Anda di halaman 1dari 4

A.

Wajib Melaksanakan Nazar, Meskipun Diucapkan Ketika Belum Masuk Islam

Nazar menurut bahasa berarti mewajibkan. Ada pun menurut syara’ berarti kewajiban
yang dibebankan kepada seorang mukallaf kepada dirinya sebagai ibadah yang tadinya tidak
merupakan kewajiban menurut dasar syariah. Dasarnya adalah firman Allah QS Al-
Hajj[22]:29, dan hadis hadis dalam pokok bahasan ini. Nazar adalah janji berbuat kebaikan
yang asalnya tidak wajib, setelah dinazarkan lalu menjadi wajib. Nazar ada dua macam:

1. Berjanji berbuat kebajikan sebab mendapatkan nikmat atau terhindar dari malapetaka.
2. Mewajibkan sesuatu ibadah yang tanpa sebab, semata-mata karena Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

ْ‫ت فِي ْال َجا ِهلِ َّي ِة أَن‬ ُ ْ‫ت َن َذر‬


ُ ‫هللا إِ ِّني ُك ْن‬
ِ ‫ َيا َرسُو َل‬:‫ت‬ ُ ‫ قُ ْل‬:‫ب َرضِ ى هللا عنه َقا َل‬ ِ ‫خطا‬َّ ‫َعنْ ُع َم َر ْال‬
َ ‫ َفأ َ ْوفِ ِب َن ْذ ِر‬:‫ َي ْومًا فِي ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام؟ َقا َل‬:ِ‫ َوفِي ِر َوا َية‬.‫ِف َل ْي َل َة‬
‫ ُم َّت َف ٌق َع َل ْي ِه‬.‫ك‬ َ ‫أَعْ َتك‬.
Artinya: “Dari Umar bin Khattab r.a., dia berkata,’Aku berkata ‘Wahai Rasulullah, pada
zama zahiliyyah dahulu aku pernah bernazar akan beriktikaf semalaman di
Masjidil Haram,’ Beliau bersabda, ‘Penuhilah nazarmu itu.’”(HR Bukhari-
Muslim).

a. Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari (1864) dan Muslim (2/976).

b. Kesimpulan Hadis
1. Kewajiban memenuhi nazar secara mutlak, yaitu nazar ketaatan yang tidak dikaitkan
dengan sesuatu, tapi dimaksudkan sekadar sebagai sebuah ketaatan.
2. Nazar sebelum masuk Islam, tetap harus dilaksanakan ketika ia masuk Islam.

B. Larangan Nazar

Rasulullah SAW bersabda:

,‫ْن ُع َم َر رضي هللا عنهما َعنْ ال َّن ِبيِّ صلى هللا عليه وسلم أَ َّن ُه َن َهى َعنْ ال َّن ْذ ِر‬ ِ ‫هللا ب‬ ِ ‫َعنْ َع ْب ِد‬
ِ ‫ َوإِ َّن َما يُسْ َت ْخ َر ُج ِب ِه مِن ْال َبخ‬.‫ إنَّ ال َّن ْذ َر ال َيأ تِي ِب َخي ٍْر‬:‫و َقا َل‬.َ
‫ ُم َت َّف ٌق َع َلي ِه‬.‫ِيل‬
Artinya: “Dari Ibnu Umar bahwa Nabi Saw. melarang bernazar, beliau bersabda: ‘Ia tidak
mendatangkan kebaikan, ia hanya dikeluarkan oleh orang bakhil.’”(HR Bukhari-
Muslim)

a. Takhrij Hadis
Hadis in diriwayatkan oleh bukhari (6608) dan Muslim (3/1260).
b. Kesimpulan Hadis
1. Rasulullah SAW. melarang nazar seraya memberikan alasan larangan itu bahwa nazar
itu tidak mendatangkan suatu kebaikan pun. Pasalnya, nazar tersebut membuat manusia
mewajibkan sesuatu atas dirinya ketika dia dalam keadaan lapang untuk
melaksanakannya, namun dikhawatirkan dia tidak mampu memenuhinya, sehingga dia
terseret kepada dosa, di samping di dalamnya terkandung kehendak melakukan
pertukaran dengan Allah dengan mewajibkan ibadah, yang dikaitkan dengan
pencapaian apa yang diharapkan atau perhindaran apa yang diinginkan.
2. Pelarang tersebut untuk lebih mengedepankan keselamatan manusia.
3. Tidak ada manfaatnya nazar yang dilakukan secara terpaksa dan berat hati, serta bila
tidak ada niat yang ikhlas.

C. Tidak Boleh Nazar yang Memberatkan Dirinya, dan Ia Wajib Membayar Diyat
Nazar, bila Nazar Tidak Dilakukan

Rasulullah SAW bersabda:

‫الح َر ِام َحافِ َي َة‬َ ‫هللا‬


ِ ‫ت‬ ِ ‫ت أ ٌ ْختِي أَنْ َت ْمشِ َي إِ َلى َب ْي‬ ْ ‫ َن َذ َر‬:‫ْن َعام ِِر رضي هللا عنه َقا َل‬ ِ ‫َعنْ ُع ْق َب َة ب‬
>. ْ‫ْش َو ْل َترْ َكب‬
ِ ‫ لِ َتم‬:‫هللا صلى هللا عليه وسلم َفاسْ َت ْف َت ْي ُت ُه َف َقا َل‬ ِ ‫َفأ َ َم َر ْتنِي أَنْ أَسْ َت ْغن َِي َل َها َرسُو َل‬
‫ "أن هللا تعالى ال يصنع بشفاء أختك شيأ‬:‫ واللفظ لمسلم وألحمد واألربعة فقال‬.ِ‫ُم َت َّف ٌق َع َل ْيه‬
‫"مرها فلتختمر ولتركب ولتصم ثالثة أيّام‬.
Artinya: Uqbah Ibnu Amir berkata: Saudaraku perempuan pernah bernazar hendak berjalan
ke Baitullah dengan kaki telanjang, lalu ia menyuruhku untuk meminta petunjuk
kepada Rasulullah Saw. Setelah aku meminya petunjuknya, Nabi Saw,
bersabda:”Hendaknya ia berjalan dan naik kendaraan.” (HR Bukhari-Muslim dan
lafaznya menurut riwayat Muslim). Menurut riwayat Ahmad dan al-arba’ah,
Rasulullah Saw, telah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menilai apapun dari
kesusahan saudara perempuanmu. Suruhlah ia memakai kerudung, naik kendaraan,
dan berpuasa tiga hari.”(HR Bukhari-Muslim).

a. Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (Hadis No. 364 Bab: Nazar, dalam kitab
Umdah al-ahkam), Abu Daud (36020), Ibnu Majah (2367) dengan perawi yang terpercaya,
sebagaimana dikatakan oleh Ibn Abdul Hadi dalam al-muharrar (2/649), sementara dalam
al-tanqih (3/549) disebutkan bahwa sanadnya bagus.
b. Kesimpulan Hadis
Bahwa seseorang yang bernazar sesuatu yang membahayakan (memberatkan) dirinya atau
yang tidak mampu dikerjakan oleh dirinya, maka itu tidak boleh ia lakukan dan ia harus
membayar diyat.
D. Meng-Qadha Nazar Mayit

Rasulullah SAW bersabda:

‫هللا صلى هللا عليه‬ َ ‫ اسْ َت ْف‬:‫ْن َعبَّاسٍ رضي هللا عنهما أَ َّن ُه َقا َل‬
ِ ‫ت َسعْ ُد بْنُ ‘ُ َبا َد َة َرسُو َل‬ ِ ‫َعنْ َع ْب ِد‬
ِ ‫هللا ب‬
ِ ‫ َقا َل َرسُو ُل‬,ُ‫ت َق ْب َل أَنْ َت ْقضِ َيه‬
:‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ْ ‫ ُتوُ ِّف َي‬,ِ‫ان َع َلى أ ُ ِّمه‬ َ ‫وسلم فِي َن َذ ٍر َك‬
‫ ُم َت َّف ٌق َع َل ْي ِه‬.‫ َفا ْقضِ ِه َع ْن َها‬.
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata: Sa’ad Ibnu Ubadah meminta petunjuk
Rasulullah Saw. tentang nazar ibunya yang telah meninggal sebelum
melaksanakannya. Beliau bersabda: Laksanakan untuknya.” (HR Bukhari-
Muslim).

a. Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari (2761) dan Muslim (3/1260).
b. Kesimpulan Hadis
Bahwa orang meninggal yang masih mempunyai utang nazar, bisa dibayar oleh orang
yang masih hidup dan yang meninggal bisa bebas dari utang nazar tersebut.

E. Kaffarat Nazar
Rasulullah SAW bersabda:
‫ "كفارة‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬,‫وعن عقبة بن عامر رضي هللا عنه قال‬
‫النذر كفارة يمين" رواه مسلم‬.
Artinya: Dari Uqbah bin Amir r.a., dia berkata, “kaffarat nazar itu sama dengan kaffarat
sumpah.” (HR Muslim).
a. Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim (3/1265).
b. Kesimpulan Hadis
Kaffarat nazar sama dengan kaffarat sumpah.

F. Bernazar dalam Keadaan Maksiat


Rasulullah SAW bersabda:

‫ " ومن نذر أن يعصي هللا‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫َو َعنْ َعإِ َش َة َرضِ َي هللاُ َع ْن َها‬
ُّ‫اري‬ ِ ‫فال يعصه" َر َواهُ ْالب َُخ‬.
Artinya: Dari Aisyah r.a., “Bersabda Rasulullah Saw.: Barangsiapa yang bernazar untuk
melakukanmaksiat kepada Allah, makan janganlah dia melakukan maksiat
tersebut.” (HR Muslim).

a. Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari (6700).
b. Kesimpulan Hadis
Nazar untuk melakukan maksiat tidak boleh dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai