Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pengkodifikasian Hadits pada abad ke-2 hijriah


Disusun untuk Memenuhi Tugas Tersetuktur
Mata Kuliah Pengantar Studi Hadits
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Smt. I
Dosen Pengampu : DR. H. Amin Maulana, MA

Disusun oleh Kelompok 5:


1. Agus Pranoto (1708301045)
2. M. Khoiru Romdzoni (1708301046)
3. Divia Almuna (1708301049)
4. Aisyatunnihayah (1708301069)
5. Zumaroh Hadi Sulistiani (1708301078)

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD)


INTSITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan
tugas terstruktur Pengantar Studi Al-Quran yang berjudul Pengkodifikasian Hadits abad ke-2 H
dengan lancar. Karena denganRahmat dan Karunia-Nya lah tugas terstruktur ini dapat disusun dan
selesai tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpah kan kepada jungjungan kita Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku umatnya.
Dalam hal ini kami selaku penyusun dan anggota kelompok mengucapkan beribu-ribu
terimakasih kepada semua pihak yang terlibat didalamnya. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan tugas terstruktur ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah kesempurnaan. Semoga tugas terstruktur
ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khusunya,
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Cirebon, 18 November 2017

Penyusun

Pengkodifikasian Hadits Abad ke-2 Hijriah | ii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii


Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
A. Tujuan Pembahasan ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa pengertian kodifikasi dan sejarah hadits? ................................................... 2
B. Bagaiman pengkodifikasian hadits pada awal abad ke-2 Hijriah?Error! Bookmark not
defined.
C. Bagaimana pengkodifikasian hadits pada awal abad ke-2 Hijriah? ......................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 7
B. Saran .......................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

Pengkodifikasian Hadits Abad ke-2 Hijriah | iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Hadits sebagai rujukan hukum Islam yang kedua, memiliki sejarah yang unik
dibandingkan al-Quran. jika al-Quran sebagai rujukan yang pertama, maka tidak heran jika
penjagaannya sangat serius dan signifikan mulai awal diwahyukan. Beda halnya dengan
al-Hadits, yang pada awalnya terkesan kurang begitu mendapat perhatian, terutama ditinjau
dari segi penulisannya. karena memang pada awal-awal Islam, penulisan al-Hadits
dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya "Iltibas" (pencampuran / kesamaran)
dengan ayat-yat al-Quran. hal ini memang masuk akal, dikarenakan umat Islam pada awal-
awal Islam masih terbilang sedikit yang hafal al-Quran ataupun ahli Qiraah. namun akan
janggal, ketika alasan "Iltibas" itu tetap dipertahankan, ketika umat Islam sudah banyak
yang hafal, dan para ahli Qiraah sudah tidak terhitung banyaknya.
Keadaan seperti itu terus berlanjut, hingga akhir abad pertama. para ulama (Tabi'in) mulai
merasa khawatir, ketika al-Hadits tidak dilestarikan (dikodofikasikan). maka muncullah
khalifah Umar bin Abdul Aziz (menurut pendapat masyhur) sebagai pelopor pertama
pengkodifikasian al-Hadits secara resmi. Dalam makalah singkat ini, penulis ingin sedikit
menguraikan pelbagai fase perjalanan "pengkodifikasian" al-Hadits.
B. Rumusan Masalah
Apa pengertian kodifikasi dan sejarah hadits
Bagaimana kodifikasi hadits pada awal abad ke-2 H
Bagaimana kodifikasi hadits pertengahan awal abad ke-2 H
C. Tujuan Pembahasan
Mahasiswa dapat memahami pengertian kodifikasi dan sejarah hadits
Mahasiswa dapat memahami pengkodifikasian Hadits pada awal abad ke-2 H
Mahasiswa dapat memahami Pengkodifikasian hadits pertengahan awal abad ke-2 H

