Anda di halaman 1dari 10

USAHA-USAHA MUHAMMAD DALAM

MASYARAKAT MADINAH

Diajukan Sebagai Tugas Makalah Pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban


Islam

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II

FIRDAUS NIM: 2131034 MUHAMMAD YUSUP NIM: 2131006


RESKI AMELIA NIM: 2131015 NURUL FUADY NIM: 2131022
KHAERAWATI NIM: 2131010 SAKINA NIM: 2131032

SEMESTER III KELAS PAI-A

DOSEN PEMBIMBING

A. MUHAMMAD YUSRI, S.Pd.I., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD
(STAI DDI MAROS)
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Pembahasan mengenai sejarah peradaban Islam sangatlah penting


untuk dijadikan perhatian saat ini. Tidak sedikit dari kalangan kita yang
begitu kurang mengenal dan interest atau bahkan (semoga tidak) tidak mau
tahu tentang sejarah peradaban Islam. Sehingga nantinya bisa berdampak
pada hilangnya dari khayalak tentang pentingnya peristiwa-peristiwa atau
kejadian-kejadian di masa lampau yang bisa diambil hikmah dan dijadikan
pijakan untuk masa kini (zaman sekarang).
Eksistensi Madinah sebagai kekuatan ekonomi, agama, dan politik, dan
perpaduan antara keragaman ideologi adalah satu tradisi baru dalam
peradaban manusia yang sebelumnya tidak ada dan tidak dikenal, apalagi
dalam konteks kebudayaan bangsa Arab. Kelahiran pemerintahan Islam
Madinah di jazirah Arab telah membawa revolusi rohani (mental) dan
pemikiran yang memproyeksikan pembangunan tata dunia baru yang
dipijakkan pada kekuatan moral dan ditumpukan pada kekuatan agama
dalam membentuk etika baru di mana kekuasaan dipandu oleh akhlak,
persamaan, dan saling menghormati yang begitu mendalam. Madinah
dengan caranya sendiri telah berusaha dan menjelma menjadi negara baru
yang dihuni oleh penduduk egaliter yang semangat, spirit perjuangan dan
cita-citanya masih terasa sampai sekarang.
Tentu saja pembahasan ini akan merangkumi undang-undang,
ketatanegaraan, diplomasi, akidah, syariah, dan hukum. Melalui realitas
historis, akan dieksplorasi dasar-dasar kekuatan dan pengaruh dakwah Islam
yang kemudian melahirkan peradaban yang kelak menjadi rujukan dunia
dalam pendirian negara modern dan perhargaan terhadap hak asasi manusia.
Sebagai mercusuar bagi dunia, tata kelola pemerintahan Madinah yang
dibangun di atas prinsip moral, akidah, dan ilmu, akan menampakkan
keaslian karakter agama Islam yang rahmatan lil ‘ālamīn dan penuh dengan
ajaran tasāmuh, tawassuṭ, dan i’tidal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. POLITIK PEMERINTAHAN ISLAM


Strategi politik Rasulullah di Madinah identik dengan perjanjian, disini
Nabi Muhammad Saw betapa piawainya dalam berdiplomatik. Dari hasil telaah,
penulis mendapatkan beberapa strategi politik Nabi Muhammad Saw, yaitu:

1. Perjanjian Politik Piagam Madinah


Strategi politik yang dibangun Nabi Muhammad Saw dalam menjaga
keamanan dan ketenteraman Madinah dengan membuat perjanjian persahabatan
dan perdamaian dengan kaum Yahudi. Dalam perjanjian ini ditetapkan hak
kemerdekaan tiap-tiap golongan memeluk dan menjalankan agamanya, hak
kemerdekaan berpikir, hak kehormatan jiwa, negeri, dan harta. Inilah salah satu
perjanjian politik yang belum pernah dilakukan oleh Nabi-nabi terdahulu dan
merupakan suatu peristiwa baru dalam lapangan politik dan peradaban atau
sivilisasi. (Rus’an, 1981: 97-98). Perjanjian ini dinamakan dengan Piagam
Madinah (al-Mitsaq al-Madinah) atau Konstitusi Madinah.
Menurut Akram Dhiyauddin Umari (dalam Jaih Mubarok, 2004: 49-50) isi
Piagam Madinah secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama,
perjanjian Nabi Muhammad Saw dengan Yahudi dan kedua, perjanjian dengan
Muhajirin dan Anshar.

