Anda di halaman 1dari 16

TELA’AH SURAT AL-HUMAZAH DALAM RELUNG BALAGHAH

Oleh: Siti Durrotun Nafisah

I. PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam pengambilan hokum agama
Islam, kitab yang diturunkan pada Nabi Muhammad sebagai mukjizat
terbesarnya, yang banyak mengandung unsur kemu’jizatan yang besar tiada
banding. Sebagai pondosi pokok agama Islam, banyak sekali kajian kajian yang
berkenaan dengan al-Qur’an, menggali al-Qur’an dan mendalami al-Qur’an.
Beberapa kaum mufassirin berpendapat bahwa al-Qur’an tidak sama sekali
menggunakan lafadz-lafadz yang asing dari bahasa dialek Hijaz, padahal sudah
jelas bahwa al-Qur’an mengandung kata-kata baru.1 Banayak suku kata dalam al-
Qur’an yang menyimpan sejuta makna, sehingga sangatlah dibutuhkan beberapa
proyek pendekatan dalam menggali kandungan makna al-Qur’an, diantara proyek
penggalian makna kandungan al-Qur’an adalah dengan mengkaji aspek balaghah
yang merupakan bentuk keindahan bahasa al-Qur’an.

II. PEMBAHASAN
A. Pengenalan Terhadap Surat al-Humazah
1. Nama Surat

Surat al-Humazah adalah surat makiyyah yang berjumlah 9 ayat,33 kata


dan 130 huruf2. Al-Humazah merupakan surat yang ke-104 berdasarkan
susunan mushaf dan surah ke-32 berdasarkan urutan pewahyuan al-Qur’an
setelah surat al-Qiyamah, al- Qiyamah sendiri turun pada masa antara
hijrahnya nabi ke Habashah dan isra’nya nabi sehingga dimungkinkan bahwa
al-Humazah juga turun pada saat itu juga3, dan surat ini termasuk surat al-
Qishar al-Mufasshalat, dinamakan dengan surat al-Humazah karena diambil

1 Malik bin Nabi, Fenomena al-Qur’an, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1983), 227.

2Mujir al-Dien ibnu Muhammad, Fathu al-Rahman fi Tafsir al-Qur’an,( ttp:Dar al-Nawadir, 2009),
7:430

3Ja’far Syarifuddin, Al-Mausu’ah al-Quraniah Khasois al-Suwar (Bairut: Dar at-Taqrib baina
Madzahib al-Islamiah, 1420 H), 12:171

1
dari permulaan ayat yakni ‫ ٌووييك كلل ٌللككك كلل ٌكهوك كوزة ٌلكومك كوزة‬, al-Humazah yang berarti

seseorang yang mengumpat manusia dengan suatu ucapan, perbuatan atau


isarah4.

Tujuan diturunkanya ayat ini adalah untuk memberi peringatan mengenai


haramnya menghambur-hamburkan uang dan haramnya suatu hal yang dapat
merendahkan manusia, surat ini menyerupai dua surat yang disebutkan
sebelumnya, sehingga surat ini disebutkan setelahnya karena mempunyai
munasabah dalam konteksnya5.

2. Keistimewaan Surat al-Humazah

Diceritakan dari Muhammad ibnu Qosim berkata: telah bercerita padaku


Ismail ibnu Nahil berkata: bercerita padaku Abu Abdullah Muhammad ibnu
Ibrahim ibnu Said berkata: Said ibnu Hasf berkata: saya membaca dihadapan
Ma’qil ibnu Abdillah dari Ikrimah ibnu Khalid dari Said ibnu Jabir dari Ibnu
Abbas dari Ubay ibnu Ka’ab berkata: Rasulallah bersabda: barangsiapa yang

‫ ٌسككورة ٌوييكل ٌللكك كلل ٌكهوكوزة‬maka akan diberi ganjaran sepuluh kebaikan,
membaca
‫و ل‬
dengan jumlah hitungan seseorang yang mencela Nabi Muhammad dan
Sahabatnya.6

B. Penafsiran dan Aspek Balaghah Surat al-Humazah


1. Sebab Turunya Surat al-Humazah

4 Wahbah bin Musthofa al-Zakhili, Tafsir al-Munir, (Dimasqo: Dar al-Fikr al-Ma’ashir, 1418 H),

5 Al-Mausu’ah al-Quraniah Khasois al-Suwar

6 Ahmad bin Muhammad, Al-Kasyfu wa al-Bayan an Tafsir al-Quran, (Lebanon-Bairut: Dar ihya’ al-
Turats, 2002), 10:285.

2
Turunya surat ini berkenaan dengan Umayyah ibnu kholaf seorang kafir
yang dibunuh budaknya sendiri yang berani mengumpat dan mencela
Rasulallah, sehingga Allah menurunkan surat ini.7

Terdapat banyak pendapat mengenai turunya ayat ini, diantaranya yaitu


mengatakan turun pada Ahsan Ibnu Syuraiq, al-Ashi Ibnu Wail, Jamil Ibnu
Ma’mar, Walid ibnu Mughiroh, dan Umaiyyah Ibnu Khalaf, banyak pendapat.
Dapat memungkinkan turun pada keseluruhan pada seseorang yang disifati
dengan sifat yang dijelaskan pada ayat tersebut. Imam al-Suhaili mengatakan
bahwa surat ini turun berkenaan pada Umaiyyah Ibnu Kholaf, karena pada
saat itu ia mencela Nabi.8

2. Munasabah Surat al-Humazah dengan Surat Lainya

Pada akhir surat al-Ashr diterangkan bahwa orang yang saling berpesan
dalam menaati kebenaran dan kesabaran tidak termasukorang yang rugi. Pada
awal surat al-Humazah ini diterangkan sifat-sifat orang yang merugi.9

3. Aspek Balaghah Surat al-Humazah

Kajian ilmu balaghah itu terbagi menjadi tiga bagian, pertama yaitu ilmu
ma’ani yakni untuk menghindari kesalahan dalam menyampaikan makna yang
dimaksud, kedua ilmu bayan dan ketiga ilmu badi’. Diantara penerapanya
yaitu d kandung oleh surat al-Humazah, sebagai berikut:

7 Ibramim bin Ismail, Mausu’ah al-Qur’aniah, (ttp: Muassisah Sijl al-Arab, 1405 M), 1:68.

8Abu Hayyan Muhammad Ibnu Yusuf, al-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, (Bairut: Dar al-Fikr, 1420 H),
10:540

9 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Lembaga Percetakan Kementrian Agama, 2019),
771.

3
(3)ٌ ‫ب ٌأودن ٌومككاَلوكه ٌأويخلوكودكه‬ ‫دل‬ ‫ة ة‬ ‫ل‬
‫( ٌ وييوس ك ك‬2)ٌ ‫( ٌال كذيِ ٌوجوكوع ٌومككاَلل ٌوووع كددودكه‬1)ٌ ‫ووييكلل ٌلكك كلل ٌكهوكوزة ٌلكوم كوزة‬
‫( ٌالدلت ك‬6)ٌ ‫( ٌنكوكاَكر ٌاللدكله ٌاليكموقوكودكة‬5)ٌ ‫( ٌووومككاَ ٌأويدوراوك ٌومككاَ ٌايلكطووم ككة‬4)ٌ ‫وكدل ٌلويَككينبوكوذدن ٌلفكك ٌايلكطووم كلة‬

ٌ (9)ٌ ‫( ٌلف ٌوعومةد ٌكموددودةة‬8)ٌ ‫صودلة‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬


‫( ٌإلنكدوهاَ ٌوعلوييَلهيم ٌكميؤ و‬7)ٌ ‫توطدلكع ٌوعولىَ ٌايلوفيئودة‬
Artinya:
1. Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela
2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya
3. Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkanya
4. Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan kedalam (neraka)
Huthomah
5. Dan taukah kamu apakah (neraka) Huthomah itu?
6. (yaitu) api (adzab) Allah yang dinyalakan,
7. Yang (membakar) sampai ke hati
8. Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka,
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.10

Ayat pertama

‫وييل ٌللككلل ٌكهووزةة ٌلكموزة‬


‫و‬ ‫و ل‬

Ayat pertama dari surat al-Humazah ini merupakan sebuah susunan antara
musnad dan musnad ilaihi, dalam ayat ini mendahulukan musnad ilaihi berupa

kata ‫ ٌووييكلل‬diselain sebagai bentuk asal, mendahulukan musnad ilaihi mempunyai


faidah penekanan terhadap suatu hal, sebagaimana dalam ayat tersebut
menunjukkan kebenaran sebuah celaka bagi pengumpat dan pencela,
sebagaimana faidah al- tafa’ul pada musnad ilaihi sebagaimana contoh:

10Ibid, 770.

4
‫ سعد في الدار‬dalam contoh tersebut terdapat seseorang bernama Sa’ad dalam
rumah, dan bertafa’ul dengan maknanya yaitu terdapat keberuntungan di
dalam rumah.11 Dan ayat ini merupakan bentuk kalam khobari.

Lafadz ‫ ٌووييك كلل‬merupakan kalam badi’ muhassinat al-ma’nawiyah, karena

mempunyai makna ganda, baik makna dekat maupun makna jauh. Dalam ilmu
badi’nya disebut al-Tauriyyah.12sebagian mufassir memaknai dengan sebuah
kalimat yang mengandung sebuah siksaan dan sebagian mufassir juga
menakwilkan sebagai sebuah jurang di neraka Jahannam yang mengalir
dibawahnya nanah dan darah.13

‫ كهووزةة ٌ لكموزة‬merupakan bentuk ilmu ma’ani berupa


Susunan dua kata, yakni
‫و‬
fasl yang kamalul Ittishal karena keduanya saling berhubungan yang sempurna.14

Humazah sama maknanya dengan hammaz, yang terambil dari kata


hamaza-yahmuzu/yahmizu-hamzan. Maknanya adalah menekan, mengimpit,
mendorong/menolak, mencocok, memukul, menggigit, mengumpat, mefitnah, dan
memecahkan. Dengan artian mencela orang yang tidak ada dalam hadapanya,
maknanya sama dengan ghibah.15

11 Abdul Aziz ibnu Ali, al-Balaghah al-Maisarah, (Bairut, Lebanon: Dar Ibnu Hazm, 2011), 28.

12 Muhammad Yasin ibnu Isa al-Padangi, Husnu al-Syiyaghoh, (Rembang: Maktabah al-Barokah,
2017), 121.

13 Aisyah Muhammad Ali, AL-Tafsir al-Bayani li al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar al-Ma’arif, tth),
167.

14 Mamat Zainuddin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika Aditama,
2007), 122.

15 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya,770.

5
Kata humazah dan yang serumpun disebutkan tiga kali dalam al-Qur’an,
tetapi khusus kata humazah hanya satu kali disebutkan dan merupakan salah satu
nama surat dalam al-Quran.16
Kata humazah dan lumazah merupakan bentuk syegot mubalaghoh,

mengikuti wajan ‫فككوعلوك كةة‬17 Yang berarti menunjuuka arti subuah kebiasaan 18 dan

merupakan bentuk badi’ berupa jinas naqis atau ghoiru tam yang mempunyai
cabang jinas lahiq. Yaitu, keindahan kalimat dalam segi lafadznya yang terlihat
mempunyai kesamaan namun terdapat kata yang tidak sama dan makhrajnya
jauh.19

Sebagian pendapat bahwa huruf Ha’yang masuk pada kata ‫ ٌكهوكوزة‬merupakan


tanda kesungguhan dalam nikmat, atau sebuah kebiasaan yang membuat nyaman
sehingga dilakukan berulangkali. Ulama ahli nahwu berpendapat bahwa ketika
huruf ha’ itu masuk pada kata yang menunjukkan arti terpuji maka kata tersebut
merupakan sesuatu yang berakal, dan apabila huruf ha’ masuk pada kata yang
menunjukkan arti tercela maka kata yang kemasukan ha’ tersebut sebagaimana
hewan.
Sedangkan kata akhir setiap ayat dalam surat ini merupakan bentuk saja’
murasha’20

Ayat kedua
‫ل‬
‫الدذيِ ٌوجووع ٌوماَلل ٌوووعددودهك‬

16Ibid, 770.

