Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Allah telah menurunkan alquran kepada nabi Muhammad SAW. Yang


mengandung tuntunan-tuntunan bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat, serta kebagahiaan lahir dan batin. Selain menggunakan cara yang
langsung, yaitu berbentuk perintah dan larangan, adakalanya tuntunan tersebut
disampaikan melalui kisah-kisah, dengan tujuan untuk menjelaskan bantahan
terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bertahan terhadap setiap bujukan
untuk berbuat ingkar serta menerangkan prinsip-prinsip islamiyyah dalam berdakwah.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT. Yang mempunyai banyak


keunikan. Salah satu keunikannya adalah suka mendengarkan dan mempelajari cerita.
Hal tersebut disebabkan karena kisah dapat menarik perhatian apabila di dalamnya
terselip pesan-pesan dan pelajaran yang dapat menanamkan kesan rasa ingin tahu
tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Yang Dimaksud Dengan I’jaz, Qashash dan Jadal?
2. Apa Dasar dan Urgensi Pembahasan I’jaz Alquran?
3. Bagaimana Mukjizat Alquran Berupa Gaya Bahasa?
4. Bagaimana Perbedaan Pendapat Tentang Aspek-Aspek Alquran?
5. Apa Saja Macam-Macam Qashash Alquran?
6. Faedah Qashah Alquran?
7. Apa Ibrah Penggunaan Nama Gelar Tokoh dalam Qashash?
8. Apa saja Qashash Alquran an Surat-Suratnya?
9. Apa Urgensi mempelajari jadal?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi Dari Ijaz, Qashash dan Jadl
2. Mengetahuai Dasar dan Urgensi Pembahasan I’jaz Alquran
3. Mengetahui Mukjizat Alquran berupa Gaya Bahasa
4. Mengetahui Perbedaan Pendapat Tentang Aspek-Aspek Alquran
5. Mengetahui Macam-Macam Qashash Alquran
6. Mengetahui Faedah Qashah Alquran
7. Mengetahui Ibrah Penggunaan Nama Gelar Tokoh dalam Qashash
8. Mengetahui Qashash Alquran dan Surat-Suratnya
9. Mengetahui urgensi mempelajari jadal

1
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian I’jaz Alquran

Kata I’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-I’jaz yang berarti melemahkan atau
menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila
kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu
membungkam lawan. Ia dinamai mukjizat. Tambahan ta’marbuthah pada akhir kata
itu mengandung makna mubalighah (superlatif).1

Secara etimologis, kata “mukjizat” diadaftasi dari Bahasa Arab Mu’jizah


sebagai ismul-Fail (kata yang menunjukkan pelaku perbuatan), yang dapat diartikan
“yang melemahkan” atau yang menjadikan tidak mampu”. Kata A’jaza selanjutnya
dapat dibedakan (masdhar) menjadi I’jaz. Sedangkan huruf ta pada kata mu’jizat
menunjukkan makna mubalaghah yang artinya “paling” atau sangat.2

Secara terminologis, kamus besar besar bahasa Indonesia mendefinisikan


mukjizat sebagai kejadian ajaib/luar biasa yang sukar dijangkau oleh kemampuan
manusia. Sedangkan menurut shihab mukjizat adalah suatu hal atau peristiwa luar
biasa yang terjadi melalui seorang yang disebut nabi, sebagai bukti kenabiannya yang
ditantangkan pada yang meragukan, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa,
tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut.

Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama islam, antara lain sebagai suatu hal
atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai
bukti kenabiannya sebagai tantangan bagi orang yang ragu, untuk melakukan atau
mendatangkan hal serupa, tetapi tidak melayani tantangan itu. 3 Dengan redaksi yang
berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan
Allah SWT melalui para nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran
pengakuan kenabian dan merasulannyasuatu kejadian yang luar biasa, .4 Atau Manna’
al-Qaththan mendefinisikannya demikian:

“Suatu kejadian yang luar biasa dari kebiasaan, disertai dengan unsur
tantangan, dan tidak dapat ditandingi”5

Dengan demikian mukjizat adalah suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan
yang digunakan untuk mendukung kerasulan seorang rasul, sekaligus melemahka
1
M. Quraish Shihab, Mukjizat Alquran, (Bandung: Mizan, 1997), Hlm 23.
2
M. Quraish Shihab, Mukjizat Alquran, (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 25
3
M. Quraish Shihab, Mukjizat Alquran, hlm 23.
4
Said Agil Husain Al-Munawwar, I’jaz Alquran Dan Metodologi Tafsir, (Semarang: Dimas,
1994), Hlm. 1.
5
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits Fi ‘Ulumul Qur’an, (Riyad: Masyurat Al-Ashr Al-Hadist,
Ttp.), Hlm. 258-259.

