Kata fawatih merupakan bentuk jamak dari kata fatih
yang berarti pembuka. Sedangkan Fawatihus Suwar pembukaan-pembukaan pada surat-surat. Fawatihus suwar adalah ilmu yang tentang kalimat-kalimat pada pembukaan- pembukaan surah dalam al-Qur’an. Dalam pengertian lain, fawatihus suwar diartikan sebagai kalimat-kalimat yang dipakai dalam pembukaan surah, ia merupakan bagian dari ayat Mutasyabihat. Secara istilah fawarihus suwar berarti suatu ilmu yang mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata, atau kalimat permulaan surah-surah al-Quran B. Kedudukan Fawatihus Suwar
Menurut As-Suyuti, pembukaan-pembukaan surah atau
huruf-huruf potongan (al-huruf al-Muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat Mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat Mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat lagi dalam memahami dan menafsirkanya. B. Kedudukan Fawatihus Suwar
Dalam hal ini pendapat para ulama pada pokoknya
terbagi dua yaitu: 1. Ulama yang memahaminya sebgai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah SWT. As-Suyuti memandang pendapat ini sebagai pendapat yang mukhtar (terpilih). 2. Pendapat yang memandang huruf-huruf diawal surat- surat ini sebagai huruf-huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh manusia. Karena itu penganut pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran kepada huruf-huruf tersebut. C. Macam-macam Bentuk Fawatihus Suwar Ada lima bentuk awalan yang dapat dilihat dalam Al- Quran. 1. Awalan surah terdiri dari satu huruf, ini terdapat tiga surah: a. Surah Shad (Qs.38) )(ص b. Surah Qaf (Qs. 50) )(ق c. Surah al-Qalam (Qs. 68) )(ن 2. Awalan surah terdiri dari dua huruf, ini terdapat pada sepuluh surah: a. Surah al Mukmin (Qs.40) )(حم Dll.. 3. Awalan surah terdiri dari tiga huruf, ini terdapat pada tiga belas surah: a. Surah al – Baqarah (2) )(الم Dll.. 4. Awalan surah terdiri dari empat huruf, ini terdapat pada dua surah: a. Surah al-A’raf (Qs. 7) )(المص b. Surah ar-Ra’du (Qs. 13) )(المر 5. Awalan surah terdiri dari lima huruf, ini terdapat pada satu surah: a. Surah Maryam (Qs. 19) )(كهىعص D. Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Muqaththa’ah Para ulama berbeda pendapat mengenai kemampuan manusia mengetahui makna huruf muqaththa’ah (huruf potong) yang terdapat di awal beberapa surah. Sebagian mereka berpendapat, tidak ada orang yang mengetahui maksud dan makna dari ayat tersebut. Karena hanya Allah yang mengetahuinya. Maka itulah sebabnya kebanyakan buku tafsir membuat komentar setelah ayat terssebut dengan ungkapan “Allah a’lam bimuradih” (hanya Allah yang mengetahui maksudnya). Akan tetapi ada sebagian mufassir yang menakwilkan huruf-huruf tersebut. Menurut mereka, “al-Quran adalah hidayah dan pedoman hidup bagi manusia. Justru itu, ia harus dapat dipahami. Sebab, ia tidak mungkin dijadikan pedoman jika tidak dapat diketahui dan dipahami isi kandunganya”. Berikut ini beberapa pendapat ulama mengenai huruf muqaththa’ah 1. Az-Zamakhsari berkata dalam tafsirnya Al-Qasysyaf bahwa huruf-huruf ini ada beberapa pendapat yaitu: Merupakan nama surah Sumpah Allah SWT Supaya menarik perhatian orang yang mendengarkannya. 2. Al-Quwabi mengatakan bahwahsanya kalimat itu merupakan tanbih baagi nabi Muhammad SAW, mungkin pada suatu saat nabi dalam keadaan sibuk, maka menyuruh jibril untik memberikan perhatian terhadapp apa yang disampaikan padanya. 3. As-Sayid Rasyid Ridha tidak membenarkan Al-Quwaibi di atas, Karena Nabi sMuhammad senantiasa dalam keadaan sabar dan senantiasa menanti kadatangan wahyu. Rasyid Ridha berpendapat sesuai dengan Ar-Razi, bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada orang- orang musyrik Mekkah dan ahli kitab Madinah. Karena orang kafir apabila Nabi membaca al-Quran mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak mendengarkannya. 4. Ulama Salaf berpendapat bahwa Fawatihus Suwar telah disusun sejak zaman azali sedemikian rupa supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkannya seperti al-Quran. E. Hikmah Fawatihus Suwar 1. Untuk memberi perhatian, peringatan dan pedoman kehidupan baik bagi Rasullah SAW ataupun umatnya. 2. Pembukaan surah yang diawali dengan menetapkan sifat-sifat terpuji kepada Allah SWT, yakni dengan masdar dan selanjutnya diikuti dengan fiil madhi, mudari’ dam amar. Ini semua dimaksudkan agar mencakup seluruh tasbih, sekaligus menunjukan betapa ajaibnya al-Quran itu. 3. Dengan sumpah, yakni agar manusia dapat meneladani sikap bertanggung jawab, berbicara harus benar dan jujur. Allah menggunakan beberapa benda sebagai sumpah-Nya, dimaksudkan agar manusia memperhatikan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Dengan begitu manusia merasa rendah dihadapan Allah