Dengan adanya Piagam Madinah, maka penduduk Madinah bisa hidup dengan
tenang dan damai serta setiap pemeluk agama saling menghormati antara satu
dengan yang lain. Suku Auz dan Khazraj yang sebelumnya saling bertikai,
berhasil didamaikan oleh Rasulullah dan Yahudi (Bani Quraiza, Bani Nazhir,
dan Bani Qainuka) bersatu dengan kaum muslimin baik yang muhajirin maupun
yang anshar.Piagam Madinah telah mengakomodasi prinsip-prinsip toleransi,
sehingga kehidupan beragama terjamin.
2. PerjanjianHudaibiyah
Pada akhir tahun keenam hijriah, Nabi Muhammad Saw beserta para sahabat
pergi ke Mekah untuk melakukan umrah. Sebelum tiba di Mekah, para
rombongan berkemah di Hudaibiyah karena penduduk Mekah tidak
mengizinkan masuk. Maka diadakanlah perjanjian yang dikenal dengan nama
perjanjian Hudaibiyah, yang mana selama perjanjian ini dakwah Islam tersebar
ke Jazirah Arab; menandakan bahwa betapa ampuhnya strategi politik yang
dibangun Nabi Muhammad Saw.

Etika politik yang dibangun Rasulullah dengan hikmah dan nasihat serta
keputusan dalam politik menunjukkan keluasan pandangan, menegakkan
keadilan, membela kepentingan rakyat, menjunjung nilai-nilai akhlak dalam
berpolitik, dan kebijaksanaan yang cemerlang dalam memimpin.

3. Menjalin Persahabatan dengan Mengutus Delegasi


Pada bulan Ramadhan tahun keenam hijriah dikenal dalam sejarah Islam
sebagai tahun menjalin persahabatan dengan mengutus beberapa delegasi
kepada para penguasa dan raja-raja. Para delegasi membawa surat yang ditulis
oleh Nabi Muhammad Saw yang isinya menyeru untuk memeluk agama Islam.
(Samih Kariyyam: 2005: 188). Adapun para delegasi yang dikirim Nabi
Muhammad Saw sebagai berikut:
Dahyan bin Khalifah al-Kalbi dikrim ke raja Heraklius di Byzantium,
Abdullah bin Hudzaifah as-Sahmi dikirim kepada Kisra yang merupakan raja
Parsi, Umar bin Umayyah ad-Dhamri dikirik kepada Najasyi raja Habsyah,
Hathib bin Abu Balta’ah dikirim kepada Muqauqis raja Mesir, Syuja’ bin
Wahab al-Asadi dikirim kepada Harist al-Ghassani raja Hirah, dan Ibnu
Umayyah al-Makhzumi dikirim kepada raja Harist al-Hamiri di Yaman.

4. Perjanjian dengan Yohanes bin Ru’bah


Nabi Muhammad Saw kembali ke Madinah dari Tabuk dengan membawa
kemenangan pada awal Ramadan tahun kesembilan hijriah, pada saat itu tidak
lagi melakukan pertempuran setelah mundurnya negara tersebut. Di samping itu,
telah terjadi kesepakatan antara penduduk di perbatasan, diantaranya perjanjian
dengan penguasa Ailah Yohanes bin Ru’bah.
Isi perjanjian tersebut bahwa Nabi Muhammad Saw memberikan jaminan
keamanan terhadap sumber air dan kendaraan kepada masyarakat yang ada di
darat dan di laut. Sebagai gantinya, Penduduk Ailah membayar pajak (zijyah)
kepada kaum muslimin sebesar tiga ratus dinar setiap tahunnya. (Samih
Kariyyam: 2005: 235).
Sebagai pemimpin (kepala negara) di Madinah, strategi politik yang
dibangun Rasulullah Saw dengan hikmah dan menghasilkan perjanjian-
perjanjian politik dengan berbagai pihak berjalan dengan baik dan lancar, disini
memperlihatkan kebijaksanaan Nabi Muhammad Saw sebagai seorang politisi
ulung dan cakap dalam berdiplomatik.
Strategi politik yang dibangun Rasulullah dengan mengusung berbagai macam
perjanjian yang telah disebutkan di atas sehingga Madinah menjadi negara
terbaik, kota madani, dan menjadi acuan atau referensi sebagai model negara
yang baik pada zaman sekarang ini.
Begitu juga dengan Nabi Muhammad Saw sebagai politisi ulung, maka bagi
politisi zaman sekarang (legeslatif dan eksekutif) sudah selayaknya mencontoh
keteladanan Nabi Muhammad Saw dalam berpolitik sehingga rakyat bisa
sejahtera dan mendapatkan kedamaian hidup. Perjanjian di masa kampanye
merupakan strategi politik yang telah mengantarkan duduk di kursi pejabat, kini
janji-janji tersebut akan ditagih oleh mayarakat yang telah memberikan hak
suaranya.
Perjanjian-perjanjian dalam politik akan mengantarkan seseorang kepada
kemuliaan dan kehormatan, manakala perjanjian tersebut dilaksanakan dan
ditepati oleh seorang politisi. Begitu sebaliknya, manakala perjanjian diingkari
yang telah dibuat maka jatuhlah kehormatan dan kehinaan akan mewarnai
kehidupan seorang politisi dalam kancah perpolitikan.

