn Umayyah kepada
istrinya, yang berkenaan dengan peristiwa itu, turun firman Allah SWT :

Penetapan makna suatu ayat didasarkan pada bentuk hukumnya lafazh


(bunyi lafazh), bukan sebabnya yang khusus).

Contoh kaidah pertama : Firman Allah, Surat An-Nur ayat 6:

“Dan orang-yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak


mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang
itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya
dia adalah termasuk orang-orang yang benar. [Q.S. An-Nur: 6].”

Hadis yang lain lagi diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,
dari sahl bin Sa’d, ia berkata: Uwaimir bin Nash datang kepada ‘Ashim

6
bin ‘Uddai, lalu berkata, Tanyakan kepada Rasulullah SAW. Bila seorang
mendapatkan isterinya bermesraan dengan lelaki lain, maka dibunuh saja
atau bagaimana?”. Setelah ‘Ashim bertanya kepada Rasulullah SAW., lalu
bilang kepada Uwaimir, “Demi Allah, aku telah datang dan bertanya
kepada Rasulullah dan beliau menjawab, ‘Sesungguhnya Al-Qur’an telah
diturunkan kepadamu dan temanmu’, lalu beliau membaca ayat (yang
artinya): “Orang-orang yang menuduh isterinya dengan berzinah, tapi
mereka tidak mempunyai saksi-saksi kecuali dirinya sendiri...” ( QS. An-
Nur: 6)

Maka cara untuk menyatukan dua riwayat tersebut dapat kita


kemukakan bahwa riwayat yang awal menyangkut orang yang dituju
langsung oleh turunnya ayat (Hilal), yang kebetulan bersamaan dengan
datangnya Uwaimir, maka kemudian ayat turun pada keduannya. Ini sesuai
dengan kata Ibnu Hajar: “Tidak mengapa ada banyak sebab”.

2. Kaidah kedua menyatakan sebaliknya :ُ‫ص ْا ِلع ْب َرة‬ ُِ ‫( اللَّ ْف‬yang


ُ َ ُ‫ظ بِع‬
ُِ َ‫ل ال َّسب‬
ُِ ْ‫ب بِخصو‬
menjadi patokan adalah sebab khusus, bukan keumuman lafal).[4]
Kaidah ini berkaitan dengan permasalahan apakah ayat yang
diturunkan Allah SWT berdasarkan sebab khusus yang harus dipahami
sesuai dengan lafal keumuman ayat tersebut atau hanya terbatas pada
sebab khusus yang melatar belakangi turunnya ayat itu. Dalam masalah
tersebut, terdapat perbedaan pendapat dikalangan mufasir dan ahli ushul
fiqh, kaidah yang dipakai adalah kaidah pertama, yaitu memahami ayat
sesuai dengan keumuman lafalnya, bukan karena sebab khususnya.
Sebagian kecil mufasir dan ahli ushul fiqh, khususnya mufasir
kontemporer, berpendapat bahwa ayat itu semestinya dipahami sesuai
dengan sebab khususnya, bukan berdasarkan lafalnya yang umum. Dalam
kaitan dengan ini Ridwan as-Sayyid, tokoh pembaru dari Mesir
menjelaskan bahwa dalam suatu peristiwa terdapat unsur-unsur.

7
Contoh penerapan kaidah kedua: Firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 115:
Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu
menghadap di situ-lah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
Rahmat-Nya, lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 115).

Jika dalam memahami ayat 115 ini kita tetapkan kaidah pertama,
maka dapat disimpulkan, bahwa shalat dapat dilakukan dengan
menghadap kearah mana saja, tanpa dibatasi oleh situasi dan kondisi di
mana dan dalam keadaan bagaimana kita shalat.
Kesimpulan demikian ini bertentangan dengan dalil lain(ayat) yang
menyatakan, bahwa dalam melaksanakan shalat harus menghadap ke arah
Masjidil-Haram. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah: “Dan dari
mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram. Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang
hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan. (Al-Baqarah: 149)”
Akan tetapi, jika dalam memahami Surat Al-Baqarah ayat 115 diatas
dikaitkan dengan Asbabun nuzulnya, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah, bahwa menghadap ke arah mana saja dalam shalat adalah sah jika
shalatnya dilakukan di atas kendaraan yang sedang berjalan, atau dalam
kondisi tidak mengetahui arah kiblat (Masjidil Haram). Dalam kasus ayat
yang demikian 6ini pemahamannya harus didasarkan pada sebab turunnya
ayat yang bersifat khusus dan tidak boleh berpatokan pada bunyi lafazh
yang bersifat umum.

D. Kegunaan Asbabun Nuzul

Ada beberapa kegunaan yang dapat diambil dari mengetahui Asbabun


nuzul diantaranya ialah:

8
1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas
pensyariatan hukum, dan ini bermanfaat bagi orang yang beriman dan
orang yang tidak beriman.
Adapun bagi orang yang beriman maka akan bertambah imannya
dan timbul keinginan yang kuat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah
SWT, dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur`an, setelah nampak baginya
kemaslahatan dan keistimewaan4 dari persyariatan hukum Islam dan untuk
inilah al-Quran diturunkan. Sedangkan orang kafir maka hikmah-hikmah
yang terdapat pada pensyariatan hukum itu akan mengantarkannya kepada
beriman, jika ia mau insaf (sadar) ketika dia mengetahui bahwa pensyariatan
hukum Islam ini datang untuk menjaga kemaslahatankemaslahatan
manusia, bukan untuk menjerumuskannya dan menghukumnya. Sebagai
contoh pensyari`atan hukum Islam yang secara bertahap dalam
pengharaman khamr.

2. Mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah:


"bahwasanya ungkapan (teks) Al-quran itu didasarkan atas kekhususan
sebab.

3. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Al-Quran


itu bersifat umum, namun membutuhkan pengkhususan yang
pengkhususannya itu sendiri justru terletak pada pengetahuan tentang
sabab turun ayat itu.14

4. Memastikan makna ayat Al-Qur`an 15 dan menghilangkan kerancuan


maknanya.

Contoh pertama, dalam hadis shahih: dari Marwan bin Hikam


bahwasanya dia mengutus seseorang kepada Ibnu Abbas lalu menanyakannya:
jika semua orang bahagia dengan nikmat yang ia dapatkan (fariha bima utiya)
dan suka dipuji atas apa yang tidak ia lakukan (ahabba an yuhmada bima lam
yaf`al) akan disiksa sungguh kita semua tentu akan disiksa ? maka Ibnu Abbas

9
menjawab: ayat ini turun tentang ahli kitab. Kemudian beliau membaca ayat
187-188:

“dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi
kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan
jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke
belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit.
Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. janganlah sekali-kali kamu
menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka
kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka
kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan
bagi mereka siksa yang pedih.”

Ibnu Abbas mengatakan: “mereka (ahli kitab) ketika ditanya oleh Nabi
Muhammad SAW tentang sesuatu lalu mereka menyembunyikannya (jawaban
yang sebenarnya), dan mereka mengatakan yang lain. Lalu mereka pergi dengan
bangga setelah menjawab yang tidak ditanyakan kepada mereka, mereka
bersikap riya` dan menginginkan pujian dengan jawaban itu, dan merasa gembira
dengan menyembunyikan jawaban sebenarnya. Contoh kedua, dalam surat al
Baqarah ayat 115 sebagai berikut:

َُّ ِ ‫وا فَأ َ ۡيُنَ َما َو ۡٱل َم ۡغ ِربُ ۡٱل َم ۡش ِرقُ َو‬
ِ‫لِل‬ ُْ ُّ‫ٱلِلِ َو ۡجهُ فَثَ َُّم ت َول‬
َُّ ‫ن‬ َُّ ُ‫َعلِيمُ َٰ َو ِسع‬
َُّ ِ‫ٱلِلَ إ‬

