Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas pada mata kuliah Al-Qur`an Hadis
Disusun Oleh:
Nurul Husnah(2131033)
Nurhalisah(2131030)
2023
KATA PENGANTAR
Tujuan penulisan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk Jebih
mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita tentang study Al-Qur'an yang
menjadi pedoman umat manusia selanta ini. Disini kami akan membahas tentang
Jam'ul Qur'an yaitu pengumpulan Al-Qur'an.
Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedala
Makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh kesempurnaan.Karna itu
kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sangat diharapkan untuk
perbaikan.Selanjutnya, jikalau di dalalamakalah ini terdapat kebenaran dan
kegunaan, semua itu dari Allah Subhanahu Wata'ala sebaliknya, kalau di dalamnya
terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan semuanya itu karena kekurangan dan
keterbatasan kami sendiri.
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan.................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Al-Qur'an dilanjutkan setelah Nabi Muhammad saw. wafat, bahkan sampai saat
ini umat Islam senantiasa melakukan tradisi tersebut sebagai amaliah ibadah
dan dalam rangka memelihara keotentikan ayat-ayat Al-Qur'an.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Asbabun Nuzul?
2. Bagaimana Macam-macam Asbabun Nuzul?
3. Bagaimana Kaidah kaidah Asbabun Nuzul?
4. Bagaimana Kegunaan Asbabun Nuzul?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad Amin Suma ,Ulumul Qur’an (cet;I Jakarta:Raja Grafindo Persada,2013),hal.204
3
ayat al-qur’an”.Asbabun Nuzul memegang peranan penting dalam
penafsiran Al-Quran.Ilmu ini bermanfaat untuk memahami suatu ayat,
mengetahui hikmah di balikpenetapan hukum, hingga menelaah latar
belakang turunnya Al-Quran.
2
Rosihon Anwar. Ulum Alqur’an (cet.v; Bandung:Pustaka Setia.2013)hal.60
3
Ibid
4
Rosihon Anwar. Op,cit. Hal.60
4
sebab, misalnya turunnya Q.S. Al-Ikhlas ayat 1-4 yang
berbunyi:“Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan
yang bergantungkepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada
pula di peranakkan.Dan tiada seorang pun yang setara dengan dengan
dia.”Surat tersebut diturunkan untuk menanggapi orang-orang musyrik
Mekkah sebelum Rasulullah SAW melakukan hijrah. Ayat itu juga
diturunkan kepada kaumahli kitab yang ditemui di Madinah usai Rasulullah
hijrah.
2. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid
5
C. Kaidah-Kaidah Asbabun Nuzul
Hadis yang lain lagi diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,
dari sahl bin Sa’d, ia berkata: Uwaimir bin Nash datang kepada ‘Ashim
6
bin ‘Uddai, lalu berkata, Tanyakan kepada Rasulullah SAW. Bila seorang
mendapatkan isterinya bermesraan dengan lelaki lain, maka dibunuh saja
atau bagaimana?”. Setelah ‘Ashim bertanya kepada Rasulullah SAW., lalu
bilang kepada Uwaimir, “Demi Allah, aku telah datang dan bertanya
kepada Rasulullah dan beliau menjawab, ‘Sesungguhnya Al-Qur’an telah
diturunkan kepadamu dan temanmu’, lalu beliau membaca ayat (yang
artinya): “Orang-orang yang menuduh isterinya dengan berzinah, tapi
mereka tidak mempunyai saksi-saksi kecuali dirinya sendiri...” ( QS. An-
Nur: 6)
7
Contoh penerapan kaidah kedua: Firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 115:
Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu
menghadap di situ-lah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
Rahmat-Nya, lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 115).
Jika dalam memahami ayat 115 ini kita tetapkan kaidah pertama,
maka dapat disimpulkan, bahwa shalat dapat dilakukan dengan
menghadap kearah mana saja, tanpa dibatasi oleh situasi dan kondisi di
mana dan dalam keadaan bagaimana kita shalat.
