Anda di halaman 1dari 28

TERKABULNYA DO’A

Ahad, 11 Juli 2021


Mengapa Harus Berdo’a?
Perintah Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
Allah َ‫ﺳﯾَْدُﺧﻠ ُوَن َﺟﮫ‬ َ ‫ب ﻟَﻛُْم ِإﱠن اﻟﱠِذﯾَن ﯾَْﺳﺗَْﻛِﺑُروَن‬
َ ‫ﻋْن ِﻋﺑَﺎدَِﺗﻲ‬ ْ ‫َوﻗَﺎَل َرﺑﱡﻛُُم اْدﻋُوِﻧﻲ أ َْﺳﺗَِﺟ‬
‫ﻧﱠَم دَاِﺧِرﯾَن‬
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari berdoa
kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina dina.’.” (QS. Ghafir: 60)
Sebab Perhatian Allâh Azza wa Jalla berfirman:
dan Pemuliaan ‫ف ﯾَﻛُوُن ِﻟَزاًﻣﺎ‬
َ ‫ﺳْو‬ َ ُ ‫ﻗ ُْل َﻣﺎ ﯾَْﻌﺑَﺄ ُ ِﺑﻛُْم َر ِﺑّﻲ ﻟَْوَﻻ د‬
َ َ‫ﻋﺎُؤﻛُْم ۖ◌ ﻓَﻘَْد َﻛذ ﱠْﺑﺗ ُْم ﻓ‬
Allah ‘Katakanlah, “Rabbku tidak mengindahkan kamu,
kalau kamu tidak berdo’a (dan beribadah
kepada-Nya). (Tetapi bagaimana kamu beribadah
kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah
mendustakan-Nya, karena itu kelak (adzab) pasti
(menimpamu).”’ [Al-Furqân/25:77]
Ibadah yang Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya,
Utama “Seutama-utama ibadah adalah berdo’a.”
(HR. Al-Hakim, 1/667. Hadits ini dinyatakan shahih oleh
al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi dan dinyatakan hasan
oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Silsilatul Ahâ-dîtsidh Dha’îfati
wal Maudhû’ah, no. 1579)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasûlullâh


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya,
“Tidak ada sesuatupun yang lebih mulia bagi Allâh Azza wa
Jalla daripada do’a.”
(HR. At-Tirmidzi, 5/455; Ahmad, 2/362; Ibnu Hibban, 3/151 dan
al-Hakim, 1/666. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam Ibnu
Hibban dan al-Hakim, serta dinyatakan hasan oleh Imam
at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.)
Menghindari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Kemurkaan ‫ﻋﻠَْﯾِﮫ‬
َ ‫ب‬ َ ‫ِإﻧﱠﮫ ُ َﻣْن ﻟَْم ﯾَْﺳﺄ َِل‬
َ ‫ﷲ ﯾَْﻐ‬
ْ ‫ﺿ‬
Allah “Sesungguhnya barangsiapa enggan untuk memohon
kepada Allâh maka Dia akan murka kepadanya.”
(HR. At-Tirmidzi, no. 3373 dan al-Hakim, 1/667.
Hadits ini dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani.)
Firman Allah
Allah
‫ﻋﺎِن ﻓَْﻠﯾَْﺳﺗَِﺟﯾﺑ ُواْ ِل‬ ُ ‫ب أ ُِﺟﯾ‬
َ َ‫ب دَْﻋَوة َ اﻟد ﱠاعِ ِإذَا د‬ َ ‫ﺳﺄ َﻟََك ِﻋﺑَﺎِدي‬
ٌ ‫ﻋ ِﻧّﻲ ﻓَﺈِ ِﻧّﻲ ﻗَِرﯾ‬ َ ‫َوِإذَا‬
Menjanjikan ُ ‫ي َوْﻟﯾ ُْؤِﻣﻧ ُواْ ِﺑﻲ ﻟَﻌَﻠﱠُﮭْم ﯾَْر‬
‫ﺷد ُوَن‬
Pengabulan Do’a “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.“ (QS. Al-Baqarah: 186)
Bagaimana Caranya
agar Do’a Dikabulkan?
Waktu Mustajab (1/6)
1. Sepertiga Malam Terakhir
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
‫ب ﻟَﮫ ُ َﻣْن َﯾْﺳﺄ َْﻟِﻧْﻲ ﻓَﺄ ُْﻋِطَﯾﮫ ُ َﻣْن َﯾْﺳﺗَْﻐِﻔُر ِﻧْﻲ‬
َ ‫ث اﻟﻠﱠْﯾِل اْﻵِﺧِر ﻓََﯾﻘ ُْوُل َﻣْن َﯾْدﻋُْوِﻧْﻲ ﻓَﺄ َْﺳﺗَِﺟ‬
ُ ُ ‫ﺳَﻣﺎِء اﻟد ﱡْﻧَﯾﺎ ِﺣْﯾَن َﯾْﺑﻘَﻰ ﺛ ُﻠ‬
َ ‫َﯾﺗََﻧﱠزُل َرﺑﱠَﻧﺎ ﺗََﺑﺎَرَك َوﺗََﻌﺎﻟَﻰ ﻛُﱡل ﻟَْﯾﻠٍَﺔ إﻟَﻰ‬
ُ ‫ﻓَﺄ َْﻏِﻔَرﻟَﮫ‬
“Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia
hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman: “Barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan
kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang
meminta ampun, pasti Aku akan mengampuninya”.’ [Shahih Al-Bukhari, kitab Da’awaat bab Doa
Nisfullail 7/149-150]

2. Selesai Adzan
‘Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhu dalam sebuah hadis,
َ ‫ﺳْل ﺗ ُْﻌ‬
‫طْﮫ‬ َ ‫ » ﻗ ُْل َﻛَﻣﺎ َﯾﻘ ُوﻟ ُوَن ﻓَﺈ ِذَا اْﻧﺗََﮭْﯾ‬-‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم‬- Ñ
َ َ‫ت ﻓ‬ ُ ‫ ِإﱠن اْﻟُﻣَؤِذ ِّﻧﯾَن َﯾْﻔ‬Ñ
ِ ‫ ﻓَﻘَﺎَل َرﺳُوُل ا ﱠ‬.‫ﺿﻠ ُوَﻧَﻧﺎ‬ ِ ‫أ َﱠن َرُﺟﻼً ﻗَﺎَل َﯾﺎ َرﺳُوَل ا ﱠ‬
“Ada seseorang yang berkata, ‘Wahai Rasulullah, sungguh para muadzin telah mengungguli kami
dalam kebaikan.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam menjawab, ‘Ucapkanlah seperti yang
mereka kumandangkan. Jika telah selesai, maka berdoalah, niscaya akan dikabulkan.’” (HR. Abu
Dawud, hasan)
Waktu Mustajab (2/6)
3. Antara Adzan dan Iqamah
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‫اﻟد ﱡَﻋﺎُء َﻻ ﯾَُرد ﱡ َﺑْﯾَن اﻷ َذَاِن َواِﻹﻗَﺎَﻣِﺔ‬
“Doa antara azan dan iqamah tidak akan tertolak.“ (HR. Tirmidzi, sahih)

4. Saat Sholat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya berdo’a di dalam shalat lebih dekat dengan pengabulan (dari Allâh Azza wa Jalla) d
aripada (berdo’a) di waktu lain.” (Kitab ar-Raddu ‘alal Bakri, 2/520)

5. Setelah Ashar Hari Jum’at


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ ‫ﺳﺎَﻋٍﺔ َﺑْﻌدَ اْﻟَﻌ‬
‫ﺻِر‬ َ ‫ﺷْﯾﺋ ًﺎ ِإﻻﱠ آﺗَﺎه ُ ِإﯾﱠﺎه ُ ﻓَﺎْﻟﺗَِﻣﺳُوَھﺎ آِﺧَر‬ َ َ ‫َﯾْوُم اْﻟُﺟُﻣَﻌِﺔ اﺛَْﻧﺗَﺎ َﻋْﺷَرة‬
َ ‫ﺳﺎَﻋﺔً ﻻَ ﯾُوَﺟد ُ ِﻓﯾَﮭﺎ َﻋْﺑد ٌ ُﻣْﺳِﻠٌم َﯾْﺳﺄ َُل‬
َ ‫ﷲ‬
“Siang hari jumat ada dua belas jam. Tidaklah seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah,
kecuali Allah pasti akan kabulkan. Maka mintalah di waktu setelah salat ashar. “ (HR. Abu Dawud,
sahih)
Waktu Mustajab (3/6)
6. Setelah Sholat Fardhu
Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang doa
yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, beliau menjawab.
ِ ‫ت اْﻟَﻣﻛﺗ ُْوَﺑﺎ‬
‫ت‬ ‫ف اﻟﻠﱠْﯾِل اْﻵِﺧِر َود ُﺑَُر اﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺻﻠََوا‬ َ ‫َﺟْو‬
“Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu”. [Sunan At-Tirmidzi, bab
Jamiud Da’awaat 13/30. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/167-168 No.
2782].

7. Saat Kehujanan
Dari Sahl bin a’ad radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda.
َ ‫ت اْﻟَﻣ‬
‫طِر‬ َ ‫ِﺛْﻧﺗَﺎِن َﻣﺎﺗ َُرد ﱠاِن اﻟد ﱡَﻋﺎُء ِﻋْﻧدَ اﻟ ِﻧّدَاِء َو ﺗَْﺣ‬
“Dua doa yang tidak pernah ditolak: doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan”.
[Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Shahihul Jami’ No. 3078].
Waktu Mustajab (4/6)
8. Saat Sahur
Allah Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:
‫َوِﺑﺎْﻷ َْﺳَﺣﺎِر ھُْم َﯾْﺳﺗَْﻐِﻔُرون‬
“Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan.”
(QS. Adz Dzariyat: 18)

9. Saat Berbuka Puasa


Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
ْ ‫ﺻﺎِﺋِم ِﻋْﻧدَ ِﻓ‬
ُ ‫طِرِه دَْﻋَوة ٌ ﻻَ ﺗ َُرد‬ ‫أ َﱠن ِﻟﻠ ﱠ‬
“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pafa saat berbuka ada doa yang tidak ditolak”. [Sunan
Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da’watuhu 1/321 No. 1775. Hakim dalam kitab Mustadrak
1/422. Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 2/17].
Waktu Mustajab (5/6)
10. Malam Lailatul Qadar
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
‫ﺷْﮭٍر‬َ ‫ف‬ ِ ‫{ ﻟَْﯾﻠَﺔ ُ اْﻟﻘَْدِر َﺧْﯾٌر ِ ّﻣْن أ َْﻟ‬2} ‫{ َوَﻣﺎ أ َْدَراَك َﻣﺎ ﻟَْﯾﻠَﺔ ُ اْﻟﻘَْدِر‬1} ‫ﻧﱠﺎ أ َﻧَزْﻟَﻧﺎه ُ ِﻓﻲ ﻟَْﯾﻠَِﺔ اْﻟﻘَْدِر‬
ْ ‫ﻲ َﺣﺗ ﱠﻰ َﻣ‬
‫طﻠَِﻊ اْﻟﻔَْﺟِر‬ َ ‫ﺳَﻼٌم ِھ‬ َ {4} ‫ح ِﻓﯾَﮭﺎ ِﺑﺈ ِْذِن َرِﺑِّﮭم ِ ّﻣن ﻛُ ِّل أ َْﻣٍر‬ ُ ‫{ ﺗََﻧﱠزُل اْﻟَﻣَﻼِﺋَﻛﺔ ُ َواﻟﱡرو‬3}
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh
kesejahteraan sampai terbit fajar”. [Al-Qadr : 3-5]

11. Hari Arafah


Dari ‘Amr bin Syu’aib Radhiyallahu ‘anhu dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
َ‫َﺧْﯾُراﻟد ﱡَﻋﺎِء َﯾْوُم َﻋَرﻓَﺔ‬
“Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah”. [Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da’waat 13/83.
Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta’liq alal Misykat 2/797 No. 2598]
Waktu Mustajab (6/6)
12. Saat Minum Air Zam-Zam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ﻣﺎء زﻣزم ﻟﻣﺎ ﺷرب ﻟﮫ‬
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Ibni Majah, 2502)

13. Saat Perang Berkecamuk


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ﺛﻧﺗﺎن ﻻ ﺗردان أو ﻗﻠﻣﺎ ﺗردان اﻟدﻋﺎء ﻋﻧد اﻟﻧداء وﻋﻧد اﻟﺑﺄس ﺣﯾن ﯾﻠﺣم ﺑﻌﺿﮭم ﺑﻌﺿﺎ‬
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan
berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud,
2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
Memperbanyak Do’a saat Lapang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ب ﻓَْﻠﯾ ُْﻛِﺛِر اﻟد ﱡ‬
‫ﻋﺎَء ﻓِﻲ اﻟﱠرَﺧﺎِء‬ ِ ‫ﺷدَاِﺋِد َواﻟَﻛْر‬ َ ‫ﺳﱠره ُ أ َْن ﯾَْﺳﺗَِﺟﯾ‬
‫ب اﱠ=ُ ﻟَﮫ ُ ِﻋْﻧدَ اﻟ ﱠ‬ َ ‫َﻣْن‬
“Barangsiapa yang suka Allah mengabulkan doanya ketika susah dan menderita,
maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika lapang.” (HR. Tirmidzi, Shahihul
Jami’ no. 6290)

Syaikh Ali Al-Qari menjelaskan bahwa hadis ini menujukkan “ciri khas” seorang
mukmin, beliau berkata,
‫ﺿِﻄَﺮاِر‬ ّ ِ ‫= ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻗَْﺒَﻞ َﻣ‬
ْ ‫ﺲ اِﻻ‬ َ ‫ َوﯾَْﻠﺘَِﺠ‬،ِ ‫ﺴْﮭِﻢ ﻗَْﺒَﻞ اﻟﱠﺮْﻣﻲ‬
ِ ‫ﺊ ِإﻟَﻰ ا ﱠ‬ َ ‫ﺸﺎِﻛِﺮ اْﻟَﺤﺎِزِم أ َْن ﯾَِﺮﯾ‬
‫ﺶ ِﻟﻠ ﱠ‬ ‫ِﻣْﻦ ِﺷﯿَﻤِﺔ اْﻟُﻤْﺆِﻣِﻦ اﻟ ﱠ‬
“Di antara ciri khas serorang mukimin yaitu sering bersyukur dan ‘memperhatikan
panah sebelum melepaskannya’, kembali kepada (mengingat) Allah sebelum
padanya tertimpa kesulitan.” (Mirqatul Mafatih 4/1531)
Keadaan Suci
Dari Al Muhajir bin Qunfudz Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau pernah
mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di saat beliau
sedang berwudlu. Beliau tidak menjawab salam saat itu. Setelah menyelesaikan
wudlu, barulah beliau menjawab ucapan salam tadi. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫إﻧﮫ ﻟم ﯾﻣﻧﻌﻧﻲ أن أرد ﻋﻠﯾك إﻻ أﻧﻲ ﻛرھت أن أذﻛر ﷲ إﻻ ﻋﻠﻰ طﮭﺎرة‬
“Sesungguhnya tidaklah menghalangiku untuk menjawab ucapan salam darimu,
melainkan karena aku tidak suka menyebut nama Allah kecuali dalam keadaan
Suci.” (HR. Abu Dawud, sahih).
Mengangkat Tangan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ِ ‫ﻋْﺑِدِه ِإذَا َرﻓََﻊ ﯾَدَْﯾِﮫ ِإﻟَْﯾِﮫ أ َْن ﯾَُرد ﱠھَُﻣﺎ‬
‫ﺻْﻔًرا‬ ‫ِإﱠن َرﺑﱠﻛُْم ﺗَﺑَﺎَرَك َوﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َﺣِﯾ ﱞ‬
َ ‫ﻰ َﻛِرﯾٌم ﯾَْﺳﺗَْﺣِﯾﻰ ِﻣْن‬
“Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Ta’ala adalah Maha Pemalu lagi Maha Mulia.
Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua
tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dalam keadaan hampa.”
(HR. Abu Dawud, shahih)

‘Umar bin Khattab berkata,


‫ط ِردَاُؤه ُ ﻋن َﻣْﻧِﻛﺑَْﯾِﮫ‬ َ ‫ ﺣﺗ ﱠﻰ‬،‫ا ﯾَدَْﯾِﮫ ُﻣْﺳﺗَْﻘِﺑَل اﻟِﻘْﺑﻠَِﺔ‬h ‫ َﻣﺎد‬،‫ف ﺑَرِﺑِّﮫ‬
َ َ‫ﺳﻘ‬ ُ ‫ﻓَﻣﺎ َزاَل ﯾَْﮭِﺗ‬
“Beliau terus memohon kepada Allah disertai mengangkat kedua tangannya
menghadap kiblat, sampai-sampai sorban beliau terjatuh dari pundaknya. “
(HR. Muslim)
Hadirnya Hati
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ﻏﺎﻓٍِل ﻻٍَه‬ ٍ ‫ﻋﺎًء ِﻣْن ﻗَْﻠ‬
َ ‫ب‬ َ ‫ َواْﻋﻠَُﻣوا أ َﱠن ا ﱠ‬،‫ َوأ َْﻧﺗ ُْم ُﻣوﻗِﻧ ُوَن ِﺑﺎِﻹَﺟﺎﺑَِﺔ‬1
ُ ‫ ﻻَ ﯾَْﺳﺗَِﺟﯾ‬1
َ ُ‫ب د‬ َ ‫اْدﻋُوا ا ﱠ‬
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan.
Ketahuilah bahwa sungguh Allah biasanya tidak mengabulkan doa yang keluar
dari hati yang tidak konsentrasi dan lalai.” (HR. Tirmidzi, hasan)

‘Umar bin ‘Abdil Aziz Rahimahullah melihat seseorang yang berdoa sambil
memainkan kerikil di tangannya, maka beliau berkata kepadanya,
‫ﻋﺎَء؟‬ ِ ‫ت ِإﻟَﻰ‬
َ ‫ﷲ اﻟد ﱡ‬ َ ‫ﺻ‬ َ ‫ت اْﻟَﺣ‬
ْ َ‫ َوأ َْﺧﻠ‬،َ ‫ﺻﺎة‬ َ ‫أ ََﻻ أ َْﻟﻘَْﯾ‬
“Tidak bisakah Engkau membuang kerikil itu dan Engkau fokus untuk ikhlas
berdoa kepada Allah?” (Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa’).
Hati Khusyuk
Firman Allah
‫ب اْﻟُﻣْﻌﺗَِدﯾَن‬
‫ﺿﱡرﻋﺎ ً َوُﺧْﻔﯾَﺔً ِإﻧﱠﮫ ُ ﻻَ ﯾ ُِﺣ ﱡ‬
َ َ‫ا ٌْدﻋُواْ َرﺑﱠﻛُْم ﺗ‬
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS.
Al-A’raf: 55).

Imam At Thabari Rahimahullah menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa yang


dimaksud ((ً ‫ﺿﱡرﻋﺎ‬
َ َ‫ )ﺗ‬adalah menghinakan diri dan merendahkan diri dengan
menaati-Nya. Sedangkan ( ً‫ )ُﺧْﻔﯾَﺔ‬maksudnya adalah dengan khusyuknya hati
mereka.
Merendahkan Suara
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‫ َوھٌَو َﻣﻌَﻛُْم‬،‫ﺳِﻣﯾﻌًﺎ ﻗَِرﯾﺑًﺎ‬
َ ‫ إﻧﱠﻛُْم ﺗَْدﻋُوَن‬،‫ﻏﺎِﺋﺑًﺎ‬ َ َ ‫س ﺗَْدﻋُوَن أ‬
َ ‫ﺻﱠم َوَﻻ‬ َ ‫ إﻧﱠﻛُْم ﻟﯾ‬،‫س اْرﺑَﻌ ُوا ﻋﻠَﻰ أ َْﻧﻔ ُِﺳﻛُْم‬
ُ ‫أ َﯾﱡَﮭﺎ اﻟﻧﱠﺎ‬
“Wahai sekalian manusia! Rendahkanlah suara kalian, karena sesungguhnya
kalian tidak berdoa kepada Zat yang tuli dan tidak ada! Sesungguhnya kalian
berdoa kepada Zat yang Maha Mendengar, serta dekat dengan kalian, dan Dia
bersama kalian.” (HR. Bukhari).

Al Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah berkata, “Ini menunjukkan dibencinya


meninggikan suara ketika berzikir dan berdoa. Demikianlah perkataan
mayoritas perkataan ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabi’in.”
Memulai dengan Memuji Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
َ ‫ﻲ ِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم ﺛ ُﱠم ﯾَْدﻋُو ِﺑَﻣﺎ‬
.‫ﺷﺎَء‬ َ ‫ﺻ ِﻠّﻲ‬
ّ ‫ﻋﻠَﻰ اﻟﻧﱠِﺑ‬ َ ُ ‫ ﺛ ُﱠم ﯾ‬،‫ﻋﻠَْﯾِﮫ‬ ِ ‫ ﻓَْﻠﯾَْﺑدَأْ ِﺑﺗَْﺣِﻣْﯾِد‬،‫ﺻﻠﱠﻰ أ ََﺣد ُﻛُْم‬
َ ‫ﷲ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َواﻟﺛ ﱠﻧَﺎِء‬ َ ‫ِإذَا‬
”Apabila salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaknya dia memulai
dengan tahmid dan pujian kepada Allah, kemudian bersholawat kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berdoa dengan apa yang dikehendakinya.”
(HR. Abu Dawud, shahih)
Taubat dan Istighfar
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
،‫ﺳﮫ ُ َﺣَراٌم‬ ْ ‫ َوَﻣ‬،‫ب‬
ُ َ‫ َوَﻣْﻠﺑ‬،‫ َوَﻣْﺷَرﺑ ُﮫ ُ َﺣَراٌم‬،‫طﻌَُﻣﮫ ُ َﺣَراٌم‬ ِ ّ ‫ ﯾَﺎ َر‬،‫ب‬ ‫ ﯾَُﻣد ﱡ ﯾَدَْﯾِﮫ ِإﻟَﻰ اﻟ ﱠ‬،‫ث أ َْﻏﺑََر‬
ِ ّ ‫ ﯾَﺎ َر‬،‫ﺳَﻣﺎِء‬ َ َ‫ﺳﻔََر أ َْﺷﻌ‬
‫اﻟﱠرُﺟَل ﯾ ُِطﯾُل اﻟ ﱠ‬
ُ ‫ ﻓَﺄ َﻧﱠﻰ ﯾ ُْﺳﺗََﺟﺎ‬،‫ي ِﺑﺎْﻟَﺣَراِم‬
‫ب ِﻟذَِﻟَك؟‬ َ ‫َوﻏُِذ‬
“Ada seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan panjang, sehingga
rambutnya kusut dan berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit dan
berkata: ‘Wahai Rabb-ku.. Wahai Rabb-ku..’ Namun makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan dari yang haram.
Bagaimana mungkin doanya dikabulkan? ” (HR. Muslim)
Apakah Do’a Bisa
Terkabul Jika Berbeda
dengan Takdir?
‘Umar radhiyallahu ‘anhu kepada orang-orang terkait
turunnya tha’un (wabah menular) di Syam yang
merupakan wilayah kaum Muslimin. ‘Umar
memerintahkan agar manusia masuk ke rumahnya
masing-masing dan melarang orang-orang masuk ke
Syam (karena sedang terjadi tha’un). Sebagian orang
berkata, “Bukankah ini bentuk lari dari takdir Allah?”
‘Umar radhiyallahu ‘anhu pun berkata,
‫ﻧﻔر ﻣن ﻗدر ﷲ إﻟﻰ ﻗدر ﷲ‬
“Kita lari dari takdir Allah menuju takdir Allah (yang
lain).”
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda,
‫ وإن اﻟد‬،‫ وإن اﻟﻘﺿﺎء ﻻ ﯾرده إﻻ اﻟدﻋﺎء‬،‫إن اﻟﻌﺑد ﻟﯾﺣرم اﻟرزق ﺑﺎﻟذﻧب ﯾﺻﯾﺑﮫ‬
‫ وإن اﻟﺑر ﯾزﯾد ﻓﻲ اﻟﻌﻣر‬،‫ﻋﺎء ﻣﻊ اﻟﻘﺿﺎء ﯾﻌﺗﻠﺟﺎن إﻟﻰ ﯾوم اﻟﻘﯾﺎﻣﺔ‬
“Sesungguhnya seorang hamba terhalangi dari
rizkinya karena dosa yang dilakukannya.
Sesungguhnya takdir itu tidaklah berubah kecuali
dengan doa. Sesungguhnya doa dan takdir saling
berusaha untuk mendahului, hingga hari kiamat. Dan
sesungguhnya perbuatan baik (kepada orang tua) itu
memperpanjang umur.” (HR. Ahmad no. 22438, Ibnu
Majah no. 22438, dihasankan oleh Syu’aib
Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Musnad)
Apakah Setiap Do’a
Pasti Terkabul?
“Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
‫س ِﻓﯾَﮭﺎ ِإﺛٌْم‬
َ ‫ َﻗﺎَل » ﻣﺎ ِﻣْن ُﻣْﺳِﻠٍم َﯾْدﻋُو ِﺑدَْﻋَوةٍ َﻟْﯾ‬-‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم‬- ‫ﻰ‬ ‫ﺳِﻌﯾٍد أَﱠن اﻟﻧﱠِﺑ ﱠ‬
َ ‫َﻋْن أَِﺑﻰ‬
ُ ‫ث ِإﱠﻣﺎ أَْن ﺗ َُﻌﱠﺟَل َﻟﮫ ُ دَْﻋَوﺗ ُﮫ ُ َوِإﱠﻣﺎ أَْن َﯾد ﱠِﺧَرَھﺎ َﻟﮫ‬ َ ‫َوﻻَ َﻗِطﯾَﻌﺔ ُ َرِﺣٍم ِإﻻ ﱠ أَْﻋ‬
ٍ َ‫ُ ِﺑَﮭﺎ ِإْﺣدَى ﺛَﻼ‬b‫طﺎه ُ اﱠ‬
«‫ُ أَْﻛﺛَُر‬b‫ َﻗﺎَل »اﱠ‬.‫ َﻗﺎﻟُوا ِإذا ً ﻧ ُْﻛِﺛُر‬.« ‫ﺳوِء ِﻣﺛَْﻠَﮭﺎ‬ ‫ف َﻋْﻧﮫ ُ ِﻣَن اﻟ ﱡ‬
َ ‫ﺻِر‬ْ ‫ِﻓﻰ اﻵِﺧَرِة َوِإﱠﻣﺎ أَُنْ◌ َﯾ‬
“Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah doa Dikabulk
an saat
yang tidak ada dosa di dalamnya dan memutuskan hidup
masih
silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu
Disimpa
dari tiga perkara: (1) baik dengan disegerakan baginya Kebaika
n sebag
ai
n untuk A
(pengabulan doanya) di dunia atau, (2) dengan disimpan khirat
baginya (pengabulan doanya) di akhirat atau, (3) dengan
Dijauhka
dijauhkan dari keburukan semisalnya.” n dari
Keburuk
Para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kalau begitu an

kami akan memperbanyak doa?”


Beliau menjawab, “Allah lebih banyak (pengabulan doanya).”
(HR. Ahmad, Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 1633)
‫ﻻ ﺗﺳﺗﺑطﺊ اﻹﺟﺎﺑﺔ وﻗد ﺳددت طرﯾﻘﮭﺎ ﺑﺎﻟذﻧوب‬
“Janganlah engkau menganggap Allah terlambat
mengabulkan doamu, karena sungguh engkau
telah menutupi jalan terkabulnya doa dengan
dosa-dosamu.”

Anda mungkin juga menyukai