2
lawan-lawan para rasul. Pengertian mukjizat ini berkaitan dengan kehadiran seorang
nabi atau rasul.6

2.2 Dasar dan Urgensi pembahasan I’jaz Alquran


1. Dasar pembahasan I’jaz Alquran

Di antara faktor yang mendasari urgensi pembahasan I’jaz Alquran adalah


kenyataan bahwa persoalan ini merupakan salah satu di antara cabang-cabang pokok
bahasan ‘Ulumul Qur’an (ilmu tafsir).7

2. Urgensi pembahasan I’jaz Alquran

Urgensi pembahasan I’jaz Alquran dapat dilihat dari dua tataran:

1) Tataran teologis
Mempelajari I’jaz Alquran akan semakin menambah keimanan seorang muslim.
Bahkan, tidak jarang pula orang masuk islam tatkala sudah mengetahui I’jaz
Alquran. Terutama ketika syarat-syarat ilmiah, yang merupakan salah satu
aspek I’jaz Alquran sudah dapat dibuktikan.
2) Tataran Akademis
Mempelajari I’jaz alquran akan semakin meperkaya khazanah keilmuan
keislaman, khususnya berkaitan dengan ‘ulumul quran (ilmu tafsir)
2.3 Mukjizat Alquran Berupa Gaya Bahasa

Susunan gaya bahasa Alquran tidak sama dengan gaya bahasa karya manusia
yang dikenal masyarakat Arab saat tu. Alquran tidaklah berbentuk sya’ir, tidak pula
berbentuk puisi. Quraish Shihab menjelaskan ciri-ciri gaya bahasa Alqur’an dapat
dilihat pada tiga poin.

1. Susunan kata dan kalimat Alqur’an


Poin ini menyangkut :
a. Nada dan lagamnya yang unik
b. Singkat dan padat
c. Memuaskan para pemikir dan orang awam
d. Memuaskan akal dan jiwa
e. Keindahan dan ketetapan maknanya
2. Keseimbangan redaksi
a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
Beberapa contoh diantaranya:

6
Acep, Hermawan, ‘Ulumul Quran, (Bandung, Remaja Rosda Karya), Hlm. 216.
7
Di Antara Cabang-Cabang (Pokok Bahasan) ‘Ulumul Qur’an Diantaranya Adalah Persoalan
Persoalan Nuzulul Qur’an, ‘Ada’ul Qiro’ah, Gharibul Qur’an, Maknamakna Alquran Yang
Berhubungan Dengan Hokum, Dan Lainnya. Dalam Hal Ini Lihat Kembali Dalam Kajian Tentang
Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur’an.

3
1) Al-Hidayah (Hidup) dan Al-Maut (Mati), masing-masing sebanyak 135
kali;
2) An-Naf (manfaat) dan Al-Maadharah (mudarat), masing-masing sebanyak 50
kali; dll.
b. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna kata
kandungnya.
1) Al-Harts dan Az-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali;
2) Al-Ushb dan Adh-Dhurur (mengembangkan diri/angkuh), masing-masing 27
kali.
c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlh kata yang
menunjukan akibatnya.
1) Al-Infaq (infaq) dengan ar-ridha (kerelaan)masing-masing 73 kali
2) Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali;
d. Leseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
1) Al-siraf (pemborosan) dengan as-sur’ah (ketegasan) masing-masing 23 kali;
2) Al- Maw’izhah (nasihat/petuah)vdengan al-Lisan (lidah) masing-masing 25
kali;
3. Ketelitian redaksinya

2.4 Perbedaan pendapat tentang Aspek-aspek kemukjizatan Alquran


1. Menurut golongan sharfah

Hingga menjelang abad 3 H, term I’jaz masih dipahami oleh para ulama
Sebagai keunikan Alquran yang tidak dapat ditiru oleh siapapun.

2. Menurut imam Fakhrudin

Aspek kemukjizatan Alquran terletak pada kefasihan, keunikan redaksi, dan


kesempurnaan dari segala bentuk cacat. Sementara menurut as-Zamlakani, aspek
kemukjizatannya terletak pada penyusunan spesifik.8

3. Menurut ibnu Athiyyah


Aspek kemukjizatan Alqur’an yang benar dan yang dianut oleh mayoritas
ulama diantaranya al-Haddad terletak pada runtutnya makna-maknanya yang dalam,
dari kata-kata yang fasih.
4. Menurut sebagian ulama
Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemukizatan Alqur’an terkandung
dalam Alqur’an itu sendiri, yaitu susunan yang tersendiri dan berbeda dengan

8
Muhammad bin alawi al-Malik Al Husni, Mutiara ilmu-ilmu Alqur’an, terj. (Rasihon anwar,
Pustaka setia, Bandung, 1999), hlm. 315-316.

