PEMBAHASAN
Alquran adalah mukjizat Islam yang abadi di mana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin
tampak validitas kemukjizatannya. Allah SWT. membebaskan manusia dari berbagai kegelapan
hidup menuju cahaya Ilahi dan menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW., demi
membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah menyampaikannya kepada para sahabatnya
sebagai penduduk asli Arab yang sudah tentu dapat memahami tabiat mereka. Jika terdapat
sesuatu yang kurang jelas bagi mereka tentang ayat-ayat yang mereka terima, mereka langsung
menanyakannya kepada Rasulullah.
1.pengertian al quran
Al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci bagi umat islam, selain itu Al-Qur’an juga adalah
sumber hukum utama dalam ajaran agama islam. Menurut bahasa Al-Qur’an berasal dari bahasa
arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qar’a-yaqra’u-qur’anan yang
berarti bacaan atau sesuatu yang dapat di baca berulang-ulang, inilah pengertian al qur’an dalam
bahasa arab, dan Allah memilih bahasa arab menjadi bahasa al-quran yaitu : dalam kosa kata
bahasa arab tidak dapat dirubah walau satu huruf saja, jika di rubah maka maknanya akan
berbeda.
Definisi al-Quran yang dikemukakan para ulama yang maknanya mampu membedakan
dengan definisi yang lain adalah :
القرآن هو كالم هللا المنزل على محمد عليه السالم المتعبد بتالوت
Artinya : Quran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhamad saw. Yang
pembacanya merupakan suatu ibadah`.
Jadi bisa di bilang Al-Qur’an adalah bacaan suci (membacanya bernilai ibadah dan mendapatkan
pahala), tentunya sesuai dengan tata aturan yang berlaku baik dalam pengucapan huruf perhuruf
(mahroj) ataupun tajwidnya.
Dan secara istilah Al-Qur’an berarti bacaan mulia yang merupakan wahyu yang di turunkan oleh
Allah untuk Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril AS dan merupakan penutup kitab
1
suci dari agama samawi (yang di turunkan dari langit). Al-Qur’an adalah wahyu murni dari
Allah SWT, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad SAW.
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan menguasai).
Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara
ilmiah.
Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu dengan pengertian
pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran, adapun definisi al-Qur’an secara
terminologi menurut Abu Syahbah, adalah : ‘Sebuah ilmu yang memiliki banyak objek
pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an, mulai proses penurunan, urutan penulisan,
penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-mansukh, muhkam-
mutayabih, sampai pembahasan-pembahasan lain’.[4]
Jadi, yang dimaksud dengan u`lumul-Qu`ran ialah ilmu yang membahas masalah-masalah
yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi asbaabu nuzuul."sebab-sebab turunnya al-Qur`an",
pengumpulan dan penertiban Qur`an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah, An-
2
Nasikh wal mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan Qur`an.
Terkadang ilmu ini dinamakan juga ushuulu tafsir (dasar-dasar tafsir) karena yang dibahas
berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang Mufassir sebagai sandaran
dalam menafsirkan Qur`an.
1
2 []
Kamaluddin Marzuki, Ulumul Quran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994, hal 11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV. Diponegoro, 2005.
B. Ruang lingkup pembahasan ulum al quran
Mengingat luasnya ruang lingkup kajian Ulumul Qur’an sehingga sebagian ulama menjadikannya
seperti luas yang tak terbatas. Bahkan, menurut Abu Bakar Al-‘Arabi, ilmu-ilmu Al Qur’an itu
mencapai 77.450. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam Al Qur’an dengan
dikalikan empat. Sebab setiap kata dalam Al-Quran mengandung makna zahir, batin, terbatas, dan
tidak terbatas. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-qur’an dengan
dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin, terbatas,
dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari
sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung.
Firman Allah :
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)”.(Q.S. Al-Kahfi :109).[3]
Namun demikian, Ash-Shiddieqi memandang segala macam pembahasan Ulumul Quran itu
kembali kepada bebrapa pokok persoalan saja sebagai berikut:
Pertama, persoalan nuzul. Persoalan ini menyangkut tiga hal, yaitu waktu dan tempat turunnya
Al Qur’an, sebab-sebab turunnya Al Quran, dan sejarah turunnya Al quran.[4]
Kedua, persoalan sanad. Persoalan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad yang mutawatir,
yang ahad, yang syaz, bentuk-bentuk qiraat Nabi, para periwayatnya dan para penghafal Al-Quran,
dan cara tahammul (penerimaan riwayat).
Ketiga, persoalan ada’ al qiroah (cara membaca al quran) hal ini menyangkut waqof (cara
berhenti), Ibtida’ (cara memulai) imalah, madd (bacaan yang dipanjangkan), takhfif hamzah
(meringankan bacaan hamzah) idghom ( memasukkan bunyi huruf yang sakin kepada bunyi huruf
sesudahnya)
Keempat, pembahasan yang menyangkut lafal al quran yaitu tentang yang ghorib (pelik), mu’rob
(menerima perubahan akhir kata), majaz (metafora), musytarak (lafal yang mengandung lebih dari
satu makna), murodif (sinonim), isti’arah (metaphor), dan tasbih (penyempurnaan).
Kelima, Persoalan makna al quran yang berhubungan dengan al quran, yaitu ayat yang bermakna
‘amm (umum) dan tetap dalam keumumannya, ‘amm (umum) yang dimaksud khusus, ‘amm
(umum) yang dikhususkan oleh sunnah, yang nas, yang dzahir, yang mujmal(bersifat global), yang
mufassal (dirinci), yang mantuq (makna yang berdasarkan pengutaraan) yang mafhum (makna
yang berdasarkan pemahaman), mutlaq (tidak terbatas), yang muqoyyad (terbatas), yang muhkam
(kukuh, jelas) mutashabih (samar), yang muskhil (maknanya pelik), yang nasikh (menghapus), dan
mansukh (dihapus), muqaddam (didahulukan), muakhor ( dikemudiankan), ma’mul (diamalkan)
pada waktu tertentu, dan yang hanya ma’mul (diamalkan) oleh seorang saja.
Keenam, persoalan, makna al quran yang berhubungan dengan lafal yaitu fasl (pisah) wasl
(berhubungan) ijaz (singkat) itnab (panjang) musawah (sama) dan qosr (pendek).[
[.Ahmad Syadali, ‘Ulumul Qur’an I (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 11
Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan u`luumul qur`an, dan kata ini kini telah
menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut. Kitab Mabahitsul Quran yang
ditulis Manna'ul Qattan ini juga termasuk kitab ulumul quran kontemporer yang banyak mendapat
sambutan di universitas-universitas di Timur Tengah dan Dunia Islam pada umumnya. Kitab ini
juga dijadikan modul untuk perkuliahan Ulumul Quran semester 1 di Universitas International
Afrika, Khartoum Sudan, sebagai mata kuliah umum untuk semua mahasiswa di berbagai
jurusannya.[13]
4
4
Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah, Oktober 2005.
]
Muhammad ali Ash-Shabuuny, Studi Ilmu Al-Quran, Bandung : CV Pustaka Setia,
D. urgensi mempelajari ulum al- quran
Ulumul quran sebagai dari ilmu yang memiliki koelasi positif dengan al-Quran memiliki
urgensi yang sangat penting untuk mempelajarinya, diantaranya adalah :
2. Untuk mengetahui cara dan gaya serta methode yang digunakan oleh para musafir dalam
menafsirkan al-Quran disertai dengan penjelasan tentang tokoh-tokoh ahli tafsir kenamaan dan
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.
Oleh karena itu, dengan mempelajari ulumul quran seseorang diharapkan dapat
memahami, menafsirkan dan menerjemahkan al-quran dan mempertahankan kesucian dan
kebenaran al-Quran. Begitu pentingnya mempelajari ulumul quran, sehingga az-Zarqoni
mengibaratkan ulumul quran, sebagai anak kunci bagi para mufasir sehingga sehingga Manna’
Khalil al-Qattan menyebutnya dengan istilah ushul tafsir (dasar-dasar tafsir). Karena yang dikaji
adalah yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang harus diketahui oleh seoarang
mufassir sebagai sandaran dalam memahami makna-makna yang tersurat maupun yang tersirat
dalam al-Quran dan sebagai salah satu cara dalam menggali ajaran-ajaran yang masih terpendam,
menangkap isyarat-isyarat dan makna yang tersembunyi, menafsirkan al-quran serta
menjadikanya sebagai legislasi al-Quran.
Pembahasan tentang ulumul quran adalah meliputi semua ilmu yang berkaitan dengan
al-Quran itu sendiri, yaitu berupa ilmu tentang asbabun nuzul, urutan-urutan pengumpulanya,
penulisanya, qiraatnya, tafsirnya, kemukjizatanya, nasikh dan manshuknya, ayat-ayat makiyah
dan madaniyah, ayat muhkam dan mutasyabih, ilmu gharib al-Quran, ilmu bada’ al-Quran, ilmu
tansabul ayat al-Quran, aqsam al-quran, amtsal al-Quran, ilmu jidal al-Quran, ilmu adabul
tilawah al-Quan dan 5sebagainya.
5
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Mabahist Fi Ulum al-Qur’an, diterjemahkan oleh Mudzakir AS dengan judul Studi Ilmu-
ilmu Quran, cet II, Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa.1994.
Mahmud Adnan, Laonso Hamid, ulumul quran. Restu ilahi, Jakarta. 2005.
Bab III Penutup
A.Kesimpulan
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan menguasai).
Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara
ilmiah.
Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu dengan
pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran
Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangat luas al-Imam al-Sayuthi dalam bukunya ‘al-Itqan fi
’Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang, dan setiap cabang masih dapat diperinci
lagi menjadi beragam cabang lagi. Menurut Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi cakupan
‘Ulum fsirt al-Qur’an dapat dibagi dalam 4 (empat) komponen :
2. Kaidah-kaidah tafsir
3. Metode-metode tafsir
Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap fase
menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul-Qquran menjadi
sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase /
tahapan perkembangan ulumul-Quran.
Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah, Oktober 2005.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV. Diponegoro, 2005.
Dr. Rosihon Anwar, M.ag, Ulumul Quran. Pustaka Setia, Bandung, 2008
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. Ulumul Quran I,Bandung: Pustaka Setia, 1997.