Anda di halaman 1dari 7

Inilah Waktu-Waktu Terkabulnya Do’a

By. Bahron Ansori

Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini kami akan coba membahas terkait waktu
mustajab dalam berdoa. Semoga pembahasan waktu mustajab dalam berdoa ini bisa
bermanfaat untuk kita semua.

Sungguh berbeda Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Lihatlah manusia, ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia
merasa kesal dan berat hati. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai hamba yang meminta
kepada-Nya. Sebagaimana perkataan seorang penyair:
‫هللا يغضب إن تركت سؤاله وبني آدم حين يسأل يغضب‬
“Allah murka pada orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika
diminta ia marah.”

Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah
memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa.
Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
‫يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك وال أبالي‬
“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni
dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan
shahih’)

Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan
akan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang
buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya dikertas, entah berapa
lembar akan terpakai.

Maka kita tidak perlu heran jika Allah Ta’ala melaknat orang yang enggan berdoa kepada-
Nya. Orang yang demikian oleh Allah ‘Azza Wa Jalla disebut sebagai hamba yang
sombong dan diancam dengan neraka Jahannam.

Allah Ta’ala berfirman:


‫ن‬
َ ‫خ ِري‬
ِ ‫م َدا‬
َ ‫ج َه َّن‬
َ َ‫خلُون‬
ُ ‫سيَ ْد‬
َ ‫عبَا َدتِي‬ ْ ‫س َت ْك ِب ُرونَ َع‬
ِ ‫ن‬ ْ َ‫ين ي‬ ْ ‫ب ل َك‬
َ ‫ُم إِنَّ ال َّ ِذ‬ ْ َ‫ا ْد ُعونِي أ‬
ْ ِ‫س َتج‬
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang
menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)

Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya, karena
hamba-Nya diperintahkan berdoa secara langsung kepada Allah tanpa melalui perantara
dan dijamin akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah Ya Rabb…

Di antara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah
dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika
waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut adalah:
1|P age
1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir. Waktu mustajab untuk berdoa yang
pertama adalah ketika sahur atau sepertiga malam terakhir.

Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir.
Allah Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:
‫س َت ْغ ِف ُرون‬
ْ َ‫م ي‬
ْ ‫ه‬
ُ ِ‫حار‬ ْ َ‫اْل‬
َ ‫س‬ ْ ِ‫َوب‬
“Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz
Dzariyat: 18)

Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu
Rabb kita Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa
hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
: ‫ يقول‬،‫ حين يبقى ثلث الليل اآلخر‬، ‫ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا‬
‫ من يستغفرني فأغفر له‬، ‫ من يسألني فأعطيه‬، ‫من يدعوني فأستجيب له‬
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya.
Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang
meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan
Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)

Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita
membayangkan Allah Ta’ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke
tempat lain. Karena tentu berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun
ke langit dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam diberi julukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang diotentikasi
kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana
caranya.

Dari hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang dianjurkan
untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam
akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu makan sahur. Oleh
karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.

2. Ketika berbuka puasa. Waktu berbuka puasa pun merupakan waktu yang penuh
keberkahan dan merupakan salah satu waktu mustajab untuk berdoa, karena diwaktu ini
manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan
dan minum setelah seharian menahannya, sebagaimana hadits:
‫ فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه‬: ‫للصائم فرحتان‬
“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan
kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)

Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah
berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
‫ثالث ال ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر واإلمام العادل و المظلوم‬

2|P age
‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya
pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah
no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)

Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon apa saja yang
termasuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Namun perlu diketahui, terdapat doa yang
dianjurkan untuk diucapkan ketika berbuka puasa, yaitu doa berbuka puasa.
Sebagaimana hadits
‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت‬
‫اْلجر إن شاء هللا‬
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:
‫ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت اْلجر إن شاء هللا‬
/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya
Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al
Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232)

Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan lafazh berikut:


‫اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين‬
adalah hadits palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab
hadits manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.

Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa seperti
saya dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata sendiri.
Sehingga doa ini tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.

Memang ada hadits tentang doa berbuka puasa dengan lafazh yang mirip dengan doa
tersebut, semisal:
‫ اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني‬: ‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا أفطر قال‬
‫إنك أنت السميع العليم‬
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma
laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim”

Dalam Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341), dinukil perkataan Ibnu Hajar Al Asqalani:


“Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga di-dhaif-kan oleh Al Albani
di Dhaif Al Jami’ (4350). Atau doa-doa yang lafazh-nya semisal hadits ini semuanya
berkisar antara hadits dhaif atau munkar.

3. Ketika malam lailatul qadar. Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al
Qur’an. Malam ini lebih utama dari 1000 bulan. Sebagaimana firmanAllah Ta’ala:
‫ش ْهر‬ ِ ‫ن أَ ْل‬
َ ‫ف‬ َ ‫لَ ْيلَ ُة ا ْلق َْد ِر‬
ْ ‫خ ْير ِم‬
“Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa.
Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu’anha:

3|P age
‫قلت يا رسول هللا أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك‬
‫عفو تحب العفو فاعف عني‬
“Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku
ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah:
‫اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني‬
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni [‘Ya Allah, sesungguhnya engkau
Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku”]”(HR. Tirmidzi, 3513,
Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)

Pada hadits ini Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha meminta diajarkan ucapan yang
sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun ternyata
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa
pada malam Lailatul Qadar dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang
diajarkan tersebut.

4. Ketika adzan berkumandang. Selain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan


lafazh yang sama, saat adzan dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk
berdoa. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ثنتان ال تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا‬
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu
ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling
menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369,
berkata: “Hasan Shahih”)

5. Di antara adzan dan iqamah. Waktu jeda antara adzan dan iqamah adalah juga
merupakan waktu mustajab untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam:
‫الدعاء ال يرد بين اْلذان واإلقامة‬
“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan
Shahih”)

Dengan demikian jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan antara adzan dan iqamah
adalah berdoa, bukan shalawatan, atau membaca murattal dengan suara keras, misalnya
dengan menggunakan mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat mengganggu orang
yang berdzikir atau sedang shalat sunnah. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
‫ال إن كلكم مناج ربه فال يؤذين بعضكم بعضا وال يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو‬
‫قال في الصالة‬
“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling
mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al
Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430,
dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).
Selain itu, orang yang shalawatan atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di waktu
jeda ini, telah meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
4|P age
Wasallam, yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus untuk memohon
kepada Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh merugi jika ia melewatkannya.

6. Ketika sedang sujud dalam shalat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


‫ فأكثروا الدعا‬. ‫أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد‬
“Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud.
Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)

7. Ketika sebelum salam pada shalat wajib. Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam bersabda:
‫قيل يا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل اآلخر ودبر الصلوات‬
‫المكتوبات‬
“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau
bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang
dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa meminta sesuatu
setelah salam pada shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh Ibnu
Utsaimin Rahimahullah berkata: “Apakah berdoa setelah shalat itu disyariatkan atau tidak?
Jawabannya: tidak disyariatkan. Karena Allah Ta’ala berfirman:
َ َّ‫صال َة َفا ْذك ُُروا الل‬
‫ه‬ َّ ‫م ال‬ َ ‫َف ِإذَا َق‬
ُ ‫ض ْي ُت‬
“Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah” (QS. An Nisa: 103). Allah berfirman ‘berdzikirlah’,
bukan ‘berdoalah’. Maka setelah shalat bukanlah waktu untuk berdoa, melainkan sebelum
salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).

Namun sungguh disayangkan kebanyakan kaum muslimin merutinkan berdoa meminta


sesuatu setelah salam pada shalat wajib yang sebenarnya tidak disyariatkan, kemudian
justru meninggalkan waktu-waktu mustajab yang disyariatkan yaitu diantara adzan dan
iqamah, ketika adzan, ketika sujud dan sebelum salam.

8. Di hari Jum’at. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,


‫ ال يوافقها‬، ‫ فيه ساعة‬: ‫ فقال‬، ‫أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ذكر يوم الجمعة‬
‫ وأشار بيده‬. ‫ إال أعطاه إياه‬، ‫ يسأل هللا تعالى شيئا‬، ‫ وهو قائم يصلي‬، ‫عبد مسلم‬
‫يقللها‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau
bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti
diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang
sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu)
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau
menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum
terdapat 4 pendapat yang kuat.

5|P age
Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at,
berdasarkan hadits:
‫هي ما بين أن يجلس اإلمام إلى أن تقضى الصالة‬
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR.
Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).
Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al
Baihaqi.

Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan


hadits:
‫يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة ال يوجد مسلم يسأل هللا عز وجل شيئا إال أتاه هللا عز وجل‬
‫فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر‬
“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada
Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR.
Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani
di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah.
Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.

Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini
didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani
menguatkan pendapat ini.

Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan
semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-
sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”. Dengan demikian seseorang
akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja.
Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.

9. Ketika turun hujan. Hujan adalah nikmat Allah Ta’ala. Oleh karena itu tidak boleh
mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel dengan turunnya hujan, padahal yang
menurunkan hujan tidak lain adalah Allah Ta’ala. Oleh karena itu, daripada tenggelam
dalam rasa jengkel lebih baik memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa
yang diinginkan kepada Allah Ta’ala. Karena ketika turun hujan merupakan waktu
mustajab untuk berdoa.
‫ و تحت المطر‬، ‫ الدعاء عند النداء‬: ‫ثنتان ما تردان‬
“Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan
turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)

10. Hari Rabu antara Dzuhur dan Ashar. Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan
kaum muslimin, yaitu dikabulkannya doa diantara shalat Zhuhur dan Ashar dihari Rabu.
Ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu:

6|P age
،‫ ويوم اْلربعاء‬،‫ ويوم الثالثاء‬،‫أن النبي صلى هللا عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثالثا يوم االثنين‬
‫ش ُر في وجهه‬ َ ِ‫فاس ُتجيب له يوم اْلربعاء بين الصالتين ف ُعر‬
ْ ِ‫ف الب‬
‫ت تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف اإلجابة‬ ُ ‫خ ْي‬
َّ ‫ فلم ينزل بي أمر مهم غليظ إِال ا تو‬:‫قال جابر‬
“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa
dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui
dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang
berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa,dan saya mendapati
dikabulkannya doa saya‘”

Dalam riwayat lain:


‫فاستجيب له يوم اْلربعاء بين الصالتين الظهر والعصر‬
“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR.
Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua
perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)

11. Ketika Hari Arafah. Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan
wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan memperbanyak
doa, baik bagi jama’ah haji maupun bagi seluruh kaum muslimin yang tidak sedang
menunaikan ibadah haji. Sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫خير الدعاء دعاء يوم عرفة‬
“Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al
Albani dalam Shahih At Tirmidzi)

12. Ketika Perang Berkecamuk. Salah satu keutamaan pergi ke medan perang dalam
rangka berjihad di jalan Allah adalah doa dari orang yang berperang di jalan Allah ketika
perang sedang berkecamuk, diijabah oleh Allah Ta’ala. Dalilnya adalah hadits yang sudah
disebutkan di atas:
‫ثنتان ال تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا‬
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu
ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling
menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369,
berkata: “Hasan Shahih”)

13. Ketika Meminum Air Zam-zam. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


‫ماء زمزم ملا شرب له‬
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan
Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)

Demikian uraian mengenai waktu mustajab untuk berdoa yang paling dianjurkan. Mudah-
mudahan Allah Ta’ala mengabulkan doa-doa kita dan menerima amal ibadah kita.

Amiin Ya Mujiibas Sa’iliin.

7|P age

Anda mungkin juga menyukai