Anda di halaman 1dari 2

Rukhsah dalam Salat, Bentuk Kemudahan dari Allah SWT

Rukhsah secara arti adalah keringanan. Untuk itu, rukhsah dalam salat adalah keringanan
yang diberikan Allah SWT agar ibadah yang diperintahkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya tanpa memberatkan dan membebani umat Islam.
Dasar dari diberikannya rukhsah sendiri termaktub dalam firman Allah SWT melalui surah Al
Baqarah ayat 185 yaitu,

... ‫ ُيِرْيُد ُهّٰللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل ُيِرْيُد ِبُك ُم اْلُعْس َر‬...
Artinya: "... Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu ..."
Bentuk Rukhsah dalam Salat
Rukhsah ini diberikan Allah SWT untuk umatnya yang memiliki halangan atau keterbatasan.
Salah satu kriteria orang yang diberikan rukhsah oleh Allah SWT adalah bagi orang sakit yang
tidak mampu salat dengan berdiri agar melaksanakan ibadah salat dengan duduk atau berbaring.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 103 yang berbunyi,

... ‫ َفاْذ ُك ُروا هللا ِقَياًم ا َو ُقُعوًدا َو َعلى ُج ُنوِبُك ْم‬...


Artinya: "... berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri,
duduk, maupun berbaring ..."

Dijelaskan lebih lanjut dengan sebuah hadits Rasulullah SAW,

‫ َفِإْن‬،‫َع ْن ِع ْمَر اَن ْبِن ُح َص ْيٍن َر ِض ي ُهَّللا َع ْنُه َقاَل َكاَنْت ِبْي َبَو اِس ْيُر َفَس َأْلُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ِن الَّص اَل ِة َفَقاَل َص ِّل َقاِئًم ا‬
)‫ (رواه الجماعة إال مسلما‬.‫ َفِإْن َلْم َتْسَتِط ْع َفَع لى َج ْنِب‬،‫َلْم َتْسَتِط ْع َفَقاِع ًدا‬

Artinya: Dari 'Imran bin Hushain ia berkata, "Saya menderita penyakit ambeien, lalu saya
bertanya kepada Rasulullah SAW bagaimana caranya salat. Beliau bersabda, 'Salatlah dengan
berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan kalau tidak mampu maka berbaringlah." (HR
Jama'ah kecuali Muslim)

Kemudian diterangkan kembali dalam redaksi lain, Rasulullah SAW bersabda,

‫ َو َجَعَل ُسُجْو َد ُه َأْخ َفَض ِم ْن ُر ُك ْو ِع ِه‬، ‫ َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َأْن َيْس ُجَد َأْو َم ًا‬، ‫ َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َص َّلى َقاِع ًدا‬، ‫ُيَص ِّلى اْلَم ِريُض َقاِئًم ا ِإِن اْسَتَطاَع‬
‫ َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َأْن ُيَص ِّلي َع َلى َج ْنِبِه اَأْلْيَمِن َص ِّل ُم ْس َتْلِقًيا‬، ‫ َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َأْن ُيَص ِّلي َقاِع ًدا َص َّلى َع َلى َج ْنِبِه اَأْلْيَمِن ُم ْسَتْقِبَل اْلِقْبَلِة‬،
‫ (رواه البيهقي والدارقطني عن علي بن أبي طالب‬. ‫ِر ُج ُلُه ِمَّم ا َيِلي اْلِقْبَلَة‬

Artinya: "Orang sakit salat dengan berdiri jika mampu, jika tidak mampu maka salat dengan
duduk. Jika ia tidak mampu sujud hendaklah ia memberi isyarat (dengan kepalanya), sujudnya
hendaklah lebih rendah daripada rukuknya. Jika ia tidak mampu salat dengan duduk, maka
hendaklah ia salat dengan berbaring di atas lambung kanan sambil menghadap kiblat. Jika tidak
mampu, maka hendaklah ia salat dengan terlentang, sedang kaki dijuruskan kearah kiblat". (HR
Baihaqi dan Ad-Daruquthni dari Ali bin Abi Thalib)

Diperbolehkan bagi orang yang sakit untuk memilih posisi dan melakukan gerakan salat
sesuai dengan kemampuannya. Hal ini termasuk dengan gerakan isyarat mata atau dengan hati,
jika kondisi tidak memungkinkan.
Rukhsah dalam salat yang diberikan oleh Allah SWT masih terdapat banyak dengan
beragam kondisi atau syarat. Dikutip dari Kitab Lengkap Panduan Shalat karya Ust. M.
Khalilurrahman al-Mahfani dan Ust. Aburrahim Hamdi, berikut adalah beberapa rukhsah dalam
salat lainnya.

1. Haji di Arafah, di Mina, dan Muzdalifah


Diperbolehkan menjamak salat ketika sedang melakukan haji di Arafah, di Mina, dan
Muzdalifah. Tetapi sebagian ulama hanya membolehkan salat qashar, tidak dijamak, karena
sebagian haditsnya hanya menyebutkan di Mina 2 rakaat (berdasarkan HR. Muttafaq 'alaih dari
Ibn Umar dan Abdurrahman bin Yazid).

Namun, beberapa ulama lainnya berpendapat boleh menjamak dan mengqashar, karena dalam
hadits lain menyebutkan selama haji 10 hari di Makkah, Rasulullah mengerjakan dua rakaat dua
rakaat hingga kembali ke Madinah (berdasarkan HR. Muttafaq alaih dari Anas)

Jamak taqdim (mendahulukan waktu salat) yakni salat Dzuhur dan salat Ashar dilakukan
sekaligus di waktu Dzuhur saat berada di Arafah, sedangkan jamak takhir (mengakhirkan waktu
salat) yakni salat Maghrib dan salat Isya dilakukan di waktu Isya ketika berada di Muzdalifah.

2. Hujan Lebat
Rukhsah dalam salat saat hujan lebat termaktub dalam sebuah hadits yaitu,

)‫ (رواه البخاري‬.‫أَّن الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َج َم َع َبْيَن اْلَم ْغ ِر ِب َو اْلِع َش اِء ِفي َلْيَلٍة َم ِط يَر ٍة‬.

Artinya: "Sesungguhnya Nabi telah menjamak salat Maghrib dan salat Isya pada suatu malam
ketika turun hujan lebat." (HR Bukhari)

3. Keperluan yang Mendesak Sekali


Diperkenankan untuk seseorang menjamak salatnya karena keperluan yang amat mendesak
selama tidak menjadi kebiasaan. Hal ini salah satunya dilandasi oleh hadits berikut,

‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َقاَل َج َم َع َر ُسْو ُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َبْيَن الُّظْهِر َو اْلَع ْص ِر َو اْلَم ْغ ِر ِب َو اْلِع َش اِء ِباْلَم ِد يَنِة ِفي َغْيِر َخ ْو ٍف َو اَل‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫ ِقْيَل اَل ْبِن َعَّباٍس ِلَم َفَعَل َذ ِلَك َقاَل َك ْي اَل ُيْخ ِر َج ُأَّم َتُه‬.‫َم َطٍر‬.

Artinya: Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi pernah menjamak salat Dzuhur dengan Ashar, dan
Maghrib dengan Isya di Madinah, bukan karena dalam keadaan ketakutan atau hujan. Lalu
ditanyakan kepada Ibnu Abbas, "Kenapa Nabi berbuat demikian?" Ujarnya, "Agar Beliau tidak
memberatkan umatnya." (HR Muslim)

Anda mungkin juga menyukai