Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana sudah diketahui, Islam tidak dapat dipisahkan dari politik. Batas
antara ajaran Islam dengan persoalan politik sangat tipis. Sebab ajaran Islam
mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk persoalan politik dan
masalah ketatanegaraan. Peristiwa hijrah Nabi ke Yatsrib merupakan permulaan
berdirinya pranata sosial politik dalam sejarah perkembangan Islam. Kedudukan
Nabi di Yatsrib bukan saja sebagai pemimpin agama, tetapi juga kepala negara dan
pemimpin pemerintahan.  Kota Yatsrib dihuni oleh masyarakat yang multi etnis
dengan keyakinan agama yang beragam.
Piagam Madinah merupakan sebuah catatan sejarah yang tidak akan pernah
hilang dari memori kejayaan Islam. Karena piagam ini merupakan bukti nyata bahwa
islam bukan hanya sekedar agama yang mengatur dalam kegiatan yang bersifat
religious saja tetapi merupakan agama yang mencakup semua aspek kehidupan
manusia. Rasulullah telah memberikan contohnya kepada kita semua bagaimana
hidup bermasyarakat, berbangsa, beragama, dan bernegara. Sehingga islam benar-
benar menjadi agama yang Rahmatan Lil’alamiin.

B. Rumusan masalah
Dalam makalah ini akan membahas rumusan masalah sebagi berikut:
1. Bagaimana yang dimaksud dengan Piagam Madinah ?
2. Bagaiman Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PIAGAM MADINAH
1. Kronologi terbentuknya Piagam Madinah
Piagam Madinah disepakati tidak lama sesudah umat muslim pindah ke
Yatsrib yang waktu itu masih tinggi rasa kesukuannya. Oleh karena itu ada baiknya
kita mengetahui motif apa yang menjadi latar belakang hijrahnya umat Muslim
Mekkah ke Madinah yang waktu itu masih bernama Yatsrib. Hal ini penting untuk
kita mengetahui mengapa agama Islam yang lahir di Mekkah itu justru malah
kemudian dapat berkembang subur di Madinah. Dan kemudian mendapat kedudukan
yang kuat setelah adanya persetujuan Piagam Madinah.
Dakwah Nabi di Mekkah dapat dikatakan kurang berhasil. Sampai kepada
tahun kesepuluh kenabian baru sedikit orang yang menyatakan diri masuk Islam.
Tetapi  ada beberapa diantaranya yang memeluk agama Islam dengan sepenuh hati
mereka.
Demikianlah reaksi penduduk Madinah bagaimana mereka menanti
kedatangan Rasul mereka. Selain itu dakwah yang disampaikan Nabi setiap musim
haji di Baitullah, juga perjanjian Baitul Aqabah pertama dan kedua yang disepakati
pada tahun kedua belas dan ketiga belas dari kenabian semakin memuluskan jalan
bagi Nabi untuk diterima di Madinah. Perjanjian Aqabah I dan II mempersiapkan
Nabi dan kaum Muslimin secara psikologis dan sosiologis dalam pelaksanaan hijrah
yang amat bersejarah.
Madinah adalah sebuah kota kurang lebih berjarak 400 kilometer di sebelah
utara kota Makkah. Penduduk kota Yatsrib terdiri dari beberapa suku Arab dan
Yahudi. Suku Yahudi terdiri Bani Nadzir, Bani Qainuna, dan Bani Quraidzah yang
mempunyai kitab suci sendiri, lebih terpelajar dibandingkan penduduk Yatsrib yang
lain. Sedangkan suku Arabnya terdiri dari suku Aus dan Khazraj, di mana kedua suku
itu selalu bertempur dengan sengitnya dan sukar untuk didamaikan.
Nabi Muhammad datang dengan membawa perubahan. Beliau mengajarkan
penghapusan kelas antara orang kaya dengan orang miskin, golongan buruh dengan

2
golongan juragan. Yang ada hanyalah hubungan persaudaraan, saling mengasihi dan
menyantuni pada yang membutuhkan. Beliau telah dapat menciptakan jalinan yang
suci dan murni dan telah berhasil mengikat suku Aus dan Khazraj dalam suatu
hubungan cinta kasih dan persaudaraan.
Dan karena perbedaan lingkungan hidup, maka kaum muslimin Anshar dan
Muhajirin mempunyai latar belakang kultur dan pemikiran yang sangat berbeda. Hal
ini masih di tambah lagi dengan permusuhan sengit yang telah terjadi selama 120
tahun lebih antara dua suku Anshar, yaitu Bani Auz dan Bani Khazraj. Sangat sulit
bagi Nabi mengambil jalan tengah untuk mempersatukan mereka dalam kehidupan
religius dan politik secara damai.
Tetapi akhirnya Nabi dapat mengatasi masalah tersebut secara damai dengan
cara yang amat bijaksana. Mengenai masalah yang pertama dan kedua, beliau
berhasil mengikat penduduk Madinah dalam suatu perjanjian yang saling
menguntungkan Sedangkan untuk mengatasi masalah yang ketiga beliau berhasil
memecahkannya dengan jalan keluar yang amat bijak dan sangat jenius.
Untuk mengatasi adanya perbedaan di antara kaum muslimin, maka Nabi
mempersaudarakan di antara mereka layaknya saudara kandungan yang saling
pusaka mempusakai. Jika salah satu dari kedua bersaudara yang baru dipersatukan
tersebut wafat, maka saudara angkatnya berhak atas seperenam harta warisannya.
Perlu diketahui hukum waris sebagaimana kita kenal sekarang belum berlaku saat itu.
Dalam perjanjian itu ditetapkan tugas dan kewajiban Kaum Yahudi dan
Musyrikin Madinah terhadap Daulah Islamiyah di samping mengakui kebebasan
mereka beragama dan memiliki harta kekayaannya. Dokumen politik, ekonomi,
sosial dan militer bagi segenap penduduk Madinah, baik Muslimin, Musyrikin,
maupun Yahudinya. Secara garis besar perjanjian itu memuat isi sebagai berikut :

2. Tujuan dari terbentuknya Piagam Madinah


Piagam Madinah dibuat dengan maksud untuk memberikan wawasan pada
kaum muslimin waktu itu tentang bagaimana  cara bekerja sama dengan penganut
bermacam-macam agama ketuhanan yang lain yang pada akhirnya menghasilkan
kemauan untuk bekerja bersama-sama dalam upaya mempertahankan agama. Strategi

3
nabi tersebut terbukti sangat ampuh , terbukti dengan tidak memerlukan waktu lama
masyarakat islam, baik Muhajirin maupun Anshor  telah mampu mengejawantahkan
strategi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan strategi tersebut tidak
terlepas dari kepiawaian Nabi dalam melihat kondisi masyarakat sekitarnya yang
sangat. memerlukan arahan dan tauladan dari pemimpin guna menciptakan keadaan
yang lebih baik. Perubahan tatanan masyarakat di Madinah merupakan tolok ukur
dari keberhasilan atas perjanjian damai yang dibuat oleh nabi.
Pasal-pasal dalam perjanjian tersebut  mencakup hampir semua kelompok di
Madinah dan menjadi semacam front kesatuan. Kaum Yahudi dan Muslim harus
saling membantu jika terjadi serangan terhadap orang-orang yang masuk dalam
perjanjian ini. Mereka harus menjalin persahabatan yang baik, saling menasihati,
berperilaku jujur, dan tidak saling mengkhianati.  Nabi Muhammad bahkan
memasukkan orang-orang pagan (penyembah berhala) dalam perjanjian ini. Juga
berisi berbagai macam kewajiban yang mengikat semua orang mukmin (kecuali
orang pagan dan Yahudi), dan harus saling membantu anggota kelompoknya yang
mempunyai beban hutang. Jadi perjanjian ini tidak hanya untuk mengatur
masyarakat, tetapi juga meletakkan dasar-dasar sebuah Negara.

B. PERISTIWA ISRA MI’RAJ


Isra Mi’raj yang telah selesai dilakukan Nabi Muhammad SAW. Seringkali di
kalangan masyarakat kita dalam mendefinisikan peristiwa ini, mereka
menggabungkan Isra Mi’raj menjadi satu peristiwa yang sama cara melakukannya
dan mempunyai arti yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mi’raj merupakan dua
peristiwa yang berbeda. Dan untuk membenarkan kesalahan pemahaman tersebut,
kami bermaksud untuk mengupas tuntas pengertian, proses, dan sejarah dari Isra
Mi’raj itu sendiri. Kami juga menambahkan sebuah manfaat dan hikmah yang dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Rasulullah
dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting
bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa

4
Sallam mendapat perintah untuk menunaikan shalat wajib dalam waktu sehari
semalam atau 24 jam sehari.
Isra’ dan Mi’raj merupakan dua cerita perjalanan yang berbeda. Namun
karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan yaitu hanya sehari
semalam, maka disebutlah peristiwa Isra’ Mi’raj. Selama perjalanan Nabi ditemani
Malaikat Jibril dengan menunggangi Buraq. Adapun dalil naqli yang membuktikan
bahwa peristiwa itu benar apa adanya terjadi dapat dibaca dalam surat ke- 17 dalam
Al-Qur’an, yakni :
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra ayat 1:

Artinya :
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya   agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

1. Pengertian Isra Mi’raj


Isra’ merupakan kisah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di
Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem.
Sedangkan Mi’raj merupakan kisah perjalanan Nabi dari bumi naik ke langit
ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerima
perintah di hadirat Allah SWT.
Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi
dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu
antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi
pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

5
Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra,
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam “diberangkatkan” oleh Allah SWT
dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad
SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat
tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk
menunaikan salat lima waktu.
Sebelum peristiwa itu terjadi, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang
sangat mendalam. Beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah. Lalu beliau juga
ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib, yang sangat melindungi Nabi
Muhammad. Karena ditinggalkan kedua orang yang sangat disayangi tersebut
membuat beliau sangat berduka cita. Karena itu Allah SWT menghibur Nabi
Muhammad dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit untuk bertemu
dengan Allah SWT.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga,
karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang
mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu,
peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah
SAW sedih.

2. Tujuan Isra Mi’raj


1. Memperlihatkan sebagian bukti atau tanda kekuasaan dan kebesaran Allah
SWT (QS. 17:1)
2. Menguji keimanan manusia (QS. 17:60).
Sebagian ulama merinci tujuan Isra’ Mi’raj itu sebagai berikut:
1) Lit-Tatsbit -- untuk memantapkan atau mengukuhkan Nabi SAW dalam
posisi kenabian dan kerasulannya)
2) Lit-Takrim --untuk memuliakan Nabi SAW sebagai makhluk pilihan
Allah SWT (musthafa atau the chosen one)
3) Listi’dalil Quwah --untuk mempersiapkan keknatan jasmaniah,
ruhaniah, dan aqliah Nabi SAW dalam menjalankan tugas-tugas
kenabian dan kerasulannya).

6
Sebelum Isra’ Mi’raj, situasi dan kondisi Nabi Muhammad Saw sangat
memprihatinkan karena wafatnya paman beliau, Abu Thalib, dan istri beliau, Siti
Khadijah. 
Padahal, keduanya merupakan pelindung dan pendukung utama Nabi Saw
dalam mengemban risalah Islam. Dengan Isra’ Mi’raj, keimanan atau kekuatan
mental beliau bertambah kuat. Keganasan, kebrutalan, dan kekerasan umat yang
didakwahinya dihadapi dengan kesabaran yang luar biasa, karena yakin akan
perlindungan Allah SWT dan kebenaran risalah yang dibawanya.