4
bentuk puisi orang arab maupun bentuk prsanya, baik dalam permulaannya, suka
kalimatnya maupun dalam pengtuasinya.9
5. Menurut sebagian ulama lahi
Sebagin ulama lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan itu terkandung dalam
kata-katanya yang jelas, redaksinya yang bernilai sastra dan susunannya yang indah.
Nilai sastra yang terkandung dalam alqur’an itu sangat tinggi dan tidak ada
bandingannya.10
6. Menurut Ash-shabuni
Ash-shabuni mengemukakan segi-segi kemukjizatan Alqur’an seperti berikut ini:
a. Susunannya yang indah dan berbeda dengan karya-karya yang ada dalam
bahasa orang–orang arab
b. Adanya uslub (style) yang berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab
c. Sifat keagungannya yang tak memungkinkan seseorang untuk mendatangkan
yang serupa dengannya
d. Bentuk undang-undang di dalamnya sangat rinci dan sempurna melebihi
undang-undang buatan manusia
e. Menghabarkan hal-hal gaib yang tidak dapat diketahui, kecuali melalui wahyu.
f. Uraiannya tidak bertentangan dengan pengetahuan umum yang dipastikan
kebenarannya.
g. Janji dan ancaman yang dikabarkannya benar-benar terjadi
h. Mengandung ilmu-ilmu pengetahuan
i. Memenuhi segala kebutuhan manusia.
j. Berpengaruh bagi hati pengikutnya dan orang-orang yang memusuhinya.11
7. Menurut quraish shihab
Quraish shihab memandang segi-segi kemukjizatan Alqur’an dalam tiga aspek,
yaitu:
a. Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya.
b. Berita tentang hal-hal yang gaib
c. Isyarat-isyarat ilmiah

2.5 Pengertian Qashash Alquran


Kata Qashash berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata
Qishash yang berarti tatabbu al-atsar (Nampak tilas/mengulang kembali masa lalu).
Arti ini diperoleh dari uraian Alqur’an pada surat Al-Kahfi (18) ayat 64:
“Musa berkata: itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula.
9
Muhammad Ali ash-Shabuni, at-Tibyan Fi ‘ulumul Qur’an, (Beirut: Alam al-Kutub, 1985),
hlm. 104.
10
Muhammad Ali ash-Shabuni, at-Tibyan Fi ‘ulumul Qur’an, (Beirut: Alam al-Kutub, 1985),
hlm. 105.
11
Lihat shihab, Mukjizat…

5
Secara estimologi (bahasa, Al-qashash juga berarti urusan (al-amr) berita
(khabar) dan keadaan (hal). Dalam bahasa Indonesia kisah yang berarti kejadian
(riwayat, dan sebagainya). Adapun yang dimaksud qashash alqur’an adalah:

“Pemberitaan mengenai keadaan umat terdahulu, nabi-nabi tedahulu dan


peristiwa yang pernah terjadi”.

Kisah-kisah Al Quran pada umumnya mengandung unsur pelaku (as-


sakhsiyyar), peristiwa (ahdats), dan dialog (al-hiwar).

1. Pelaku

Pelaku kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran tidak hanya manusia tetapi
malaikat, jin bahkan burung dan semut.

a. Binatang seperti semut yang terdapat pada kisah nabi sulaiman pada surat an-
Naml (27) ayat 18-19.
Semut, sebagai pelaku kisah memperingatkan teman-temannya agar tidak
terinjak oleh nabi Sulaiman dengan bala tentaranya. Contoh lain burung hud-hud
yang menjadi mata-mata bagi nabi Sulaiman untuk memberikan informasi
tentang kerajaan saba’ yang dipimpin ratu bilqis (QS. An-Naml (27) ayat 20.
b. Malaikat
Contoh adalah kisah malaikat yang terdapat dalam surat Hud (11) ayat 69-83.
Ayat itu mengisahkan bahwa malaikat-malaikat datang kepada nabi Ibrahim dan
nabi luth dengan menjelma sebagai tamu. Demikian pula malaikat datang kepada
Maryam dalam bentuk manusia sebagaimana dikisahkan dalam surat Maryam
(10) ayat 10-21.
c. Jin
Dalam kisah nabi sulaiman jin digambarkan mempunyai bentuk lain yang
gemanya dapat dilihat pada syair jahili sebelum Nabi Muhammad SAW.,
terutama syair-syair an-Nabighah. Dalam kisah ini, di antara jin-jin itu yang
menjadi tukang selam (ghawas), arsitek (banna), pemahat, pembuat patung, dan
sebagainya. Seperti dijelaskan pada surat Saba’ (34) ayat 12.
d. Manusia
Dalam kisah-kisah alqur’an yang pelakunya berupa manusia, lebih banyak
diceritakan tentang laki-laki dari pada wanita. Diantara mereka adalah para Nabi,
orang biasa (seperti Fir’aun) dan lainnya. Adapun pelaku kisah dari kalangan
wanita diantaranya adalah Maryam dan Hawa. Perlu dicatat bahwa perempuan
dalam Alqur’an selalu disebut dengan kata “orang perempuan” (imrag), baik
sudah menikah maupun belum, sebagaimana dapat dilihat pada surat an-Naml
(27) ayat 23, atau kata “perempuan Nabi”, “perempuan Ibrahim”, dan
sebagainya.

6
Satu-satunya pengecualian dalam hal ini adalah Maryam (ibu Nabi Isa AS.) yang
disebutkan namanya dengan elas. Hal ini dikarenakan faltor tertentu, yakni Nabi
Isa As. Telah dianggap oleh sebagian umatnya sebagai “putra Allah”. Alqur’an
lalu berusaha menghapuskan anggapan yang salah ini dengan cara menjelaskan
bahwa Isa adalah “anak Maryam” dan ia dilahirkan dalam keadaan tak berayah,
seperti halnya Nabi Adam AS. Oleh karena itu, Alqur’an menyebut nama
Maryam berulang-ulang.
2. Peristiwa
Peristiwa dibagi dalam tiga bagian:
a. Peristiwa yang berkelanjutan
b. Peristiwa yang dianggap luar biasa
c. Peristiwa yang dianggap biasa
3. Percakapan (Dialog)
Tidak semua kisah mengandung percakapan, seperti kisah yang bermaksud
menakut-nakuti, tetapi ada pula kisah yang sangat menonjol percakapannya
seperti kisah Nabi Adam AS. Dalam surat Al-A’raf (7) ayat 11-25, surat At-
Thaha (20) ayat 9-99 dan laiinya.

2.6 Macam-macam Qashash Alquran


1. Dilihat dari sisi pelakunya.
Manna’ al Qaththan, membagi qashash (kisah-kisah) Alquran dalam tiga
bagian, yaitu:12
a. Kisah para nabi terdahulu
b. Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orang-orang
yang tidak dosebutkan kenabiannya.
c. Kisah-kisah yang terjadi pada masa Rasulullah.
2. Dilihat dari panjang pendeknya
a. Kisah panjang, contohnya kisah nabi Yusuf dalam surat Yusuf 912)
yang hampir seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan Nabi Yusuf,
sejak masa kanak-kanak sampai dewasa dan memiliki kekuasaan.
b. Kisah yang lebih pendek dari bagian pertama, contohnya kisah
Maryam dalam surat Maryam (19), kisah ashab al-kahfi (18).
c. Kisah pendek, yaitu kisa yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat,
misalnya kisah nabu Hud dan Nabi Luth dalam surat Al-A’raf (7),
kisah nabi Shalih dalam surat Hud (11.
3. Dilihat dari jenisnya
Menurut M. khalafullah, dilihat dari segi jenisnya kisah-kisah Alquran
dapat dibagi tiga bagian, yaitu:

12
Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ulumul qur’an, hlm. 306.

7
a. Kisah sejarah (Al-qashash al-tarkihiyag)
b. Kisah sekajarh (al-qashah al tamsiliyah
c. Kisah asatir

2.7 Faedah Qashah Alquran


Banyak faedah yang terdapat dalam qashash: (kisah-kisah) Alquran
sebagaimana yang diutarakan Mana al-Qaththan berikut ini:
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syari’at yang dibawa
oleh setiap Nabi.
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya dalam menegakkan agama
Allah SWT.
3. Mengungkapkan Nabi-nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-jejak
mereka.
4. Memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad SAW. Dalam peraturannya
mengenai orang-orang terdahulu.
5. Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan
dan petunjuk.
6. Kisah merupakan salah-satu bentuk sastra yang menarik bagi setiap
pendengarannya dan memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa.

2.8 Ibrah penggunaan Nama gelar tokoh dalam Qashash


Tidak jarang pelaku kisah dalam Alqur’n disebutkan namanya langsung,
umpamanya:
1. Nama Nabi, seperti:
a. Adam (QS. Al-Baqarah (2) ayat 31,33,34,35,37).
b. Nuh (QS.Hud (11) ayat 25,32,42,45,48,49,89)
c. Idris (QS. Maryam (19) ayat 57 dan (QS. Al-Anbiya (21) ayat 85.
d. Ibrahi (QS. Hud (11) ayat 69,74,75,76)
2. Nama Malaikat, seperti:
a. Jibril (QS. AT-TAhrim (66) ayat 4 dan( QS. Al-Baqarah (2) ayat 97-98)
b. Mika’il (QS. Al-Baarah (2) ayat 98)
c. Harut marut (QS. Al-Baqarah (2) ayat 102).
3. Nama sahabat, seperti Zaid bin HArist (QS. Al-ahzab (33) ayat 37.
4. Nama Tokoh non-Nabi dan rasul, seperti:
a. Imran (Qs. Al-Imran (3) ayat 33, 35)
b. Uzair (QS. Yunus (10 ayat 30)
c. Tuba’ (QS. Ad-Dukhan (44) ayat 37).
5. Nama Wanita, seperti:
a. Maryam (QS. Ali Imran (3) ayat 33,35)

8
b. Ba’al pada ayat atad ‘una ba’lan (QS. Ash-Shaffat (37) ayat 125)

2.9 Pengulangan Qashash Alquran dan hikmahnya.


Berikut ini contoh pengulangan qashash dalam Alqur’an :
1. Kisah iblis tidak mau tunduk kepada Adam: Surat Al-Baqarah (2) ayat 34;
surat Al-A’raf (7) ayat 61;
2. Kisah kaum nabi Luth yang melakukan perbuatan homoseks; surat Al-A’raf
(7) ayat 80, 81; surat Hud (11) ayat 78.

2.10 Qashahs Alquran dan surat-suratnya.


Berikut ini daftar surat Alqur’an yang memuat kisah-kisah
1. Al-Baqarah (2), nama kisah : adam diajari nama-nama benda ayat 31; adam
digoda setan ayat 36; adam dikeluarkan dari surge ayat 36; fir’aun dan
pengikutnya ditenggelamnkan ayat 50; kekejaman fi’aun terhadap Bani
Ismail ayat 49; iblis menggoda adam ayat 36; Ibrahim berdebat dengan raja
ayat 258; Ibrahim mendirikan baitullah bersama ismail ayat 127; israil dan
jalut ayat 249; dll
2. Al-imram (3) nama kisah : istri Imran menazarkan anaknya kepada tuhan
ayt 35; Maryam menerima kabar kelahirannya Isa ayat 45-49; perang badar
dan uhud ayat 121-127;
3. An-Nisa’ (4), nama kisah: israil meminta musa memperlihatkan tuhan ayat
153, nabi musa berbicara langsung dengan tuhan ayat 164; kaum nabi musa
menymbelih anak sapi ayat 153;
4. Al-maidah (5) nama kisah : habil dan pembunuh pertama ayat 27-31; is
ayat 110-115; israil enggan memasuki palestina ayat 20-26; israil melanggar
aturan hari sabtu ayat 60; tuhan mengambil perjanjian dengan anak isra’il
yang dua belas ayat 12; qabil membunuh saudaranya ayat 30;
5. Al-A’raf (7) nama kisah : adam digoda setan ayat 22; percakapan musa
dengan fir’aun ayat 104-105; iblis diusir dari surge ayat 13-18; iblis
menggoda adam ayat 20-22; luth ayat 80-84; nabi musa berbicara langsung
dengan tuhan ayat 144; tongkat nabi musa menjadi ular ayat 107; nuh ayat
59-64; kaum nabi misa menyembelih anak sapi ayat 148;
6. Al-Anfal (8), nama Kisah : pembatalan perjanjian dengan musyrikin ayat
58;
7. At-Taubah (9) Nama Kisah: Kaum Ad’ ayat 70; Perang hunain ayat 25-29;
tabuk ayat 38-43; pembatalan perjanjian dengan musyrikin ayat 1-2;
8. Yunus (10) Nama Kisah : kekejaman fir’aun terhadap Bani Isra’il ayat 83;
nabi musa menyebrangi laut ayat 90; nuh ayat 71-74;

9
9. Hud (11) Nama Kisah: kaum ‘ad ayat 50,53,59,60; hujan batu dan
menimpa kaum luth ayat 82; kisa Ibrahim didatangi tamu malaikat ayat 69-
76; Ibrahim menerima berita kelahiran ishaq ayat 71; nabi nuh
diperintahkan membawa sepasang untung tiap jenis binatang ke dalam
bahteranya ayat 40; nuh ayat 25-48; tempat berlabuh perahu nabi Nuh ayat
44; putra nabi Nuh ayat 78-79;
10. Yusuf (12) nama Kisah: zulaika menggoda Yusuf ayat 26,30,32,32; nabi
yusuf dipenjarakan ayat 35;
11. Ar-Ra’dan (13) Nama Kisah: Kisah nabi Yusuf dan Zulaika ayat 33;
12. Ibrahim (!4) Nama kisah: kaum ‘Ad ayat 9.
13. Al-Hijr (15) Nama Kisah : hujan batu yang menimpa kaum luth ayat 74,
kisah Ibrahim di datangi tamu malaikat ayat 51-58; jin ; jin dikeluarkan
dari surge ayat 34; luth ayat 59-76; putri nabi ayat 71;
14. Al-Isra’ (17) Nama Kisah: penghancuran Baitul Maqdis oleh Babilonia
ayat 5; penghancuran Baitul Maqdis Oleh Romawi ayat 7; fir’aun dan
pengikutnya ditenggelamkan ayat 103; is’rail diperintahkan mendiami
suatu negeri ayat 104; isra’ ayat 1;
15. Al-Kahfi (!8) Nama Kisah: Khidir membetulkan dinding rumah ayat 77;
khidir membocorkan perahu ayat 71; khidir membunuh seorang pemuda
ayat 74; nabi musa bertemu dengan khidir 60-82;
16. Maryam (19) Nama KIsah : Maryam membawa Isa kepada kaummnya ayat
27; Maryam melahirkan Isa ayat 23-26;
17. Thaha (20) Nama Kisah : adam digoda setan ayat 120-121, adam
dikeluarkan dari surge ayat 123; percakapan musa dengan fir’aun ayat 57-
58; percakapan musa dengan tukang sihir ayat 64-67; nabi musa hijrah ke
madyan ayat 40; tongkat nabi musa menyembelih ular ayat 20; kaum nabi
musa menyembelih anak sapi ayat 88;
18. Al-Anbiya (21) Nama Kisah : Ibrahim dibakar ayat 69,70; Ibrahim
menghancurkan berhala ayat 46-56;
19. Hajj (22) Nama Kisah : kaum ‘Ad ayat 42; tuhan menyiksa orang yang
melakukan kejahatan di masjid al-Haram ayat 25;
20. Al-mukminun (23) Nama Kisah : Nabi Nuh diperintahkan membawa
sepasang untuk tiap jenis binatang ke dalam bahtera ayat 27;

2.11 Jadal Al-Quran

A. Defenisi Jadal

10
Jadal dan Jidal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba
untuk saling mengalahkan lawan. Pengertian ini berasal dari kata-kata ‫ جدلت الحبل‬,
yakni ‫ ( أحكمت فتله‬aku kokohkan jalinan tali itu). Allah menyatakan dalam Al-qur’an
bahwa berdebat merupakan salah satu tabiat manusia:

‫وكان االنسان اكثر شئ جدال‬

Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak debatnya (al-kahfi 18/54), yakni
paling banyak bermusuhan dan bersaing.

Menurut istilah jadal yaitu perdebatan dalam suatu masalah dan berargumen
untuk memenangkanperdebatan (menemukan kebenaran)13

Rasulullah juga diperintahkan agar berdebat dengan kaum musyrik dengan cara
ynang baik yang dapat meredakan keberingasan mereka. Firmannya:

‫ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن‬

“serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik.” (an-nahl 16/125)

B. Metode berdebat yang ditempuh Alquran

Quran al-karim dalam mendebat dengan para penantangnya banyak


mengemukakan dalil dan bukti kuat serta jelas yang dapat dimengerti kalangan awam
dan orang ahli. Al-Quran tidak menempuh metode yang dipegang teguh oleh para ahli
kalam yang memerlukan adanya muqadimah, natijah. Hal itu disebabkan:

 Qur’an datang dalam bahasa Arab dan menyeru mereka dengan bahasa yang
mereka ketahui.

 Bersandar pada fitrah jiwa, yang percaya pada apa yang disaksikan dan
dirasakan, tanpa perlu penggunaan pemikiran mendalam dalam beristidlal
adalahlebih kuat pengaruhnya dan lebih efektif hujjahnya.

 meninggalkan pembicaraan yang jelas, dan mempergunakan tutur kata yang


jlimet dan pelik, merupakan kerancuan dan teka-teki yang hanya dapt
dimengerti kalangan ahli.

C. Macam-macam perdebatan dalam Quran dan dalilnya

13
Mahabits Fii Ulumi Al- Quran, Hal. 298.

11
1. Menyebutkan ayat-ayat kauniyah yang disertai perintah melakukan perhatian
dan pemikiran untuk dijadikan dalil bagi penetapan dasar-dasar akidah, seperti
ketauhidan Allah dalam uluhiyahnya dan keimanan kepada malaikat-malaikat,
kitab-kitab, rasul-rasulnya dan hari kemudian. Seperti firman Allah:

‫ا‬xx‫ل لكم االرض فراش‬xx‫ذي جع‬xx‫ون ال‬xx‫ذين من قبلكم لعلكم تتق‬xx‫ذي خلقكم وال‬xx‫دوا ربكم ال‬xx‫اس اعب‬xx‫ا الن‬xx‫ا ايه‬xx‫ي‬
‫والسماء بناء وانزل من السماء ماء فاخرج به من الثمرات رزقا لكم فال تجعلوا هلل اندادا وانتم تعلمون‬

“Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-


orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan hujan
dari langit, lalu Dia menghsilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui”.

2. Membantah pendapat para penantang dan lawan serta mematahkan argumentasi


mereka. Perdebatan macam ini mempunyai beberapa bentuk:

a) Membungkam lawan bicara dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang


telah diakui dan diterima baik oleh akal, agar ia mengakui apa yang tadinya
diingkari, seperti penggunaan dalil dengan makhluk untuk menetapkan adanya
khalik. Misalnya ayat:

“apakah mereka diciptakan tanpa ssesuatupun ataukah mereka yang menciptakan


(diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
Sebenarnya mereka telah meyakini (apa yang mereka katakana). Ataukah disisi
mereka ada perbendaharaan Tuhanmu ataukah mereka yang berkuasa? Ataukah
mereka mempunyai tangga (kelangit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-
hal yang gaib)? Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka
mendatangkan suatu keterangan yang nyata. Ataukah untuk Allah anak-anak
perempuan dan untuk kamu anak laki-laki? Ataukah kamu meminta upah kepada
mereka sehingga mereka dibebani dengan utang? Apakah ada pada sisi mereka
pengetahuan tentang yang lalu mereka menuliskannya? Ataukah mereka hendak
melakukan tipu? Maka orang-oarang kafir itu merekalah yang kena tipu daya.
Ataukah mereka mempunyai Tuhan selain Allah? Maha suci Allah dari apa yang
mereka sekutukan.” (at-thur 52/35-43).

b) Mengambil dalil dengan mabda’ (asal mula kejadian) untuk menciptakan ma’ad
(hari kebangkitan). Misalnya firman Allah:

12
“ maka apakah Kami letih dengan pencptaan yang pertama? Sebenarnya mereka
dalam keadaan ragu-ragu tentang pencptaan yang baru.” (qaf 50/15),
firmannya:

“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa


pertanggungan jawab)? Bukankah ia dahulu setes mani yang ditumpahkan
(kedalam rahim)? Kemudian mani itu menjadi segumpal darah , lalu Allah
menciptakannya dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan daripadanya
sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat demikian)
berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?” (al-qiyamah 75/36-40).

Termasuk diantaranya beristidlal dengan kehidupan bumi sesudah matinya


(kering) untuk menetapkan kehidupan sesudah mati untuk dihisab. Misalnya:

“ Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaannya) ialah bahwa kamu melihat


bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air diatasnya, niscaya ia
bergerak dan subur. Sesungghnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat
menghidupkan yang mati.” (Fussilat 41/39).

c) Membatalkan pendapat lawan dengan membuktikan (kebenaran) kebalikannya,


seperti:

“ Katakanlah: siapakah yang menurunkan kitab (taurat) yang dibawa oleh Musa
sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-
lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan sebagiannya dan kamu
sembunyikan sebagian besarnya; padahal telah diajarkan kepadamu apa yang
kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahuinya? Katakanlah: Allah-lah yang
menurunkannya, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Qur’an kepada
mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatan mereka.” (al-an’am
6/91).

Dalam suatu riwayat dikemukakan seorang pendeta gemuk dari kaum Yahudi,
bernama Malik bin Ash Shaif mengajak bertengkar kepada Nabi, bersabdalah
Nabi kepadanya: “terangkanlah kepada kami dengan sungguh-sungguh, demi
Allah yang telah menurunkan Kitab Taurat kepada Musa, apakah kamu
dapatkan di dalam Taurat bahwa Allah benci kepeda pendeta yang gemuk?”
maka marahlah ia dan berkata: “ Tidak, Allah tidak menurunkan apa-apa
kepada manusia.” Teman-Temannya berkata: “Celaka kamu! Apakah Dia juga
tidak menurunkan apa-apa kepada Musa?” Maka turunlah ayat tersebut.

13
Ayat ini merupakan bantahan terhadap perndirian orang yahudi sebagaimana
diceritakan Allah dalam firmannya:

“dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya


dikala mereka mengatakan : Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada
manusia.” (al an’am 6/91)

d) Menghimpun dan memerinci (as sabr wa taqsim), yakni menghimpun beberapa


sifat dan menerangkan bahwa sifat-sifat tersebut bukanlah ‘illah, alasan hukum,
seperti firman Allah:

“Delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari
kambing. Katakanlah: Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah
dua betina, ataukah yang ada dalam kandunngan dua betinanya? Terangkanlah
kepadaku dengan dasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang
benar. Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: Apakah
dua jantan yang diharamkan ataukah yang betina, ataukah yang ada dalam dua
kandungan betinanya? Apakah kamu menyaksikan diwaktu Allah menetapkan
ini bagimu? Maka siapakah yang lebih dzalimdarimpada orang-orang yang
membuat-buat dusta terhadap Allahuntuk menyesatkan manusia tanpa
pengetahuan? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang dzalim.” (al an’am 6/143-144).

e). membungkam lawan dan mematahkan hujjahnya dengan menjelaskan


bahwa pendapat yang dikemukakannya itu menimbulkan suatu pendapat yang
tidak diakui oleh siapapun. Misalnya:

“ Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah,
padahal Allah lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong
( dengan mengatakan ): Bahwasanya Allah mempunyai anaklaki-laki dan
perempuan, tanpa berdasar ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan mahatinggi
dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dan Pencipta langit dan bumi. Bagaimana
Dia

mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri? Dia menciptakan segala
sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (al an’am 6/100-101).

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah tidak mempunyai anak, hal ini karena
proses kelahiran anak tidak mungkin terjadi dari sesuatu yang satu. Proses
tersebut hanya bisa terjadi dari dua pribadi. Padahal Allah tidak mempunyai
istri. Di samping itu Dia menciptakan segala sesuatu dan penciptaan-Nya

14
terhadap segala sesuatu ini sungguh kontradiktif bila dinyatakan bahwa Dia
melahirkan sesuatu. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, dan pengetahuan-
Nya ini membawa konklusi pasti bahwa Dia berbuat atas dasar kehendakNya
sendiri. Perasaan pun dapat membedakan antara yang berbuat menurut
kehendak sendiri dengan yang berbuat karena hukum alam. Dengan
kemahatahuanNya akan segala sesuatu itu, maka mustahil jika Dia sama dengan
benda-benda fisik  alami yang melahirkan sesuatu tanpa disadari, seperti panas
dan dingin. Dengan demikian maka tidak benar menisbahkan anak kepada-Nya.

Masih banyak lagi macam-macam jadal dalam Qur’an, misalnya argumentasi


para nabi dan umatnya, argumentasi orang mukmin dan lain sebagainya.

D. Urgensi dalam mempelajari ilmu Jadal

Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui penyampaian dari Nabi sebagai rahmat
dan petunjuk bagi manusia. Sebelum Nabi Muhammad diutus menyampaikan
risalahNya, keadaan orang Arab pada waktu itu sangat bejat moralnya dan masih
menyembah berhala. Sehingga Nabi Muhammad butuh waktu yang panjang untuk
mengembalikan pada akidah yang benar. Disamping itu orang Arab sangat keras
wataknya tapi masalah bahasa sangat menguasai dan pakar dalam hal itu. Sehingga
ketika mereka menerima ajaran Rasulullah mereka sering menentang bahkan
mendustakannya. Di antara hikmahnya adalah:

1. Ketinggian bahasa alquran membuat mereka tidak mampu menandinginya.

2. Bahasa alquran sangat halus dalam mendebat.

3. Betapapun orang arab sangat mahir dalam bahasa, mereka tidak mampu
menjawab alquran.

4. Menunjukkan bahwa manusia itu sangat terbatas pengetahuannya yang tidak


patut untuk menyombongkan dirinya.

5. Alquran menerangkan bahwa dalam menyampaikan ajaran atau mengajak kepada


kebaikan diharuskan dengan cara yang sopan santun sehingga orang menjadi
tertarik untuk mengikutinya.

6. Apabila orang yang diajak kebaikan malah menentang dan mengajak berdebat,
maka debatlah dengan yang lebih baik. Dan sampaikan dalil yang bisa diterima
olehnya

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Mukjizat adalah suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan yang digunakan
untuk mendukung kerasulan seorang rasul, sekaligus melemahka lawan-lawan para
rasul. Pengertian mukjizat ini berkaitan dengan kehadiran seorang nabi atau rasul.

Secara estimologi (bahasa, Al-qashash juga berarti urusan (al-amr) berita


(khabar) dan keadaan (hal). Dalam bahasa Indonesia kisah yang berarti kejadian
(riwayat, dan sebagainya). Adapun yang dimaksud qashash alqur’an adalah:

“Pemberitaan mengenai keadaan umat terdahulu, nabi-nabi tedahulu dan peristiwa


yang pernah terjadi”.

Sedangkan seacara istilah qashash ialah kisah-kisah dalam alquran yang


menceritakan ikhwal umat-umat dahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.

Menurut istilah jadal yaitu perdebatan dalam suatu masalah dan berargumen
untuk memenangkanperdebatan (menemukan kebenaran)

3.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan yang terdapat dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dalam pembahasannya.
Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritikannua yang bersifat membangun
sehingga dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya lebih sempurna.

16

Anda mungkin juga menyukai