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap
di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui”

Secara tekstual, ayat ini menunjukkan bahwa menghadapkan wajah ke


arah manapun di waktu solat itu boleh dan tidak wajib menghadapkan wajah ke
arah kiblat baik ketika bepergian maupun tidak bepergian. Dan ini tentu
bertentangan dengan ijmak ulama. Akan tetapi, jelas akan menjadi lain
pemahaman dan kesimpulannya ketika mengetahui sabab nuzul ayat tersebut.
Ayat ini turun bagi orang yang shalat sunnah dalam keadaan bepergian atau pun

10
orang yang shalat namun tidak bisa mengenali arah kiblat yang tepat yakni
menghadap ke arah ka’bah baitullah di masjid al Haram lalu dia shalat
berdasarkan ijtihadnya namun kemudian ternyata hasil ijtihadnya itu salah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asbabun nuzul adalah ilmu al-qur’an yang membahas mengenai latar


belakangatau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-qur’an
diturunkan. Padaumumnya, asbabun nuzul memudahkan para mufasir
untuk menemukan tafsirdan pemahaman suatu ayat dari balik kisah
diturunkannya ayat tersebut. Al-qur’an diturunkan sedikit demi sedikit
selama 23 tahun masa kenabian.Ayat demiayat di turunkan oleh Allah
dalam keadaan yang berbeda-beda. Asbabun nuzulsebagai alat bantu
yang penting dalam menafsirkan Al-Qur’an sehingga tidak terjadi
penyimpangan dalam menafsirkan Al-Qur’an.
2. Macam-macam dan contoh asbabun nuzul:
a. Ta’addud AL-Asbab Wa AL-Nazil
Asbabun nuzul Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid adalah
beberapa sebab yanghanya melatarbelakangi turunnya satu ayat atau
wahyu. Ada kalanya wahyu turununtuk menanggapi beberapa
peristiwa atau sebab, misalnya turunnya Q.S. Al-Ikhlas ayat 1-4
yang berbunyi:“Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa.
b. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid
Asbabun nuzul Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid
merupakan satu sebab yang mendasari turunnya beberapa ayat.
Misalnya, Q. S. Ad-dukhan ayat 10, 15,dan 16, yang berbunyi:“Maka
tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata,” (QS.
Ad-Dukhan:10)“sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan
siksaan itu agak sedikit sesungguhnya kamu akan kembali
(ingkar),” (QS. Ad-Dukhan: 15)“(ingatlah) hari (ketika) kami
menghantam mereka dengan hantaman yang keras
3. Ada beberapa kegunaan yang dapat diambil dari mengetahui Asbabun
nuzul diantaranya ialah:

12
a. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas
pensyariatan hukum, dan ini bermanfaat bagi orang yang beriman dan
orang yang tidak beriman.
b. Mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah:
"bahwasanya ungkapan (teks) Al-quran itu didasarkan atas
kekhususan sebab.
c. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Al-
Quran itu bersifat umum, namun membutuhkan pengkhususan yang
pengkhususannya itu sendiri justru terletak pada pengetahuan tentang
sabab turun ayat itu.14 4.

Dengan pengetahuan tentang asbab an-nuzul maka terbentuk


media yang paling baik untuk mewujudkan tujuan Pendidikan dalam
mempelajari Al-Qur’an baik secara bacaan maupun tafsirnya. Asbab an-
nuzul ada kalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa
pertanyaan yang disampaikan kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum
suatu masalah, hingga Al-Qur’an pun turun meresponnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Syaikh Manna. 2004 M. Pengantar Studi Al-Qur'an. El-Mazni, Aunur


Rafiq. 2015. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta

Yasir, Muhammad dan Ade Jamaruddin. 2016. Studi Al-Qur'an. Riau: Asa Riau
Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana

Abu Hasan „Ali bin Hamid al Wahdi al Naisaburi, Asbabun Nuzul, Beirut: Dar al
Fikr, 1986

14

Anda mungkin juga menyukai