Dalam tataran kehidupan manusia, banyak hal-hal yang disukai. Suka barang
mewah, suka barang antik, hobi musik, olah raga, termasuk didalamnya prestasi yang
bagus. Prestasi bagus merupakan cita-cita setiap orang dalam segala bidang, baik di
Sekolah Umum, Sekolah Pesntren, Perguruan Tinggi, , olahraga, seni, dan lain-lain.
Hal ini menjadi sesuatu yang lumrah di kalangan Masyarakat, karena tidak ada
seorang pun yang menginginkan kejelekan. Kalau mau pintar berarti tidak mau
bodoh, mau menang tidak mau kalah, mau sehat tidak mau sakit, dan begitu
seterusnya.
Kita ketahui bahwa setiap orang tua menginginkan anaknya untuk berilmu,
bisa kita perhatikan dengan banyaknya lembaga-lembaga privat, bimbel, dan lain-lain.
Ini menjadi tanda siapapun orangnya tidak mau tergolong kepada orang-orang yang
bodoh. Jika ditarik kedalam tataran bahasa, berilmu dan bodoh menjadi dua kata yang
kontradiktif, dimana kedua kata ini yang menunjukkan perbedaan dari segi
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu untuk
mengetahui gejala tertentu dalam suatu bidang. Dalam bahasa Arab, Ilmu memiliki
dalam bahasa Arab disebut جهل. جهل dalam Alquran selalu diidentikan dengan
1
Ar-Raghib al-Ashfahany, Mu’jam Mufradat Li Alfadzi al-Quran, (Beirut: Dar al-Kutub al-
Alamiyah, 2008)
sebuah kelompok, selain kata جهل dalam Alquran juga terdapat kata lain yang
semakna dengan kata جهل, yaitu kata سفه. Dimana kedua kata ini juga sering
diidentikan dengan sebuah kelompok, dan memiliki arti dasar yang sama yakni,
bodoh, kurang akal.2 Didalam Alquran ternyata kosa kata ini ditempatkan dalam ayat-
berbadai derivasinya.3 Arti pokok dari kata ini adalah ‘bodoh’.4 Ar-Raghib al-
ashfahany memberikan pengertian dari kata ini sebagai berikut; pertama, وهو خلو
،( النفس من العلمkosongnya jiwa dari sebuah ilmu). Kedua, اعتقاد الشيء بخالف ما
هو عليه (keyakinan terhadap sesuatu berbeda dengan hakikat yang diyakininya).
Ketiga, ،فعل الشيء بخالف ما حقه أن يفعل (mengerjakan sesuatu berbeda dengan
Kata ini digunakan dalam Alquran dalam berbagai kondisi, bentuk varian, dan
juga objek. Misalnya dalam surat Al-‘Araf ayat 138, berbicara tentang kaum yang
tidak tahu tentang Tuhan. Dalam ayat ini, kosa kata جهلditujukan kepada satu kaum
secara langsung yaitu kaum Nabi Musa, dan objek yang dibahasnya adalah Tuhan.
Dalam ayat lain, Al-Baqarah 273, berbicara tentang infaq, kosa kata جهلdalam ayat
ini bukan menunjuk kepada kaum, justru tidak ditentukan siapa-siapanya, dan objek
2
A. W. Munawwir, Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya: PENERBIT
PUSTAKA PROGRESSIF, 1997), Cet 4, hlm 219, 639
3
Muhammad Fuad Abd. Al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadzi al-Quran al-Karim,
(Beirut: Dar al-Hadis, 1987), hlm 184
4
A. W. Munawwir,. Kamus.. Opcit
5
Ar-Raghib al-Ashfahany, Mu’jam Mufradat Li Alfadzi al-Quran, (Beirut: Dar al-Kutub al-
Alamiyah, 2008) hlm 132
pembahasannya adalah kekayaan yang tidak meminta-minta. Begitupun dalam
beberapa ayat yang lain kata جهل diungkap dengan berbagai derivasinya dalam
Selain kata جهل, ada juga kata yang semakna yaitu سفه. Arti kata dasarnya
رديء: وثوب سفيه، كثير االضطراب: زمام سفيه: ومنه قيل،خفة في البدن
kegoncangan, baju yang robek, dan biasanya digunakan kepada jiwa yang kurang
Surat al-Baqarah ayat 130, berbicara tentang agama Ibrahim, disini kata سفه
ditujukan kepada satu orang, tidak kepada kaum. Dalam ayat lain, surat Al-Baqarah
ayat 142, berbicara tentang perpindahan Kiblat, kata سفه digunakan dalam bentuk
lain yaitu سفهاء yang menunjukkan kepada subjek pembicara. Begitu juga dalam
6
A. W. Munawwir, Kamus.. Opcit
7
Ar-Raghib al-Ashfahany, Mu’jam.. Op, Cit, hlm 309.
8
Muhammad Fuad Abd. Al-Baqi, al-Mu’jam, Op Cit.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan, yaitu:
1. Apa makna dasar dari kata جهلdan سفهdalam Alquran?
2. Bagaimana perbedaan makna جهل dan سفه dalam Mu’jam Maqayish
Lughah?
3. Bagaimana konteks penggunaan kata جهلdan سفهdalam Alquran?
4. Apa makna relasi جهلdan ?سفه
5. جهلdan سفهberkontras dengan apa?
C. Tujuan Penelitian
Dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian diarahkan pada usaha-usaha
untuk mengetahui:
1. Makna dasar dari kata kata جهلdan سفهdalam Alquran
2. Penggunaan penggunaan kata جهلdan سفهdalam Alquran
3. Relasi makana dari kata جهلdan سفهdalam Alquran
4. Kontras kata جهلdan سفهdalam Alquran
5. Perbedaan makna جهلdan سفهmenurut Ibnu Faris
D. Kerangkat Berfikir
Bahasa Alquran adalah bahasa Arab, dimana pada waktu itu Alquran
dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.9 Pikiran
manusia, tidak akan bisa dibaca oleh yang lainnya kecuali dengan dibahasakan.
manusia lainnya.
diungkapkan yang dengan kata-kata itu setiap kaum mengerti tentang yang
Bahasa merupakan istrumen pokok untuk berfikir, dan berfikir merupakan wasilah
9
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogjakarta: DIVA Press,
2012), Cet I, Hlm 30
10
Musthafa al-Ghalayain, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyah, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), Hlm 7
bagi manusia untuk membentuk budaya. Teori bahasa dengan semiotika sosial
memandang bahasa sebagai interaksi sosial dengan latar budaya tertentu. 11 Itulah
mengapa akan berbeda antara sifat bahasa Alquran dan sifat bahasa Arab yang
bahasa adalah bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa untuk mengemukakan
ide.12 Berdasarkan data-data ini sudah barang tentu bahwa Alquran itu berbahasa,
Allah memilih kosakata bahasa Arab sebagai bahasa Alquran bukan hanya saja
karena ajaran Islam tumbuh di tengah masyarakat Arab, tapi karena memang
bahasa Arab sangat unik lagi kaya kosakata.14 Ibnu Jinni, seorang pakar bahasa
Arab, menekankan bahwa pemilihan huruf-huruf kosa kata bahasa Arab bukanlah
Salah satu teori tentang kebahasaan dalam Alquran adalah Konsep Nazhm
Abd al-Qahir al-Jurzani. Konsep nazhm Al-Jurjani antara lain mengulas hakikat
melainkan kumpulan dari sistem relasi. Pendapat ini menjadi semacam pintu
11
M. Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indoensia, Strategi-Metode-Prosedur-
Teknik, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011) , Cet 1, hlm, 88.
12
Ulin Nuha, Metodologi.. Opcit, hlm 31.
13
Musthafa al-Ghalayain, Jami’.. Op Cit,
14
M. Quraish Shihab, Kaidah.. Op Cit, hlm 37.
15
M. Quraish Shihab, Mukjizat Alquran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 1998) cet 3, hlm 90.
kesempurnaan bahasa dan sastra Al-Qur’an secara proporsional, tanpa
Menurutnya, nazhm lah yang membedakan genre teks Al-Qur’an dengan genre
teks lainnya seperti puisi, prosa, dan sebagainya. Nazhm itu sendiri adalah struktur
alkalam berdasarkan maknanya dan perbedaan nazhm al-kalam dan nazhm al-
huruf, fasal tentang nazhm yang didasarkan pada tarkib nahwi, penjelasan nazhm
alkalam dan rahasia kebalaghahannya dan kedudukan nahwu dalam nazhm al-
kalam, penjelasan nazhm al-kalam dan keutamaannya menurut makna dan tujuan.
makna yang diinginkan maka harus dilakukan analisis- analisis sebagai berikut:
Pertama, analisis struktural yang terdiri dari dua hal, yaitu analisis
makna nomina (Isim), verba (Fi’il) dan preposisional (harf), b) makna makna
tersebut disajikan melalui konstruksi yang berbeda, konstruksi ini terdiri atas
pada empat hal, a) sekelompok makna sintaksis yang umum. Kelompok ini
(Jumlah ismiyah) dll, b) sekelompok makna yang khusus, makna ini terdapat
makna, karena dari kamus itulah kita bisa mengetahui makna setiap kosakata yang
kajian semantik.
E. Langkah-langkah penelitian
2. Jenis Data
3. Sumber Data
5. Analisis Data