17 Tafsir al-Munir

18 Ja’far Syarifuddin, Al-Mausu’ah al-Qur’aniah khashois al-Suar,

19 Wahbah Ibnu Musthafa, Tafsir al-Munir fi Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaz, ()

20 Wahbah ibnu Musthofa, Tafsir al-Munir 30:398

6
Ayat kedua ini terdapat bentuk wasl berupa ‫وجكوك كوع ٌومك ككاَلل ٌوووعك ك كددودهك‬, yaitu

bersambung atau berhimpun sebuah kalimat dengan kalimat lain 21, dalam ayat ini
meghubungkanya menggunakan huruf athaf wawu.

Lafadz ِ‫ ٌالكد كلذي‬merupakan badal dari lafadz ‫ ككك كلل‬atau dii’rabi nasb yang

menunjukkan arti ‫ذولم‬, Allah memberikan artian tersebut karena menjadi suatu

sebab atau illat dari ayat sebelumya yaitu ‫ايلوملز ٌواللدملز‬


22
‫ي و ي‬

Lafadzٌ ٌ ‫جوع‬
‫ ٌ و‬sebagian ulama’ membacanya dengan ditasdid mimnya, yang
‫و‬
mengandung arti dilakukanya tidak hanya hari tertentu, namun beberapa hari
yang tak terbilang.

Adapun kata maalan itu berbentuk isin nakirah yang mengandung li


alTafkhim yakni menghina, dengan artian mengumpulkan harta sebanyak-
banyaknya yang berarti ia lebih condong ke urusan dunianya23

Adapun kata ‫ ٌوعددود‬merupakan asal dari kata ‫ ٌالعددة‬yang mempunyai faidah


Ta’diyyah. Yakni, mengubah fi’il lazim menjadi fi’il muta’addi, yang pada
awalnya berupa lazim tidak memerlukan objek menjadi muta’adi yang
membutuhkan objek. Adapun objeknya yaitu berupa dhomir yang kembali pada

lafadz ‫ماَلل‬
‫و‬

21 Syekh Yasin al-Fadani, Khusnu al-Shiyagoh (Rembang: Maktabah al-Anwariah, ttt), 57.

22 Abu Abdullah Muhammad bin Umar, Mafatihul ghoib, (Bairut: Dar Ihya’ al-Turots al-A’roby, 1420
H), 32:284

23 Wahbah ibnu Musthofa, Tafsir al-Munir, 30:398

7
Ayat ini menunjukkan berupa kalam khobari yang mengkhitobi seseorang
yang Ibtida’i, karena dalam susunan tersebut tidak ada taukid.

Ayat ketiga

‫ب ٌأودن ٌوماَلوكه ٌأويخلوودهك‬


‫وييوس ك‬
Lafadzٌ ‫ السك ك ككاَب‬mengandung makna suatu bilangan atau hitungan,

sebagaimana yang digunakan orang Arab {‫ب‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ 24


‫ي ٌوايلساَ و‬
‫}ولتِوكيعلوموا ٌوعودود ٌاللسن و‬
‫و و‬ ‫ك‬ ‫و‬

Lafadz ‫ب‬
‫وييوس ك ك ك‬ Termasuk salah satu saudara dzanna yang tergolong af’alul

qulub, yakni, pekerjaan hati yang artinya “mengira”25, jadi seoarang pengumpat
tersebut mengira bahwa hartanya akan mengekalkanya, tidak menduga (dzanna)
atau menyangka (khola)

Lafadz ‫ ٌأويخلكو كود‬dalam ayat ini menunjukkan makna yang berbeda dengan

lafadz ‫الدأيبليَك ك كلد‬,


ِ‫ ٌ ت‬ lafadz ‫ أويخلكو ك كود‬mempunyai makna mengekalkan sampai batas

‫ولكوخلوددن ٌفكوللناَ ٌلف ٌاللسيج ل‬


habisnya masa dunia, sebagaimana perkataan orang Arabٌ ِ،‫ن‬

‫وواللسيجكن ٌيوكينكوقلطكع ٌوويوكيفون‬ dan juga perkataanya yang menggunakan lafadz

24 Abu Abdillah, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, (Qohiroh: Dar al-Kutub al-Misyriah, 1964), 5:335

25 Jalal al-Dien al-Syuyuti, Syarah Ibnu Aqil, (Surabaya: Imaratullah, tth), 58.

8
‫وخلدود ٌاللدكه ٌكميلوككه ٌووأوبدود ٌأودياَومهك‬
26

‫ أو ي‬adalah bentuk fi’il Madhi namun maknanya adalah Mudhori’


Lafadz ‫خلوود‬

yakni ‫يلده‬,27ٌ dalam ilmu balaghah hal ini dinamakan dengan I’tibaru ma kaana
yang merupakan indicator mazaj mursal karena menyebutkan bentuk yang sudah
terjadi, sedangkan yang dimaksudkan adalah yang akan terjadi atau belum
terjadi.28

Adapun bentuk dhomir pada lafadz ‫ ومككاَلوكه ٌأويخلوك كودهك‬adalah berfaidah ‫للتِقريككع‬
‫( ٌوالتِوبيَخ‬meleh-melehno) 29

Ayat ini berupa kalam khobari Tholabi, menunjukkan bahwa yang


dikhitobi adalah seseorang yang ragu-ragu, dengan menambahkan taukid.

Ayat keempat

‫وكدل ٌلويَككينبووذدن ٌلف ٌايلكطوومة‬

26 Abu Abdullah Muhammad, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, (Qohirah: Dar Kutub al-Misyriyyah),
5:335.

27Abu al-Thoyyib Muhammad, Fathu al-Bayan fi Maqashid al-Qur’an, (Bairut: Maktabah al-
Ashriyyah, 1992), 15:385.

28 Mamat Zainuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: PT Refika Aditama,
2007), 38.

29 Abu al-Thoyyib Muhammad, Fathu al-Bayan fi Maqashid al-Qur’an, 15:383.

9
Lafadz ‫ النبككذ‬dalam kalangan orang Arab diartikan sebagai ‫الطككرح‬. namun

kalau lafadz ‫النبككذ‬itu mempunyai makna lebih hina. 30


Dan jika dikaitkan dalam

ayat tersebut berarti orang tersebut terlemparkan dengan rasa hina.

‫ الطمككة‬Merupakan salah satu nama neraka dan termasuk tingkatan kedua

dari beberapa tingkatan neraka31, Lafadz ‫ الطمككة‬pada asalnya yaitu sebuah sifat
yang disandang seseorang yang banyak makan, sebagaimana yang dikatakan al-
Rozij:

32
‫قويد ٌلودفوهاَ ٌاللدييَكل ٌبلوسدوالق ٌايلكطولم‬

Kalimat ‫ الطمة‬dalam ayat ini menurut ilmu balaghah masuk sebagai ilmu

badi’ berbentuk tauriyyah, karena ‫ الطمة‬memiliki makna jauh dan makna dekat,
sebagai seorang yang banyak makan dan sebagai nama neraka.33

Faidah penyifatan neraka dengan lafadz ‫ الطمك ككة‬dalam ayat ini yang

dinisbatkan pada keadaan seorang pengumpat yang menyombongkan hartanya

tersebut adalah karena ‫التمفع ٌعلىَ ٌغيه‬,ٌ lebih ditinggikan dibanding yang lainya. 34

30 Aisyah Muhammad Ali, AL-Tafsir al-Bayani 2:174.

31 Ibid, 2:174.

32 Mausu’ah Khasais Suar,

33 Muhammad Yasin bin Isa al-Padangi, Husnu al-Shiyaghoh, (Rembang: Maktabah al-Barokah,
2017), 121.

34 Wahbah ibnu Musthofa, al-Tafsir al-Munir, 30: 400.

10
Ayat keempat ini menunjukkan bahwa orang yang dikhithobi adalah
seorang inkar, karena terdapat dua tanda taukid, yakni huruf lam dan nun taukid

staqilah pada kalimat ‫لويَككينبوك كوذدن‬. ٌ Sedangkan kata ‫ ٌوكدل‬adalah bentuk penolakan

terhadap ayat sebelumnya, dan memberikan taukid setelahnya untuk menguatkan


atas penolakan.35

Ayat keempat ini juga menjadi bentuk qosr dari ayat sebelumnya, dengan
menggunakan adat qosr athaf berupa ‫ ل‬.

Ayat kelima

‫وووماَ ٌأويدوراوك ٌوماَ ٌايلكطوومةك‬

Huruf istifham َ‫ ٌومككا‬pada ayat tersebut menunjukkan makna li alTaafkhim,


dan kata khuthomah merupakan bentuk syegot mubalaghoh36

Dalam ayat tersebut menggunakan redaksi ‫ ٌأويدوراوك‬yang berarti ‫ الدرايككة‬Itu

lebih khusus dibanding dengan redaksi ‫ عرف‬yang berarti ‫العرفككة‬.ٌ Ada juga yang
menggatakan menggunakan redaksi tersebut karena berhubungan dengan suatu

37
hal yang agung, berupa ‫لطومةك‬
‫اي‬
‫ك و‬

35Abi Abdillah al-Husain, I’rab Stalasina al-Suar min al-Qur’an al-Karim, (ttp: Syirkah al-Quds,
2009), 189.

36 Tafsir al-Munir

37 Aisyah Muhammad Ali. Tafsir al-Bayani li al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar al-Ma’arif, tth) 2:176

11
Susunan ayat ini berbentuk kalam insya’i yang berbentuk istifham.38

Ayat keenam

‫وناَكر ٌاللدله ٌاليكموقوودةك‬


Dalam ayat ini membuang mubtada’ yang berstatus sebagai musnad ilaihi
yang mempunyai faidah terpelihara lisan ketika menyebutnya39, asalnya yaitu ‫هي‬

‫وناَكر ٌاللدله ٌاليكموقوودةك‬

Adapun penyandaran lafadz ‫ نكو ككاَكر‬pada ‫ اللدك كله‬mempunyai faedah ‫للتِفخيَك ككم‬
menghinakan, yakni sebuah neraka yang tidak sebagaimana neraka lainya.40

Ayat ketujuh
‫الدلت ٌتوطدللع ٌعولىَ ٌايلوفيئلودةل‬
‫ك و‬
Lafadz ‫ توطدلكل ككع‬pada ayat ini menggunakan makna lafadz ‫ ٌتعلككو‬yakni naik
sampai ke hati.41

38 Ali al-Jarim dan Musthofa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah, (Pakistan: Maktabah al-Busyra, 2010),
173.

39 Mamat Zainuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: PT Refika Aditama,
2007), 93

40 Wahbah ibnu Musthofa, al-Tafsir al-Munir, (Dimasko: Dar al-Fikr al-Ma’asyir, 1418 H), 30: 400.

41 Abu Qosim Mahmud ibnu Umar, al-Kasyaf an Haqaiq Gowamidi al-Tanzil, (Bairut: Dar al-Kutub
al Arabi, 1407 H), 4:479

12
Penggunaan redaksi ‫ ٌتوطدللع‬dalam ayat ini mennunjukkan adanya ilmu badi’
‫ك‬
berupa al-tauriyyah, yakni mempunyai makna dekat dan makna jauh, makna
dekatnya adalah muncul dan makna jauhnya adalah naik.

Dalam Ayat ini Allah menggunakan redaksi ٌ ‫ ايلوفيئلودلة‬bukanٌ ‫القلكب‬. karena

lafadz ‫ ايلوفيئلودة‬adalah bagian tengah dari ‫ القلب‬. Tidak ada yang paling lembut di

tubuh manusia, kecuali ‫ الفؤاد‬42

Ayat kedelapan

‫إلنكدوهاَ ٌوعلوييَلهيم ٌكميؤ و‬


‫صودةل‬
Kalimat ‫صودةل‬
‫ كميؤ و‬menggunakan arti ‫ مطبقة‬yaitu menutupi, sebagaimana perkataan

orang Arab ‫ ٌأغلق‬:‫أوصد ٌالباَب‬


43

Ayat tersebut menggunakan redaksi ‫ ٌوعلوييَله ك كيم‬sehingga dapat dimengerti bahwa

penutupanya itu bersentuhan, berbeda jika menggunakan redaksi ‫ ف ككوقهم‬, yang

artinya di atas yang tidak bersentuhan.44

Ayat kesembilan
‫لف ٌعمةد ٌكمودددةة‬
‫و‬ ‫وو‬

42 Abu Qosim Mahmud ibnu Umar, al-Kasyaf an Haqaiq Gowamidi al-Tanzil, (Bairut: Dar al-Kutub
al Arabi, 1407 H), 4:479

43 Muhammad bin Jarir, Jami’ul Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, (ttp:Muassisatur al-Risalah, 2000),
24:600.

44 Aisyah, Tafsir al-Bayani, 2:179.

13
Lafadz ‫ ٌالعمك ككد‬berasal dari kata ‫ عمك ككود‬yang berarti tongkat, pada mulanya

digunakan dengan makna ‫ الباَء‬menyembunyikan.45

III. PENUTUP
Benarlah terjdi celaka bagi seorang yang mengumpat dan mencela, yang telah
tiada henti mengumpulkan harta dan selalu menghitung-hitungnya, ia mengira
banyaknya harta akan mengekalkanya tidak akan mati, hal tersebu tidaklah mungkin
terjadi bahkan ia akan benar-benar di lempar dengan rasa hina pada neraka
Khuthomah, dan apakau mengerti kebesaran neraka Khutomah? Neraka Khutomah
adalah neraka yang disiapkan Allah dan yang dinyalakan, yang apinya bermulat-
mulat naik membakar sampai relung hati, sengguh, api tersebut menutupi diatas
mereka di dalam sebuah tongkat yang dipanjangkan.

Daftar Pustaka
Abdillah, Abu. al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Qohiroh: Dar al-Kutub al-Misyriah,
1964.

Ahmad bin Muhammad, Al-Kasyfu wa al-Bayan an Tafsir al-Quran, Lebanon-Bairut:


Dar ihya’ al-Turats, 2002.

al-Husain, Abi Abdillah I’rab Stalasina al-Suar min al-Qur’an al-Karim, ttp: Syirkah
al-Quds, 2009.

Ali, Aisyah Muhammad, AL-Tafsir al-Bayani li al-Qur’an al-Karim, Kairo: Dar al-
Ma’arif, tth.

45 Aisyah, Tafsir al-Bayani, 2:179

14
al-Jarim, Ali dan Musthofa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah, Pakistan: Maktabah al-
Busyra, 2010.

Aziz, Abdul ibnu Ali, al-Balaghah al-Maisarah, Bairut, Lebanon: Dar Ibnu Hazm,
2011.

Dien, Mujir ibnu Muhammad, Fathu al-Rahman fi Tafsir al-Qur’an, ttp:Dar al-
Nawadir, 2009.

Fadani, Syekh Yasin. Khusnu al-Shiyagoh (Rembang: Maktabah al-Anwariah, ttt), 57.

Ibramim bin Ismail, Mausu’ah al-Qur’aniah, ttp: Muassisah Sijl al-Arab, 1405 M.

Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan Kementrian


Agama, 2019.

Mahmud, Abu Qosim ibnu Umar, al-Kasyaf an Haqaiq Gowamidi al-Tanzil, Bairut:
Dar al-Kutub al Arabi, 1407 H.

Malik bin Nabi, Fenomena al-Qur’an, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1983.

Muhammad bin Jarir, Jami’ul Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, ttp:Muassisatur al-Risalah,


2000.

Muhammad, Abu al-Thoyyib Muhammad, Fathu al-Bayan fi Maqashid al-Qur’an,


Bairut: Maktabah al-Ashriyyah, 1992, 15:385.

Muhammad, Abu Abdullah bin Umar, Mafatihul ghoib, Bairut: Dar Ihya’ al-Turots al-
A’roby, 1420 H.

Muhammad, Abu Hayyan Ibnu Yusuf, al-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, Bairut: Dar al-
Fikr, 1420 H.

Syarifuddin, Ja’far, Al-Mausu’ah al-Quraniah Khasois al-Suwar Bairut: Dar at


Taqrib baina Madzahib al-Islamiah, 1420 H.

Syuyuti, Jalal al-Dien, Syarah Ibnu Aqil, (Surabaya: Imaratullah, tth), 58.

15
Wahbah bin Musthofa al-Zakhili, Tafsir al-Munir, Dimasqo: Dar al-Fikr al-Ma’ashir,
1418 H.

Yasin, Muhammad bin Isa al-Padangi, Husnu al-Shiyaghoh, Rembang: Maktabah al-
Barokah, 2017.

Zainuddin, Mamat dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung:


Refika Aditama, 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai