Anda di halaman 1dari 8

Makalah "Perkembangan Islam Periode Madinah"

Disusun oleh:

Muhammad Zedan Rizqiya


X TGB-1
Pendidikan Agama Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah peristiwa isra dan miraj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah
Islam muncul. Perkembangan masa itu datang dari sejumlah penduduk Yasrib yang berhaji
ke Mekah. Pertama atas nama penduduk Yasrib mereka meminta kepada Nabi agar
berkenan pindah ke Yasrib. Mereka berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman. Nabi
pun menyetujui usul yang akan mereka ajukan dan persetujuan ini disepakati dalam suatu
perjanjian. Perjanjian ini disebut perjanjian Aqobah kedua, setelah kaum musyrikin Quraisy
mengetahui adanya perjanjian antara Nabi dan orang-orang Yasrib, mereka kian gila
melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi memerintahkan
kaum muslimin untuk berhijrah ke Yasrib. Lalu Nabi pun hijrah ke Yasrib karena kafir
Quraisy sudah merencanakan pembunuhan untuknya. Sebagai penghormatan terhadap
Nabi, nama kota Yasrib di ubah menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi) atau Madinatul
Munawaroh (Kota yang bercahaya) karena dari sinilah Islam memancar ke seluruh dunia.
Disinilah Madinah menjadi kota yang penting dalam sejarah peradaban Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hijrah serta tujuan Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah?
2. Bagaimana sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Madinah?
3. Bagaimana strategi dan substansi dakwah Islam di Madinah?

C. Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui dan memahami pengertian hijrah serta tujuan Rasulullah SAW
berhijrah ke Madinah
2. Agar kita dapat mengetahui dan memahami sejarah dakwah Rasulullah SAW periode
Madinah
3. Agar kita dapat mengetahui dan memahami strategi dan substansi dakwah Islam di
Madinah
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Hijrah Serta Tujuan Rasulullah SAW Berhijrah Ke Madinah
Setidaknya ada dua macam pengertian hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam.
Pengertian pertama yaitu meninggalkan semua perbuatan yang dilarang atau dimurkai
Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan diridhoi-Nya. Pengertian
kedua yaitu berpindah dari suatu negeri kafir (non Islam) karena di negeri itu umat Islam
selalu mendapat tekanan, ancaman dan kekerasan, sehingga tidak memiliki berpindah ke
negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.
Tujuan rasulullah dan umat Islam berhijrah dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib (negeri
Islam) yaitu :
1. Menyelamatkan diri dari berbagai macam tekanan kaum kafir Quraisy yang diterima oleh
umat Islam
2. Untuk mendapatkan keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah
sehingga dapat meningkatkan dakwah di jalan Allah dalam rangka menegakkan kalimat
tauhid

B. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah


Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama 10 tahun dari tanggal
12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah sampai wafatnya rasulullah yakni tanggal 13 rabiul
awal ke 11 hijrah.
1. Kondisi Umum Kota Madinah
Kota Madinah sekarang ini berada di wilayah kekuasaan pemerintahan Kerajaan Arab
Saudi terletak sekitar 160 km dari Laut Merah dan pada jarak lebih kurang 350 km sebelah
utara dari kota Mekah. Kondisi tanah kota Madinah dikenal subur. Di sana terdapat oase-
oase untuk tanah pertanian, oleh karena itu penduduk kota ini memiliki usaha pertanian
selain berdagang dan bertenak. Tentunya kondisi Madinah berbeda dengan kondisi Mekah
yang tandus dan gersang. Sebelum Nabi hijrah kota Madinah disebut dengan Yasrib.
Penamaan Madinah secara bahasa mempunyai akar kata yang sama dengan tamaddun
yang berarti peradaban. Kondisi masyarakat Yasrib sebelum Islam datang terdiri atas dua
suku bangsa yaitu bangsa Arab dan Yahudi. Bangsa Arab yang tinggal di Yasrib terdiri atas
penduduk setempat dan pendatang dari Arab Selatan yang pindah ke Yasrib karena
pecahnya bendungan Maarib. Persoalan yang dihadapi masyarakat Yasrib waktu itu
adalah tidak adanya kepemimpinan yang membawahi semua penduduk Yasrib. Yang ada
hanyalah pemimpin-pemimpin suku yang saling berebut pengaruh. Akibatnya perang antar
suku pun sering terjadi.
2. Kesepakatan Dalam Perjanjian Aqabah
Peristiwa hijrahnya kaum muslim dari Mekah ke Madina, selain kondisi dalam masyarakat
Mekah yang yang sangat keras terhadap dakwah Islam juga disebabkan karena telah
disepakati perjanjian penting yaitu Perjanjian Aqobah yang berlangsung dua kali di Bukit
Aqobah yang disebut dengan Baiatul Aqobah I dan II.
Perjanjian Aqabah I
Pada tahun ke-12 kenabian bertepatan dengan tahun 621 Masehi, rasulullah menemui
rombongan haji dari Yatsrib. Rombongan haji tersebut berjumlah sekitar 12 orang. Kepada
mereka rasulullah menyampaikan dakwahnya. Seruan itu mendapat sambutan hangat
sehingga mereka menyatakan keIslamannya di hadapan rasulullah. Pertemuan tersebut
terjadi di salah satu bukit di kota Mekah yaitu Bukit Aqabah. Disinilah mereka mengadakan
persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam.
Oleh karena pertemuan tersebut dilakukan di Bukit Aqabah maka kesepakatan yang
mereka buat disebut Perjanjian Aqabah.
Adapun isi dari Perjanjian Aqabah pertama adalah sebagai berikut :
- Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad SAW
- Mereka menyatakan rela berkurban harta dan jiwa
- Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya
- Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah SWT
- Mereka menyatakan tidak akan membunuh
- Mereka menyatakan tidak akan melakukan kecurangan dan kedustaan
Ketika rombongan akan kembali ke Yatsrib, rasulullah mengutus salah seorang sahabatnya
bernama Mus'ab Ibnu Umair untuk membantu penduduk Yatsrib yang telah menyatakan
keIslamannya dalam menyebarkan ajaran Islam di kota tersebut.
Setibanya di Yatsrib, mereka giat mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat
sehingga dalam waktu singkat agama Islam berkembang dan pengikutnya semakin
bertambah banyak.
Perjanjian Aqabah II
Pada tahun ke-13 kenabian bertepatan dengan tahun 622 Masehi, jamaah Yatsrib datang
kembali ke kota Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah tersebut berjumlah sekitar
73 orang. Setibanya di kota Mekah mereka menemui rasulullah dan atas nama penduduk
Yatsrib mereka menyampaikan pesan untuk disampaikan kepada rasulullah. Pesan itu
adalah berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar Nabi Muhammad SAW. bersedia
datang ke kota mereka memberikan penerangan tentang ajaran Islam dan sebagainya.
Permohonan itu dikabulkan rasulullah dan beliau menyatakan kesediaannya untuk datang
dan berdakwah di sana. Untuk memperkuat kesepakatan itu mereka mengadakan
perjanjian kembali di bukit Aqabah. Karena itu perjanjian ini di dalam sejarah Islam dikenal
dengan sebutan Perjanjian Aqabah II.
Adapun Isi Perjanjian Aqabah kedua ini adalah :
- Penduduk Yatsrib siap dan bersedia melindungi Nabi Muhammad SAW
- Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa
- Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak
saudara mereka
- Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan
Dengan keputusan ini terbukalah di hadapan Nabi Muhammad SAW harapan baru untuk
memperoleh kemenangan karena telah mendapat jaminan bantuan dan perlindungan dari
masyarakat Yatsrib. Sebab itu pula kemudian rasulullah memerintahkan kepada sahabat-
sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib karena di kota Mekah mereka tidak dapat hidup tenang
dan bebas dari gangguan, ancaman dan penyiksaan dari orang-orang kafir Quraisy.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mendorong rasulullah memilih Yatsrib sebagai tempat
hijrah umat Islam. Faktor-faktornya antara lain:
- Yatsrib adalah tempat yang paling dekat.
- Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan penduduk
kota tersebut. Hubungan itu berupa ikatan persaudaraan karena kakek rasulullah yaitu
Abdul Mutholib beristerikan orang Yatsrib. Di samping itu, ayahnya dimakamkan di sana.
- Penduduk Yatsrib sudah dikenal Nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat-sifatnya
yang baik.
- Bagi diri Nabi sendiri, hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah SWT.
Dengan demikian, langkah-langkah strategis yang sangat menguntungkan bagi dakwah
Islam telah dicanangkan. Beliau telah memiliki kesiapan yang sangat matang, selain karena
telah mendapat dukungan dari penduduk Yatsrib, juga karena secara fisik dan mental
beliau telah siap meninggalkan kota kelahirannya untuk meneruskan perjuangan dalam
menegakkan kalimah tauhid.
3. Kaum Muslim Dan Rasulullah Hijrah Ke Madinah
Kondisi Mekah dan kekejaman kaum musyrik Quraisy semakin meningkat. Kondisi ini
dirasakan memberatkan umat Islam yang ada disana. Hijrah yang dilakukan kaum muslim
ke Madinah berlangsung secara bertahap sendiri-sendiri atau dalam kelompok kecil.
Tujuannya untuk menghindari kecurigaan kaum musyrik Quraisy. Sedikit demi sedikit kaum
muslimin segera meninggalkan Mekah sedangkan Rasulullah masih tetap tinggal di Mekah.
Setelah turun wahyu, Rasulullah dengan ditemani Abu Bakar Assidik selanjutnya menyusul
ke Madinah. Setelah selamat dari kepungan orang-orang kafir yang ingin membunuh beliau
di rumahnya namun mereka gagal karena yang mereka temukan bukan Muhammad tetapi
Ali Bin Abi Thalib.
Perjalanan hanya dilakukan di malam hari dan menghindar dari jalan umum. Akhirnya Nabi
Muhammad tiba di Quba (dekat Madinah) pada hari senin 20 September 622 Masehi
setelah berjalan selama tujuh hari. Di tempat ini beliau menetap selama empat hari dan
beliau juga mendirikan masjid yang diberi nama Masjid Quba.
4. Sikap Masyarakat Madinah Terhadap Ajakan Dakwah Rasulullah SAW
Pada umumnya sikap masyarakat Madinah mudah menerima dakwah yang disampaikan
oleh Rasulullah SAW. Bahkan sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, sebagian penduduk
kota tersebut telah memeluk agama Islam. Selain itu mudahnya masyarakat Madinah
menerima Islam disebabkan keadaan masyarakat Madinah yang banyak bersinggungan
dengan kelompok agama lain seperti Yahudi yang telah mengenal ajaran ketuhanan.
Masyarakat Madinah tidak lagi asing dengan ajaran agama tentang berbagai hal seperti
Allah, hari akhir, surga ataupun neraka. Dengan demikian mereka pun menjadi lebih mudah
dalam menerima ajaran yang dibawa oleh rasulullah yaitu Islam.
Di Madinah perkembangan agama Islam cukup pesat dan penganutnya semakin bertambah
banyak. Oleh karena itu, sejak rasulullah menetap di Madinah maka masyarakat Madinah
menjadi empat golongan yaitu :
- Kaum muhajirin, terdiri atas orang-orang Mekah yang ikut serta melakukan hijrah.
- Kaum Anshar, terdiri atas orang-orang Madinah yang membantu rasulullah.
- Kaum Munafiqin, terdiri atas mereka yang hanya ikut memeluk agama Islam untuk mencari
keuntungan lahiriah belaka.
- Kaum Yahudi, terdiri atas golongan pengikut Nabi Musa yang mengetahui ajaran.

C. Strategi Dan Substansi Dakwah Islam Di Madinah


Strategi dakwah yang dilakukan Rasulullah di Madinah berbeda dengan yang
diterapkan di Mekah. Perbedaan tersebut tentunya disesuaikan dengan kondisi sosial politik
masyarakat Madinah pada saat itu. Strategi yang diterapkan Rasulullah ketika berdakwah di
Madinah antara lain sebagai berikut :
1. Mendirikan Masjid
Masjid yang pertama kali didirikan oleh rasulullah di Madinah adalah Masjid Nabawi. Masjid
ini dibangun di atas tanah yang dibeli beliau dari dua orang miskin bernama Sahl bin Amr
dan Suhail bin Amr. Pendirian masjid ini dimaksudkan selain sebagai pusat Ibadah dan
dakwah Islam namun juga berperan sebagai tempat bermusyawarah kaum Muslimin,
tempat untuk mempersatukan kaum Muslimin bahkan dijadikan sebagai pusat
pemerintahan. Disalah satu penjuru masjid disediakan tempat tinggal untuk orang-orang
miskin yang tidak mempunyai tempat tinggal, mereka dinamai Ahlus-Suffah. Selanjutnya,
dimulailah pembangunan jalan raya di sekitar masjid sehingga lama-kelamaan tempat itu
menjadi pusat kota dan pemukiman serta perniagaan. Pesatnya pembangunan di sekitar
masjid Nabawi menyebabkan banyak pendatang dari luar Madinah.
2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar
Cara ini dilakukan rasulullah untuk mengkokohkan persatuan Umat Islam di Madinah.
Persaudaraan ini didasarkan atas persaudaraan seagama dan bukan atas dasar kesukuan.
Sebagai contoh rasulullah mempersaudarakan Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid
bekas budaknya, Abu Bakar bersaudara dengan Kharija bin Zaid, dan Umar bin Khattab
bersaudara dengan 'Itban bin Malik Al-Khazraji. Kaum Muhajirin kemudian banyak yang
menjadi pedagang dan petani. Di antaranya Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang,
sedangkan Umar bin Khottob dan Ali bin Abi Tholib menjadi petani.
3. Menciptakan Perdamaian Antar suku
Rasulullah berusaha membuat perdamaian antar suku. Ini merupakan salah satu strategi
dan substansi dakwah yang dilakukan rasulullah dalam menyiarkan agama Islam di
Madinah.
4. Memprakarsai Perjanjian Piagam Madinah
Perjanjian damai ini dilakukan untuk menciptakan rasa damai dan tenteram bagi
masyarakat Madinah baik yang Muslim atau yang bukan Muslim. Dari sini maka rasulullah
membuat peraturan-peraturan yang disebut dengan Piagam Madinah yang isinya antara
lain :
- Kaum Yahudi bersama kaum muslimin wajib turut serta dalam peperangan.
- Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan sama kaum muslimin.
- Kaum Yahudi tetap dengan Agama Yahudi mereka, dan demikian pula dengan kaum
muslimin.
- Semua kaum Yahudi dari semua suku dan kabilah di Madinah diberlakukan sama dengan
kaum Yahudi Bani Auf.
- Kaum Yahudi dan muslimin harus saling tolong menolong dalam memerangi atau
menhadapi musuh.
- Kaum Yahudi dan muslimin harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling
mengingatkan ketika terjadi penganiayaan atau kedhaliman.
- Kota Madinah dipertahankan bersama dari serangan pihak luar.
- Semua penduduk Madinah di jamin keselamatanya kecuali bagi yang berbuat jahat.
Dalam Piagam Madinah tersebut terdapat beberapa asas yaitu azas kebebasan beragama,
azas persamaan, azas keadilan, azas perdamaian dan azas musyawarah.
5. Menggalang Kekuatan untuk Mempertahankan Agama
Jumlah orang-orang yang mengakui kerasulan Muhammad SAW bertambah dengan amat
cepat sehingga dalam waktu yang amat singkat kekuatan Islam sudah mulai diperhitungkan
oleh orang-orang yang tidak menyukainya. Ada tiga kekuatan yang secara nyata memusuhi
Islam yaitu orang-orang yahudi, orang-orang munafik, dan orang-orang quraisy dengan
sekutunya. Untuk itu rasulullah menggalang kekuatan demi mempertahankan agama Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat banyak turun di Madinah. Keteladanan
rasulullah yang luar biasa patut kita contoh.

B. Saran
Kita dapat meneladani sikap rasulullah seperti berhijrah. Contoh umumnya dikaum
pelajar yaitu berhijrah dari kemelasan menuju kerajinan. Dan semoga makalah ini
bermanfaat untuk para pembaca.

C. Daftar Pustaka
http://gifaranti.blogspot.com/2014/06/makalah-perkembangan-islam-periode_1.html

Anda mungkin juga menyukai