B. SISTEM-SISTEM YANG MENUJANG PERADABAN DI MADINAH


Setelah datangnya Nabi Muhammad SAW dengan membawa risalah
nubuwah dan memberikan pencerahan kepada masyarakat Arab, begitu banyak
perubahan yang dilakukan oleh Nabi dalam membentuk tatanan yang baru,
beradab, adil dan maju. Islam adalah agama wahyu (revealed religion).
Peradaban Islam yang dibangun pada masa Nabi Muhammad SAW bukan
karena konstruksi politik (politically constructed), konstruksi social (socially
constructed), kontstruksi ekonomi (economically constructed), atau konstruksi
budaya (culturally constructed), tetapi dibangun atas dasar wahyu itu sendiri.

Hal ini perlu dipahami, karena penulisan tentang sejarah Nabi Muhammad SAW
dan peradaban yang beliau bangun, kebanyakan ditulis oleh para orientalis.
Mereka menggunakan pendekatan historicity atau kritik sejarah yang
menekankan pada kuatnya fakta. Selama fakta-fakta tersebut dapat dibuktikan
dan dijelaskan secara rasional maka ia bisa diterima sebagai bukti sejarah.
Dengan alasan tidak rasional dan mustahil untuk diterima, maka sebuah fakta
yang kuat riwayatnya pun dapat ditolak. Selain itu, konsekuensi pendekatan ini
adalah reduksi terhadap fakta.
Sehingga, Islam bukanlah ajaran yang lahir dari masyarakat Arab yang
sedang bergulat dengan berbagai fenomena dan problematika sosial, budaya,
politik, dan ekonomi. Namun Islam lahir karena wahyu yang diturunkanoleh
Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, wajib bagi tiap
muslim untuk meyakini dan mengikuti ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW, yang telah menjadi sendi-sendi peradaban Islam, serta
mengimani sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW baik berdasar riwayat
yang shahih maupun fakta sejarah yang ada.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW meliputi
berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi dan juga militer. Pada
masa inilah peletakan dasar-dasar peradaban Islam di awal pembentukannya.
Dalam struktur masyarakat Arab kala itu, kabilah (klan) adalah intinya. Ia
adalah organisasi keluarga besar yang hubungan antara anggotanya diikat oleh
pertalian darah (nasab). Akan tetapi, adakalanya hubungan seseorang dengan
kabilahnya disebabkan oleh ikatan perkawinan, suaka politik atau karena
sumpah setia. Solidaritas kesukuan (‘asabiyah qabiliyah) dalam masyarakat
Arab praIslam terkenal amat kuat. Hal ini diwujudkan dalam bentuk proteksi
kabilah atas seluruh anggota kabilahnya. Kesalahan seorang anggota kabilah
terhadap kabilah lain menjadi tangggung jawab kabilahnya, sehingga ancaman
terhadap seorang anggota kabilah berarti ancaman terhadap kabilah yang
bersangkutan. Oleh karena itu, perselisihan perseorangan hampir selalu
menimbulkan konflik antar kabilah yang acapkali melahirkan peperangan yang
berlangsung lama.
Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian di antara suku-suku yang ada,
yang menghasilkan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah umat manusia,
yaitu Piagam Madinah (The Charter of Medina). Berdasarkan pasal pertama
konstitusi tersebut, Nabi membentuk ummah, yang disepakati oleh empat
macam komunitas: Yahudi, Nashrani, Anshar, dan Muhajirin.[4] Komunitas
baru yang disebut dengan ummah (masyarakat Islam) tersebut merupakan
sebuah sistem komunitas persaudaraan yang mengintegrasikan individu-
individu, kabilah/klan, kota dan bahkan kelompok etnik menjadi sebuah
komunitas yang lebih besar. Ummah berfungsi sebagai sebuah dasar kerja sama
dalam kehidupan politik dan sosial, yang mendefinisikan kembali makna
kesukuan sebagai sebuah kelompok yang mempertahankan saudaranya kepada
ikatan keagamaan dan juga ikatan persaudaraan darah.

Konstitusi yang berkaitan dengan ummah tersebut tidak terhitung banyaknya,


mencakup aturan-aturan mengenai hubungan-hubungan baik sipil maupun
politik antar warga negara yang satu terhadap warga negara yang lain, dan juga
dengan warga dari negara lain di luar mereka. Konsepsi kekuasaan ditetapkan
atas dasar hak prerogatif menurut kemutlakan agama. Dengan demikian, ummah
mempunyai dua karakter. Di satu pihak ummah adalah organisasi politik, dan
dalam waktu yang bersamaan ummah pada dasarnya memiliki arti keagamaan.
Itulah wujud masyarakat agama, suatu masyarakat theocracy. Urusan-urusan
politik dan urusan-urusan keagamaan tidak pernah benar-benar terpisah Syari’ah
yang dijunjung tinggi itu mengatur setiap aspek kehidupan, tidak hanya tentang
kepercayaan dan peribadatan, tetapi juga mengatur hukum publik, hukum
konstitusional dan hukum internasional, hukum privat, hukum kriminal dan
hukum sipil. Karakternya (Islam) yang ideal paling jelas tampak dalam aspek
konstitusi.[7]

Nabi Muhammad SAW telah menciptakan sebuah pemerintahan lokal yang


baru, yang didirikan atas dasar pandangan nubuwah yang dimilkinya. Inilah
Negara muslim pertama yang menjadi cikal bakal imperium Islam. Rasulullah
juga membentuk pasukan militer[8] dan melakukan aktivitas militer yang riil di
kalangan kaum muslimin. Nabi mengadakan “Patroli Pemantauan” dan
mengirim brigade militer dan juga memimpin pasukan militer di bawah
komandonya.
Dengan cepat, ia telah menjadi kekuatan yang bersaing di Arabia bukan
hanya dengan kaum Quraisy, tetapi juga dengan kekaisaran Bizantium dan
Sasani. Setelah memenangkan persaingan tersebut dan menjadikan dirinya
sebagai pemerintahan Arab secara umum, dalam dua generasi yang berturut-
turut, ia telah meluaskan wilayahnya atas negeri-negeri tetangganya dalam
perjuangan-perjuangan monumental antara orang-orang Arab Muslim dan dua
kekuatan kekaisaran. Pada setiap belokan, keputusan-keputusan yang krusial
diambil untuk menentukan “karakter” yang mana yang harus diambil oleh
pemerintahan Islam masa depan. Kemudian, pada gilirannya karakter tersebut
akan menentukan dampak apa yang akan dimiliki Islam atas masyarakat yang ia
taklukkan.
BAB III
KESIMPULAN

QPembaharuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW meliputi


berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi dan juga militer. Pada
masa inilah peletakan dasar-dasar peradaban Islam di awal pembentukannya.
Dalam struktur masyarakat Arab kala itu, kabilah (klan) adalah intinya. Ia
adalah organisasi keluarga besar yang hubungan antara anggotanya diikat oleh
pertalian darah (nasab). Akan tetapi, adakalanya hubungan seseorang dengan
kabilahnya disebabkan oleh ikatan perkawinan, suaka politik atau karena
sumpah setia. Solidaritas kesukuan (‘asabiyah qabiliyah) dalam masyarakat
Arab praIslam terkenal amat kuat. Hal ini diwujudkan dalam bentuk proteksi
kabilah atas seluruh anggota kabilahnya. Kesalahan seorang anggota kabilah
terhadap kabilah lain menjadi tangggung jawab kabilahnya, sehingga ancaman
terhadap seorang anggota kabilah berarti ancaman terhadap kabilah yang
bersangkutan. Oleh karena itu, perselisihan perseorangan hampir selalu
menimbulkan konflik antar kabilah yang acapkali melahirkan peperangan yang
berlangsung lama.

Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian di antara suku-suku yang ada, yang
menghasilkan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah umat manusia, yaitu
Piagam Madinah (The Charter of Medina).
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, Anita Puji. 2018. Buku Ajar Metodologi Studi Islam dan Kajian Islam
Kontemporer Perspektif Insider/Outsider. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Baalbaki, Rohi. 1995. Al-Mawarid A Modern Arabic-English Dictionary. Beirut:
Dar-E-Ilm Lilmalayn.
Bakker, dkk, Anton. 2011. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat. 2004. Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas dan
Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.
Mas’ud, Sulthon. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UINSA.
Nasuiton, Syamruddin. 2017. Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, Cet. 4.
Riau: Asa Riau.
Rohimat, Asep Maluna. 2018. Metodologi Studi Islam, Cet. 1. Yogyakarta: CV
Gerbang Media Aksara.
Sewang, Anwar. 2017. Buku Ajar Sejarah Peradaban Islam. Pare-pare: STAIN
Pare-Pare Sulsel.
Supiana. 2012. Metodologi Studi Islam, Cet. 2. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementrian Agama.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional
Tim. 2008. Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional.
Zakariya, Din Muhammad. 2018. Sejarah Peradab an Islam: Prakenabian hingga
Islam di Indonesia, Cet. 1. Malang: CV. Intrans Publishing.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai