Anda di halaman 1dari 8

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Al-Mishbahul Munir fi Tahdzibi Tafsir ibn


Katsir (Riyadh: Darus Salam, 1421 H), Jil. 1.

A. MUQADDIMAH SURAH AL-FATIHAH

1. Definisi Al-Fatihah

Surah ini disebut al-Fatihah (pembuka) yang maknanya adalah pembuka kitab secara
tertulis. Maka dengan surah inilah dibukanya bacaan dalam sholat.
Ibnu ‘Abbas ra berkata bahwa surah Al-Fatihah dinamakan surah Makkiyyah karena
diturunkan di Makkah sebelum hijrah ke Madinah.
Dalil:
َ.‫َولَقَدََءَ َاتيَنكََسََبعَاَمَنََالمَثَ َاني‬
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-
ulang. (QS. Al-Hijr: 87).

2. Nama Lain Surah Al-Fatihah

Setidaknya, ada 8 nama lain untuk surah al-Fatihah, di antaranya:

a. Ummul Kitaab (induk al-Quran) dan inilah nama yang digunakan oleh Jumhur Ulama.
b. Ummul Quraan
c. Faatihatul Kitaab
d. As-Sab’ul Matsaanii
e. Al-Quraanul ‘Azhiim
f. Al-Hamdu
g. Ash-Shalaah
h. Ar-Ruqyah.

Dalil:

a. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:

َ.‫(الحمدَهللَربَالعالمين)َأمَالقرءانَوأمَالكتابَوالسبعَالمثانيَوالقرءانَالعظيم‬

1
(Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin) adalah Ummul Qur-aan dan Ummul Kitaab dan
as-Sab’ul Matsaanii (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan al-Qur-aanul
‘Azhiim. (HR. Abu Daud. No. 1457. Hadits Shahih).

b. Sabda Rasulullah saw ketika meriwayatkan dari Rabb-nya, Allah swt berfirman:

ََ‫َفَإذَاَقَالََالعََب َدَ(الحمدَهللَربَالعالمين)َقَال‬.َ‫يَوبََينََعََبدَيَََنصَفَيَن‬
َ َ‫قَسَمَتََالصَلَ َةََبَين‬
ََ.‫ىَحمَدََنيَعََبدَي‬َ َ‫للاََتعَال‬
َ

Aku membagi ash-Shalaah antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Jika
seorang hamba mengucapkan Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin, maka Allah
berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. (HR. Muslim. No. 395. Hadits Shahih).

c. Dari Abu Sa’id al-Khudri ra: Kami pernah melakukan suatu perjalanan, lalu kami
singgah. Kemudian datanglah seorang budak wanita seraya berkata: Sesungguhnya
kepala suku kami tersengat, dan orang-orang kami sedang tidak ada di tempat.
Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah? Maka berangkatlah bersamanya
seorang laki-laki yang kami tidak pernah menyangka bahwa ia bisa meruqyah.
Kemudian ia membacakan ruqyah dan kepala suku itu pun sembuh. Lalu kepala suku
itu memerintahkan agar ia diberi 30 ekor kambing dan kami diberi minum susu.
Setelah kembali kami bertanya kepadanya: Apakah engkau memang pandai dan biasa
meruqyah? Maka ia menjawab: Aku tidak meruqyah kecuali dengan Ummul Kitab
(Al-Fatihah). Lalu kami katakan: Jangan melakukan apa pun hingga kita menemui
Rasulullah dan menanyakan hal itu kepada beliau. Sesampainya di Madinah, kami
menceritakan hal itu kepada Rasulullah saw, maka beliau bersabda:

َ.َ‫واَواضَرََبواَلَيَبسهم‬
َ َ‫َومَاَكَانَََيدَرََيهََأَنَهَاَرَقََيةَ؟َأَقَسَم‬

Bagaimana ia tahu bahwa surah Al-Fatihah itu adalah ruqyah? Bagi-bagilah kambing
itu dan berikanlah satu bagian kepadaku. (HR. Al-Bukhari. No. 5007. Dan Muslim.
No. 2201. Hadits Shahih).

3. Mengapa Dinamakan Ummul Kitab?

Menurut Imam al-Bukhari, disebut dengan ummul kitab karena al-fatihah ditulis pada
permulaan al-Quran dan dibaca pada permulaan sholat.
Ibnu Jarir ath-Thabari berpendapat karena seluruh makna al-Quran kembali kepada apa
yang dikandungnya. Sebagaimana kota Makkah disebut Ummul Qura’ karena keberadaannya
2
terlebih dahulu dan ia sebagai penghulu bagi kota-kota lainnya. Ada pula yang berpendapat
bahwa disebut Ummul Qura’ karena bumi terbentang darinya.

4. Jumlah Ayat Al-Fatihah

Berdasarkan ijma’, surah al-Fatihah berjumlah 7 ayat. Selanjutnya menurut Jumhur


Qurra’ (mayoritas ahli qira’at) dari Kufah dan merupakan pendapat sejumlah sahabat, tabi’in,
dan ulama khalaf, bahwa Basmalah adalah satu ayat yang berdiri sendiri pada awal surah al-
Fatihah.

5. Jumlah Kata Dan Huruf Al-Fatihah

Ulama Qira’at berpendapat bahwa surah al-Fatihah terdiri atas 25 kata dan 113 huruf.

6. Keutamaan Al-Fatihah

Ibnu ‘Abbas ra berkata: Ketika Rasulullah saw tengah bersama Malaikat Jibril as, tiba-
tiba terdengar suara keras dari atas. Maka Jibril as mengarahkan pandangannya ke langit seraya
berkata: Itu adalah dibukanya sebuah pintu di langit yang belum pernah dibuka sebelumnya. Ibnu
‘Abbas ra melanjutkan: Dari pintu itu turunlah satu Malaikat dan menemui Nabi saw seraya
berkata: Sampaikanlah kabar gembira kepada umatmu tentang dua cahaya. Kedua cahaya itu
telah diberikan kepadamu dan belum pernah ditrurunkan kepada seorang Nabi pun sebelummu,
yaitu Faatihatul Kitaab dan beberapa ayat terakhir surah Al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca
satu huruf darinya melainkan akan diberikan pahala kepadamu. (HR. Muslim. No. 806. Hadits
Shahih).

7. Keutamaan Al-Fatihah Dalam Shalat

Dalil:
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda:
Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Quran di dalamnya, maka
shalatnya kurang, kurang, kurang, yakni tidak sempurna.
Dikatakan kepada Abu Hurairah: (Bagaimana jika) kami berada di belakang imam? Maka
Abu Hurairah ra berkata: Bacalah al-Fatihah itu secara sirr (hanya terdengar oleh diri
sendiri), karena aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: Allah swt berfirman:
Aku telah membagi shalat (bacaan al-Fatihah) menjadi dua bagian antara diri-Ku dengan
hamba-Ku (yakni separuh untuk diri-Ku dan separuh lagi untuk hamba-Ku). Dan bagi
hamba-Ku apa yang dia minta.
Jika dia mengucapkan: Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin, maka Allah berfirman:
Hamba-Ku telah memuji-Ku.
3
Jika ia mengucapkan: Ar-Rahmaanir Rahiim, maka Allah berfirman: Hamba-Ku telah
menyanjung-Ku.
Jika ia mengucapkan: Maaliki Yaumid Diin, maka Allah berfirman: Hamba-Ku telah
memuliakan-Ku. Dan Abu Hurairah pernah mengatakan: (Allah berfirman): Hamba-Ku
telah berserah diri kepada-Ku.
Jika ia mengucapkan: Iyyaaka Na’budu wa Iyyaaka Nasta’iin, maka Allah berfirman: Ini
adalah antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.
Jika ia mengucapkan: Ihdinash Shiraathal Mustaqiim, shiraathal Ladziina An’amta
‘Alaihim Ghairil Maghdhuubi ‘Alaihim waladh Dhaalliin, maka Allah berfirman: Ini
untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. (HR. Muslim. No. 395. Hadits
Shahih).

8. Wajibnya Membaca Al-Fatihah Dalam Setiap Shalat Baik Sebagai Imam, Makmum,
Ataupun Shalat Sendirian.

Berdasarkan Ijma’ Ulama bahwa membaca Al-Fatihah dalam setiap shalat merupakan
kewajiban bagi setiap imam, makmum, dan munfarid (sendirian).
Dalil:
Dari ‘Ubadah bin Shamit ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
َ‫الَصلةَلمنَلمَيقرأَبفاتحةَالكتاب‬
Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab (surah Al-Fatihah).ََ
(HR. Al-Bukhari. No. 756. Dan Muslim. No. 394. Hadits Shahih).

B. TAFSIR AL-ISTI’ADZAH

Allah swt berfirman:

ََ‫َوإَمَاَيََنزَغََنكََمَنََالشََيطَانََنزَغََفَاسََتعَذ‬.
َ َ‫الجاهَلََين‬
َ ََ‫َوأَعَرَضََعَن‬
َ ‫خذَالعفوَوأمر ََبالعرف‬
َ.َ‫َباهللََإََن َهَسَمََيعََعَلََيم‬

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang lain mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan,
maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Al-A’raf: 199-200).

4
Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan manusia agar beramah tamah dengan
musuh dari kalangan manusia dan berbuat baik kepadanya. Sehingga dapat mengembalikannya
kepada tabiat asalnya, yakni sebagai teman dan sahabat. Sebaliknya, Allah memerintahkan agar
memohon perlindungan kepada-Nya dari setan jenis jin. Karena setan jenis jin tidak menerima
ramah tamah maupun kebaikan dari manusia dan setan merupakan musuh yang nyata bagi
manusia.

1. Isti’adzah Sebelum Tilawah Al-Quran

Allah swt berfirman:


َ‫جيَم‬
َ َ‫فَإَذَاَقَرَأَتََالقَرَءَانََفَاسََتعَذَََباهللََمَنََالشََيطَانََالر‬

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah
dari setan yang terkutuk. (QS. An-Nahl: 98).

2. Jenis-Jenis Isti’adzah

Sedikitnya ada 3 bentuk isti’adzah,1 di antaranya:

a. َ‫جيم‬
َ َ‫أَعَوذَََباهللََمَنََالشََيطَانََالر‬
Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk.

b. َ‫أعوذَباهللَالسميعَالعليمَمنَالشيطانَالرجيمَمنَهمزهَونفخهَونفثه‬
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari
setan yang terkutuk, dari godaannya, dari kesombongannya, dan pengaruhnya.

c. َ‫أعوذَبالسميعَالعليمَمنَالشيطانَالرجيم‬
Aku berlindung kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari (godaan
setan) yang terkutuk.

3. Membaca Ta’awwudz Ketika Marah

Dalil:

Sulaiman bin Shurad ra berkata bahwa ada dua orang laki-laki saling mencela di hadapan
Nabi saw, sementara kami duduk di hadapan beliau saw. Salah seorang dari keduanya

1
Lihat Syaikh Fuad bin ‘Abdil ‘Aziz asy-Syalhub, Fiqh Adab, (Jakarta: Griya Ilmu, 2012), h. 18.

5
mencela yang lainnya dalam keadaan marah dan wajah yang memerah. Maka Rasulullah
saw bersabda:
َ‫جَيم‬
َ َ‫َأَعَ َوذَََباهللََمَنََالشََيطَانََالر‬:َ‫َلَ َوَقَال‬,َ‫جد‬
َ ‫اَي‬
َ َ‫إََنيَلَعَلَمََكَلَمَةََلَ َوَقَالَهَاَلَذَهَبََعََن َهَم‬

Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat yang jika ia mengucapkannya niscaya akan
hilang kemarahannya. Yaitu ucapan: Aku berlindung kepada Allah dari setan yang
terkutuk.
Maka para sahabat berkata kepada orang itu: Tidakkah engkau mendengar apa yang
disabdakan oleh Rasulullah saw? Orang itu menjawab: Sesungguhnya aku bukanlah
orang yang kurang akal. (HR. Muslim. No. 2015. Hadits Shahih).

4. Hukum Isti’adzah

Jumhur ‘Ulama berpendapat bahwa isti’adzah itu hukumnya sunnah dan bukanlah suatu
kewajiban yang jika seseorang meninggalkannya maka ia berdosa.
Sementara menurut ar-Razi yang berhujjah dengan riwayat dari ‘Atha’ bin Abi Rabah
bahwa perintah dalam ayat yang berkaitan dengan isti’adzah hukumnya adalah wajib sehingga
Nabi saw rutin melakukannya. Alasan lain karena isti’adzah dapat menolak keburukan setan,
maka suatu perkara yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka perkara itu
pun wajib.
Secara disiplin keilmuan fiqh, ada 4 pendapat mengenai hukum membaca isti’adzah
dalam shalat menurut ulama madzhab,2 di antaranya:

a. Ibnu Hazm berkata bahwa isti’adzah wajib dibaca oleh imam, makmum, dan
munfarid, baik dalam shalat fardhu maupun sunnah.
b. Fuqaha’ (para ahli fiqh) bermadzhab Hanafiyyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah berkata
bahwa isti’adzah sunnah dibaca oleh imam, makmum, dan munfarid, baik dalam
shalat fardhu maupun sunnah.
c. Imam Abu Hanifah berkata bahwa isti’adzah sunnah dibaca oleh imam dan munfarid
(shalat sendirian), bukan bagi makmum.
d. Sebagian madzhab Maliki berkata bahwa sunnah dalam shalat sunnah, bukan dalam
shalat fardhu.

5. Kapankah Isti’adzah Dibaca Jahr (Suara Keras) Dan Sirr (Suara Lirih)?

Isti’adzah dibaca jahr apabila dalam 2 keadaan, yaitu:

2
Lihat Ahmad Salim, Al-Ahkamul Fiqhiyyah Khoshshoh bil Quran, (Jakarta: Ummul Qura’, 2011), h. 90.

6
a. Qari (pembaca) berada pada qiraah jahr, dan ada orang yang mendengarkannya.
b. Qari berada di tengah jamaah, dan ia yang memulai bacaannya.

Adapun isti’adzah dibaca sirr (suara lirih) apabila dalam 4 keadaan,3 yaitu:

a. Qari (pembaca) berada pada bacaan sirr


b. Qari dalam keadaan sendirian, baik ia membaca Al-Quran dengan jahr (keras)
maupun dengan sirr (suara lirih).
c. Tilawahh dengan daur (secara bergantian di antara jamaah/tadarrus), dan qari bukan
orang yang pertama memulainya.
d. Qiraah dalam shalat, baik jahriyyah maupun sirriyyah.

6. Manfaat Lain Dari Isti’adzah

a. Menjaga lisan dari kata-kata buruk dan tidak berfaedah.


b. Menghadirkan kekhusyu’an dalam hati.4

7. Makna Isti’adzah

Secara lughatan (bahasa) isti’adzah berarti: Aku berlindung kepada Allah dari godaan
setan yang terkutuk.
Adapun secara ishtilahan (istilah) isti’adzah bermakna: Aku memohon perlindungan
kepada Allah dari setan yang terkutuk agar ia tidak membahayakan diriku dalam urusan agama
dan duniaku, atau menghalangiku untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan
meninggalkan apa yang Allah larang. Karena tidak ada yang mampu mencegah godaan setan itu
dari manusia kecuali Allah.

8. Makna Setan

Dalam bahasa Arab, istilah setan berasal dari dua kata kerja yaitu: Pertama, َ‫ شطن‬yang
berarti jauh. Sebagaimana tabiat setan adalah jauh dari kebaikan. Kedua, َ‫ شاط‬yang bermakna
terbakar, karena setan diciptakan dari api. Para ulama berpendapat bahwa makna yang pertama
adalah makna yang lebih tepat. Maka, setiap pendurhaka baik dari kalangan jin, manusia,
maupun hewan disebut dengan setan.

Dalil:

3
Lihat Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap asy-Syafi’i, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2014), h. 88.
4
Lihat Syaikh Fuad bin ‘Abdil ‘Aziz asy-Syalhub, Fiqh Adab, (Jakarta: Griya Ilmu, 2012), h. 18.

7
a. Al-Quran

ََ‫خرَف‬
َ َ‫يَبعَضَهَمََإَلَىَبَعَضََز‬
َ َ‫الجنََيَ َوح‬
َ ‫وكذلكَجعلناَلكلَنبيَعد ًّواَشياطََينََالََنسََ َو‬
‫القَ َولََغَرَ َورَا‬
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

b. Al-Hadits

Dari Abu Dzarr ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:

ََ‫اَبالََالكَلَبََالَسَ َود‬
َ َ‫َياَرسولَللاَم‬:‫َقلت‬.‫يقطعَالصلةَالمرأةَوالحمارَوالكلبَالسود‬
َ.‫َالكَلَبََالَسَ َو َدَشَيَطَان‬:َ‫حمَرََمَنََالَصَفَرَ؟َفَقَال‬
َ َ‫مَنََال‬
Sesuatu yang dapat membatalkan sholat adalah wanita, keledai, dan anjing hitam.
Kemudian aku bertanya: Wahai Rasulullah, mengapa anjing hitam, dan bukan anjing
merah atau kuning? Beliau menjawab: Anjing hitam itu adalah setan. (HR. Muslim.
No. 510. Hadits Shahih).

c. Al-Atsar

Ibnu Jarir meriwayatkan bahwasanya ‘Umar bin al-Khaththab ra mengendarai kuda


tarik, namun kuda itu berjalan pelan, maka ‘Umar pun memukulnya (supaya jalannya
cepat). Namun, kuda itu justru berjalan semakin pelan. ‘Umar pun turun dan berkata:
Tidaklah kalian membawakan kepadaku kecuali setan. Aku turun darinya karena
perasaanku merasa tidak nyaman. (Sanad-sanadnya shahih).

Anda mungkin juga menyukai