Anda di halaman 1dari 45

100 Amalan Sunnah Sehari-Hari Yang Terlupakan

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan


yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. (Q.S. Al-Ahzaab : 21)

Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di


dalam salah satu haditsnya,

“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari


sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia,
maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-
orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi
pahala mereka sedikit pun“ (HR. Ibnu Majah, Syaikh Al-
Albani menshahihkan hadits ini di dalam Shahih Ibnu Majah)

(Baca Juga : Hadits Ciri-Ciri Fisik Rasulullah)

Alhamdulillaahilladzii bini’matihii tatimmush shoolihaat, dengan


pertolongan Allah, tulisan “100 Amalan Sunnah Sehari-Hari
Yang Terlupakan” dapat terselesaikan. Tulisan ini berisikan
berbagai amalan-amalan sunnah yang mungkin terlupakan
oleh sebagian besar kaum muslimin. Mengingat kaum muslimin
sudah banyak meninggalkan ajaran agama Islam,
meninggalkan sunnah-sunnah Rasulullah, dan bahkan
melakukan amalan-amalan yang tidak pernah dicontohkan oleh
Rasulullah. Dengan tulisan yang sederhana ini, penulis
berharap kita semua dapat menjaga dan melestarikan sunnah-
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun amalan-amalan yang tercantum
di dalam tulisan ini semuanya berdasarkan dalil dari ayat Al-
Quran, hadits-hadits shahih dan ditambah dengan perkataan
ulama, sehingga tulisan ini adalah tulisan yang ilmiah, tidak
dibuat-buat, tidak dikarang-karang, dan dapat dipertanggung
jawabkan -insya Allah-.

Sebagai motivasi kita untuk mengerjakan sunnah-sunnah


Rasulullah, perhatikan pesan sahabat yang mulia, Abu Bakar
Ash-Shiddiq berikut ini.

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku


tidaklah biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut
jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.”
(HR. Bukhari no. 3093 dan Muslim no.1759)

Tanpa memperpanjang kalam, mari kita simak tulisan berikut


ini. Selamat membaca, semoga bermanfaat dan moga dapat
kita amalkan.

1. Wudhu sebelum tidur


Dari Al-Baro’ bin ‘Azib radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu mendatangi tempat
tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu
berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247
dan Muslim no. 2710)

2. Membaca ayat Kursi sebelum tidur


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta
zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri
makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan,
“Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini.
Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika
kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat
Al-Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah
Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Benar apa
yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“.
(HR. Bukhari no. 3275)

3. Membaca 2 ayat terakhir surat Al-Baqarah sebelum tidur


Dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Dua ayat di akhir surat
Al-Baqarah, siapa yang membacanya di suatu malam, itu
sudah cukup baginya.” (HR. Bukhari 4008 & Muslim 807)
4. Membaca surat Al-Kafirun sebelum tidur
Dari Naufal Al-Asyja’i radhiyallahu 'anhu, dia berkata:
Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam berkata
kepadaku,“Bacalah Qul Yaayyuhal Kafirun (Surat Al-Kafirun)
kemudian tidurlah pada akhir (ayatnya), karena ia dapat
melepaskan dari kesyirikan.” (HR. Abu Dawud, 5055. Tirmidzi,
3400 dihasankan oleh Imam Ibnu Hajar di kitab Nataijul Afkar,
3/61 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu
Dawud)

5. Tidur menghadap ke kanan dan menempelkan tangan


kanan di bawah pipi kanan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari
no. 247 dan Muslim no. 2710)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur


meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR.
Abu Dawud no. 5045, Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877
dan Ibnu Hibban No. 2350)

6. Membaca dzikir allahu akbar 34x, Alhamdulillah 33x dan


subhanallah 33x sebelum tidur
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa bacaan
dzikir semacam ini lebih baik daripada seorang pelayan. Sebab
dianjurkannya dzikir ini di saat ‘Ali dan Fathimah meminta pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang pelayan. Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Maukah aku
tunjukkan pada kalian berdua yang lebih baik daripada
pelayan.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan bacaan tasbih tadi dan seterusnya. Hal ini
sebagaimana yang termaktub dalam shahihain, Riwayat
Bukhari no. 3705 dan Muslim no. 2727

7. Membaca surat Al-Israa’ dan Az-Zumar sebelum tidur


Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, “Biasanya Nabi
sallallahu a’laihi wa sallam belum tidur sebelum membaca surat
Bani Israil (Surah Al-Israa’) dan Az-Zumar.” (HR. Tirmidzi,
3402, dia mengatakan, Haditsnya Hasan. Dihasankan juga
oleh Ibnu Hajar di kitab Nataijul Afkar, 3/65 dan dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi)

8. Membaca surat As-Sajdah dan Al-Mulk sebelum tidur


Dari Jabir bin Abdillah, beliau berkata, “Tidaklah Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam tidur sampai beliau membaca alif
lam mim tanzilus sajdah (surat As-Sajdah) dan Tabarokalladzi
biyadihil mulk (surat Al-Mulk).” (HR. Bukhari)

9. Hendaknya mengibaskan tempat tidur sambil membaca


“bismillah” sebelum tidur
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah
seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil
potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain
tersebut sambil mengucapkan, ‘bismillaah,’ karena ia tidak tahu
apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” [HR. Bukhari no. 6320,
Muslim no. 2714, Tirmidzi no. 3401 dan Abu Dawud no. 5050.
Lafazh yang seperti ini berdasarkan riwayat Muslim]
10. Membaca doa sebelum dan sesudah tidur

‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫هللا‬ َ – ‫هللا‬ ُ ‫ َكانَ َر‬: َ‫ َقاال‬، ‫ع ْن ُه َما‬
ِ ‫س ْو ُل‬ َ ‫هللا‬
ُ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ َوأ َ ِبي ذَ ٍّر َر‬، َ‫ع ْن ُحذَيفَة‬ َ
– ‫(( ال َح ْم ُد‬: ‫ظ قَا َل‬ َ َ‫ (( ِباس ِْمكَ اللَّ ُه َّم أَحْ َيا َوأموتُ )) َوإذَا ا ْستَيق‬: ‫ قَا َل‬، ‫ِإذَا َأوى ِإلَى فِ َرا ِش ِه‬
‫َاري‬
ِ ‫ َر َواهُ البُخ‬. )) ‫ور‬ ُ ‫ش‬ ُ ‫هللِ الَّذِي أَحْ َيانَا ب ْع َد َما أماتَنَا و ِإلَ ْي ِه ال ُّن‬

Dari Hudzaifah dan Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhuma, mereka


berdua berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika hendak tidur, beliau mengucapkan, ‘BISMIKA
ALLOOHUMMA AHYAA WA AMUUT’ (dengan menyebut
nama-Mu Ya Allah, aku hidup dan aku mati) dan apabila beliau
bangun, beliau mengucapkan, ‘ALHAMDU LILLAHILLADZI
AHYAANAA BA’DA MAA AMAATANAA WA ILAIHIN
NUSYUUR’ (segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan
kami setelah mematikan kami dan hanya kepada-Nya kami
kembali).” (HR. Bukhari)

Ada beberapa doa sebelum tidur, simak tulisan kami:

(Baca Juga : Doa Sebelum dan Sesudah Tidur Sesuai Sunnah)

11. Mengusap bekas kantuk di wajah setelah bangun tidur


Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan, bahwa beliau
pernah menginap di rumah bibinya, Maimunah radhiyallahu
‘anha, saah satu istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kata
Ibnu Abbas, “Kemudian ketika sudah masuk pertengahan
malam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun,
kemudian beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk yang ada
di wajahnya dengan tangannya.” (HR. Bukhari 183, Ahmad
2201, An-Nasai 1631, dan yang lainnya)

12. Membasuh kedua tangan sebanyak 3x setelah bangun


tidur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam berpesan, “Apabila kalian bangun tidur maka
janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam wadah,
sebelum dia mencucinya 3 kali, karena dia tidak mengetahui
dimana tangannya semalam berada.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

13. Memasukkan air ke hidung dan mulut


bersamaan/istinsyaq (seperti ketika wudhu), setelah
bangun tidur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian bangun tidur maka
bersihkan bagian dalam hidung tiga kali karena setan
bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari 3295 dan
Muslim 238)

9. Menggosok gigi setelah bangun tidur


Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Nabi Shallallahu
’alaihi wa sallam apabila bangun malam, beliau membersihkan
mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Bukhari 245 dan Muslim 255)

10. Membaca 10 ayat terakhir surat Ali ‘Imran setelah


bangun tidur
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma menceritakan pengalaman
beliau ketika menginap di rumah bibinya Maimunah, “Beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam duduk, lalu mengusap bekas
kantuk yang ada di wajahnya dengan tangannya, kemudian
beliau membaca 10 ayat terakhir surat Ali 'Imran.” (HR. Bukhari
183, Ahmad 2201, An-Nasa'i 1631, dan yang lainnya)

Dimulai dari ayat 190 sampai selesai surat Ali ‘Imran.

11. Bersiwak/menggosok gigi sebelum berwudhu


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya tidak memberatkan
umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap
kali melakukan wudhu.” (HR. Bukhari no. 838 dan Muslim no.
370)

12. Masuk rumah membaca “bismillah” dan mengucapkan


salam
“Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-
rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada
(penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu
sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat
lagi baik.” (QS. An-Nuur : 61)

Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia pernah mendengar Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang memasuki
rumahnya lantas ia menyebut nama Allah saat memasukinya,
begitu pula saat ia makan, maka setan pun berkata (pada
teman-temannya), “Kalian tidak ada tempat untuk bermalam
dan tidak ada jatah makan.” Ketika ia memasuki rumahnya
tanpa menyebut nama Allah ketika memasukinya, setan pun
mengatakan (pada teman-temannya), “Saat ini kalian
mendapatkan tempat untuk bermalam.” Ketika ia lupa
menyebut nama Allah saat makan, maka setan pun berkata,
“Kalian mendapat tempat bermalam dan jatah makan malam.”
(HR. Muslim no. 2018)

13. Masuk wc dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki


kanan
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai mendahulukan
yang kanan ketika memakai sendal, ketika menyisir rambut dan
ketika bersuci, juga dalam setiap perkara (yang baik-baik).”
(HR. Bukhari no. 186 dan Muslim no. 268)
Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata terkait hal ini,
“Adapun mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke tempat buang
hajat dan kaki kanan ketika keluar, maka itu memiliki alasan
dari sisi bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka
mendahulukan yang kanan untuk hal-hal yang baik-baik.
Sedangkan untuk hal-hal yang jelek (kotor), beliau lebih suka
mendahulukan yang kiri. Hal ini berdasarkan dalil yang sifatnya
global.” (As Sailul Jarrar, 1/64)

14. Masuk wc membaca “bismillah”


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penghalang
antara pandangan jin dan aurat Bani Adam adalah jika ia
masuk tempat buang hajat dengan membaca ‘bismillah’.” (HR.
Tirmidzi, no. 606; Ibnu Majah, no. 297. Dalam ta’liq Misykah Al-
Mashabih, Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini shahih
lighairihi)

15. Membaca doa masuk dan keluar wc


Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dia berkata:

‫ااااا اااااااا ااااا اااااا ااااا‬


‫اااااااا ااااااااا ااااا اااااا‬
‫ اااااااااا ااااااا‬:‫اااااااااا ااااا‬
‫اااااااا اااا اااا ااااااااا‬
‫اااااااااااااا‬.

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak masuk ke


kamar kecil, beliau mengucapkan, ‘Allaahumma inni
a’uudzubika minal khubtsi/khubutsi wal khobaaits’ (Ya Allah,
aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan syaitan
perempuan)”. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah,
Tirmidzi dan An-Nasa'i)
"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika keluar dari tempat
buang hajat, beliau membaca, ‘Ghufroonaka’ (Aku memohon
ampunan-Mu, Ya Allah).’” (HR. Tirmidzi, no. 7; Abu Daud, no.
30; Ibnu Majah, no. 300. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini shahih)

16. Tidak menghadap dan membelakangi kiblat saat buang


hajat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika salah
seorang dari kamu duduk untuk membuang hajatnya,
janganlah ia menghadap atau membelakangi kiblat." (HR.
Muslim no. 389)

17. Tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanan saat


buang air kecil dan cebok dengan tangan kiri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika salah
seorang dari kamu buang air kecil, janganlah ia menyentuh
kemaluannya dan beristinja' dengan tangan kanan. Dan jangan
pula ia bernafas dalam gelas (saat minum)." (HR. Bukhari no.
150)

18. Membaca surat Ali 'Imran ayat ke-8 setelah membaca


surat Al-Fatihah pada rakaat ketiga sholat Maghrib
Hal ini sebagaimana yang dipraktekkan oleh Abu Bakar Ash-
Shiddiq radhiyallahu 'anhu. Adapun surat Ali 'Imran ayat 8
adalah sebagai berikut.
ُ ‫غ قُلُو َبنَا َب ْع َد ِإ ْذ َه َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْنكَ َرحْ َمةً ِإ َّنكَ أ َ ْنتَ ْال َو َّه‬
‫اب‬ ْ ‫َر َّبنَا َال ت ُ ِز‬
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dengan sanad yang
shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-
Muwatha'.

19. Memakai sandal dimulai dari kaki kanan, dan


melepasnya dimulai dari kaki kiri
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian memakai sandal, maka
hendaklah dimulai yang kanan dan bila dicopot maka
hendaklah mulai yang kiri. Sehingga kaki kanan merupakan
kaki yang pertama kali diberi sandal dan kaki terakhir yang
sandal dilepas darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

20. Membaca “bismillah” sebelum makan. Cukup bismillah


saja, tanpa tambahan ar-rohmanir rahim
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

‫ااااا اااااا اااااااااا اااااااااااا‬


‫ااااا ااااااا اااااااا اااااا اااااا‬
‫اااا اااااااا ااااا ااااااا اااااااا ااا‬
‫ااااااااا اااااااااا اااااا ااااااا‬
‫ااااااااا ااااااااا‬

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka


hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala (bismillah). Jika ia
lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia
mengucapkan: ‘Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan
nama Allah pada awal dan akhirnya)’.“ (HR. Abu Daud no.
3767 dan Tirmidzi no. 1858. Imam Tirmidzi mengatakan hadits
tersebut hasan shahih. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
hadits tersebut shahih)

21. Makan tidak bersandar


Dari Abu Juhaifah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun
saya tidak suka makan sambil bersandar.” (HR. Tirmidzi no.
1830 dan Ibnu Hibban no. 5240. Imam Tirmidzi mengatakan
bahwa hadits ini hasan shahih)
22. Menjilat-jilat jari setelah makan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah
dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya.
Karena dia tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.”
(HR. Muslim no. 2033)

23. Makan dan minum dengan tangan kanan


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak
muda, sebutlah Nama Allah (bismillaah), makanlah dengan
tangan kananmu dan makanlah dari apa-apa yang dekat
denganmu.” (HR. Bukhari (no. 5376), Muslim (no. 2022), Ibnu
Majah (no. 3267), Darimi (II/100) dan Ahmad (IV/26))

24. Makan dengan 3 jari jika memungkinkan


“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
senantiasa makan dengan meng-gunakan tiga jari tangan
(kanan) apabila sudah selesai makan, beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjilatinya.” (HR. Muslim no. 2032 (132), Abu
Dawud no. 3848)

25. Makan dari pinggir, bukan dari tengah


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Keberkahan
itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari
pinggir-piring dan janganlah memulai dari bagian tengahnya.”
(HR. Muslim (no. 2031 (129)), Abu Dawud (no. 3772) dan Ibnu
Majah (no. 3269). Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Shahiihul Jaami’ (no. 379))

26. Tidak bernafas saat minum. Kalau ingin bernafas, maka


di luar gelas, yakni sebanyak 3x tegukan
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu dia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam jika minum, beliau bernafas
(meneguknya) tiga kali (bernafas di luar gelas).” (Bukhari (no.
5631), Muslim (no. 2028), at-Tirmidzi (no. 1884), Abu Dawud
(no. 3727))

Dari 'Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma dia berkata,


“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk
menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di
dalamnya.” (Tirmidzi (no. 1888), Abu Dawud (no. 3728), Ibnu
Majah (no. 3429), (Ahmad I/220, 309). Hadits ini dihasankan
Syaikh Al-Albani. Lihat Irwaa-ul Ghaliil no. 1977)

27. Tidak meniup makanan/minuman


Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu dia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk
meniup (dalam gelas) ketika minum.” (HR. Tirmidzi (no. 1887),
hadits ini dihasankan Syaikh Al-Albani. Lihat Irwaa-ul Ghaliil no.
1977)

28. Membaca doa setelah makan


Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اااا اااااا اااااااا ااااااا ااااااااا‬


‫ااااااا ااااااا ااااااااااا ااااا‬
‫ااااااااااااا اااا اااااا اااااا اااااا‬
‫ اااااا اااا ااا ااااااااا‬.‫ااااا ااااااا‬
‫اااا اااااااا‬

“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan:


“Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min
ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah
yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku
tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya
yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458. Imam Tirmidzi berkata
hadits ini adalah hadits hasan gharib. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan)

29. Membaca doa setelah baca Al-Quran


Dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, “Tidaklah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di suatu tempat
atau membaca Al-Quran ataupun melaksanakan shalat kecuali
beliau akhiri dengan membaca beberapa kalimat”. Aku pun
bertanya kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-,
“Wahai Rasulullah, tidaklah Anda duduk di suatu tempat,
membaca Al-Quran ataupun mengerjakan shalat melainkan
Anda akhiri dengan beberapa kalimat?” Jawaban beliau,

‫ااااااا اااا ااااا ااااااا اااااا اااا‬


‫ااااااا ااااا اااااا اااااااااا اااااا‬
‫ااااا اااااا ااااا اااا اااااااااا‬:
‫اااااااااااا [اااااااااا] اااااااااااا‬
‫ااا اااااا اااااا ااااااا اااااااااااااا‬
‫ااااااااا اااااااا‬

“Betul, barang siapa yang mengucapkan kebaikan maka


dengan kalimat tersebut amal tadi akan dipatri dengan
kebaikan. Barang siapa yang mengucapkan kejelekan maka
kalimat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa. Itulah
ucapan Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta
astaghfiruka wa atubu ilaik. ” (HR. An-Nasa'i dalam Al-Kubro.
Syaikh Muqbil Al-Wadi’i dalam Al-Jami’ Ash-Shahih mimma
Laisa fii Ash-Shahihain 2: 12 mengatakan, “Hadits ini adalah
hadits yang shahih”)

30. Mengerjakan sholat sunnah 4 rakaat sebelum Dzuhur


dan 4 rakaat sesudah Dzuhur
Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha, beliau mengatakan
bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa menjaga shalat 4 rakaat
sebelum zhuhur dan 4 rakaat sesudahnya, maka Allah
mengharamkan neraka baginya.” (HR. Tirmidzi, no. 428; Ibnu
Majah, no. 1160. Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini
shahih)

31. Mengerjakan sholat sunnah 4 rakaat setelah ‘Isya’


Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash radhiyallahu 'anhu berkata,
“Siapa yang sholat (sunnah) 4 rakaat setelah (Sholat) Isya’,
maka 4 raka’at tersebut seperti keutamaannya 4 raka'atnya
malam Laitul Qadar.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-
Mushonnaf no 7273. Sanadnya shahih)

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “4 raka’at setelah (shalat)


Isya’, sebanding dengan yang semisal 4 raka'at tersebut pada
malam Lailatul Qadar.” (HR. Ibnu Abi Syaibah no 7274.
Sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim)

32. Mengerjakan sholat sunnah 2 rakaat sebelum Maghrib


Dari ‘Abdullah bin Mughoffal Al-Muzani radhiyallahu 'anhu,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kerjakanlah shalat sunnah sebelum Maghrib dua raka’at.”
Kemudian beliau bersabda lagi, “Kerjakanlah shalat sunnah
sebelum Maghrib dua raka’at bagi siapa yang mau.” Karena hal
ini dikhawatirkan dijadikan sebagai sunnah. (HR. Abu Daud no.
1281. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

33. Mengerjakan 4 rakaat sebelum Ashar


Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah
merahmati orang yang shalat 4 rakaat sebelum Ashar.” (HR.
Ahmad 5980, Abu Daud 1271, Tirmidzi 430, dan dihasankan
Al-Albani)
34. Mengerjakan 2 rakaat setelah Ashar. Dengan catatan :
sepanjang matahari masih tinggi dan putih (belum kuning
kemerah-merahan)
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, “Dua shalat
yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam di rumahku dalam keadaan apapun yaitu : Dua
raka’at sebelum Fajar/Shubuh dan dua raka’at setelah ‘Ashar”
(HR. Bukhari nomor 566-567 dan Muslim nomor 835)

35. Puasa 3 hari setiap bulannya


Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada
ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.”
(HR. An-Nasa'i no. 2345. Derajatnya hasan)

Dari Abu Dzarr radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda padanya, “Jika engkau ingin berpuasa tiga
hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14,
dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An-
Nasa'i no. 2424. Derajatnya hasan)

35. Puasa pada hari senin dan kamis


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan
berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An-Nasa'i no. 2360
dan Ibnu Majah no. 1739. Shahih)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbagai amalan dihadapkan
(pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika
amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR.
Tirmidzi no. 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya)

36. Puasa Daud


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa yang
paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang
paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur
separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada
seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa
sehari.” (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)

Cara pengerjaannya misalnya, si Fulan berpuasa pada hari


Selasa, kemudian Rabu tidak berpuasa, kemudian Kamis
berpuasa lagi, Jum’at tidak berpuasa, lalu Sabtu berpuasa lagi.

37. Membaca 100 ayat setiap malam (batasnya dimulai dari


maghrib sampai waktu subuh)
Dari Tamim Ad-Dary radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang membaca
100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat
sepanjang malam.” (HR. Ahmad dan dishahihkan Syaikh Al-
Albani di dalam Shahih Al-Jami’, no. 6468)

38. Membaca “subhaanaka fa balaa” ketika


mendengar/membaca ayat terakhir surat Al-Qiyaamah. Ini
berlaku juga saat sholat
Dari Musa bin Abi Aisyah radhiyallahu 'anhu, beliau
menceritakan, Ada orang yang shalat di atas rumahnya, ketika
dia membaca,

‫اااااااا اااااا ااااااااا ااااا اااا‬


‫اااااااا اااااااااا‬

(QS. al-Qiyamah: 40)

Dia mengucapkan,

‫ااااااااااا ااااااا‬
“Maha Suci Engkau… tentu Engkau mampu”

Merekapun bertanya kepada beliau tentang hal itu. jawab


beliau, “Aku pernah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.” (HR. Abu Dawud 884 dan dishahihkan
Syaikh Al-Albani)

39. Membaca “subhaana robbiyal a’laa” saat


mendengar/membaca ayat pertama surat Al-A’laa. Ini
berlaku juga saat sholat.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasalllam apabila membaca “Sabbihisma Robbikal
A’laa” beliau berkata: “Subhaana Robbiyal A’laa” (HR. Abu
Dawud, shahih)

40. Membaca Al-Quran dimulai dengan ta’awudz


Apabila kamu membaca Al-Quran hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (Q.S.
An-Nahl : 98)

41. Bersholawat saat mendengar/mengucapkan nama Nabi


Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya orang yang bakhil adalah yang aku disebutkan
di hadapannya dan ia tidak bershalawat atasku.” (HR. Ahmad
dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih
Al- Jami’ no. 2878)

42. Menjawab salam dengan yang serupa atau lebih baik.


Misal kalau orang mengucapkan Assalamu’alaikum. Kita
minimal jawab Wa’alaikumussalaam dan maksimal
menjawab Wa’alaikumussalaam warahmatullaah
wabarakaatuh
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang
lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa). (Q.S. An-Nisaa’: 86)

43. Senyum kepada sesama muslim


Dari Abu Dzarr Al-Ghifari radhiyallahu 'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Senyummu di hadapan
saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah
bagimu." (HR. Tirmidzi (no. 1956), Ibnu Hibban (no. 474 dan
529) dan lainnya, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, dan
dinyatakan hasan oleh Tirmidzi dan juga Syaikh al-Albani
dalam “Ash-Shahihah” no. 572)

44. Berjabat tangan sesama muslim


Dari Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu 'anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah
dua muslim itu bertemu lantas berjabat tangan melainkan akan
diampuni dosa di antara keduanya sebelum berpisah.” (HR.
Abu Daud no. 5212, Ibnu Majah no. 3703, Tirmidzi no. 2727.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

45. Menjawab bacaan adzan


Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhu bahwa seseorang
pernah berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya muadzin
selalu mengungguli kami dalam pahala amalan. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah
sebagaimana disebutkan oleh muadzin. Lalu jika sudah selesai
kumandang azan, berdoalah, maka akan diijabahi
(dikabulkan).” (HR. Abu Daud no. 524 dan Ahmad 2: 172. Al-
Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Semua jawaban adzan sama seperti yang dilafadzkan


muadzin, contohnya Allahu Akbar, jawabannya Allahu Akbar,
Asyahualla ilaha illallah, jawabannya juga Asyahualla ilaha
illallah. Kecuali lafadz Hayya ‘Alash Sholah dan Hayya ‘Alal
Falah, jawaban dari kedua lafadz ini adalah laa hawla wa laa
quwwata illaabillaah sebagaimana yang ditunjukkan dalam
riwayat.

46. Bersholawat setelah mendengar adzan dan membaca


doa setelah adzan
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu 'anhu, ia berkata
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Jika kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah
seperti apa yang diucapkan oleh muadzin. Kemudian
bershalawatlah untukku. Karena siapa yang bershalawat
kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat padanya
(memberi ampunan padanya) sebanyak sepuluh kali.
Kemudian mintalah wasilah pada Allah untukku. Karena
wasilah itu adalah tempat di surga yang hanya diperuntukkan
bagi hamba Allah, aku berharap akulah yang mendapatkannya.
Siapa yang meminta untukku wasilah seperti itu, dialah yang
berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim no. 384)

Adapun bacaan meminta “wasilah” kepada Rasulullah


sebagaimana yang disebutkan hadits:

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اااا ااااا ااااا اااااااا اااااااااا‬


‫اااااااااا ااااا اااااا ااااااااااا‬
‫ااااااااااا اااااااااااا اااااااااااا‬
‫ااا اااااااااا اااااااااااا‬
‫اااااااااااااا ااااااااااا اااااااا‬
‫اااااااااا ااااااا اااااااااا ا ااااااا‬
‫اااا اااااااااا اااااا اااااااااااا‬
“Barangsiapa mengucapkan setelah mendengar adzan
‘allahumma robba hadzihid da’watit taammah wash sholatil
qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshu
maqoomam mahmuuda alladzi wa ‘adtah’ [Ya Allah, Rabb
pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid), shalat
yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah
(kedudukan yang tinggi), dan fadilah (kedudukan lain yang
mulia). Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati
maqom (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikan
padanya], maka dia akan mendapatkan syafa’atku kelak.” (HR.
Bukhari no. 614)

Ada juga doa khusus setelah adzan, sebagaimana yang


ditunjukkan hadits berikut:

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اااا ااااا ااااا اااااااا اااااااااااا‬


‫اااااااا اااا ااا اااااا اااااا ااااااا‬
‫اااااااا ااا ااااااا اااا ااااااا‬
‫اااااااااا اااااااا ااااااااااا ااااااا‬
‫ااااااااا اااااا ااااااااااااا اااااااا‬
‫ اااااا اااا‬.‫ااااااااااااااا اااااا‬
‫ااااااا‬

“Siapa yang mengucapkan setelah mendengar azan: Asyhadu


alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa anna
muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, radhitu billahi robbaa wa bi
muhammadin rosulaa wa bil islami diinaa (artinya: aku bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, aku ridha sebagai
Rabbku, Muhammad sebagai Rasul dan Islam sebagai
agamaku), maka dosanya akan diampuni.” (HR. Muslim no.
386)

47. Membaca doa menuju masjid


Adapun do’anya adalah sebagai berikut:

‫اااااااااا ااااااا ااا ااااااا اااااا‬


‫ااااااااا ااا اااااااا اااااا ااااااااا‬
‫ااا ااااااا اااااا ااااااااا ااا ااااااا‬
‫اااااا ااااااااا ااااااا اااااا‬
‫اااااااااا اااااا ااااااااا اااا ااااااا‬
‫اااااا اااااا ااااااا اااااا اااااااااا‬
‫اااااااااا ااا اااااا‬

“ALLAHUMMAJ’AL FII QOLBIY NUURON, WAJ’AL FII


LISAANIY NUURON, WAJ’AL FII SAM’IY NUURON, WAJ’AL
FII BASHORIY NUURON, WAJ’AL KHOLFIY NUURON, WA
AMAMAAMIY NUURON, WAJ’AL MIN FAWQIY NUURON WA
MIN TAHTII NUURON. ALLAHUMMA A’ZHIM LII NUURON.”
[Ya Allah, berikanlah cahaya di hatiku, lisanku, pendengaranku,
penglihatanku, di belakangku, di hadapanku, di atasku dan di
bawahku. Ya Allah berikanlah aku cahaya[” (HR. Abu Daud, no.
1353. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini
shahih)

48. Bergegas menuju masjid saat adzan berkumandang


Dari Al-Aswad radhiyallahu 'anhu, dia berkata bahwa dia
menanyakan pada ‘Aisyah mengenai apa saja yang dilakukan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya?, ‘Aisyah
menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
membantu pekerjaan keluarganya, ketika ada panggilan shalat
jama’ah, beliau bergegas pergi menunaikan shalat.” (HR.
Bukhari)
49. Kalau hendak menghadiri sholat Jama’ah di masjid,
lebih utama berwudhu dari rumah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa bersuci di
rumahnya, kemudian dia berjalan menuju salah satu rumah
Allah untuk menunaikan kewajiban yang Allah wajibkan, maka
satu langkah kakinya akan menghapuskan kesalahan dan
langkah kaki lainnya akan meninggikan derajat.” (HR. Muslim)

50. Membaca doa keluar rumah


Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Jika seseorang keluar dari rumah, lalu
dia mengucapkan “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa hawla
wa laa quwwata illaa billaah” (Dengan nama Allah, aku
bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali
dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu: “Engkau akan diberi
petunjuk, dicukupkan, dijaga, dan setan pun akan menyingkir
darinya”. Setan yang lain akan mengatakan: “Bagaimana
mungkin engkau bisa mengganggu seseorang yang telah
mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan?!” (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih)

(Baca Juga : Benarkah Menikah Dengan Sepupu Tidak Boleh?)

51. Mengucapkan salam “Assalaamu’alaina wa ’alaa


‘ibadillaahish shoolihiin” ketika masuk rumah yang kosong
'Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,

‫ وعلى عباد هللا الصالحين‬،‫ السالم علينا‬:‫ فليقل‬،‫إذا دخل البيت غير المسكون‬

“Jika seseorang masuk rumah yang tidak didiami, maka


ucapkanlah “Assalamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibadillahish sholihiin
(salam bagi diri kami dan salam bagi hamba Allah yang sholih)”
(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod 806/ 1055. Sanad hadits ini
hasan sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-
Asqalani dalam Al-Fath, 11: 17)

52. Membaca ayat Kursi setelah sholat Fardhu


Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa
membaca ayat Kursi setiap selesai shalat, tidak ada yang
menghalanginya masuk surga selain kematian.” (HR. An-Nasai
dalam Al-Kubro 9: 44. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ibnu
Hibban, sebagaimana disebut oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam
Bulughul Maram)

Maksudnya, tidak ada yang menghalanginya masuk surga


ketika mati

53. Membaca ayat Kursi pagi 1x dan petang 1x


Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Siapa yang membacanya ketika petang,
maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan)
hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia
akan dilindungi hingga petang.” (HR. Hakim 1: 562. Syaikh Al-
Albani menshahihkan hadits tersebut dalam Shahih At-Targhib
wa At-Tarhib no. 655)

54. Membaca “Allaahummaghfirlii wa tub ‘alayya innaka


antat tawwaaburrohiim” 100x setelah sholat Dhuha
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat Dhuha, beliau
mengucapkan,

‫ااااااااااا ااااااا اااا اااااا ااااااا‬


‫ااااااا اااااا ااااااااااا اااااااااا‬
“ALLAAHUMMAGHFIR-LII WA TUB ‘ALAYYA, INNAKA ANTAT
TAWWAABUR ROHIIM (artinya: Ya Allah, ampunilah aku dan
terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang) sampai beliau membacanya
seratus kali.” (HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, no. 619.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sanadnya
shahih)

55. Membaca 3 Qul setelah sholat Fardhu, yaitu Al-Ikhlash,


Al-Falaq dan An-Nas
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu 'anhu, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat
(sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no.
1523. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Yang dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al-Ikhlas, Al-Falaq


dan An-Naas sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Ibnu Hajar
Al-Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)

56. Memanjangkan jenggot dan memendekkan kumis


Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Potong pendeklah kumis dan biarkanlah
(peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623)

Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda, “Selisilah orang-orang musyrik. Potong
pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no.
625)

57. Memakai celana/sarung tidak dibawah mata kaki alias


cingkrang
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,“Pakaian seorang
muslim adalah hingga setengah betis. Tidaklah mengapa jika
diturunkan antara setengah betis dan dua mata kaki. Jika
pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya
di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan
sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari
kiamat nanti).” (HR. Abu Daud no. 4095. Syaikh Al-Albani
mengatakan hadits ini shahih sebagaimana Shohih Al-Jami’
Ash Shogir, 921)

58. Memakai cadar bagi wanita


Dari Asma’ binti Abu Bakr radhiyallahu 'anhuma, dia berkata,
“Kami biasa menutupi wajah kami dari pandangan laki-laki
pada saat berihram dan sebelum menutupi wajah, kami
menyisir rambut.” (HR. Hakim 1/624. Dikatakan oleh Al-Hakim
bahwa hadits ini shahih. Hal ini juga disepakati oleh Imam Adz-
Dzahabi)

59. Memakai sepatu dengan duduk dan mendahulukan


yang kanan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang mengenakan
alas kaki (sepatu) sambil berdiri.” (HR. Tirmidzi no. 1697, Abu
Daud no. 3606 dari Jabir. Kata Syaikh Al-Albani mengatakan
hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah
719)

Al-Khottobi rahimahullah berkata, “Di sini mengapa terlarang


mengenakan sepatu sambil berdiri karena mengenakannya
sambil duduk sebenarnya lebih mudah. Sedangkan
mengenakannya sambil berdiri dapat membuat seseorang
terjatuh. Maka perintah untuk mengenakan alas kaki sambil
duduk dan dengan pertolongan tangan, supaya aman dari hal-
hal yang menyusahkan.” )Ma’alimus Sunan, 4/203)

Adapun mengenakannya dengan mendahulukan kaki kanan


sebagaimana keumuman hadits,
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai mendahulukan
yang kanan ketika memakai sendal, ketika menyisir rambut dan
ketika bersuci, juga dalam setiap perkara (yang baik-baik).”
(HR. Bukhari no. 186 dan Muslim no. 268)

60. Mengangkat telunjuk dari awal tasyahud


Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata,
“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam apabila duduk
bertasyahhud beliau letakkan tangan kirinya di atas lututnya
yang kiri, dan meletakkan tangan kanannya di atas lututnya
yang kanan dan membentuk lima puluh tiga dan berisyarat
dengan telunjuknya” (HR. Muslim)

Hadits di atas menyebutkan apabila Rasulullah tasyahud,


beliau letakkan tangan beliau masing-masing di paha
beliau, dan berisyarat dengan jari telunjuk. Ini menunjukkan
bahwa Rasulullah mengangkat jari telunjuknya sejak awal
tasyahud. Ini yang lebih tepat -insya Allah-.

61. Membaca Surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan


Surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua saat sholat sunnah
Subuh (2 rakaat sebelum Subuh)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Sebaik-baik surat yang dibaca ketika dua
raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al-
Ikhlash) dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al-Kafirun).” (HR.
Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini
shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 646).
62. Membaca Surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan
Surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua saat sholat sunnah
setelah Maghrib (2 rakaat setelah Maghrib)
Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Aku tidak dapat
menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat pada
shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua
raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al-
Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al-Ikhlash).” (HR.
Tirmidzi no. 431. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan shahih)

63. Membaca Surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan


Surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua saat sholat Sholat
Maghrib pada malam Jum’at
Dari Jabir bin Samroh radhiyallahu 'anhu, beliau mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika shalat maghrib
pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan
‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al-Albani dalam Takhrij
Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini
shahih)

64. Membaca sholawat 10x pagi dan 10x petang


Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang memberikan shalawat
kepadaku ketika subuh 10 kali dan ketika sore 10 kali maka dia
akan mendapat syafaatku pada hari kiamat.” (HR. Thabrani
dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’)

65. Menjaga 12 rakaat sholat sunnah rawatib (muakkad)


Dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua
belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan
bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut
adalah empat raka’at sebelum zhuhur, dua raka’at sesudah
zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at sesudah
‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh." (HR. Tirmidzi no. 414.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

12 rakaat tersebut yakni, 2 rakaat sebelum Subuh, 4 rakaat


sebelum dzuhur, dua raka’at setelah dzuhur, 2 rakaat setelah
Maghrib dan 2 rakaat sesudah Isya’.

66. Duduk istirahat saat hendak bangkit ke rakaat


selanjutnya
Dari Abu Qilabah ‘Abdullah bin Zaid Al-Jarmi Al-Bashri, ia
berkata, “Malik bin Al-Huwairits pernah mendatangi kami di
masjid kami. Ia pun berkata, “Sesungguhnya aku ingin
mengerjakan shalat sebagai contoh untuk kalian meskipun aku
tidak ingin mengerjakan shalat. Aku akan mengerjakan shalat
sebagaimana shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang pernah aku lihat.” Ayub kemudian bertanya kepada Abu
Qilabah, “Bagaimana Malik bin Al-Huwairits mengerjakan
shalat?” Abu Qilabah menjawab, “Seperti shalat syaikh kami
ini. Beliau duduk ketika mengangkat kepalanya setelah
sujud sebelum beliau bangkit dari raka’at pertama.” (HR.
Bukhari no. 677)

Cara duduknya seperti duduk iftirosy dan hanya sebentar, tidak


ada bacaan khusus dan tidak lama.

67. Berdoa setelah hujan turun (ketika hujan sudah


berhenti)
Adapun doanya adalah:
ْ َ‫ُم ِط ْرنَا ِبف‬
ِ َّ ‫ض ِل‬
‫َّللا َو َرحْ َم ِته‬
Hal ini sebagaimana hadits berikut:
Dari Zaid bin Kholid Al-Juhani radhiyallahu 'anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama
kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya.
Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu
mengatakan, ”Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan
Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan,”Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada pagi hari, di
antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang
kafir. Siapa yang mengatakan ’Muthirna bi fadhlillahi wa
rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah),
maka dialah yang beriman kepada-Ku dan kufur terhadap
bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna
binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab
bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan
beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari no. 846 dan
Muslim no. 71)

68. Memperbanyak istighfar dan dzikir


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, aku
sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam
sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai


sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena
aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100
kali.” (HR. Muslim)

Dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Ada dua


orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai
Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?” “Yang panjang
umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau. Salah satunya
lagi bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam
amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa
kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah
untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR. Ahmad 4: 188,
Syaikh Syu'aib Al-Arnauth mengatakan sanad hadits ini shahih)

Di antara dzikir yang bisa diperbanyak adalah, Subhaanallaah


wa bihamdih subhaanallahil adzhiim

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

‫ااااااااااا اااااااااااا ااااا‬


‫اااااااااا ا اااااااااااا ااا‬
‫ااااااااااا ا اااااااااااا ااااا‬
‫ااااااااااا ااااااااا ااااااا‬
‫اااااااااااا ا ااااااااا ااااااا‬
‫اااااااااا‬

“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan,


dan disukai Ar-Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih,
subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-
Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no.
6682 dan Muslim no. 2694)

69. Membaca “bismillah” saat tersandung, BUKAN


membaca ASTAGHFIRULLAH
Dari Abul Malih radhiyallahu 'anhu, seorang sahabat yang
sedang berboncengan sama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, “Aku pernah boncengan bersama Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, lalu hewan tunggangan kami tersandung,
akupun mengatakan: “celakalah setan!”. Maka Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam berkata kepadaku: “jangan engkau katakan:
‘celakalah setan’, karena jika engkau mengucapkan itu maka
setan itu akan semakin besar hingga besarnya seperti sebuah
rumah dan setan akan berkata : ‘ini terjadi karena kekuatanku’,
akan tetapi katakanlah: ‘bismillah’, karena jika engkau
mengucapkan itu, setan akan mengecil sampai seperti lalat.”
(HR. Abu Dawud, Ahmad, An-Nasa’i, Hakim, dan yang lainnya.
Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Kalim ath-
Thoyyib 1/174)

70. Membaca “bismillah” saat melepaskan pakaian


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tirai yang
menghalangi mata jin dan aurat Bani Adam ketika salah
seorang di antara mereka melepas pakaiannya adalah
mengucapkan, “Bismillah.” (HR. Tirmidzi dan lainnya, lihat
Irwaa’ul Ghalil no. 49 dan Shahihul Jaami’ 3/203)

71. Memakai pakaian dari yang kanan terlebih dahulu


Hal ini berdasarkan keumuman hadits berikut:
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai mendahulukan
yang kanan ketika memakai sendal, ketika menyisir rambut dan
ketika bersuci, juga dalam setiap perkara (yang baik-baik).”
(HR. Bukhari no. 186 dan Muslim no. 268)

72. Memperbanyak sholawat pada hari Jum’at


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap
Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku,
dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi)

73. Membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at (batasnya


dari Maghrib sampai Subuh pada malam Jum’at)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at, dia akan
disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.” (HR. Ad-Darimi. Syaikh
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana
dalam Shahihul Jami’ no. 6471)

74. Membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at (batasnya


sampai Maghrib pada hari Jum’at)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, dia akan
disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An-Nasa’i dan
Baihaqi. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
sebagaimana dalam Shahihul Jami’ no. 6470)

Catatan : Jadi membaca Surat Al-Kahfi dianjurkan 2x, yakni


pada malam Jum'at dan juga pada hari Jum'at (batasnya
sampai tenggelamnya matahari) agar mendapatkan 2
keutamaan di atas.

75. Bertasbih dan berdzikir dengan tangan kanan (jari


kanan), bukan dengan tasbih dan bukan dengan tangan
kiri
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, beliau
menceritakan, “Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menghitung bacaan tasbih dengan tangannya.” Sementara dari
jalur Muhammad bin Qudamah – gurunya Abu Daud – terdapat
tambahan: “dengan tangan kanannya” (HR. Abu Dawud 1502
dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

76. Sholat Dhuha 4 rakaat setiap hari (minimal 2 rakaat dan


maksimal 12 rakaat)
Dari Nu’aim bin Hammar Al-Ghothofaniy radhiyallahu 'anhu,
beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam,
janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang
(di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.”
(HR. Ahmad (5/286), Abu Dawud no. 1289, Tirmidzi no. 475,
Darimi no. 1451 . Syaikh Al-Albani dan Syaikh Syu’aib Al-
Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

77. Membunuh cicak


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang
siapa yang membunuh cicak sekali pukul, maka dituliskan
baginya pahala seratus kebaikan, dan barang siapa
memukulnya lagi, maka baginya pahala yang kurang dari
pahala pertama. Dan barang siapa memukulnya lagi, maka
baginya pahala lebih kurang dari yang kedua.” (HR. Muslim,
no. 2240)

78. Ketika buang air kecil (kencing), seberusaha mungkin


tidak mengenai kaki dan pakaian
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya dua mayit ini
sedang disiksa, dan tidaklah mereka disiksa karena perkara
yang susah ditinggalkan. Namun sesungguhnya itu adalah
perkara besar! Untuk yang pertama, dia suka melakukan adu
domba, sedang yang kedua, ia tidak menjaga diri dari air
kencingnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

79. Mandi Jum’at sebelum pergi sholat Jum’at. Adapun tata


caranya sama seperti mandi wajib
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang mandi
kemudian mendatangi Jum’at, lalu ia shalat semampunya dan
diam (mendengarkan khutbah) hingga selesai, kemudian ia
lanjutkan dengan shalat bersama Imam, maka akan diampuni
(dosa-dosa yang dilakukannya) antara hari itu dan hari jum’at
yang lain. Dan bahkan hingga lebih tiga hari.” (HR. Muslim no.
857)
80. Meninggalkan musik, kalau mendengar musik
diusahakan sebaik mungkin menghindar dan menutup
telinga
Hukum musik haram berdasarkan nash Al-Quran, hadits-hadits
dan ijma’ ulama. Di antara dalil keharaman musik adalah hadits
berikut,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh,
benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang
yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan
beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung
dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir
mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka
berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah
mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan
gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian
mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.” (HR.
Bukhari)

Adapun sikap kita ketika mendengar nyanyian/musik atau


semisalnya adalah sebagaimana yang disebutkan hadits
berikut,
Dari Nafi’ –bekas budak Ibnu ‘Umar-, beliau berkata, Ibnu
‘Umar pernah mendengar suara seruling dari seorang
pengembala, lalu beliau menyumbat kedua telinganya
dengan kedua jarinya. Kemudian beliau pindah ke jalan yang
lain. Lalu Ibnu ‘Umar berkata, “Wahai Nafi’, apakah kamu
masih mendengar suara tadi?” Aku (Nafi’) berkata, “Iya, aku
masih mendengarnya.” Kemudian, Ibnu ‘Umar terus berjalan.
Lalu, aku berkata, “Aku tidak mendengarnya lagi.” Barulah
setelah itu Ibnu ‘Umar melepaskan tangannya dari telinganya
dan kembali ke jalan itu lalu berkata, “Beginilah aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendengar
suara seruling dari seorang pengembala. Beliau
melakukannya seperti tadi.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu'aib Al-
Arnauth mengatakan hadits ini hasan)

81. Tidak mengusap wajah setelah selesai berdoa. Selesai


mengangkat tangan, langsung diturunkan
Ada hadits yang menyebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengusap wajah dengan tangannya setelah berdoa,
namun hadits ini dho’if (lemah), tidak bisa dijadikan
hujjah. Simak penuturan beberapa ulama berikut,

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata, "Aku tidak


mengtahui hadits yang shahih tentang amalan ini. Hanya Al-
Hasan yang mengusap wajah setelah do’a." (Al ‘Ilal
Mutanahiyah, 2/840-841)

Al ‘Izz bin ‘Abdis Salam rahimahullah berkata, "Tidak ada yang


mengusap wajah dengan kedua tangan setelah do’a kecuali
orang yang jahil (bodoh)." (Fatawa Al ‘Izz bin ‘Abdis Salam, hal.
47)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Adapun


mengangkat tangan saat berdo’a dilakukan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana terdapat dalam
banyak hadits yang menerangkan hal ini. Adapun mengusap
wajah setelah do’a, tidak ada yang menerangkan hal ini kecuali
satu atau dua hadits yang tidak bisa dijadikan hujjah (alasan)."
)Majmu’ Al-Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 22/519)

82. Memulai doa dengan pujian kepada Allah kemudian


bersholawat
Dari Fadhalah bin ‘Ubad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan duduk-
duduk, masuklah seorang laki-laki. Orang itu kemudian
melaksanakan shalat dan berdo’a: ‘Ya Allah, ampunilah
(dosaku) dan berikanlah rahmat-Mu kepadaku.’ Maka,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau
telah tergesa-gesa, wahai orang yang tengah berdo’a. Apabila
engkau telah selesai melaksanakan shalat lalu engkau duduk
berdo’a, maka (terlebih dahulu) pujilah Allah dengan puji-pujian
yang layak bagi-Nya dan bershalawatlah kepadaku, kemudian
berdo’alah.’ Kemudian datang orang lain, setelah melakukan
shalat dia berdo’a dengan terlebih dahulu mengucapkan puji-
pujian dan bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
kepadanya, ‘Wahai orang yang tengah berdo’a, berdo’alah
kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkan do’amu.’” (HR.
Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits ini dishahihkan Syaikh Al-
Albani)

83. Berdoa dengan menyebut Asmaul Husna


Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-
Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Al-
A’raaf : 180)

Contohnya adalah, “Ya Allah, Ya Kariim, Ya Hakiim, Ya


Ghofuur, Ya ‘Aliim, Ya Haliim, Ya Hayyu, Ya Qoyyum, dan
yang semisalnya”

84. Berdoa menghadap kiblat


Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap
kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (HR.
Muslim)

85. Berdoa dengan mengangkat kedua tangan


Dari Salman radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan
Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka
mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali
dengan tangan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud
dan At-Tirmidzi dan beliau hasankan)

Adapun cara tangan saat berdoa adalah dengan


menggabungkannya

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma mengatakan, bahwa Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa, beliau
menggabungkan kedua telapak tangannya dan
mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap telapak
tangan). (HR. Thabrani)

86. Tidak mengangkat tangan saat berdoa saat Khutbah


Jum’at. Cukup mengaminkan saja
Dari Hushain (bin ’Abdirrahman) dari ‘Umaarah bin Ruaibah ia
berkata bahwasannya ia melihat Bisyr bin Marwan di atas
mimbar dengan mengangkat kedua tangannya ketika berdoa
(pada hari Jum’at). Maka ‘Umaarah pun berkata : “Semoga
Allah menjelekkan kedua tangan ini. Sungguh aku telah melihat
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di atas
mimbar tidak menambahkan sesuatu lebih dari hal seperti ini”.
Maka ia mengisyaratkan dengan jari telunjuknya” (HR. Muslim
no. 874)

Dalam riwayat lain disebutkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam tidaklah menambah lebih dari itu dan beliau
berisyarat dengan jari telunjuknya.” (HR. An Nasai no. 1412.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

87. Memperbanyak berdoa ketika hujan turun


Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua waktu yang
padanya sebuah permohonan (do’a) tidak akan ditolak oleh
Allah, do’a ketika setelah dikumandangkan adzan dan do’a
ketika turun hujan.” (HR. Al-Hakim II/114, Abu Dawud no. 3540.
Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahihul Jami’ no.
3078)

88. Memperbanyak berdoa setelah Ashar pada hari Jum’at


Hadis dari Abu Said al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Di
hari Jumat terdapat suatu waktu, di mana jika ada seorang
hamba muslim yang memanjatkan doa kepada Allah
bertepatan dengan waktu tersebut, Allah akan memberi apa
yang dia minta. Waktu itu adalah setelah Ashar." (HR.
Ahmad 7631 dan dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

89. Berdoa pada saat sujud saat sholat


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Saat yang
paling dekat antara seorang hamba dengan Rab-nya adalah
ketika dia sedang sujud (kepada Rabbnya), maka
perbanyaklah do’a (dalam sujud kalian).” (HR. Muslim no. 482,
Abu Dawud no. 875 dan an-Nasa-i II/226 no. 1137)

90. Berdoa sebelum salam dan setelah tasyahud akhir


Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mengajarkannya tasyahud padanya,
lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kemudian
terserah dia memilih do’a yang dia sukai untuk berdo’a
dengannya.” (HR. Abu Daud no. 825)

Dalam lafazh lain, “Kemudian terserah dia memilih setelah itu


(setelah tasyahud) do’a yang dia kehendaki (dia sukai).” (HR.
Muslim no. 402, An-Nasa’i no. 1298, Abu Daud no. 968, Darimi
no. 1340)

91. Memaksimalkan berdoa antara adzan dan iqomah


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Do’a yang
dipanjatkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak, maka
berdo’alah.” (HR. Abu Dawud no. 521, at-Tirmidzi no. 212,
Ahmad III/155 dan at-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shahih.”
Syaikh Al-Albani menshahihkan dalam Shahiihul Jaami’ no.
3408)

92. Sholat 2 rakaat tahiyatul masjid sebelum duduk di


masjid. Meskipun itu berlangsung Khutbah Jum’at, kalau
seperti ini kondisinya maka sholat kita diringkas dan
mempercepatnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah
seorang dari kalian memasuki masjid, maka janganlah dia
duduk sampai dia mengerjakan shalat sunnah dua raka’at
(shalat sunnah tahiyatul masjid).” (HR. Bukhari no. 1163 dan
Muslim no. 1687)

Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Sulaik


Al-Ghathafani datang pada hari Jum’at dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah, lantas Sulaik
masuk masjid lalu langsung duduk.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di tengah-tengah khutbah berkata padanya,
“Wahai Sulaik, berdirilah, lakukanlah shalat dua raka’at.
Kerjakanlah sekedar yang wajib saja dalam dua raka’at
tersebut. Kemudian ia berkata, “Jika salah seorang di antara
kalian datang pada hari Jum’at dan imam sedang berkhutbah,
maka lakukanlah shalat dua raka’at. Namun cukupkanlah
dengan yang wajib saja (ringkaslah).” (HR. Muslim no. 875)
93. Mengucapkan “Alhamdulillah” saat bersin, kalau ada
teman kita yang mengucapkan Alhamdulillah saat bersin,
maka kita ucapkan “Yarhamukallah”, dan bagi yang
mendengar bacaan Yarhamukallah, maka dijawab
“Yahdikumullah Wa yushlih baalakum”. Mengucapkan
Alhamdulillah ketika bersin juga berlaku saat sholat,
namun yarhamukallah dan yahdikumullah tidak perlu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,“Apabila salah seorang dari kalian
bersin, hendaknya dia mengucapkan, “alhamdulillah”
sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah
mengucapkan, “yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu).
Jika saudaranya berkata ‘yarhamukallah’ maka hendaknya dia
berkata, “yahdikumullah wa yushlih baalakum (Semoga Allah
memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Bukhari
no. 6224 dan Muslim no. 5033)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah


seorang dari kalian bersin lalu mengucapkan alhamdulillah,
maka hendaklah kalian mengucapkan tasymit (ucapan
yarhamukallah) baginya, namun jika tidak, maka janganlah
mengucapkan tasymit baginya.” (HR. Muslim no. 2992)

94. Menutup wajah dengan tangan kanan saat bersin


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata
“Bahwasanya apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin,
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menutup wajah dengan
tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” (HR.
Ahmad II/439, al-Hakim IV/264, Abu Dawud no. 5029, at-
Tirmidzi no. 2746. Lihat Shahih at-Tirmidzi II/355 no. 2205)

95. Berusaha menahan mulut sebisa mungkin saat


menguap agar tidak terbuka. Kalau tidak sanggup, maka
tutup dengan tangan kiri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kuapan
(menguap) itu datangnya dari syaitan. Jika salah seorang di
antara kalian ada yang menguap, maka hendaklah ia menahan
semampunya” (HR. Bukhari no. 6226 dan Muslim no. 2944.
Lafazh ini berdasarkan riwayat Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila


salah seorang di antara kalian menguap maka hendaklah
menutup mulut dengan tangannya karena syaitan akan masuk
(ke dalam mulut yang terbuka).” (HR. Muslim no. 2995 (57) dan
Abu Dawud no. 5026)

96. Sholat dengan mendekati sutrah, bisa berupa dinding,


tongkat, tiang, orang yang duduk, dan yang semisalnya
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang
di antara kalian shalat, hendaknya ia shalat dengan
menghadap sutroh dan mendekatlah padanya” (HR. Abu Daud
no. 698). Imam An-Nawawi mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih sebagaimana dalam Al-Khulashoh (1/518). Syaikh
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana
dalam Shahihul Jaami’ (651)

97. Mengangkat kedua tangan saat bertakbir takbiratul


ihram, saat hendak rukuk, saat bangkit dari rukuk dan
ketika bangkit dari rakaat kedua
Dari Nafi’ maula Ibnu 'Umar rahimahullah, beliau mengatakan,
"Sesungguhnya Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma biasanya jika
hendak memulai shalatnya beliau bertakbir dan mengangkat
kedua tangannya. Jika hendak ruku’ juga mengangkat kedua
tangannya. Jika beliau mengucapkan, ”Sami ’allâhu liman
hamidah” juga mengangkat kedua tangannya. Jika berdiri dari
rakaat kedua juga mengangkat kedua tangannya. Ibnu Umar
radhiyallahu 'anhu memarfu’kannya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam .” (HR. Bukhari, no. 739 dan Muslim no. 390)

98. Kadang-kadang mengangkat kedua tangan saat


bertakbir ketika hendak sujud kedua (yakni setelah duduk
antara dua sujud)
Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam riwayat Imam Ahmad
dan Abu Dawud dengan sanad yang shahih.

99. Kadang-kadang mengangkat kedua tangan saat


bertakbir ketika bangkit dari rakaat ketiga ke rakaat
keempat
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah
berkata, "Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang
mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir ini.
(HR. Bukhari dan Abu Dawud. Lihat Shifat Shalat Nabi, Syaikh
Al-Albani, Cet. I, Penerbit Maktabah al-Ma’arif, Riyadh, hlm.
177)

100. Membiasakan sholat malam/tahajjud


Dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Wahai manusia!
Sebarkanlah salam, jalinlah tali silturahmi (dengan kerabat),
berilah makan (kepada istri dan kepada orang miskin),
shalatlah di waktu malam sedangkan manusia yang lain
sedang tidur, tentu kalian akan masuk ke dalam surga dengan
penuh keselamatan.” (HR. Tirmidzi no. 2485 dan Ibnu Majah
no. 1334. Syaikh Al-Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no.
569 mengatakan bahwa hadits ini shahih)

“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu


memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (Q.S.
Adz-Dzaariyaat : 17-18)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Lakukanlah
shalat malam oleh kalian, karena hal itu merupakan kebiasaan
orang-orang shalih sebelum kalian. Iapun dapat mendekatkan
kalian kepada Rabb kalian, menghapus segala kesalahan dan
mencegah dari perbuatan dosa.” (HR. Tirmidzi, dihasankan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil)

Itulah berbagai amalan-amalan sunnah sehari-hari yang sering


dilupakan kaum muslimin. Kiranya amal-amal di atas dapat kita
lakukan dan amalkan semaksimal mungkin. Meskipun mungkin
ada di antara kita yang berat dengan sebagian sunnah di atas.
Namun yang terpenting adalah kita sudah berusaha, kita
berusaha bertaqwa semampu kita.

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut


kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah
nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-
orang yang beruntung. (Q.S. At-Taghaabun : 16)

(Baca Juga : Benarkah Setiap Ayat Al-Quran Memiliki Asbabun


Nuzul?)

Perlu diketahui bahwa masih banyak sekali sunnah-sunnah


lainnya yang tidak tertulis pada tulisan ini, tentu saja ini
dikarenakan keterbatasan penulis dan juga dikarenakan hal
lainnya. Tulisan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
penuh kekurangan sana-sini. Kita bisa membuka kitab-kitab
para ulama untuk tulisan yang lebih lengkap dan lebih baik
daripada ini. Adapun kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk
tercapainya kebaikan bagi kita semua. Semoga dengan tulisan
ini kita dapat melestarikan sebagian dari sunnah-sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan dalil-dalil
yang shahih.
Sebagai penutup mari kita renungi beberapa kalam ulama
berikut ini,

Al-Imam Ibnu Qudamah berkata, “Dalam mengikuti sunnah


terdapat faedah (antara lain): mendapat barakah mencocoki
syariat, meraih ridha Allah subhanahu wa ta’ala, diangkatnya
derajatnya, mendapatkan kelapangan hati dan ketenangan
badan, membuat setan benci, dan menempuh shiratal
mustaqim.” (Dzammul Muwaswisin hlm. 41. Lihat Dharuratul
Ihtimam bi as-Sunnah an-Nabawiyyah hlm. 43)

Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari berkata, “Orang


muslim yang paling utama adalah orang yang menghidupkan
sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
telah ditinggalkan (manusia), maka bersabarlah wahai para
pencinta sunnah (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam),
karena sesungguhnya kalian adalah orang yang paling sedikit
jumlahnya (di kalangan manusia)” (Dinukil oleh imam al-Khatib
al-Baghdadi dalam kitab “al-Jaami’ li akhlaaqir raawi” 1/168)

Abu Muhammad ‘Abdullah bin Manazil berkata, “Tidaklah


seseorang menyia-nyiakan satu amalan fardhu, kecuali Allah
menimpakan padanya musibah berupa menyia-nyiakan
amalan-amalan sunnah. Tidaklah seseorang ditimpa musibah
berupa menyia-nyiakan amalan-amalan sunnah, kecuali
sebentar lagi dia akan ditimpa musibah berupa terjatuh pada
kebid’ahan-kebid’ahan.” (Lihat al-I’thisam karya asy-Syathibi
I/169)

Syaikh Muhammad bih Shalih Al-‘Utsaimin berkata,


“Sesungguhnya sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
jika semakin dilupakan, maka (keutamaan) mengamalkannya
pun semakin kuat (besar), karena (orang yang
mengamalkannya) akan mendapatkan keutamaan
mengamalkan (sunnah itu sendiri) dan (keutamaan)
menyebarkan (menghidupkan) sunnah di kalangan manusia”
(Kitab “Manaasikul hajji wal ‘umrah” hal. 92)

Anda mungkin juga menyukai