3. Hikmah Isra Mi’raj


a. Bersihkan Jiwa Raga untuk Menghadap Allah SWT
Diriwayatkan, sebelum Isra Mi’raj, Nabi SAW “dibedah” oleh malaikat untuk
membersihkan jiwanya dari sifat-sifat buruk. Itu menunjukkan, sebelum menghadap
Allah SWT untuk menjalankan ibadah, kita harus membersihkan dulu jiwa-raga kita,
niat-hati dan jasmani, dari segala kotoran atau najis, dari niat yang tidak ikhlas, dan
dari pemahaman-pemahaman yang sesat. Ibadah akan mardud atau tidak sah bila niat
kita tidak ikhlas, dinodai bid’ah atau tidak didasari ilmu (QS. Al-Bayyinah: 5, Al-
Hajj: 37, Al-Isra: 36 & 84, Al-Ma’un: 6).
b. Dakwah perlu pelindung, tidak bisa dilakukan sendiri
Ketika Abu Thalib dan Siti Khadijah meninggal dunia, Nabi SAW merasa
sedih luar biasa, sehingga tahun itu dinamakan Amul Hazn (Tahun Kesedihan).
Itu menunjukkan, dalam berdakwah orang perlu pelindung, pendukung, atau
pemacu semangat. Seorang dai perlu tema natau pendamping. Siti Khadijah
merupakan simbol seorang istri atau wanita yang menunjang perjuangan suami
dalam berdakwah.
c. Bukti kekuasaan Allah SWT
Dalam QS. 17: 1 Allah SWT menyatakan, Isra’ Mi’raj bertujuan antara lain
untuk memperlihatkan sebagian ayat atau tanda (bukti) kekuasaan-Nya.
Hal itu merupakan sinyal, kita pun harus memperhatikan ayat-Nya sehingga
keimanan akan eksistensi dan kekuasaan Allah SWT tertanam kuat dalam diri. Ayat-

7
ayat itu meliputi ayat qauliyah (firman Allah yang terhimpun dalam Alquran) dan
ayat kauniyah (segala ciptaan Allah SWT).
d. Shalat tiang agama Islam
Oleh-oleh utama Isra’ Mi’raj adalah perintah shalat. Shalat adalah satu-
satunya kewajiban dan menjadi kebutuhan umat Islam yang amar-nya diturunkan
langsung oleh Allah SWT.
Hal itu menunjukkan betapa tingginya posisi ibadah shalat. Wajar, kalau
kemudian shalat, sebagaimana tersebut dalam sejumlah hadis Nabi SAW, shalat
merupakan “Tiang agama”, akan runtuh keislaman seseorang jika meninggalkan atau
tidak mendirikan shalat.
e. Peduli dengan Masjidil Al-Aqsha
Salah satu tempat yang terkait dengan Isra’ Mi’raj adalah Masjid Aqsha.
Setidaknya, momentum peringatan Isra’ Mi’raj kali ini dapat dijadikan momentum
bangkitnya kepedulian terhadap nasib Al-Aqsha dan Muslim Palestina. Apalagi ada
sinyal kaum Zionis hendak meruntuhkan masjid tersebut dan melenyapkan simbol-
simbol Islam di Jerusalem. Selain sebagai tempat singgah Rasulullah sewaktu Isra
Mi’raj, Masjid Al-Aqsha juga menjadi bagian dari agama Islam, sebagaimana
disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yakni :
 Masjid Al-Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam
 Masjid Al-Aqsha adalah Bangunan Kedua yang Diletakkan Allah di Bumi
 Masjid Al-Aqsha merupakan Tempat Ziarah yang sangat dianjurkan oleh
Rasulullah
 Keutamaan Pahala Shalat di Masjid Al-Aqsha
 Masjid Al-Aqsha merupakan Tempat bertolaknya jama’ah Haji / Umrah
 Masjid Al-Aqsha adalah Tanah Waqaf Milik Islam
 Masjid Al-Aqsha adalah tempat yang akan dibebaskan oleh hamba-hamba-
Nya

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kronologi terjadinya Piagam Madinah
Sebagai seorang pemimpin, maka beliau merasa punya tanggung jawab besar
terhadap diri dan pengikutnya. Beliau tidak saja harus giat menyiarkan agama Islam,
tetapi juga sebagai seorang pemimpin tidak boleh membiarkan musuh-musuh dari
dalam dan dari luar mengganggu kehidupan masyarakat muslim.
Dan karena perbedaan antara kaum muslimin Anshar dan Muhajirin yang
mempunyai latar belakang kultur dan pemikiran yang sangat berbeda. Hal ini masih
di tambah lagi dengan permusuhan sengit yang telah terjadi selama 120 tahun lebih
antara dua suku Anshar, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj. Sangat sulit bagi Nabi
mengambil jalan tengah untuk mempersatukan mereka dalam kehidupan religius dan
politik secara damai. Tidak hanya permasalahan itu saja yang muncul pada zaman
kepemimpinan nabi tetapi juga bagaimana nabi harus menyatukan antara Umat
Muslim dengan umat non-non-muslim.
2. Tujuan dari pembuatan PiagamMadinah
Piagam Madinah dibuat dengan maksud untuk memberikan wawasan pada
kaum muslimin waktu itu tentang bagaimana cara bekerja sama dengan penganut
bermacam-macam agama ketuhanan yang lain yang pada akhirnya menghasilkan
kemauan untuk bekerja bersama-sama dalam upaya mempertahankan agama. Strategi
nabi tersebut terbukti sangat ampuh , terbukti dengan tidak memerlukan waktu lama
masyarakat islam, baik Muhajirin maupun Anshor  telah mampu mengejawantahkan
strategi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan strategi tersebut tidak
terlepas dari kepiawaian Nabi dalam melihat kondisi masyarakat sekitarnya yang
sangat memerlukan arahan dan tauladan dari pemimpin guna menciptakan keadaan
yang lebih baik. Perubahan tatanan masyarakat di Madinah merupakan tolok ukur
dari keberhasilan atas perjanjian damai yang dibuat oleh nabi.
3. Isra Mi’raj
Isra’ dan Mi’raj merupakan dua cerita perjalanan yang berbeda. Namun karena dua
peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan yaitu hanya sehari semalam, maka

9
disebutlah peristiwa Isra’ Mi’raj. Selama perjalanan Nabi ditemani Malaikat Jibril
dengan menunggangi Buraq. Adapun dalil naqli yang membuktikan bahwa peristiwa
itu benar apa adanya terjadi dapat dibaca dalam surat ke- 17 dalam Al-Qur’an,

10
DAFTAR PUSTAKA

Soekama, dkk. 1998. Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam.


Jakarta:Logos Wacana     Ilmu.
Al-Qur'an. 1983. Surat Fushshilat ayat 34. Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-
Qur'an. Al-Qur'an dan Terjemahnya.  Jakarta:Depag RI. 
Nurcholis Majid. Islam, Agama dan Peradaban.  Jakarta : Paramadina.
Ja’far Subhani. 1996.  Ar-Risalah, Sejarah Kehidupan Rasulullah Saw.
Jakarta:Lentera.
H. Zainal Arifin Abbas. 1964. Peri Hidup Muhammad Rasulullah Saw. Medan:Firma
Rahmat. 1964.
Hasymy. 1975. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta:Bulan Bintang. 1975.
Istianah Abu Bakar. 2008.  Sejarah Peradaban Islam. Malang:UIN Press.
Asghar Ali Engineer. 1999. Asal Usul dan Perkembangan Islam. Jogjakarta:Pustaka
Pelajar.
Muhammad Cholid. 1955. Chatam un Nabyyin. Cairo.
Zainal Abidin Ahmad. 1973. Piagam Nabi Muhammad S.A.W. Jakarta:Bulan
Bintang.
Hasan Ibarahim Hasan. 1945. Tarich ul Islam As Siyasiy. Cairo:Maktabah el
Nahdhoh el Misyriyyah.
Muhammad Al Ghozali. 2006. Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad.
S.A.W. Yogyakarta:Mitra Pustaka.
Afzalur Rahman. 1991. Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer.
Jakarta:Bumi Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai