Anda di halaman 1dari 20

KEGIATAN BELAJAR 2

SALAT FARDU

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Peserta dapat mendemonstrasikan ketentuan tata cara salat fardu.

B. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mendemonstrasikan ketentuan salat fardu;
2. Mendemonstrasikan tata cara pelaksanaan salat fardu.

C. Uraian Materi
1. Ketentuan Salat Fardu
a. Pengertian dan Dasar Hukum Salat
Salat secara bahasa berarti doa, sedangkan secara istilah, salat
adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, yang
dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam. Salat disebut juga
dengan salat fardu atau salat maktubah yang berarti salat yang harus
dikerjakan orang Islam yang telah memenuhi syarat. Salat wajib dibagi
menjadi 2 macam, yaitu: salat fardu ain dan salat wajib fardu kifayah.
Hukum melaksanakan salat lima waktu ini adalah wajib atau fardu
ain, yaitu sesuatu yang diharuskan dan yang mengikat kepada setiap
individu seorang muslim yang telah dewasa, berakal sehat, balig
(mukalaf). Apabila salat wajib ini ditinggalkan, maka orang yang
meninggalkannya mendapat dosa dari Allah swt. Dasarnya wajibnya
salat fardu ini adalah firman Allah dan hadis Nabi saw. berikut.
ِ ِ َّ ‫الزَكا َة وارَكعواْ مع‬ ِ
‫ني‬
َ ‫الراكع‬ َ َ ُ ْ َ َّ ْ‫الصالََة َوآتُوا‬
َّ ْ‫يموا‬
ُ ‫َوأَق‬
Dan dirikanlah salat dan bayarkanlah zakat, dan rukulah bersama orang-
orang yang ruku.” (QS al-Baqarah/2: 43).
Hadis Nabi Muhammad SAW:

‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ( بين اإلسالم على مخس‬:‫ابن عمر رضي هللا عنهما قال‬
) ‫شهادة أن ال إله إال هللا وأن ُممدا رسول هللا وإقام الصالة وإيتاء الزكاة واَلج وصوم رمضان‬

27
Dari ‘Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Islam
itu terdiri atas lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah, dan sesungguhnya Muhammat itu adalah utusan Allah,
mendirikan salat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa
Ramadan.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah saw. bersabda,
َِّ ُ‫من تَرَك صالًَة مكْتوبةً مت ع ِمداً فَ َق ْد ب ِرئَت ِمْنه ِذ َّمة‬
‫اّلل‬ ُ ْ َ ‫َ ْ َ َ َ ُ َ َُ َ ه‬
Barangsiapa meninggalkan salat yang wajib dengan sengaja, maka janji
Allah terlepas darinya. (HR. Ahmad)
Salat dalam Islam menempati kedudukan sangat penting, karena
salat adalah perbuatan yang pertama kali akan dihisab (dihitung)
pertanggungjawabannya kelak di hari kiamat.
b. Rukun Salat
Salat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan
aturan dan ketentuannya. Rukun salat adalah setiap perkataan atau
perbuatan yang akan membentuk hakikat salat. Jika salah satu rukun ini
tidak ada, maka salat pun tidak teranggap secara syar’i dan juga tidak bisa
diganti dengan sujud sahwi. Meninggalkan rukun salat ada dua bentuk.
Pertama, meninggalkannya dengan sengaja maka dalam kondisi seperti ini
salatnya batal dan tidak sah menurut mayoritas ulama. Kedua,
meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu maka dalam hal ini ada
beberapa ketentuan. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi,
maka menurut jumhur fukaha wajib untuk melakukannya kembali. Jika
tidak mampu mendapatinya lagi, maka salatnya batal menurut ulama
Hanafiyah, sedangkan jumhur ulama (mayoritas ulama) berpendapat
bahwa raka’at yang ketinggalan rukun tadi menjadi hilang. Jika yang
ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka salatnya harus diulangi dari
awal lagi karena ia tidak memasuki salat dengan benar.
Rukun salat ini ada tiga belas perkara.
1) Niat
Artinya, menyengaja di dalam hati untuk melakukan salat, misalnya
berniat di dalam hati, “Sengaja saya salat Zuhur empat rakaat karena

28
Allah”. Begitulah seterusnya untuk tiap-tiap macam salat dengan niat yang
tertentu pula. Hal ini berdasarkan firman Allah swt.

‫ين الْ َقيِه َم ِة‬ ِ ِ‫الزَكا َة وذَل‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫وما أ ُِمروا إَِّال لِي عب ُدوا‬
ُ ‫كد‬َ َ َّ ‫الص َال َة َويُ ْؤتُوا‬
َّ ‫يموا‬
ُ ‫ين ُحنَ َفاء َويُق‬
َ ‫ني لَهُ ال هد‬
َ ‫اّللَ ُمُْلص‬ ُْ َ ُ ََ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus. (QS al-Bayyinah/98: 5).
2) Berdiri bagi yang berkuasa
Salat wajib dilakukan dalam keadaan berdiri, tapi jika tidak dapat
berdiri boleh dengan duduk, tidak dapat duduk boleh dengan berbaring.
Nabi saw. bersabda:

) ‫( صل قائما فإن مل تستطع فقاعدا فإن مل تستطع فعلى جنب‬


Salatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam
keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur
menyamping. (HR. Bukhari).
3) Takbiratul ihram
Yakni membaca “Allahu Akbar” berdasarkan hadis Ali:
ِ َّ ‫ « ِم ْفتاح‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اّلل‬
ُ ‫الصالَة الطُّ ُه‬
‫ور َوَْحت ِرميَُها‬ ُ َ َّ ‫ول‬
ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ع ََ ْن َعلِ ٍهى رضى هللا عنه ق‬
َ َ‫ال ق‬
.» ‫َّسلِيم‬ ِ ِ
ُ ْ ‫التَّ ْكبْيُ َوَْحتليلُ َها الت‬
Dari Ali r.a. berkata baha Nabi saw. bersabda, "Kunci salat ialah bersuci,
pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya ialah memberi salam.”
(HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmuzi).
Yang dimaksud takbiratul ihram sebagai rukun salat adalah
mengucapka “Allahu Akbar”. Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan
dengan ucapakan selainnya walaupun semakna.
4) Membaca Surat al-Fatihah
Dari Ubadah bin Shamit r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:

(‫ ( ال صالة ملن مل يقرأ بفاحتة الكتاب‬:‫عن عبادة بن صامت أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال‬

29
Dari Ubadah bin Samit bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada
salat seseorang yang tidak membaca Surah Al-Fatihah. (HR. Bukhari).
5) Ruku dan thuma’ninah
Ruku dan thuma’ninah artinya membungkuk sehingga punggung
menjadi sama datar dengan leher dan kedua belah tangannya memegang
lutut. Dari Abu Mas'ud Badari. Nabi saw. bersabda:

‫ مث اركع حَّت تطمئن راكعا‬. . . ‫إذا قمت إَل الصالة‬


Rasul saw. bersabda: Jika kamu melaksanakan salat . . . kemudian ruku’lah
hingga tuma’ninah ketika ruku’ itu. (HR. Bukhari).
Keadaan minimal dalam ruku’ adalah membungkukkan badan dan
tangan berada di lutut. Sedangkan yang dimaksudkan thuma’ninah adalah
keadaan tenang di mana setiap persendian juga ikut tenang. Ada pula
ulama yang mengatakan bahwa thuma’ninah adalah sekadar membaca
zikir yang wajib dalam ruku.
6) I'tidal dengan thuma'ninah
Artinya bangkit dari ruku dan kembali tegak lurus, thuma'ninah. Nabi
saw. mengatakan pada orang yang jelek salatnya:

. . . ‫ مث ارفع حَّت تعتدل قائما‬. . .


Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah. (HR. al-Bukhari)
7) Sujud dengan thuma'ninah
Yaitu meletakkan kedua lutut, kedua tangan, kening, dan hidung ke
atas lantai. Anggota sujud ialah muka, kedua telapak tangan, kedua lutut,
dan kedua telapak kaki. Rasulullah saw. Bersabda:

‫ ( أمرت أن أسجد على سبعة‬: ‫عن ابن عباس رضي هللا عنهما قال قال النيب صلى هللا عليه و سلم‬
)‫ واليدين والركبتني وأطراف القدمني‬- ‫ وأشار بيده على أنفه‬- ‫أعظم على اجلبهة‬
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Nabi saw. bersabda, “Aku diperintahkan
bersujud dengan tujuh bagian anggota badan: Dahi (termasuk juga hidung,
beliau mengisyaratkan dengan tangannya), telapak tangan kanan dan kiri,
lutut kanan dan kiri, dan ujung kaki kanan dan kiri.” (HR. al-Bukhari)

30
8) Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
Artinya bangun kembali setelah sujud yang pertama untuk duduk
sebentar, sementara menanti sujud yang kedua. Nabi saw. bersabda,

‫مث اسجد حَّت تطمئن ساجدا مث ارفع حَّت تطمئن جالسا مث اسجد حَّت تطمئن ساجدا‬
Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari
sujud dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan
thuma’ninalah ketika sujud. (HR. Bukhari dan Muslim)
9) Duduk untuk tasyahud akhir
Disebut dengan istilah duduk iftirasy yaitu duduk dalam shalat dengan cara
duduk di atas telapak kaki kiri dan telapak kaki kanan ditegakkan.
10) Membaca tasyahud akhir di waktu duduk di rakaat yang terakhir
Nabi saw. bersabda:

‫ كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يعلمنا التشهد كما يعلمنا السورة من‬:‫عن ابن عباس أنه قال‬
‫القرآن فكان يقول التحيات املباركات الصلوات الطيبات هلل السالم عليك أيها النيب ورمحة هللا وبركاته‬
‫السالم علينا وعلى عباد هللا الصاَلني أشهد أن ال إله إال هللا وأشهد أن ُممدا رسول هللا‬
Dari Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah saw. mengajarkan tasyahud kepada
kami sebagaimana ia mengajarkan surah, lalu ia berkata: Katakanlah
olehnya: “segala kehormatan, keberkatan, segala salat segala yang baik-baik
itu bagi Allah. Selamat atas engkau hai Nabi, dan rahmat Allah serta berkah-
Nya. Selamatlah atas kamu hamba Allah yang shaleh-shaleh. Aku
mengaku, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Aku mengaku
bahwa Muhammad itu utusan Allah. (HR. Muslim).
11) Membaca salawat atas Nabi, artinya setelah selesai tasyahud akhir, maka
dilanjutkan membaca pula salawat atas Nabi dan keluarganya
12) Mengucapkan salam yang pertama
Bila setelah selesai membaca tasyahud akhir dan shalawat atas Nabi
dan keluarga beliau maka memberi salam. Yang wajib hanya salam
pertama. Dalilnya hadis yang telah disebutkan di muka,

31
‫ور َوَْحت ِرميَُها‬ َُ
َِّ ‫ول‬
ِ َّ ‫ « ِم ْفتاح‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اّلل‬
ُ ‫الصالَة الطُّ ُه‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫َع ْن َعلِ ٍهى رضى هللا عنه ق‬
َ َ‫ال ق‬
.» ‫يم‬ ِ ‫التَّ ْكبِْي وَحتلِيلُها الت‬
ُ ‫َّسل‬
ْ َ َُْ
Dari Ali r.a. berkata baha Nabi saw. bersabda, "Kunci salat ialah bersuci,
pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya ialah memberi salam.”
(HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmudzi).
13) Tertib artinya berturut-turut menurut peraturan yang telah ditentukan
Diharuskan berurutan dalam mengerjakan rukun karena dalam hadis
musii’ salatuhu terdapat kata “tsumma” ketika menjelaskan urutan rukun.
Tsumma sendiri berarti kemudian yang menunjukkan makna berurutan.
Perhatikan hadisnya!

‫فقال ( إذا قمت إَل الصالة فكرب مث اقرأ ما تيسر معك من القران مث اركع حَّت تطمئن راكعا مث ارفع‬
‫حَّت تعتدل قائما مث اسجد حَّت تطمئن ساجدا مث ارفع حَّت تطمئن جالسا وافعل ذلك ِف صالتك‬
) ‫كلها‬
Jika engkau hendak salat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat al-
Qur’an yang mudah bagimu. Lalu rukulah dan sertai thuma’ninah ketika
ruku. Lalu bangkitlah dan beri’tidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah
sertai thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua
sujud sambil thuma’ninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai
thuma’ninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap salatmu. (HR.
Bukhari dan Muslim).

b. Syarat Wajib dan Syarat Sah Salat


Syarat salat merupakan suatu hal yang harus dipenuhi sebelum
mengerjakan salat. Syarat salat dibagi menjadi dua yakni syarat wajib dan
syarat sah salat.
1) Syarat wajib salat
a) Beragama Islam
Setiap muslim diwajibkan untuk salat, selain muslim tidak diwajibkan
mnjalankan salat. Sesuai dengan hadis Ibnu Abbas manakala Rasulullah saw.
mengutus Mu’az bin Jabal r.a. ke neger Yaman.

32
‫ أن النيب صلى هللا عليه و سلم بعث معاذا رضي هللا عنه إَل اليمن فقال‬: ‫عنابن عباس رضي هللا عنهما‬
‫ادعهم إَل شهادة أن ال إله إال هللا وأين رسول هللا فإن هم أطاعوه لذلك فأعلمهم أن هللا قد افرتض‬
‫عليهم مخس صلوات ِف كل يوم‬
Serulah/ajaklah mereka untuk mengucapkan syahadat La ilaha illallah
(tidak ada Ilah selain Allah) dan menyaksikan bahwasanya saya adalah
utusan Allah. Apabila mereka menta'atimu akan hal itu maka
beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah swt. telah mewajibkan
atas mereka salat 5 waktu satu hari satu malam." (HR Bukhari dan Muslim).
b) Balig atau dewasa
Ada yang mengatakan bahwa laki-laki dikatakan balig saat berumur 15
tahun dan perempuan disebut balig atau dewasa saat berusia 9 tahun. Namun,
lebih tepatnya laki-laki bisa dipandang balig pada saat telah mengeluarkan
sperma atau telah mimpi basah dan perempuan ketika telah haid atau
menstruasi.
c) Berakal
Menurut pendapat jumhur selain ulama Hambali, salat tidak wajib bagi
orang gila, hilang akal, dan yang serupa dengan kondisi tersebut seperti orang
yang pingsang. Hal ini berdasarkan hadis Nabi saw.

‫ال « ُرفِ َع الْ َقلَ ُم َع ْن ثَالَثٍَة َع ِن النَّائِِم‬


َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اّلل‬ َّ ‫ول‬ َ ‫َن َر ُس‬ َّ ‫َع ْن َعائِ َش َة رضى هللا عنها أ‬
» ‫ْرب‬ ِ َِّ ‫َح ََّّت يَ ْستَ ْي ِق َظ َو َع ِن الْ ُمْب تَ لَى َح ََّّت يَْ َربأَ َو َع ِن‬
ََ ‫ب َح ََّّت يَك‬
‫الص ه‬
Pena diangkat dari 3 (tiga) orang: orang yang tidur sampai dia bangun, dari
anak kecil sampai dia ihtilam (dewasa/balig), dan dari orang yang gila
sampai dia berakal.” (HR. Abu Dawud).
2) Syarat sah salat meliputi:
a) Suci badan dari hadas
Hadas ada dua macam, yaitu: hadas besar dan hadas kecil. Hadas besar
antara lain junub, haid, nifas yang mewajibkan mandi. Sedangkan hadas kecil
antara lain buang angin, buang air besar dan kecil. Firman Allah swt.:

33
ِ ‫الصالةِ فا ْغ ِسلُواْ وجوه ُكم وأَي ِدي ُكم إِ ََل الْمرافِ ِق وامسحواْ بِرُؤ‬
‫وس ُك ْم َوأ َْر ُجلَ ُك ْم‬ َّ ‫ين َآمنُواْ إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِ ََل‬ ِ َّ
ُ ُ َ ْ َ ََ ْ َ َْ ْ َ ُُ َ ‫ََي أَيُّ َها الذ‬
-٦- ْ‫ني َوإِن ُكنتُ ْم ُجنُباً فَاطَّ َّه ُروا‬ ِ َ‫إِ ََل الْ َك ْعب‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah. (QS al-Maidah/5: 6).
Hadis Nabi saw.

)‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ( ال تقبل صالة من أحدث حَّت يتوضأ‬: ‫عن أيب هريرة يقول‬
Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak diterima
salat orang yang berhadas sampai ia berwudu.” (Muttafaq ‘alaih).
b) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
Kita wajib mensucikan diri dari najis berdasarkan firman Allah:

َ َ‫َوثِيَاب‬
- ٤- ‫ك فَطَ ِهه ْر‬
Dan pakaianmu sucikanlah. (QS al-Muddatsir/74: 4).
Namun, para ulama berbeda pendapat apakah suci dari najis termasuk
syarat sah salat atau tidak? Mazhab al-Syafi’iyyah berpendapat bahwa ia
adalah syarat sah salat dan ini juga pendapat Abu Hanifah dan Ahmad
sebagaimana yang dikatakan oleh Imam al-Nawawi. Mereka berdalil dengan
ayat dan hadis yang telah kita sebutkan tadi serta berdasarkan hadis:

‫فإذا أقبلت حيضتك فدعي الصالة وإذا أدبرت فاغسلي عنك الدم مث صلي‬
Apabila haid telah pergi, maka cucilah darah darimu dan salatlah. (HR
Bukhari dan Muslim).
Barangsiapa telah salat dan dia tidak tahu kalau dia terkena najis, maka
salatnya sah dan tidak wajib mengulang. Jika dia mengetahuinya ketika salat,
maka jika memungkinkan untuk menghilangkannya -seperti di sandal atau
pakaian yang lebih dari untuk menutup aurat-, maka dia harus
melepaskannya dan menyempurnakan salatnya. Jika tidak memungkinkan
untuk itu, maka dia tetap melanjutkan salatnya dan tidak wajib mengulang.
c) Menutup Aurat

34
Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedangkan aurat
perempuan adala seluruh anggota badan, kecuali kedua telapak tangan dan
wajah berdasarkan firman Allah:

‫ند ُك ِهل َم ْس ِج ٍد‬


َ ‫آد َم ُخ ُذواْ ِزينَ تَ ُك ْم ِع‬
َ ‫ََي بَِين‬
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid. (QS al-A’raf/7: 31).
Yang dimaksud dengan perhiasan dalam ayat ini adalah pakaian yang
menutup aurat di setiap akan salat, yakni, tutupilah aurat kalian karena
mereka dulu tawaf di Baitullah dengan telanjang.
Batas aurat perempuan yang wajib ditutup ialah seluruh badannya,
kecuali muka dan dua tangan. Allah berfirman:

… ‫ين ِزينَ تَ ُه َّن إَِّال َما ظَ َهَر ِمْن َها‬ ِ


َ ‫َوَال يُْبد‬
Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak daripadanya.” (QS al-Nur/24: 31).
Hadis ini mengandung arti bahwa wajah dan telapak tangan bukanlah
aurat bagi wanita, makanya tidak diharamkan membukanya. Kedua anggota
ini (wajah dan telapak tangan) sangat dibutuhkan bagi wanita dalam proses
mengambil dan memberi sesuatu dalam pekerjaan yang bersangkutan
dengan hidupnya, terutama kalau tidak ada orang lain yang bisa membantu
kehidupannya.
d) Telah masuk waktu salat
Salat tidak wajib dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk
waktunya, dan tidak sah hukumnya salat yang dilaksanakan sebelum masuk
waktunya. Berdasarkan firman Allah:

….. ً‫ني كِتَاَبً َّم ْوقُوات‬ِِ


َ ‫ت َعلَى الْ ُم ْؤمن‬ َّ ‫إِ َّن‬
ْ َ‫الصالََة َكان‬
Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orangorang yang beriman. (QS al-Nisa’/4: 103).
e) Menghadap kiblat

35
Jika berada dalam masjid Haram Mekah, maka harus menghadap
langsung, dan jika jauh dari Baitullah, maka cukup menghadap ke arahnya
berdasarkan firman Allah Ta’ala:

ْ ‫ك َشطَْر الْ َم ْس ِج ِد‬


ُ ‫اَلََرِام َو َحْي‬
َ ‫ث َما ُكنتُ ْم فَ َولُّواْ ُو ُج‬
ُ‫وه ُك ْم َشطَْره‬ َ ‫…فَ َوِهل َو ْج َه‬.
Maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram di mana saja kamu
(sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS al-
Baqarah/2: 150).
Salat boleh dilakukan dengan tidak menghadap ke kiblat ketika dalam
keadaan sangat takut dan ketika salat sunat di atas kendaraan sewaktu dalam
perjalanan. Allah berfirman:

ً‫فَإ ْن ِخ ْفتُ ْم فَ ِر َجاالً أ َْو ُرْكبَاان‬


Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil berjalan atau
berkendaraan. (QS al-Baqarah/2: 239).

c. Sunat Salat
Sunat salat merupakan ucapan atau gerakan yang dilaksanakan dalam
salat selain rukun salat. Sunah-sunah salat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Sunah `Ab`ad
Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam salat yang apabila
terlupakan harus diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad
adalah:
a) Tasyahud awal
b) Membaca salawat pada tasyahud awal
c) Membaca salawat atas keluarga Nabi pada tasyahud akhir.
d) Membaca qunut pada salat Subuh dan salat Witir pada pertengahan
hingga akhir bulan Ramadan.
2) Sunah Hai`at
Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam salat yang apabila
terlupakan tidak perlu diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah
hai`at adalah:

36
a) Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram
b) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap
c) Memandang ke tempat sujud
d) Membaca do`a iftitah
e) Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-
Fatihah.
f) Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah.
g) Membaca surat selain surat al-Fatihah setelah membaca surat al-
Fatihah.
h) Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum)
i) Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama salat Magrib, Isya dan
Subuh.
j) Membaca takbir intiqa setiap ganti gerakan, kecuali ketika berdiri dari
ruku.
k) Membaca sami’allahu liman hamidah ketika i`tidal
d. Hal-hal yang Membatalkan Salat
Adapun yang membatalkan salat, antara lain:
1) Berbicara dengan sengaja
2) Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut)
3) Berhadas
4) Meninggalkan salah satu rukun salat dengan sengaja
5) Terbuka auratnya
6) Merubah niat
7) Membelakangi kiblat
8) Makan dan minum
9) Tertawa
10) Murtad
2. Tata Cara Pelaksanaan Salat Fardu
a. Waktu-waktu salat Fardu

37
Allah swt. telah menentukan waktu-waktu untuk salat fardu yang lima
waktu, sebagaimana firman-Nya:

١٠٣- ً‫ني كِتَاَبً َّم ْوقُوات‬ِِ


َ ‫ت َعلَى الْ ُم ْؤمن‬ َّ ‫إِ َّن‬
ْ َ‫الصالَةَ َكان‬
Bahwasanya salat itu adalah fardu yang telah ditentukan waktunya untuk
semua orang yang beriman. (QS al-Nisa'/4: 103).
Waktu-waktu yang ditentukan ialah:
1) Zuhur
Salat Zuhur dimulai sejak tergelincirnya matahari di ufuk barat hingga
masuknya waktu Asar. Hal ini digambarkan dalam hadis riwayat Muslim:

‫ ما مل ُيضر‬..... ،‫ "وقت الظهر إذ زالت الشمس‬:‫ قال‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫أن رسول هللا‬
‫العصر‬
Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Waktu Zuhur ialah ketika
matahari tergelincir, ... sampai datangnya waktu Asar.”
2) Asar
Waktu salat Asar dimulai sejak bayangan benda sama panjang dengan
benda tersebut hingga menguningnya matahari di ufuk barat. Tidak
dibenarkan mengakhirkan salat Ashar sampai menguning matahari di ufuk
barat, kecuali bagi seorang yang dalam keadaan darurat sebagaimana hadis
riwayat Imam Bukhari:

.....‫ومن أدرك ركعة من العصر قبل أن تغرب الشمس فقد أدرك العصر‬
Barangsiapa mendapati satu rakaat salat Asar sebelum matahari terbenam,
maka ia telah mendapati waktu Asar.
3) Magrib
Waktu salat Magrib dimulai sejak matahari terbenam hingga awan
(mega) merah di ufuk barat menghilang sebagaimana hadis riwayat Imam
Muslim:

‫وقت املغرب ما مل يغب الشفق‬


Waktu Magrib berakhir hingga hilangnya awan merah dari cakrawala.

38
Dianjurkan menyegerakan salat Magrib dan dimakruhkan untuk
mengakhirkannya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.:
Umatku akan selalu berada dalam kebaikan atau (selalu) di dalam fitrah
selama mereka tidak mengakhrikan salat Magrib hingga bintang-bintang
terlihat gemerlapan.
4) Isya
Waktu salat Isya dimulai sejak menghilangnya awan merah hingga
tengah malam. Yang dimaksud tengah malam adalah jarak antara waktu
Magrib sampai waktu Subuh. Dianjurkan mengakhirkan salat Isya selama
tidak ada kesulitan dalam melakukannya. Diriwayatkan dari ‘Aisyah, ia
berkata:

‫كان يستحب أن يؤخر العشاء قال وكان يكره النوم قبلها واَلديث بعدها‬
Abi Barzah al-Aslami berkata Nabi saw. menyukai untuk mengakhirkan salat
Isya. Ia juga berkata bahwa Nabi saw. tidak menyukai tidur sebelum salat
Isya tidak menyukai berbincang-bincang sesudahnya (salat Isya). (HR.
Bukhari).
Dari hadis tersebut, terungkap juga bahwa selain Rasul menyukai
melambatkan salat Isya, juga dimakruhkan tidur sebelum Isya’ dan
berbincang-bincang setelahnya, kecuali untuk suatu kemaslahatan. Berkata
Syaikh Abdurrahman Ibnu Shalih Al Bassam:
Salat Isya yang lebih utama adalah mengakhirkannya sampai
pertengahan malam), (jika) hal itu tidak memberatkan (makmumnya).
5) Subuh
Awal waktu salat Subuh ialah dimulai sejak terbitnya fajar sadiq hingga
terbitnya matahari sebagaimana keterangan hadis riwayat Muslim:

‫ وقت صالة الصبح من طلوع الفجر ما مل تطلع الشمس‬:- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫قال رسول هللا‬
Bersabda Rasulullah saw., “Waktu salat Subuh ialah sejak terbitnya fajar
hingga terbitnya matahari.”
Fajar terbagi menjadi dua, yaitu; fajar kadzib (dusta) dan fajar shadiq
(benar). Fajar kadzib yaitu cahaya putih yang panjang menjulang yang tampak
di sisi langit, kemudian cahaya tersebut menghilang yang diikuti dengan

39
kegelapan. Sedangkan fajar shadiq yaitu cahaya putih panjang melintang
yang muncul di ufuk timur. Cahaya tersebut terus bertambah terang hingga
matahari terbit.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Fajar itu
ada dua macam, yaitu: fajar yang diharamkan memakan makanan dan
diperbolehkan melakukan salat (Subuh, yaitu; fajar shadiq) dan fajar yang
diharamkan melakukan salat (Subuh) dan diperbolehkan memakan
makanan (yaitu; fajar kadzib).
Di samping waktu-waktu yang telah ditetapkan untuk melaksanakan
salat fardu seperti yang sudah kita bahas di atas, terdapat sejumlah waktu
yang kita dilarang untuk melakukan salat, yaitu:
a) Setelah salat Subuh hingga terbit matahari agak tinggi, sebagaimana sabda
Nabi saw.:

‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال ال صالة بعد الفجر إال سجدتني‬: ‫عن ابن عمر‬
Dari Ibnu Umar r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada
sembahyang (sunat) sesudah fajar kecuali dua rakaat.” (Dikeluarkan oleh
Imam yang lima kecuali Nasa'i).
b) Ketika matahari terbit hingga meninggi seukuran satu tombak
c) Ketika matahari tepat di atas kepala hingga tergelincir ke arah timur
d) Setelah salat Ashar hingga matahari terbenam. Dalam sebuah riwayat, Nabi
saw. bersabda:

ُ ‫اّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ ُق‬ َِّ ‫ول‬ ِ ُ ‫ي ي ُق‬ ٍ ِ‫عن أَيب سع‬
َ ‫ص َال َة بَ ْع َد الْ َف ْج ِر َح ََّّت تَْب ُز‬
‫غ‬ َ ‫ول َال‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫اّلل‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫ول ََس ْع‬ َ َّ ‫اْلُ ْد ِر‬
ْ ‫يد‬ َ َ
‫س‬
ُ ‫َّم‬
ْ ‫ب الش‬َ ‫ص ِر َح ََّّت تَ ْغ ُر‬
ْ ‫ص َالةَ بَ ْع َد الْ َع‬
َ ‫س َوَال‬
ُ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬
Dari Abu Sa'id al-Khudlriyyi r.a., ia berkata, “Saya telah mendengar
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada sembahyang Subuh sehingga terbit
matahari, dan tidak ada sembahyang sehabis sembahyang Asar hingga
terbenam matahari”. (Muttafaq 'alaih. Dan lafadh riwayat Muslim: “Tidak
ada sembahyang sesudah sembahyang fajar).
Ada tiga waktu yang Rasulullah saw. melarang kami melakukan salat
atau memakamkan orang yang meninggal dunia di antara kami. (Yaitu;)
ketika matahari terbit hingga meninggi (setinggi tombak), ketika matahari

40
berada tepat di atas kepala hingga tergelincir, dan ketika matahari akan
terbenam hingga benar-benar terbenam. Nabi saw. telah menjelaskan sebab
dilarangnya salat pada waktu-waktu tersebut melalui sabda beliau kepada
‘Amr bin ‘Abasah al-Sulami;

‫ ال تصلوا حَّت تطلع الشمس وال حني تسقط فإهنا تطلع بني قرين‬: ‫عن النيب صلى هللا عليه و سلم قال‬
‫شيطان‬
Dari Nabi saw. bersabda, Lakukan salat Subuh, kemudian janganlah engkau
salat hingga matahari terbit dan meninggi (setinggi tombak) kerena sesung-
guhnya ia terbit di antara dua tanduk setan (HR. at-Thabrani).

b. Tata Cara Pelaksanaan Salat Fardu


Tata cara melaksanakan salat lima waktu adalah sebagai berikut:
1) Seorang muslim yang hendak melakukan salat hendaklah berdiri tegak
setelah masuk waktu salat dalam keadaan suci dan menutup aurat serta
menghadap kiblat dengan seluruh anggota badannya tanpa miring atau
menoleh ke kiri dan ke kanan;
2) Kemudian berniat untuk melakukan salat yang ia maksudkan di dalam
hatinya tanpa diucapkan;
3) Kemudian melakukan takbiratul ihram, yaitu membaca Allahu Akbar
sambil mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya ketika
takbir;
4) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada atau di bawahnya,
tetapi di atas pusar;
5) Kemudian membaca do'a iftitah dan basmalah, kemudian membaca al-
Fatihah dan apabila sampai pada bacaan ‫الضالني‬ ‫ وال‬dia membaca aamiin;
6) Kemudian membaca salah satu surat atau apa yang mudah baginya di
antara ayat-ayat Al-Qur'an;
7) Kemudian mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahunya lalu ruku
sambil mengucapkan Allahu Akbar. Selanjutnya memegang dua lutut
dengan kedua tapak tangan dengan meratakan tulang punggung, tidak

41
mengangkat kepalanya juga tidak terlalu membungkukkannya, dan jari-jari
tangannya hendaknya dalam keadaan terbuka.

8) Pada saat ruku, membaca (‫العظيم‬ ‫“ )سبحان ريب‬Maha suci Rabbku yang maha
Agung”) sebanyak tiga kali.
9) Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengangkat kedua tangan sejajar
dengan kedua bahu sambil membaca:

‫ده‬ ِ ِ ُّ ‫ََِسع‬
َ ‫اّلل له َم ْن َمحه‬ َ‫ه‬
Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya" sehingga tegak berdiri
dalam keadaan i'tidal, kemudian membaca doa i’tidal.
10) Kemudian sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, lalu sujud bertumpu
pada tujuh anggota sujud, yaitu dahi (yang termasuk di dalamnya) hidung,
dua telapak tangan, dua lutut dan ujung dua tapak kaki. Hendaknya
diperhatikan agar dahi dan hidung betul-betul mengenai lantai, serta
merenggangkan bagian atas lengannya dari samping badannya dan tidak
meletakkan lengannya (hastanya) ke lantai dan mengarahkan ujung jari-
jarinya ke arah kiblat.

11) Membaca ( ‫حا َن َر ِهيب ْاالَ ْعلى ( َوِهّبَ ْم هِده‬


َ ‫“ ُسْب‬Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi”
َ َ
sebanyak tiga kali dalam sujud.
12) Bangkit dari sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, kemudian duduk
iftirasy, yaitu bertumpu pada kaki kiri dan duduk di atasnya sambil
menegakkan telapak kaki kanan seraya membaca:

‫اللهم اغفر َل وارمحين واجربين واهدين وارزقين‬


13) Kemudian sujud lagi seperti di atas, lalu bangkit untuk melaksanakan
rakaat kedua sambil bertakbir. Kemu-dian melakukan seperti pada rakaat
pertama, hanya saja tanpa membaca do'a iftitah lagi. Apabila telah menye-
lesaikan rakaat kedua hendaknya duduk untuk melak-sanakan tasyahhud.
Apabila salatnya hanya dua rakaat saja seperti salat Subuh, maka membaca
tasyahhud kemudian membaca shalawat Nabi shallallaahu alaihi wasallam,
lalu langsung salam, dengan mengucapkan:

‫السالم عليكم ورمحة هللا وبركة‬

42
“Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah bagimu." Sambil menoleh ke
kanan, kemudian mengucapkan salam lagi sambil menoleh ke kiri.
14) Jika salat itu termasuk salat yang lebih dari dua rakaat, maka berhenti ketika
selesai membaca tasyahhud awwal, yaitu pada ucapan:

‫أشهد أن ال إله إال هللا وأشهد أن ُممدا رسول هللا‬


Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Kemudian bangkit berdiri sambil mengucapkan takbir dan mengangkat
kedua tangan sejajar dengan kedua bahu, lalu mengerjakan rakaat
berikutnya seperti rakaat sebelumnya, hanya saja terbatas pada bacaan
surat al-Fatihah saja.
15) Kemudian duduk tawarruk, yaitu dengan menegakkan telapak kaki kanan
dan meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan, kemudian
mendudukkan pantat di lantai serta meletakkan kedua tangan di atas kedua
paha. Lalu membaca tasyahhud, membaca shalawat kepada Nabi saw. dan
meminta perlindungan kepada Allah swt. dari empat perkara berikut:

‫اللهم إين أعوذ بك من عذاب جهنم ومن عذاب القرب ومن فتنة احمليا واملمات ومن شر فتنة املسيح‬
‫الدجال‬
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa api neraka, siksa kubur,
fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah al-Masih al-Dajjal.
16) Kemudian mengucapkan salam dengan suara yang jelas sambil menoleh ke
kanan, lalu mengucapkan salam kedua sambil menoleh ke kiri.
c. Pelaksanaan Salat Fardu di Daerah Abnormal
Daerah abnormal adalah daerah yang terletak diluar daerah khatulistiwa
dan tropis, yakni yang berada diluar garis pararel 45º dari garis lintang utara
dan selatan. Di daerah ini perbedaan antara siang dan malam terlalu besar,
terutama di daerah kutub utara/selatan, yakni enam bulan terus menerus
dalam keadaan siang dan enam bulan berikutnya dalam keadaan malam.
Negara-negara yang termasuk dalam zone abnormal antara lain, Belanda,
Inggris, dan Amerika Utara.

43
Wahbah Zuhaily dalam kitabnya Al-fiqhul Islami wa adillatuhu yang
menyatakan bahwa dimana daerah yang mengalami perubahan waktu malam
terus atau waktu siang terus maka waktu shalatnya adalah mengikuti daerah
terdekat.
Dalam buku Fiqh As-Sunnah, Sheikh Sayyed Sabiq mengatakan:

ُ ُ‫ ِف البِالَ ِد الَِِّت يَط‬، ‫ف الْ ُف َق َهاءُ ِف التَّ ْق ِدي ِر‬


، ‫ول َهنَ ُارَها‬ َ َ‫ اَ ْختَ ل‬: ‫ص ُر لَْي لُ َها‬ ُ ُ‫التَ ْق ِد ُير ِف الْبِالَ ِد الَِِّت يَط‬
ُ ‫ول َهنَ ُارَها َويَ ْق‬
‫ يَ ُكو ُن التَّ ْق ِد ُير علَى‬: ‫َي الْبَالَ ِد يَ ُكو ُن ؟ فقيل‬ ‫ َعلَى أ ِه‬، ‫ول لَيلُ َها‬ُ ُ‫ َويَط‬، ‫ص ُر َهنَ ُارَها‬ ِ ‫ والْبالَد الَِِّت ي ْق‬، ‫صر لَي لُها‬
َ ُ َ َ َ ْ ُ ‫ويَ ْق‬
ِ
‫ علَى أَقْ َر ِب بَالَ ٍد ُم ْعتَ ِدلَ ٍة إِلَْي ِه ْم‬: ‫ وقيل‬، ‫ َك َم َّكةَ َوالْ َم ِديْنَ ِة‬، ‫يع‬ ِِ ِ
َ ‫الْبَالَد الْ ُم ْعتَدلَّة الَِِّت َوقَ َع‬
ُ ‫فيها التَّ ْش ِر‬
Para Ulama berbeda pendapat tentang penentuan waktu yang berada di
daerah di mana hari sangat panjang dan malam sangat pendek. Waktu
mana yang harus mereka ikuti? Ada yang mengatakan mereka harus
mengikuti norma-norma dari daerah di mana hukum Islam itu disyariatkan
(yaitu Mekah atau Madinah). Sedangkan yang lain mengatakan bahwa
mereka harus mengikuti timing dari daerah yang normal terdekat dengan
mereka dalam hal hari dan malam.

44
D. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Salat Fardu
Salat fardu merupakan suatu kewajiban yang yang harus dilaksanakan
oleh seorang muslim 5 (lima) kali sehari, tanpa memandang itu pejabat atau
bukan, orang kaya, orang miskin, kulit hitam atau kulit putih semua wajib
melaksanakan salat lima waktu. Hal ini mencerminkan nilai-nilai moderasi
beragama berupa i’tidal (adil dan tegak lurus) dimana tidak ada pemihakan
dalam pelaksanaan salat fardu, semuanya wajib melaksanakan tanpa
memandang status sosial dan warna kulit sepanjang mereka semuanya
merupakan mukalaf yang sama kedudukannya di mata hukum Islam.

Nilai moderasi lain yang terkandung dalam materi ini adalah kedaulatan
wilayah dan waktu pada suatu negeri yang harus dihormati. Tiap-tiap muslim
pada dasarnya mengerjakan salat di atas bumi di mana ia injak dan tinggali.
Ketika ia menghadap kibat maka arahnya sesuai dengan tempat ia berdiri
salat. Begitu pula waktu mengerjakan salat fardu ditentukan berdasarkan
waktu setempat. Hal ini menunjukkan bahwa terkandung nilai moderasi
untuk mencintai negeri dan tanah air dalam materi salat.

Selain nilai moderasi beragama tersebut, nilai moderasi beragama apa


saja yang dapat Saudara peroleh dari materi salat fardu ini?

E. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda di atas, kerjakan latihan berikut:
1. Kemukakan hikmah melaksanakan salat lima waktu!
2. Kemukakan bahaya yang menimpa seseorang jika ia tidak mendirikan salat
lima waktu!
3. Salah satu rukun salat adalah berdiri, bagaimana hukum salat jika seseorang
tidak bisa berdiri dalam melakukan salat!

F. Daftar pustaka
1. Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al- Islami wa Adillatuhu, Jilid 1, Cet. X;
Damaskus: Darul Fikri 1428H/2007M.
2. Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1, Penerjemah Mukhsin Adz-Dzaki dkk,
Cet. II; Sukoharjo: Penerbit Insan Kamil, 1440H/2018M.

45
3. Mustafa Dib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap: Penjelasan Hukum-Hukum Islam
Mazhab Syafi’I, Cet. 1; Solo: Penerbit Media Zikir, 2010.
4. Muhammad Jawad Mughniyah. 2005. Fikih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi,
Syafi’I, Hambali. Cet. 15; Jakarta: Lentera.
5. Khalid Sayyid Ali. 2005. Al-Shalat 'ala al-Mazdahib al-Arba'ah. Damaskus:
Ar al-Qalam
6. Rasyid Sulaiman. 1996. Fiqh Islam. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo.

46

Anda mungkin juga menyukai