Anda di halaman 1dari 8

Doa akan dan Bangun Tidur

Ini doa dan adab yang bisa diamalkan ketika akan dan bangun tidur. Masih melanjutkan
pembahasan Riyadhus Sholihin – Kitab Al-Adzkar.

Hadits #1446

– ‫ َك اَن َر ُسْو ُل ِهللا – َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َقاَال‬، ‫ َو َأِبي َذ ٍّر َرِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا‬، ‫َع ْن ُح َذ يَفَة‬
‫(( الَحْم ُد ِهلل‬: ‫ (( ِباْس ِم َك الَّلُهَّم َأْح َيا َو أموُت )) َو إَذ ا اْسَتيَقَظ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬، ‫ِإَذ ا أَو ى ِإَلى ِفَر اِش ِه‬
‫ َر َو اُه الُبَخ اِر ي‬. )) ‫اَّلِذ ي َأْح َياَنا بْع َد َم ا أماَتَنا وِإَلْيِه الُّنُش وُر‬
Dari Hudzaifah dan Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhuma, mereka berdua berkata, “Apabila
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak tidur, beliau mengucapkan, ‘BISMIKA
ALLOOHUMMA AHYAA WA AMUUT’ (dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, aku hidup
dan aku mati) dan apabila beliau bangun, beliau mengucapkan, ‘ALHAMDU LILLAHILLADZI
AHYAANAA BA’DA MAA AMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR’ (segala puji bagi
Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan hanya kepada-Nya kami
kembali).” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6314 dan Muslim, no. 2711]

Faedah Hadits

1. Disunnahkan ketika berbaring tidur, berbaring pada sisi kanan dan menaruh tangan pada
pipi kanan.
2. Boleh menyebut tidur dengan kematian karena tidur adalah kematian sugra (kecil) karena
sementara waktu ruh dan jasad itu terpisah.
3. Allah yang mengatur segala jagat raya ini, Allah Yang Menghidupkan dan Mematikan.
4. Seorang hamba hendaklah memuji Allah dalam setiap keadaan.
5. Maksud doa tersebut adalah dengan: dengan nama-Mu Engkau menghidupkan, maka
hiduplah; lalu dengan nama-Mu Engkau mematikan, maka matilah.

Beberapa Lafal Doa Sebelum Tidur

‫ِباْس ِم َك َأُم وُت َو َأْح َيا‬


BISMIKA AMUUTU WA AHYAA (HR. Bukhari, no. 6312)

‫ِباْس ِم َك الَّلُهَّم َأُم وُت َو َأْح َيا‬


BISMIKA ALLOOHUMMA AMUUTU WA AHYAA (HR. Bukhari, no. 6324)

‫ِباْس ِم َك َنُم وُت َو َنْح َيا‬


BISMIKA NAMUUTU WA NAHYAA (HR. Bukhari, no. 7395)

‫الَّلُهَّم ِباْس ِم َك َأُم وُت َو َأْح َيا‬


ALLOOHUMMA BISMIKA AMUUTU WA AHYAA (HR. Bukhari, no. 6314, 6325)

‫الَّلُهَّم ِباْس ِم َك َأْح َيا َو َأُم وُت‬


ALLOOHUMMA BISMIKA AHYAA WA AMUUT (HR. Bukhari, no. 7394)

‫الَّلُهَّم ِباْس ِم َك َأْح َيا َو ِباْس ِم َك َأُم وُت‬


ALLOOHUMMA BISMIKA AHYAA WA BISMIKA AMUUT (HR. Muslim, no. 2711)

Referensi:

1. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh
Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:96 (Syarh Hadits ni. 817);
2. Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari. Cetakan keempat, Tahun 1432 H. Ibnu Hajar
Al-Asqalani. Penerbit Dar Thiybah, 11:114.

Adab-Adab Tidur
Pertama: Berwudhu terlebih dahulu sebelum tidur

Dari Al-Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ْأ‬
‫ ُثَّم اْض َطِج ْع َع َلى ِش ِّقَك اَألْيَمِن‬، ‫ِإَذ ا َأَتْيَت َم ْض َجَع َك َفَتَو َّض ُو ُضوَء َك ِللَّص َالِة‬
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu
berbaringlah pada sisi kanan badanmu.” (HR. Bukhari, no. 247 dan Muslim, no. 2710)

Apa manfaat berwudhu sebelum tidur? Dijelaskan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali
bahwa dianjurkan berwudhu sebelum tidur dengan beberapa hikmah :

o Dikhawatirkan nantinya seseorang yang akan tidur mati tiba-tiba. Mudah-


mudahan jadi akhir hidup yang baik.
o Berwudhu tadi sebagai persiapan menyucikan hati karena itu lebih utama dari
menyucikan badan.
o Supaya kalau bermimpi dapat dikatakan sebagai mimpi yang benar dan terhindar
dari dipermainkan setan dalam tidur.
Kedua: Berbaring pada sisi kanan, lalu berdoa

Dari Al-Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam akan tidur, beliau berbaring pada sisi kanan, lalu membaca doa:

‫ َو َأْلَج ْأُت َظْهِرْي‬، ‫ َوَو َّجْهُت َو ْج ِهَي ِإَلْيَك‬، ‫ َو َفَّو ْض ُت َأْم ِرْي ِإَلْيَك‬، ‫َالَّلُهَّم َأْس َلْم ُت َنْفِس ْي ِإَلْيَك‬
‫ آَم ْنُت ِبِكَتاِبَك اَّلِذ ْي َأْنَز ْلَت‬، ‫ َال َم ْلَج َأ َو َال َم ْنَج ا ِم ْنَك ِإَّال ِإَلْيَك‬، ‫ َر ْغ َبًة َو َر ْهَبًة ِإَلْيَك‬، ‫ِإَلْيَك‬
‫َو ِبَنِبِّيَك اَّلِذ ْي َأْر َس ْلَت‬
ALLOOHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIK, WA FAWWADH-TU AMRII ILAIK, WA
WAJJAHTU WAJHIYA ILAIK, WA ALJA’TU ZHOHRII ILAIK, ROGH-BATAN WA
ROHBATAN ILAIK, LAA MALJA-A WA LAA MANJAA MINKA ILLA ILAIK.
AAMANTU BIKITAABIKALLADZI ANZALTA WA BI NABIYYIKALLADZI ARSALTA.

[Artinya: “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepadaMu, aku menyerahkan urusanku kepadaMu,
aku menghadapkan wajahku kepadaMu, aku menyandarkan punggungku kepadaMu, karena
senang (mendapatkan rahmatMu) dan takut pada (siksaanMu, bila melakukan kesalahan). Tidak
ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)Mu, kecuali kepadaMu. Aku beriman
pada kitab yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) NabiMu yang telah Engkau utus.”
Apabila Engkau meninggal dunia (di waktu tidur), maka kamu akan meninggal dunia dengan
memegang fitrah (agama Islam)].” (HR. Bukhari, no. 6313; Muslim, no. 2710)

Ketiga: Membaca Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas dengan cara khusus berikut

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

‫َك اَن ِإَذ ا َأَو ى ِإَلى ِفَر اِش ِه ُك َّل َلْيَلٍة َج َم َع َك َّفْيِه ُثَّم َنَفَث ِفيِهَم ا َفَقَر َأ ِفيِهَم ا ( ُقْل ُهَو ُهَّللا َأَح ٌد ) َو‬
‫( ُقْل َأُع وُذ ِبَر ِّب اْلَفَلِق ) َو ( ُقْل َأُع وُذ ِبَر ِّب الَّناِس ) ُثَّم َيْمَس ُح ِبِهَم ا َم ا اْسَتَطاَع ِم ْن َجَسِدِه‬
‫َيْبَد ُأ ِبِهَم ا َع َلى َر ْأِس ِه َوَو ْج ِهِه َو َم ا َأْقَبَل ِم ْن َجَسِدِه َيْفَع ُل َذ ِلَك َثَالَث َم َّراٍت‬
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau
mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan
’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul
a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan
tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian
depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari, no. 5017)

Keempat: Membaca ayat kursi sebelum tidur

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,


‫ َفَجَعَل‬، ‫ َفَأَتاِنى آٍت‬، ‫َو َّكَلِنى َر ُسوُل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – ِبِح ْفِظ َزَك اِة َر َم َض اَن‬
‫ َفَذ َك َر‬. – ‫ َفَأَخ ْذ ُتُه َفُقْلُت َألْر َفَع َّنَك ِإَلى َر ُسوِل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم‬، ‫َيْح ُثو ِم َن الَّطَع اِم‬
‫ َو َال‬، ‫اْلَحِد يَث َفَقاَل ِإَذ ا َأَو ْيَت ِإَلى ِفَر اِش َك َفاْقَر ْأ آَيَة اْلُك ْر ِس ِّى َلْن َيَز اَل َع َلْيَك ِم َن ِهَّللا َح اِفٌظ‬
، ‫ َفَقاَل الَّنِبُّى – صلى هللا عليه وسلم – « َص َد َقَك َو ْهَو َك ُذ وٌب‬. ‫َيْقَر ُبَك َشْيَطاٌن َح َّتى ُتْص ِبَح‬
» ‫َذ اَك َشْيَطاٌن‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan
kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku
katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini.

Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di
atas tempat tidurmu, bacalah Ayat Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala
dan setan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu setan.” (HR.
Bukhari, no. 3275)

Kelima : Membaca do’a sebelum tidur “Bismika allahumma amuutu wa ahyaa”

Dari Hudzaifah, ia berkata,

‫ َو ِإَذ ا اْسَتْيَقَظ ِم ْن َم َناِمِه‬. » ‫َك اَن الَّنِبُّى – صلى هللا عليه وسلم – ِإَذ ا َأَر اَد َأْن َيَناَم َقاَل « ِباْس ِم َك الَّلُهَّم َأُم وُت َو َأْح َيا‬
‫ َو ِإَلْيِه الُّنُش وُر‬، ‫» َقاَل « اْلَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ى َأْح َياَنا َبْع َد َم ا َأَم اَتَنا‬

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika
allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan
apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana
wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami,
dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)

Keenam : Jangan Begadang

Sebisa mungkin membiasakan tidur di awal malam (tidak sering begadang) jika tidak ada
kepentingan yang bermanfaat.

Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,

‫َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – َك اَن َيْك َر ُه الَّنْو َم َقْبَل اْلِع َش اِء َو اْلَح ِد يَث َبْعَدَها‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-
ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang
setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika
sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah
memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang
begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu
Baththol, 3/278, Asy Syamilah)

Bolehkah tidur tengkurap ?

Tidur tengkurap itu terlarang. Hadits lainnya yang membicarakan hal ini, dari Ibnu
Tikhfah Al Ghifari, dari Abu Dzarr, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat di
hadapanku dan ketika itu aku sedang tidur tengkurap. Beliau menggerak-gerakkanku dengan
kaki beliau. Beliau pun bersabda, “Wahai Junaidib, tidur seperti itu seperti berbaringnya
penduduk neraka.” (HR. Ibnu Majah no. 3724. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits
ini shahih).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak pantas


seseorang tidur tengkurap lebih-lebih lagi dilakukan di tempat yang terbuka. Karena jika orang
banyak melihat tidur semacam itu, mereka tidak suka. Namun jika seseorang dalam keadaan
sakit perut, dengan tidur seperti itu membuat teredam sakitnya, maka seperti itu tidaklah
mengapa karena dilakukan dalam keadaan butuh.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 343)

Bolehkah tidur terlentang ?

Dari ‘Abbad bin Tamim, dari pamannya bahwa ia pernah melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidur terlentang di masjid dalam keadaan meletakkan satu kaki di atas lainnya.
(HR. Bukhari no. 475 dan Muslim no. 2100).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menerangkan, “Yang lebih afdhol adalah
tidur pada sisi kanan. Sedangkan tidur tengkurap adalah tidur yang tidak pantas kecuali dalam
keadaan butuh. Sedangkan tidur dalam keadaan terlentang adalah tidak mengapa selama menjaga
aurat tidak terbuka. Namun jika khawatir akan tersingkapnya aurat yaitu ketika mengangkat
kedua kaki dan tidak memakai celana di bagian dalam jubah misalnya, maka itu tidaklah pantas.
Namun kalau aman, maka tidaklah mengapa.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 346).

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan
salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/5253-adab-islami-sebelum-tidur.html

Dan masih ada lagi beberapa dzikir dan surat yang dibaca sebelum tidur.
Do’a terbangun di tengah malam
Doa terbangun di malam hari :

، ‫ َو ُهَو َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬،‫ َلُه الُم ْلُك َو َلُه الَح ْم ُد‬،‫َال ِإَلَه ِإَّال هللا َو ْح َد ُه َال َش ِريَك َلُه‬
‫وَال َح ْو َل َو َال ُقَّو َة ِإَّال ِباِهلل‬، ‫ َو ُهللا َأْك َبُر‬،‫ وَال ِإَلَه ِإَّال ُهللا‬،‫ وُسْبَح اَن ِهللا‬،‫الَح ْم ُد ِهلل‬
Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allâh semata, tidak ada
sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan segala pujian. Dia Maha kuasa atas segala
sesuatu. Segala puji hanya milik Allâh Azza wa Jalla ; Maha suci Allâh ; Tidak ada ilah yang
berhak diibadahi dengan benar kecuali Allâh ; Allâh Maha besar ; Tidak ada kemampuan dan
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allâh.

(Kemudian setelah itu berdoa dan bermunajat kepada Allâh Azza wa Jalla sekehendak hatinya)

Faidah :

Doa ini dibaca saat terbangun, sebelum melakukan aktifitas apapun.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam menjelaskan bahwa barangsiapa terbangun dari


tidurnya di malam hari lalu membaca doa di atas, kemudian setelah itu dia berdoa atau memohon
ampun, niscaya doanya akan diijabah oleh Allâh Azza wa Jalla dan jika dia bangun berwudlu
lalu mengerjakan shalat, maka niscaya shalatnya diterima oleh Allâh Azza wa Jalla.

Ibnu Batthal rahimahullah mengatakan bahwa seyogyanya orang yang telah sampai kepadanya
hadits ini untuk mengamalkannya dan mengikhlaskan niatnya dalam mengamalkannya

Ketika menjelaskan hadits ini, al-hafizh Ibnu Hajar rahimahullah membawakan sebuah faidah
yang menarik seputar perhatian terhadap dzikir ini. Dari Abu Abdillah al-farabri rahimahullah ,
salah seorang yang meriwayatkan hadits dari Imam al-Bukhâri, dia mengatakan, “Saya membaca
dzikir ini ketika aku terbangun, kemudian setelah itu aku tidur. Dalam tidur itu, aku didatangi
oleh seseorang dan membacakan ayat:

‫َو ُهُدوا ِإَلى الَّطِّيِب ِم َن اْلَقْو ِل َو ُهُدوا ِإَلٰى ِص َر اِط اْلَح ِم يِد‬
Doa Ketika Bangun Tidur
Bagaimanakah doa ketika bangun tidur?

Bacaan pertama yang bisa dibaca di pagi hari setelah bangun tidur adalah,

‫َاْلَحْم ُد ِلَّلِه اَّلِذ ْي َأْحَياَنا َبْع َد َما َأَماَتَنا َو ِإَلْيِه الُّنُش ْو ِر‬

“Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur” [artinya: Segala puji
bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami
dibangkitkan]. (HR. Bukhari no. 6325)

Imam Bukhari rahimahullah memasukkan hadits di atas dalam judul bab “bacaan yang
diucapkan di pagi hari”. Ini berarti -kata Ibnu Batthol- bahwa dzikir yang diucapkan ketika pagi
hari ini menjadi pembuka amalan dan menunjukkan bahwa dari pagi hari kita sudah memulai
dengan berdzikir pada Allah sebagaimana pula saat hendak tidur ditutup pula dengan amalan
dzikir pada Allah. Berarti pembuka catatan amalan kita adalah dzikir, penutupnya pun dzikir.
Lalu diharapkan antara pembuka dan penutup tersebut ada pengampunan dosa.

Imam Nawawi rahimahullah sendiri menerangkan bahwa maksud kalimat ‘kami


dimatikan’ adalah tidur. Sedangkan ‘kami dibangkitkan’ adalah dihidupkan lagi kelak pada hari
kiamat. Intinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin menerangkan bahwa ketika orang itu
bisa bangun setelah tidur, berarti seseorang bisa pula dibangkitkan (pada hari kiamat) setelah
dimatikan.

Imam Nawawi rahimahullah menerangkan pula dalam Syarh Shahih Muslim bahwa
hikmah doa ‘bismika allahumma amuutu wa ahyaa’ dibaca menjelang tidur, yaitu sebagai
penutup amalan. Sedangkan di pagi hari diawali pula dengan amalan doa yang berisi kandungan
keyakinan tauhid pada Allah dan kalimat tersebut termasuk dalam al kalimuth thoyyib (kalimat
yang baik).

Atau bisa pula membaca dzikir berikut ketika bangun tidur,

‫ َأِذ َن ِل ِبِذ ْك ِر ِه‬، ‫ َّد َعَلَّي ِح‬، ‫ِد‬ ‫ِن ِف‬ ‫ِل ِه َّلِذ‬
‫ْي‬ ‫ُر ْو ْي َو‬ ‫َاْلَحْم ُد َّل ا ْي َعاَفا ْي ْي َج َس ْي َو َر‬
“Alhamdullillahilladzi afaaniy fii jasadiy, wa rodda alayya ruhiy, wa adzina lii bi dzikrih”
[artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada jasadku dan telah
mengembalikan ruhku serta mengizinkanku untuk berdzikir kepada-Nya]. (HR. Tirmidzi no.
3401. Hasan menurut Syaikh Al Albani)
Disebutkan dalam hadits mengenai dikembalikannya ruh berarti kita masih diberikan
kesempatan oleh Allah untuk menikmati kehidupan. Nikmat seperti ini patut disyukuri. Lantas
menyukurinya dengan apa?

Badaruddin Al ‘Aini dalam ‘Umdatul Qari Syarh Shahih Al Bukhari menjelaskan,


“Hendaklah seseorang yang telah bangun di pagi hari berusaha menyukuri nikmat tersebut
dengan melaksanakan shalat Shubuh. Itulah bentuk syukurnya pada Allah atas nikmat hidup
yang Allah beri serta nikmat dikembalikannya ruh padanya.”

Anda mungkin juga menyukai