Kesimpulan demikian ini bertentangan dengan dalil lain(ayat) yang
menyatakan, bahwa dalam melaksanakan shalat harus menghadap ke arah
Masjidil-Haram. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah: “Dan dari
mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram. Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang
hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan. (Al-Baqarah: 149)”
Akan tetapi, jika dalam memahami Surat Al-Baqarah ayat 115 diatas
dikaitkan dengan Asbabun nuzulnya, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah, bahwa menghadap ke arah mana saja dalam shalat adalah sah jika
shalatnya dilakukan di atas kendaraan yang sedang berjalan, atau dalam
kondisi tidak mengetahui arah kiblat (Masjidil Haram). Dalam kasus ayat
yang demikian 6ini pemahamannya harus didasarkan pada sebab turunnya
ayat yang bersifat khusus dan tidak boleh berpatokan pada bunyi lafazh
yang bersifat umum.
8
1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas
pensyariatan hukum, dan ini bermanfaat bagi orang yang beriman dan
orang yang tidak beriman.
Adapun bagi orang yang beriman maka akan bertambah imannya
dan timbul keinginan yang kuat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah
SWT, dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur`an, setelah nampak baginya
kemaslahatan dan keistimewaan4 dari persyariatan hukum Islam dan untuk
inilah al-Quran diturunkan. Sedangkan orang kafir maka hikmah-hikmah
yang terdapat pada pensyariatan hukum itu akan mengantarkannya kepada
beriman, jika ia mau insaf (sadar) ketika dia mengetahui bahwa pensyariatan
hukum Islam ini datang untuk menjaga kemaslahatankemaslahatan
manusia, bukan untuk menjerumuskannya dan menghukumnya. Sebagai
contoh pensyari`atan hukum Islam yang secara bertahap dalam
pengharaman khamr.
9
menjawab: ayat ini turun tentang ahli kitab. Kemudian beliau membaca ayat
187-188:
“dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi
kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan
jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke
belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit.
Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. janganlah sekali-kali kamu
menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka
kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka
kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan
bagi mereka siksa yang pedih.”
Ibnu Abbas mengatakan: “mereka (ahli kitab) ketika ditanya oleh Nabi
Muhammad SAW tentang sesuatu lalu mereka menyembunyikannya (jawaban
yang sebenarnya), dan mereka mengatakan yang lain. Lalu mereka pergi dengan
bangga setelah menjawab yang tidak ditanyakan kepada mereka, mereka
bersikap riya` dan menginginkan pujian dengan jawaban itu, dan merasa gembira
dengan menyembunyikan jawaban sebenarnya. Contoh kedua, dalam surat al
Baqarah ayat 115 sebagai berikut:
َُّ ِ وا فَأ َ ۡيُنَ َما َو ۡٱل َم ۡغ ِربُ ۡٱل َم ۡش ِرقُ َو
ِلِل ُْ ُّٱلِلِ َو ۡجهُ فَثَ َُّم ت َول
َُّ ن َُّ َُعلِيمُ َٰ َو ِسع
َُّ ِٱلِلَ إ
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap
di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui”
10
orang yang shalat namun tidak bisa mengenali arah kiblat yang tepat yakni
menghadap ke arah ka’bah baitullah di masjid al Haram lalu dia shalat
berdasarkan ijtihadnya namun kemudian ternyata hasil ijtihadnya itu salah.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
a. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas
pensyariatan hukum, dan ini bermanfaat bagi orang yang beriman dan
orang yang tidak beriman.
b. Mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah:
"bahwasanya ungkapan (teks) Al-quran itu didasarkan atas
kekhususan sebab.
c. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Al-
Quran itu bersifat umum, namun membutuhkan pengkhususan yang
pengkhususannya itu sendiri justru terletak pada pengetahuan tentang
sabab turun ayat itu.14 4.
13
DAFTAR PUSTAKA
Yasir, Muhammad dan Ade Jamaruddin. 2016. Studi Al-Qur'an. Riau: Asa Riau
Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana
Abu Hasan „Ali bin Hamid al Wahdi al Naisaburi, Asbabun Nuzul, Beirut: Dar al
Fikr, 1986
14