MASYARAKAT MADINAH
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
DOSEN PEMBIMBING
Dengan adanya Piagam Madinah, maka penduduk Madinah bisa hidup dengan
tenang dan damai serta setiap pemeluk agama saling menghormati antara satu
dengan yang lain. Suku Auz dan Khazraj yang sebelumnya saling bertikai,
berhasil didamaikan oleh Rasulullah dan Yahudi (Bani Quraiza, Bani Nazhir,
dan Bani Qainuka) bersatu dengan kaum muslimin baik yang muhajirin maupun
yang anshar.Piagam Madinah telah mengakomodasi prinsip-prinsip toleransi,
sehingga kehidupan beragama terjamin.
2. PerjanjianHudaibiyah
Pada akhir tahun keenam hijriah, Nabi Muhammad Saw beserta para sahabat
pergi ke Mekah untuk melakukan umrah. Sebelum tiba di Mekah, para
rombongan berkemah di Hudaibiyah karena penduduk Mekah tidak
mengizinkan masuk. Maka diadakanlah perjanjian yang dikenal dengan nama
perjanjian Hudaibiyah, yang mana selama perjanjian ini dakwah Islam tersebar
ke Jazirah Arab; menandakan bahwa betapa ampuhnya strategi politik yang
dibangun Nabi Muhammad Saw.
Etika politik yang dibangun Rasulullah dengan hikmah dan nasihat serta
keputusan dalam politik menunjukkan keluasan pandangan, menegakkan
keadilan, membela kepentingan rakyat, menjunjung nilai-nilai akhlak dalam
berpolitik, dan kebijaksanaan yang cemerlang dalam memimpin.
Hal ini perlu dipahami, karena penulisan tentang sejarah Nabi Muhammad SAW
dan peradaban yang beliau bangun, kebanyakan ditulis oleh para orientalis.
Mereka menggunakan pendekatan historicity atau kritik sejarah yang
menekankan pada kuatnya fakta. Selama fakta-fakta tersebut dapat dibuktikan
dan dijelaskan secara rasional maka ia bisa diterima sebagai bukti sejarah.
Dengan alasan tidak rasional dan mustahil untuk diterima, maka sebuah fakta
yang kuat riwayatnya pun dapat ditolak. Selain itu, konsekuensi pendekatan ini
adalah reduksi terhadap fakta.
Sehingga, Islam bukanlah ajaran yang lahir dari masyarakat Arab yang
sedang bergulat dengan berbagai fenomena dan problematika sosial, budaya,
politik, dan ekonomi. Namun Islam lahir karena wahyu yang diturunkanoleh
Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, wajib bagi tiap
muslim untuk meyakini dan mengikuti ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW, yang telah menjadi sendi-sendi peradaban Islam, serta
mengimani sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW baik berdasar riwayat
yang shahih maupun fakta sejarah yang ada.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW meliputi
berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi dan juga militer. Pada
masa inilah peletakan dasar-dasar peradaban Islam di awal pembentukannya.
Dalam struktur masyarakat Arab kala itu, kabilah (klan) adalah intinya. Ia
adalah organisasi keluarga besar yang hubungan antara anggotanya diikat oleh
pertalian darah (nasab). Akan tetapi, adakalanya hubungan seseorang dengan
kabilahnya disebabkan oleh ikatan perkawinan, suaka politik atau karena
sumpah setia. Solidaritas kesukuan (‘asabiyah qabiliyah) dalam masyarakat
Arab praIslam terkenal amat kuat. Hal ini diwujudkan dalam bentuk proteksi
kabilah atas seluruh anggota kabilahnya. Kesalahan seorang anggota kabilah
terhadap kabilah lain menjadi tangggung jawab kabilahnya, sehingga ancaman
terhadap seorang anggota kabilah berarti ancaman terhadap kabilah yang
bersangkutan. Oleh karena itu, perselisihan perseorangan hampir selalu
menimbulkan konflik antar kabilah yang acapkali melahirkan peperangan yang
berlangsung lama.
Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian di antara suku-suku yang ada,
yang menghasilkan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah umat manusia,
yaitu Piagam Madinah (The Charter of Medina). Berdasarkan pasal pertama
konstitusi tersebut, Nabi membentuk ummah, yang disepakati oleh empat
macam komunitas: Yahudi, Nashrani, Anshar, dan Muhajirin.[4] Komunitas
baru yang disebut dengan ummah (masyarakat Islam) tersebut merupakan
sebuah sistem komunitas persaudaraan yang mengintegrasikan individu-
individu, kabilah/klan, kota dan bahkan kelompok etnik menjadi sebuah
komunitas yang lebih besar. Ummah berfungsi sebagai sebuah dasar kerja sama
dalam kehidupan politik dan sosial, yang mendefinisikan kembali makna
kesukuan sebagai sebuah kelompok yang mempertahankan saudaranya kepada
ikatan keagamaan dan juga ikatan persaudaraan darah.
Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian di antara suku-suku yang ada, yang
menghasilkan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah umat manusia, yaitu
Piagam Madinah (The Charter of Medina).
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, Anita Puji. 2018. Buku Ajar Metodologi Studi Islam dan Kajian Islam
Kontemporer Perspektif Insider/Outsider. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Baalbaki, Rohi. 1995. Al-Mawarid A Modern Arabic-English Dictionary. Beirut:
Dar-E-Ilm Lilmalayn.
Bakker, dkk, Anton. 2011. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat. 2004. Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas dan
Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.
Mas’ud, Sulthon. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UINSA.
Nasuiton, Syamruddin. 2017. Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, Cet. 4.
Riau: Asa Riau.
Rohimat, Asep Maluna. 2018. Metodologi Studi Islam, Cet. 1. Yogyakarta: CV
Gerbang Media Aksara.
Sewang, Anwar. 2017. Buku Ajar Sejarah Peradaban Islam. Pare-pare: STAIN
Pare-Pare Sulsel.
Supiana. 2012. Metodologi Studi Islam, Cet. 2. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementrian Agama.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional
Tim. 2008. Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional.
Zakariya, Din Muhammad. 2018. Sejarah Peradab an Islam: Prakenabian hingga
Islam di Indonesia, Cet. 1. Malang: CV. Intrans Publishing.