I. PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam pengambilan hokum agama
Islam, kitab yang diturunkan pada Nabi Muhammad sebagai mukjizat
terbesarnya, yang banyak mengandung unsur kemu’jizatan yang besar tiada
banding. Sebagai pondosi pokok agama Islam, banyak sekali kajian kajian yang
berkenaan dengan al-Qur’an, menggali al-Qur’an dan mendalami al-Qur’an.
Beberapa kaum mufassirin berpendapat bahwa al-Qur’an tidak sama sekali
menggunakan lafadz-lafadz yang asing dari bahasa dialek Hijaz, padahal sudah
jelas bahwa al-Qur’an mengandung kata-kata baru.1 Banayak suku kata dalam al-
Qur’an yang menyimpan sejuta makna, sehingga sangatlah dibutuhkan beberapa
proyek pendekatan dalam menggali kandungan makna al-Qur’an, diantara proyek
penggalian makna kandungan al-Qur’an adalah dengan mengkaji aspek balaghah
yang merupakan bentuk keindahan bahasa al-Qur’an.
II. PEMBAHASAN
A. Pengenalan Terhadap Surat al-Humazah
1. Nama Surat
1 Malik bin Nabi, Fenomena al-Qur’an, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1983), 227.
2Mujir al-Dien ibnu Muhammad, Fathu al-Rahman fi Tafsir al-Qur’an,( ttp:Dar al-Nawadir, 2009),
7:430
3Ja’far Syarifuddin, Al-Mausu’ah al-Quraniah Khasois al-Suwar (Bairut: Dar at-Taqrib baina
Madzahib al-Islamiah, 1420 H), 12:171
1
dari permulaan ayat yakni ٌووييك كلل ٌللككك كلل ٌكهوك كوزة ٌلكومك كوزة, al-Humazah yang berarti
ٌسككورة ٌوييكل ٌللكك كلل ٌكهوكوزةmaka akan diberi ganjaran sepuluh kebaikan,
membaca
و ل
dengan jumlah hitungan seseorang yang mencela Nabi Muhammad dan
Sahabatnya.6
4 Wahbah bin Musthofa al-Zakhili, Tafsir al-Munir, (Dimasqo: Dar al-Fikr al-Ma’ashir, 1418 H),
6 Ahmad bin Muhammad, Al-Kasyfu wa al-Bayan an Tafsir al-Quran, (Lebanon-Bairut: Dar ihya’ al-
Turats, 2002), 10:285.
2
Turunya surat ini berkenaan dengan Umayyah ibnu kholaf seorang kafir
yang dibunuh budaknya sendiri yang berani mengumpat dan mencela
Rasulallah, sehingga Allah menurunkan surat ini.7
Pada akhir surat al-Ashr diterangkan bahwa orang yang saling berpesan
dalam menaati kebenaran dan kesabaran tidak termasukorang yang rugi. Pada
awal surat al-Humazah ini diterangkan sifat-sifat orang yang merugi.9
Kajian ilmu balaghah itu terbagi menjadi tiga bagian, pertama yaitu ilmu
ma’ani yakni untuk menghindari kesalahan dalam menyampaikan makna yang
dimaksud, kedua ilmu bayan dan ketiga ilmu badi’. Diantara penerapanya
yaitu d kandung oleh surat al-Humazah, sebagai berikut:
7 Ibramim bin Ismail, Mausu’ah al-Qur’aniah, (ttp: Muassisah Sijl al-Arab, 1405 M), 1:68.
8Abu Hayyan Muhammad Ibnu Yusuf, al-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, (Bairut: Dar al-Fikr, 1420 H),
10:540
9 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Lembaga Percetakan Kementrian Agama, 2019),
771.
3
(3)ٌ ب ٌأودن ٌومككاَلوكه ٌأويخلوكودكه دل ة ة ل
( ٌ وييوس ك ك2)ٌ ( ٌال كذيِ ٌوجوكوع ٌومككاَلل ٌوووع كددودكه1)ٌ ووييكلل ٌلكك كلل ٌكهوكوزة ٌلكوم كوزة
( ٌالدلت ك6)ٌ ( ٌنكوكاَكر ٌاللدكله ٌاليكموقوكودكة5)ٌ ( ٌووومككاَ ٌأويدوراوك ٌومككاَ ٌايلكطووم ككة4)ٌ وكدل ٌلويَككينبوكوذدن ٌلفكك ٌايلكطووم كلة
Ayat pertama
Ayat pertama dari surat al-Humazah ini merupakan sebuah susunan antara
musnad dan musnad ilaihi, dalam ayat ini mendahulukan musnad ilaihi berupa
10Ibid, 770.
4
سعد في الدارdalam contoh tersebut terdapat seseorang bernama Sa’ad dalam
rumah, dan bertafa’ul dengan maknanya yaitu terdapat keberuntungan di
dalam rumah.11 Dan ayat ini merupakan bentuk kalam khobari.
mempunyai makna ganda, baik makna dekat maupun makna jauh. Dalam ilmu
badi’nya disebut al-Tauriyyah.12sebagian mufassir memaknai dengan sebuah
kalimat yang mengandung sebuah siksaan dan sebagian mufassir juga
menakwilkan sebagai sebuah jurang di neraka Jahannam yang mengalir
dibawahnya nanah dan darah.13
11 Abdul Aziz ibnu Ali, al-Balaghah al-Maisarah, (Bairut, Lebanon: Dar Ibnu Hazm, 2011), 28.
12 Muhammad Yasin ibnu Isa al-Padangi, Husnu al-Syiyaghoh, (Rembang: Maktabah al-Barokah,
2017), 121.
13 Aisyah Muhammad Ali, AL-Tafsir al-Bayani li al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar al-Ma’arif, tth),
167.
14 Mamat Zainuddin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika Aditama,
2007), 122.
5
Kata humazah dan yang serumpun disebutkan tiga kali dalam al-Qur’an,
tetapi khusus kata humazah hanya satu kali disebutkan dan merupakan salah satu
nama surat dalam al-Quran.16
Kata humazah dan lumazah merupakan bentuk syegot mubalaghoh,
mengikuti wajan فككوعلوك كةة17 Yang berarti menunjuuka arti subuah kebiasaan 18 dan
merupakan bentuk badi’ berupa jinas naqis atau ghoiru tam yang mempunyai
cabang jinas lahiq. Yaitu, keindahan kalimat dalam segi lafadznya yang terlihat
mempunyai kesamaan namun terdapat kata yang tidak sama dan makhrajnya
jauh.19
Ayat kedua
ل
الدذيِ ٌوجووع ٌوماَلل ٌوووعددودهك
16Ibid, 770.
17 Tafsir al-Munir
6
Ayat kedua ini terdapat bentuk wasl berupa وجكوك كوع ٌومك ككاَلل ٌوووعك ك كددودهك, yaitu
bersambung atau berhimpun sebuah kalimat dengan kalimat lain 21, dalam ayat ini
meghubungkanya menggunakan huruf athaf wawu.
Lafadz ِ ٌالكد كلذيmerupakan badal dari lafadz ككك كللatau dii’rabi nasb yang
menunjukkan arti ذولم, Allah memberikan artian tersebut karena menjadi suatu
Lafadzٌ ٌ جوع
ٌ وsebagian ulama’ membacanya dengan ditasdid mimnya, yang
و
mengandung arti dilakukanya tidak hanya hari tertentu, namun beberapa hari
yang tak terbilang.
lafadz ماَلل
و
21 Syekh Yasin al-Fadani, Khusnu al-Shiyagoh (Rembang: Maktabah al-Anwariah, ttt), 57.
22 Abu Abdullah Muhammad bin Umar, Mafatihul ghoib, (Bairut: Dar Ihya’ al-Turots al-A’roby, 1420
H), 32:284
7
Ayat ini menunjukkan berupa kalam khobari yang mengkhitobi seseorang
yang Ibtida’i, karena dalam susunan tersebut tidak ada taukid.
Ayat ketiga
Lafadz ب
وييوس ك ك ك Termasuk salah satu saudara dzanna yang tergolong af’alul
qulub, yakni, pekerjaan hati yang artinya “mengira”25, jadi seoarang pengumpat
tersebut mengira bahwa hartanya akan mengekalkanya, tidak menduga (dzanna)
atau menyangka (khola)
Lafadz ٌأويخلكو كودdalam ayat ini menunjukkan makna yang berbeda dengan
24 Abu Abdillah, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, (Qohiroh: Dar al-Kutub al-Misyriah, 1964), 5:335
25 Jalal al-Dien al-Syuyuti, Syarah Ibnu Aqil, (Surabaya: Imaratullah, tth), 58.
8
وخلدود ٌاللدكه ٌكميلوككه ٌووأوبدود ٌأودياَومهك
26
yakni يلده,27ٌ dalam ilmu balaghah hal ini dinamakan dengan I’tibaru ma kaana
yang merupakan indicator mazaj mursal karena menyebutkan bentuk yang sudah
terjadi, sedangkan yang dimaksudkan adalah yang akan terjadi atau belum
terjadi.28
Adapun bentuk dhomir pada lafadz ومككاَلوكه ٌأويخلوك كودهكadalah berfaidah للتِقريككع
( ٌوالتِوبيَخmeleh-melehno) 29
Ayat keempat
26 Abu Abdullah Muhammad, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, (Qohirah: Dar Kutub al-Misyriyyah),
5:335.
27Abu al-Thoyyib Muhammad, Fathu al-Bayan fi Maqashid al-Qur’an, (Bairut: Maktabah al-
Ashriyyah, 1992), 15:385.
28 Mamat Zainuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: PT Refika Aditama,
2007), 38.
9
Lafadz النبككذdalam kalangan orang Arab diartikan sebagai الطككرح. namun
dari beberapa tingkatan neraka31, Lafadz الطمككةpada asalnya yaitu sebuah sifat
yang disandang seseorang yang banyak makan, sebagaimana yang dikatakan al-
Rozij:
32
قويد ٌلودفوهاَ ٌاللدييَكل ٌبلوسدوالق ٌايلكطولم
Kalimat الطمةdalam ayat ini menurut ilmu balaghah masuk sebagai ilmu
badi’ berbentuk tauriyyah, karena الطمةmemiliki makna jauh dan makna dekat,
sebagai seorang yang banyak makan dan sebagai nama neraka.33
Faidah penyifatan neraka dengan lafadz الطمك ككةdalam ayat ini yang
tersebut adalah karena التمفع ٌعلىَ ٌغيه,ٌ lebih ditinggikan dibanding yang lainya. 34
31 Ibid, 2:174.
33 Muhammad Yasin bin Isa al-Padangi, Husnu al-Shiyaghoh, (Rembang: Maktabah al-Barokah,
2017), 121.
10
Ayat keempat ini menunjukkan bahwa orang yang dikhithobi adalah
seorang inkar, karena terdapat dua tanda taukid, yakni huruf lam dan nun taukid
staqilah pada kalimat لويَككينبوك كوذدن. ٌ Sedangkan kata ٌوكدلadalah bentuk penolakan
Ayat keempat ini juga menjadi bentuk qosr dari ayat sebelumnya, dengan
menggunakan adat qosr athaf berupa ل.
Ayat kelima
lebih khusus dibanding dengan redaksi عرفyang berarti العرفككة.ٌ Ada juga yang
menggatakan menggunakan redaksi tersebut karena berhubungan dengan suatu
37
hal yang agung, berupa لطومةك
اي
ك و
35Abi Abdillah al-Husain, I’rab Stalasina al-Suar min al-Qur’an al-Karim, (ttp: Syirkah al-Quds,
2009), 189.
36 Tafsir al-Munir
37 Aisyah Muhammad Ali. Tafsir al-Bayani li al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar al-Ma’arif, tth) 2:176
11
Susunan ayat ini berbentuk kalam insya’i yang berbentuk istifham.38
Ayat keenam
Adapun penyandaran lafadz نكو ككاَكرpada اللدك كلهmempunyai faedah للتِفخيَك ككم
menghinakan, yakni sebuah neraka yang tidak sebagaimana neraka lainya.40
Ayat ketujuh
الدلت ٌتوطدللع ٌعولىَ ٌايلوفيئلودةل
ك و
Lafadz توطدلكل ككعpada ayat ini menggunakan makna lafadz ٌتعلككوyakni naik
sampai ke hati.41
38 Ali al-Jarim dan Musthofa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah, (Pakistan: Maktabah al-Busyra, 2010),
173.
39 Mamat Zainuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: PT Refika Aditama,
2007), 93
40 Wahbah ibnu Musthofa, al-Tafsir al-Munir, (Dimasko: Dar al-Fikr al-Ma’asyir, 1418 H), 30: 400.
41 Abu Qosim Mahmud ibnu Umar, al-Kasyaf an Haqaiq Gowamidi al-Tanzil, (Bairut: Dar al-Kutub
al Arabi, 1407 H), 4:479
12
Penggunaan redaksi ٌتوطدللعdalam ayat ini mennunjukkan adanya ilmu badi’
ك
berupa al-tauriyyah, yakni mempunyai makna dekat dan makna jauh, makna
dekatnya adalah muncul dan makna jauhnya adalah naik.
lafadz ايلوفيئلودةadalah bagian tengah dari القلب. Tidak ada yang paling lembut di
Ayat kedelapan
Ayat kesembilan
لف ٌعمةد ٌكمودددةة
و وو
42 Abu Qosim Mahmud ibnu Umar, al-Kasyaf an Haqaiq Gowamidi al-Tanzil, (Bairut: Dar al-Kutub
al Arabi, 1407 H), 4:479
43 Muhammad bin Jarir, Jami’ul Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, (ttp:Muassisatur al-Risalah, 2000),
24:600.
13
Lafadz ٌالعمك ككدberasal dari kata عمك ككودyang berarti tongkat, pada mulanya
III. PENUTUP
Benarlah terjdi celaka bagi seorang yang mengumpat dan mencela, yang telah
tiada henti mengumpulkan harta dan selalu menghitung-hitungnya, ia mengira
banyaknya harta akan mengekalkanya tidak akan mati, hal tersebu tidaklah mungkin
terjadi bahkan ia akan benar-benar di lempar dengan rasa hina pada neraka
Khuthomah, dan apakau mengerti kebesaran neraka Khutomah? Neraka Khutomah
adalah neraka yang disiapkan Allah dan yang dinyalakan, yang apinya bermulat-
mulat naik membakar sampai relung hati, sengguh, api tersebut menutupi diatas
mereka di dalam sebuah tongkat yang dipanjangkan.
Daftar Pustaka
Abdillah, Abu. al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Qohiroh: Dar al-Kutub al-Misyriah,
1964.
al-Husain, Abi Abdillah I’rab Stalasina al-Suar min al-Qur’an al-Karim, ttp: Syirkah
al-Quds, 2009.
Ali, Aisyah Muhammad, AL-Tafsir al-Bayani li al-Qur’an al-Karim, Kairo: Dar al-
Ma’arif, tth.
14
al-Jarim, Ali dan Musthofa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah, Pakistan: Maktabah al-
Busyra, 2010.
Aziz, Abdul ibnu Ali, al-Balaghah al-Maisarah, Bairut, Lebanon: Dar Ibnu Hazm,
2011.
Dien, Mujir ibnu Muhammad, Fathu al-Rahman fi Tafsir al-Qur’an, ttp:Dar al-
Nawadir, 2009.
Fadani, Syekh Yasin. Khusnu al-Shiyagoh (Rembang: Maktabah al-Anwariah, ttt), 57.
Ibramim bin Ismail, Mausu’ah al-Qur’aniah, ttp: Muassisah Sijl al-Arab, 1405 M.
Mahmud, Abu Qosim ibnu Umar, al-Kasyaf an Haqaiq Gowamidi al-Tanzil, Bairut:
Dar al-Kutub al Arabi, 1407 H.
Muhammad, Abu Abdullah bin Umar, Mafatihul ghoib, Bairut: Dar Ihya’ al-Turots al-
A’roby, 1420 H.
Muhammad, Abu Hayyan Ibnu Yusuf, al-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, Bairut: Dar al-
Fikr, 1420 H.
Syuyuti, Jalal al-Dien, Syarah Ibnu Aqil, (Surabaya: Imaratullah, tth), 58.
15
Wahbah bin Musthofa al-Zakhili, Tafsir al-Munir, Dimasqo: Dar al-Fikr al-Ma’ashir,
1418 H.
Yasin, Muhammad bin Isa al-Padangi, Husnu al-Shiyaghoh, Rembang: Maktabah al-
Barokah, 2017.
16