Pengkodifikasian Hadits Abad ke-2 Hijriah | 1


BAB II
PEMBAHSAN

1. Pengertian kodifikasi dan sejarah hadis


Dalam banyak literatur dijumpai bahwa penkodifikasian hadis secara resmi dilakukan
pada masa pemerintahan Umar ibn Abd al- Aziz. (99-101 H). Untuk mewujudkan niatnya, ia
mengirimkan instruksi kepada seluruh gubernur untuk mengumpulkan hadis di wilayahnya
masing-masing. Secara khusus, ia juga mengirim instruksi tersebut kepada gubernur Madinah,
Abu Bakar Muhammad ibn Hazm (w. 117H) untuk mengumpulkan hadis-hadis yang ada
padanya dari Amrah binti Abd al-Rahman al-Anshari, murid Aisyah.
Intruksi serupa juga dikirimkan khalifah kepada Muhammad bin Muslim bin Syihab al-
Zuhri. Ibn Syihablah orang pertama yang memenuhi instruksi tersebut, sehingga ia dikenal
sebagai orang pertama melakukan kodifikasi hadis. Gagasan tentang pembukuan hadis
sebelumnya pernah terpikirkan oleh Umar bin Khatthab dan sudah mendapat persetujuan dari
sebagian besar sahabat. Namun kemudian beliau membatalkan rencana tersebut karena beberapa
alasan. Secara tidak langsung dapat dinyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Uamr ibn Abd
al-Aziz adalah sesuatu yang pernah direncanakan oleh khalifah sebelumnya, Umar bin
Khatthab.
Pembukaan hadis ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi, diantaranya adalah fenomena
penyebarluasan hadis yang tidak merata, dan semakin berkembangnya pemalsuan hadis. Pada
dasarnya gerakan pencatatan dan pengumpulan hadis juga telah dilakukan gubernur Mesir, Abd
al-Aziz bin Marwin, dengan meminta Katsir bin Murrah untuk mencatat dan mengumpulkan
hadis-hadis nabi.
Menurut Ajjaj al-Khathib, bahwa apa yang telah dilakukan oleh Marwan ibn Adb al-
Aziz tersebut adalah kegiatan pembukaan secara resmi. Namun menurut Syuhudi Ismail,
pendapat Ajjaj al-Khathib ini mengandung beberapa kelemahan, yakni pertama, jabatan Adb
al-Aziz ibn Marwan bukan sebagai kepala negara, melainkan hanya seorang gubernur; kedua,

Pengkodifikasian Hadits Abad ke-2 Hijriah | 2


permintaan penulisan hadis tersebut ditujukan kepada ulama yang berada diluar wilayah Mesir;
ketiga, permintaan penulisan hadis itu sendiri bersifat pribadi.
Meskipun demikian bukan berarti bahwa antara surat yang dikeluarkan Abd al-Aziz ibn
Marwan dengan instruksi Umar ibn Abd al-Aziz tidak terdapat hubungan sama sekali. Kuat
dugaan bahwa Abd al-Aziz ibn Marwan telah memberikan inspirasi dan dorongan kepada
Umar ibn Abd al-Aziz selaku kepala negara, untuk membukukan hadis secara resmi.
Disamping itu, bukan mustahil pula bahwa Umar ibn Abd al-Aziz tersebut memiliki motivasi
tersendiri tentang gagasannya itu. Menurut Abu Zahw, motivasi Umar ibn Abd al-Aziz
adalah: pertama, tidak ada lagi kekhawatiran terhadap pencampuran al-Quran dengan hadis,
karena pada waktu itu al-Quran telah dibukukan dan sudah tersebar luas sejak masa sahabat;
kedua, berkenaan dengan munculnya hadis-hadis palsu; ketiga, ulama yang hafal hadis semakin
berkurang jumlahnya, sedang mereka yang masih ada berpencar-pencar domisili dan tempatnya;
keempat, banyaknya orang non-Arab (ajam) yang memeluk Islam sementara mereka belum
begitu kuat hafalannya.

2. KODIFIKASI PERTAMA PADA AWAL ABAD KE 2


Pengkodifikasian hadits secara resmi yang dilakukan atas instruksi Khalifah secara luas,
dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz (l. 63H- w. 101H). Ia menjadi khalifah
selama 2,5 tahun (99-101H). Ia adalah keturunan Umar bin al-Khattab melalui ibunya. Laila
Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Al-Khattab. Pada saat itu beliau mendorong semua ulama
di berbagai negeri untuk mencatat hadis Rasulullah saw. yang mereka hafal.1
Umar bin Abdul Aziz mengirimkan surat kepada Qadi dan Gubernur Madinah Abu bakar bin
Muhammad bin Amr bin Hazm (w. 117 W), yang isinya:
Perhatikanlah hadis Rasulullah saw, lalu tulislah. Karena sesungguhnya aku khawatir kepada
pengkajian ilmu dan wafatnya para ulama. Dan janganlah kamu menerima kecuali hadis nabi
saw. dan sebarluaskanlah ilmu, dan duduklah sehingga mengetahui orang yang tidak tahu.
Karena sesungguhnya ilmu tidak akan musnah sehingga keadaannya menjadi sesuatu yang
rahasia.2

1
Ibn Muchtar, Aam Abdurrahman, Rizqoh Yamin, Majalah Al-Qudwah, ed. 6, Tadwinul Hadits (Bagian 3), TT. 2000
2
Muhammad bin Ismail, Shahih Al-Bukhari. Kitab ilmu. bab kaifa yuqbad al-ilma. No. 100.

Pengkodifikasian Hadits Abad ke-2 Hijriah | 3


Kemudian Umar bin Abdul Aziz menugaskan tugas mulia ini kepada Muhammad bin Muslim
bin Syihab (l. 50 H - w. 124 H) yang terkenal dengan Imam Az Zuhri. Imam Az-Zuhri mulai
mengumpukan hadis, sehingga beliau menjadi orang yang pertama kali mengumpulkan hadis ke
dalam sebuah kitab. kemudian beliau mengirimkan kitab-kitab hadisnya itu ke berbagai belahan
daerah islam.3 Az-Zuhri pernah berkata: Umar bin Abdul Aziz telah menyuruh kami untuk
menghimpun sunah-sunah nabi, maka kami mencatatnya buku demi buku, lalu setiap buku dikirim
ke daerah-daerah4
Umar bin Abdul Aziz tidak merasa cukup menugaskan Imam Az-Zuhri dan Ibn Hazm saja. Ia
pun mengirimkan surat ke seluruh penjuru negeri, menandaskan permintaan beliau sekaligus
memberikan motivasi kepada segenap Ahli Ilmu untuk memperdalam dan menghidupkan sunnah.5
Ajaaj al-Khatib berkata bahwa pengkodifikasian hadis yang pertama adalah yang dilakukan
oleh Abdul Aziz bin Marwan (w. 85 H) Ayahanda Umar bin Abdul Aziz (w 101H). Pada tahun 75
Hijriyah ketika beliau menjadi seorang Amir di mesir. Beliau memerintahkan kepada Murrah Al-
Khadrami (w 70-80H), seorang tabiin yang sezaman dengan 70 orang sahabat di daerah Himsha,
agar dia menulis untuknya hadis-hadis yang ia dengar dari sahabat Nabi kecuali Abu Hurairah
karena telah dimilikinya.6 Namun pendapat ini bertentangan dengan pendapat jumhur ulama.7

Perkembangan Kodifikasi pada Abad ini.


A. Penyusunan yang dilakukan oleh ulama pada awal abad kedua ini, dapat dikategorikan menjadi
dua kelompok. Pertama, kitab-kitab yang berisi hadis nabi semata. Kedua, kitab-kitab yang berisi
hadis Nabi yang bercampur dengan keputusan resmi para khalifah, sahabat lainnya serta para
tabiin.
B. Kitab-kitab pada abad ini belum disusun secara sistematis.8

3. KODIFIKASI PADA PERTENGAHAN AWAL ABAD KE 2

3
Ajaaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits, Dar Al-Fikr, hal. 116.
4
Muhammad bin Mathar al-Zahrani. Tadwin as-Sunnah an-Nabawiyah. hlm 76.
5
Ibn Muchtar, Aam Abdurrahman, Rizqoh Yamin. Majalah Al-Qudwah. ed. 6, Tadwinul Hadits (Bagian 3). TT. 2000.
6
Ajaaj Al-Khatib. Ushul al-Hadits. Dar al-Fikr, 2009. hal. 114
7
Ibid. hal. 142.
8
Ibn Muchtar, Aam Abdurrahman, Rizqoh Yamin, Majalah Al-Qudwah, ed. 6, Tadwinul Hadits (Bagian 3), TT. 2000.

Pengkodifikasian Hadits Abad ke-2 Hijriah | 4


Pada Abad ke II hijriah. Daulah islamiyyah semakin luas dan para ulama semakin banyak, serta
usaha pencatatan hadis pun semakin meluas di masyarakat Islam waktu itu. Pengkodifikasian hadis
pada waktu itu ada pada tangan tabiin kecil9 dan tabiut tabiin.10
Perkembangan Kodifikasi Pada Abad ini
A. Pentadwinan hadis pada abad ini tidaklah begitu berbeda dengan abad sebelumnya. Kitab-kitab
hadis terbagi dua, ada yang sengaja mengumpulkan hadis-hadis Nabi saja dan ada pula yang
mencampurkan hadis Nabi dengan perkataan sahabat, dan fatwa tabiin. Bedanya, sekarang
bertujuan untuk istinbatul ahkam. Sedangkan sebelumnya dikarenakan kekhawatiran hilangnya
sunnah.11
B. Pada masa ini belum ada pemisahan antara hadis Shahih, Hasan, Dloif, dan maudlu.
C. Pada masa ini hadis telah disusun secara mubawwab (berdasarkan bab). Hadis-hadis yang
berkaitan dikumpulkan dalam satu bab, kemudian bab-bab dikumpulkan kepada suatu kitab (satu
kitab terdiri dari beberapa bab).112 Cara ini merupakan penyempurnaan metode pengkodifikasian
periode sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Amr bin Syarahil Asy-Syabi (l. 19 H w 103
H)13

Karya-karya kodifikasi pada abad ini


Beberapa Ulama yang pertama kali pernah melakukan kodifikasi secara mubawwab di
berbagai kota sebagai berikut:
A. Abu Muhammad Abd al-Malik bin Abd al-Aziz bin Juraij di Makkah (w. 150 H)
B. Muhammad bin Ishaq bin Yasar al-Mathlabi di Madinah (w. 151 H)
C. Mamar bin Rasyid al-Bashry Tsumma Al-Shananiy di Yaman (w. 153 H)
D. Said bin Abi Arubah di Bashrah (w. 156 H)
E. Abu Amr Abd ar-Rahman bin Amr al-Auzaiy di Syam (w. 156 H)
F. Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Dzibin di Madinah (w. 158 H)
G. Ar-Rabi bin Shubaih al-Bashri di Bashrah (w. 160 H)
H. Syubah bin Al-Hajjaj di Bashrah (w. 160 H)
I. Abu Abdullah Sufyan bin Said ats-Tsauri di Kufah (w. 161 H)

9
Tabiin yang wafat setelah tahun 140 H (Muhammad bin Mathar al-Zahrani. hal. 78)
10
Muhammad bin Mathar al-Zahrani. Tadwin as-Sunnah an-Nabawiyah. hal. 78
11
Ibn Muchtar, Rizqoh Yamin, Abdurrahman, Abdurrahim. Majalah Al-Qudwah., ed. 7. Tadwinul Hadits (Bagian 4). TT. 2000.
12
1 Muhammad bin Mathar al-Zahrani, Tadwin as-Sunnah an-Nabawiyah, hal. 80
13
Prof. Dr. M. Musthafa Azami, Hadis Nabawi Dan Sejarah Kodifikasinya, hal. 214

Pengkodifikasian Hadits Abad ke-2 Hijriah | 5


J. Al-Laits bin Sad al-Fahmi di Mesir (w. 175 H)
K. Abu Salamah Hammad bin salamah bin dinar di Bashrah (w. 175 H)
L. Al-Imam Malik bin Anas di Madinah (w. 179 H)
M. Abdullah bin al-Mubarak di Khurasan (w. 181 H)
N. Jarir bin Abd al-Hamid Adh-Dhobi di Rayy (w. 188 H)
O. Abdullah bin Wahb al-Mishri di Mesir (w. 197 H)
P. Sufyan bin Uyainah di Makkah (w. 198 H)
Q. Waqi bin Al-Jarrah Ar-Ra-asi di Kufah (w. 197 H)
R. Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy-Syafei di Mesir (w. 204 H)
S. Abd Ar-Razzaq bin Hammam Ash-Shanani di Shana (w. 211H)

Diantara kitab hadis yang sampai generasi sekarang, diantaranya adalah:


1. Kitab Al-Muwaththo karya imam Malik bin Anas.
2. Al-Musnad, karya Imam Syafii
3. Al-Jami, karya Abdul Razaq al-Shanany
4. Al-Mushannaf, karya Sufyan ibn Uyainah
5. Al-Mushannaf, karya Syubah ibn Hajjaj
6. Al-Maghazi al-Siyar, karya Muhammad ibn Ishaq
7. Al-Mushannaf, karya al-Laits ibn Saad,
8. Al-Mushannaf, karya al-Auzai,
9. Al-Mushannaf, karya al-Humaidy
10. Al-Maghazi al-Nabawiyyah, karya Muhammad bin Waqid
11. Al-Musnad, karya Zaid bin Ali
12. Al-Musnad, karya Abu Hanifah
13. Al-Mukhtalif al-Hadits, karya Imam Asy-Syafei14

14
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, hal. 83 (dalam footnote buku Hadis Nabi dalam Teori dan Praktek, Abdul
Choliq Muchtar, hal. 20)

Pengkodifikasian Hadits Abad ke-2 Hijriah | 6


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkodifikasian kitab hadis dari Abad kedua, merupakan usaha para ulama untuk
menyelamatkan sunnah dan Hadis sebagai sumber ajaran islam. Pencatatan hadis yang
pada awalnya dipertentangkan, menjadi hal yang mesti untuk dilakukan. Bukankah
pelarangan pencatatan hadis oleh Rasulullah saw dilakukan untuk kemaslahatan. Oleh
karena itu, pencatatan hadis untuk memelihara keaslian sunnah dan hadis nabi mesti pula
dilakukan. Supaya umat islam di masa depan tidak kehilangan petunjuk yang akan
menunjukkan mereka ke jalan yang benar.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan tugas terstruktur Pengantar Ilmu hadits ini
jauh dari kata sempurna. Kedepannya penyusun akan lebih detile dan fokus lagi
menjelaskan dengan sumber-sumber yang banyak serta bisa dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Pengkodifikasian Hadits Abad ke-2 Hijriah | 7


DAFTAR PUSTAKA

Azami , M. Musthafa. 2006. Hadis Nabawi Dan Sejarah Kodifikasinya. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Al Bukhari, Muhammad bin Ismail. 1969. Shahih Al-Bukhari bi Hasiyah Al-Sindi. Beirut: Dar al-
Fikr.
Al-Khatib, Ajaaj. 2009. Ushul Al-Hadits Ulumuhuhu wa Mustholahuhu. Beirut: Dar Al-Fikr.
Muchtar, Abdul Choliq. 2004. Hadis Nabi dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: TH-Press.
Jumantoro, Totok. 2002. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumbulah. 2010. Kajian Kritis Ilmu Hadis. Malang: UIN-Maliki Press

Anda mungkin juga menyukai