Anda di halaman 1dari 8

Adab Pergi ke Masjid

1. Pergi dalam keadaan berwudhu dari rumah.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َم ْن َتَطَّهَر ِفى َبْيِتِه ُثَّم َم َش ى ِإَلى َبْيٍت ِم ْن ُبُيوِت ِهَّللا ِلَيْقِض َى َفِريَض ًة ِم ْن َفَر اِئِض ِهَّللا َك اَنْت‬
‫َخ ْطَو َتاُه ِإْح َد اُهَم ا َتُح ُّط َخ ِط يَئًة َو اُألْخ َر ى َتْر َفُع َد َرَج ًة‬
“Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian dia berjalan menuju salah satu rumah Allah untuk
menunaikan kewajiban yang Allah wajibkan, maka satu langkah kakinya akan menghapuskan
kesalahan dan langkah kaki lainnya akan meninggikan derajat.” (HR. Muslim, no. 666)

2. Menjauhkan diri dari bau tidak enak pada mulut dan


badan, seperti rokok (yang haram) dan bau mulut dari pete,
jengkol, bawang, atau semacamnya.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َم ْن َأَك َل ِم ْن َهِذِه الَّش َج َرِة – َيْع ِنى الُّثوَم – َفَال َيْقَرَبَّن َم ْس ِج َد َنا‬
“Barangsiapa yang makan tanaman ini–yaitu bawang–, maka janganlah dia mendekati masjid
kami.” (HR. Bukhari, no. 853 dan Muslim, no. 561).

3. Bagi pria, dianjurkan untuk memperbagus diri dan


dianjurkan memakai wangi-wangian.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat,

‫َيا َبِني آَد َم ُخ ُذ وا ِزيَنَتُك ْم ِع ْنَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد‬


“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS. Al-A’raf:
31).

Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud disebutkan bahwa ada seseorang yang mengatakan,
، ‫ إَّن َهَّللا َجِم يٌل ُيِح ُّب الَج ماَل‬: ‫ قاَل‬،‫إَّن الَّرُج َل ُيِح ُّب أْن َيكوَن َثْو ُبُه َحَس ًنا وَنْع ُلُه َحَس َنًة‬
“Ada seseorang yang suka memakai baju yang bagus dan sandal yang bagus.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Jamil (Indah) menyukai segala
yang indah.” (HR. Muslim, no. 91)

Sedangkan wanita dilarang memakai minyak wangi ketika ke masjid dan tidak boleh wanita
berhias diri berlebihan (dandan menor) ketika keluar rumah. Inilah yang terlarang dalam ayat,

‫َو اَل ُيْبِد يَن ِز يَنَتُهَّن ِإاَّل َم ا َظَهَر ِم ْنَها‬


“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya.” (QS. An-Nur: 31).

4. Membaca doa ketika keluar rumah


(1) BISMILLAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAH LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLA
BILLAH (artinya: dengan nama Allah, aku bertawakkal pada-Nya, tidak ada daya dan kekuatan
melainkan dengan pertolongan Allah); (2) ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA AN
ADHILLA AW UDHOLLA, AW AZILLA AW UZALLA, AW AZHLIMA AW UZHLAMA,
AW AJHALA AW YUJHALA ‘ALAYYA (artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
kesesatan diriku atau disesatkan orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan orang
lain, dari menzalimi diriku atau dizalimi orang lain, dari kebodohan diriku atau dijahilin orang
lain).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَذ ا َخ َرَج الَّرُجُل ِم ْن َبْيِتِه َفَقاَل ِبْس ِم ِهَّللا َتَو َّك ْلُت َع َلى ِهَّللا َال َح ْو َل َو َال ُقَّو َة ِإَّال ِباِهَّلل َقاَل « ُيَقاُل‬
‫ِح يَنِئٍذ ُهِد يَت َو ُك ِفيَت َو ُو ِقيَت َفَتَتَنَّحى َلُه الَّش َياِط يُن َفَيُقوُل َلُه َشْيَطاٌن آَخ ُر َك ْيَف َلَك ِبَر ُج ٍل َقْد‬
.» ‫ُهِدَى َو ُك ِفَى َو ُو ِقَى‬
“Jika seseorang keluar rumah, lalu dia mengucapkan “BISMILLAHI TAWAKKALTU
‘ALALLAH, LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH” (artinya: Dengan nama Allah,
aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka
dikatakan ketika itu: “Engkau akan diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga”. Setan pun akan
menyingkir darinya. Setan yang lain akan mengatakan: “Bagaimana mungkin engkau bisa
mengganggu seseorang yang telah mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan?!” (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,


‫ “الَّلُهَّم‬: ‫َم ا َخ َرَج الَّنِبُّي صلى هللا عليه وسلم ِم ْن َبْيِتي َقُّط ِإَّال َر َفَع َطْر َفُه ِإَلى الَّس َم اِء َفَقاَل‬
‫ َأْو َأْج َهَل َأْو ُيْج َهَل علَّي‬، ‫ َأْو َأْظِلَم َأْو ُأْظَلَم‬،‫ َأْو َأِزَّل َأْو ُأَز َّل‬،‫إِّني َأُع وذ ِبَك َأْن َأِض َّل َأْو ُأَض َّل‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar dari rumahku kecuali beliau menghadapkan
pandangannya ke langit, lalu beliau membaca dzikir: ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA AN
ADHILLA AW UDHILLA, AW AZILLA AW UZALLA, AW AZHLIMA AW UZHLAMA,
AW AJHALA AW YUJHALA ‘ALAYYA (artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
kesesatan diriku atau disesatkan orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan orang
lain, dari menzholimi diriku atau dizholimi orang lain, dari kebodohan diriku atau dijahilin orang
lain).” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih
sebagaimana dalam Misykatul Mashobih)

5. Tidak menyela-nyela jari ketika berangkat dari rumah


menuju masjid hingga shalat dilaksanakan.
Dari Ka’ab bin ‘Ujroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَذ ا َتَو َّض َأ َأَح ُد ُك ْم َفَأْح َس َن ُو ُضوَءُه ُثَّم َخ َرَج َع اِم ًدا ِإَلى اْلَم ْس ِج ِد َفَال ُيَش ِّبَكَّن َبْيَن َأَص اِبِعِه َفِإَّنُه‬
‫ِفى َص َالٍة‬
“Jika salah seorang di antara kalian berwudhu, lalu memperbagus wudhunya, kemudian keluar
menuju masjid dengan sengaja, maka janganlah ia menjalin jari-jemarinya karena ia sudah
berada dalam shalat.” (HR. Tirmidzi, no. 386; Ibnu Majah, no. 967; Abu Daud, no. 562. Al-
Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

6. Jalan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa walau sedang


telat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َفَم ا‬، ‫ َو َع َلْيُك ْم ِبالَّس ِكيَنِة َو اْلَو َقاِر َو َال ُتْس ِرُع وا‬، ‫ِإَذ ا َسِم ْع ُتُم اِإل َقاَم َة َفاْم ُش وا ِإَلى الَّص َالِة‬
‫َأْد َر ْك ُتْم َفَص ُّلوا َو َم ا َفاَتُك ْم َفَأِتُّم وا‬
“Jika kalian mendengar iqomah, maka berjalanlah menuju shalat. Namun tetaplah tenang dan
khusyuk menuju shalat, jangan tergesa-gesa. Apa saja yang kalian dapati dari imam, maka
ikutilah. Sedangkan yang luput dari kalian, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari, no. 636 dan
Muslim,a no. 602).
7. Ketika perjalanan menuju masjid, hendaklah membaca
doa berikut.
‫الَّلُهَّم اْج َع ْل ِفى َقْلِبى ُنوًرا َو اْج َع ْل ِفى ِلَس اِنى ُنوًرا َو اْج َع ْل ِفى َسْمِع ى ُنوًرا َو اْج َع ْل ِفى‬
‫َبَص ِرى ُنوًرا َو اْج َع ْل َخ ْلِفى ُنوًرا َو َأَم اِم ى ُنوًرا َو اْج َع ْل ِم ْن َفْو ِقى ُنوًرا َو ِم ْن َتْح ِتى ُنوًرا‬
‫الَّلُهَّم َو َأْع ِظ ْم ِلى ُنوًرا‬
“ALLAHUMMAJ’AL FII QOLBIY NUURON, WAJ’AL FII LISAANIY NUURON, WAJ’AL
FII SAM’IY NUURON, WAJ’AL FII BASHORIY NUURON, WAJ’AL KHOLFIY NUURON,
WA AMAMAAMIY NUURON, WAJ’AL MIN FAWQIY NUURON WA MIN TAHTII
NUURON. ALLAHUMMA A’ZHIM LII NUURON.” (artinya: Ya Allah, berikanlah cahaya di
hatiku, lisanku, pendengaranku, penglihatanku, di belakangku, di hadapanku, di atasku dan di
bawahku. Ya Allah berikanlah aku cahaya).” (HR. Abu Daud, no. 1353. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Baca juga: Adab-Adab Memuliakan Masjid

8. Masuk masjid dengan kaki kanan sambil membaca doa


berikut.
Doa masuk masjid

‫ِبْس ِم ِهَّللا َو الَّس َالُم َع َلى َر ُسوِل ِهَّللا الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلى ُذ ُنوِبى َو اْفَتْح ِلى َأْبَو اَب َر ْح َم ِتَك‬
“BISMILLAH WASSALAAMU ‘ALA ROSULILLAH. ALLOHUMMAGHFIR LII
DZUNUUBI WAFTAHLII ABWAABA ROHMATIK (artinya: Dengan menyebut nama Allah
dan salam atas Rasulullah. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah kepadaku pintu
rahmat-Mu).”(HR. Ibnu Majah, no. 771 dan Tirmidzi, no. 314. Syaikh Al-Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih).

9. Mengucapkan salam ketika masuk masjid dengan suara


yang didengar oleh orang sekitar.
‫ قاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم “َال َتْد ُخ ُلوا‬: ‫َو َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
‫ َأَو َال َأُد ُّلُك ْم َع َلى َش ٍئ ِإَذ ا َفَع ْلُتُم وُه َتحَاَبْبُتْم ؟ َأْفُش وا‬،‫الَج َّنَة َح َّتى ُتْؤ ِم ُنوا َو ال ُتْؤ ِم ُنوا َح تَّى تَح اُّبوا‬
. ‫الَّس َالم َبْيَنُك م” َر َو اُه ُم ْس ِلٌم‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak disebut
beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang
apabila kalian melakukannya, kalian pasti saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara
kalian.” (HR. Muslim, no. 54)

10. Mengerjakan shalat sunnah tahiyyatul masjid dua


rakaat.
Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ َفَال َيْج ِلْس َح َّتى ُيَص ِّلي َر ْك َع َتْيِن‬، ‫ِإَذ ا َد َخ َل أَح ُد ُك ُم الَم ْس ِج َد‬
“Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah ia langsung duduk sampai
mengerjakan shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari, no. 444 dan Muslim, no. 714)

11. Memilih shaf pertama untuk laki-laki dan memilih shaf


sebelah kanan jika mudah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ ُثَّم َلْم َيِج ُد وا إَّال أْن َيْسَتِهُم وا َع َلْيِه اَل ْسَتَهُم وا‬، ‫َلْو َيْع َلُم الَّناُس َم ا ِفي الِّنَد اِء َو الَّصِّف اَألَّو ِل‬
“Seandainya orang-orang mengetahui pahala azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak
mendapatkannya melainkan dengan cara mengadakan undian, pasti mereka melakukannya.”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 615 dan Muslim, no. 437)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫إَّن َهللا َو َم َالِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى َم َياِم ِن الُّص ُفوِف‬


“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat atas shaf-shaf sebelah kanan.” (HR.
Abu Daud, no. 676 dan Ibnu Majah, no. 1005. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits
ini hasan. Sedangkan menurut Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly bahwa matan hadits ini syadz,
hadits ini dihukumi dha’if sebagaimana disebutkan dalam Bahjah An-Nazhirin, 2:261).

12. Setelah shalat tahiyatul masjid, duduk menghadap kiblat


dan mengisi waktu dengan: (a) membaca Al-Qur’an Al-
Karim, (b) membaca dzikir, atau (c) memperbanyak doa
karena doa antara azan dan iqamah adalah di antara doa
yang mustajab.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ِإَّن الُّد َع اَء َال ُيَر ُّد َبْيَن اَألَذ اِن َو اِإل َقاَم ِة َفاْدُع وا‬
“Sesungguhnya doa yang tidak tertolak adalah doa antara adzan dan iqamah, maka berdoalah
(kala itu).” (HR. Ahmad, 3:155. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini
sahih).

Kita lihat contoh dari ulama besar Saudi Arabia (pernah menjabat sebagai ketua Komisi Fatwa di
Kerajaan Saudi Arabia), Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah yang benar-
benar menjaga amalan yang satu ini. Diceritakan oleh murid beliau, Sa’ad Ad-Daud bahwasanya
Syaikh rahimahullah setelah melakukan shalat sunnah dua raka’at (antara adzan dan iqamah),
Syaikh Sa’ad ingin mengajukan suatu pertanyaan pada beliau rahimahullah. Syaikh Ibnu Baz
rahimahullah lantas menjawab, “Wahai Sa’ad, ingatlah bahwa doa antara adzan dan iqamah
adalah doa yang tidak tertolak.” Lihatlah beliau rahimahullah lebih ingin memanfaatkan waktu
tersebut daripada melakukan hal lainnya karena menjawab pertanyaan dari Sa’ad bisa saja
ditunda selesai shalat. Lihat pula bagaimana semangat beliau rahimahullah dalam mengamalkan
hadits di atas. Lihat Al-Imam Ibnu Baz, Dr. ‘Abdul ‘Aziz As Sadhaan, hlm. 44.

Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qahthani hafizhahullah mengatakan, “Namun dituntunkan jika bisa
menggabungkan antara berdoa dan membaca Al-Qur’an kala itu. Alhamdulillah jika keduanya
bisa dilakukan sekaligus.” Lihat Syarh Ad-Du’a min Al-Kitab wa As-Sunnah.

13. Menunggu shalat dan tidak mengganggu orang lain.


Orang yang menunggu shalat akan senantiasa mendapat doa para malaikat dan dianggap telah
berada dalam shalat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َال َيْم َنُعُه َأْن َيْنَقِلَب ِإَلى َأْهِلِه ِإَّال الَّص َالُة‬، ‫َال َيَز اُل َأَح ُد ُك ْم ِفى َص َالٍة َم ا َد اَم ِت الَّص َالُة َتْح ِبُسُه‬
“Salah seorang di antara kalian dianggap terus menerus di dalam shalat selama ia menunggu
shalat di mana shalat tersebut menahannya untuk pulang. Tidak ada yang menahannya untuk
pulang ke keluarganya kecuali shalat.” (HR. Bukhari, no. 659 dan Muslim, no. 649)

14. Tidak ada lagi shalat ketika iqamah berkumandang.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَذ ا ُأِقيَم ِت الَّص اَل ُة َفاَل َص اَل َة ِإاَّل اْلَم ْك ُتوَبُة‬


“Jika sudah dikumandangkan iqamah, maka tidak ada shalat kecuali shalat wajib.” (HR.
Muslim, no. 710)

Tidak boleh memulai shalat sunnah saat iqamah dikumandangkan. Namun jika seseorang sudah
memulai shalat sunnah sebelum iqomah lantas ketika iqomah, ia berada di raka’at kedua, maka
shalat sunnah tersebut tidak diputus. Akan tetapi, hendaklah ia menyempurnakannya hingga
salam. Apa yang disebutkan ini menerapkan kaedah para ulama di antaranya diungkapkan oleh
Ibnu Nujaim dalam Al-Asybah wa An-Nazhair,

‫الَبَقاُء َأْس َهُل ِم َن اِإل ْبِتَد اِء‬


“Tetap (melanjutkan) itu lebih mudah daripada memulai.”

15. Kalau sudah dapat azan di masjid, tidaklah keluar dari


masjid kecuali ada hajat.
Dalam hadits disebutkan,

‫ َفُهَو ُم َناِفٌق‬-‫َلْم َيْخ ُرْج ِلَح اَجٍة َو ُهَو اَل ُيِريُد الَّرْج َع َة‬- ‫َم ْن َأْد َر َك ُه اَأْلَذ اُن ِفي اْلَم ْس ِج ِد ُثَّم َخ َرَج‬
“Barangsiapa yang mendapati azan di masjid, lalu keluar (dan keluarnya bukan karena suatu
kebutuhan, dan ia tidak berniat untuk kembali ke masjid) maka ia munafik.” (HR. Ibnu Majah
no. 606. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
16. Ketika keluar masjid, keluar dengan kaki kiri lalu
membaca doa ketika keluar masjid.
Doa keluar masjid

‫ِبْس ِم ِهَّللا َو الَّس َالُم َع َلى َر ُسوِل ِهَّللا الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلى ُذ ُنوِبى َو اْفَتْح ِلى َأْبَو اَب َفْض ِلَك‬
“BISMILLAH WASSALAAMU ‘ALA ROSULILLAH. ALLOHUMMAGHFIR LII
DZUNUUBI WAFTAHLII ABWABAA FADHLIK(artinya: Dengan menyebut nama Allah dan
salam atas Rasulullah. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah padaku pintu karunia-
Mu).”(HR. Ibnu Majah, no. 771 dan Tirmidzi, no. 314. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)

Anda mungkin juga menyukai