Anda di halaman 1dari 12

SHOLAT BAGI

ORANG SAKIT
‫صلي من أجل المرضى‬
NAMA ANGGOTA

(202210420311269) FATIMAH AZZAHRA


(202210420311270) YASMIN AMELIA R.
(202210420311273) PUTRI FEBRIYANTI
(202210420311274) AYASHECA SHEIMA ASHIL E.H
(202210420311275) NUR IZZA SAFIRAH
(202210420311276) RISMA AZIZAH
(202210420311277) MARLIFA AURORA D.
(202210420311278) MUH.ADITYA ZAKY A.L
(202210420311279) NADIN BUDIARTI
(202210420311280) BRILLIAN YUNITA A.
(202210420311281) NURUL JANNAH
(202210420311282) SALWA MAULIDIA
(202210420311283) NASYA EVRIL RIEZAK
(202210420311284) BADRIYATUN NUFRIKA
(202210420311285) RIZKI HAYYU DWI N.A
(202210420311286) DESY NABILA AYU P.
Pengertian
Shalat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh semua umat
Islam, kewajibannya tidak akan pernah gugur selama orang tersebut berakal
dan tidak ada penghalang syar’i yang membolehkannya untuk meninggalkan
shalat. Dalil wajibnya adalah firman Allah,

‫َو َأِقيُم وا الَّص اَل َة َو آُتوا الَّزَك اَة َو اْر َك ُع وا َم َع الَّراِكِع يَن‬

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang


yang ruku’”. ([1])

Sakit adalah gangguan kesehatan atau kebalikan dari sehat. Penyakit


dalam bahasa Arab yang berasal dari bentuk plural amradh adalah
kerusakan tubuh dan kesehatan yang memburuk setelah normal.
Pasien yang dirawat di Rumah Sakit ada Rukhshah (kemudahan melakukan
ibadah karena keuzuran). Jika pasien tidak mampu berdiri, maka sholat
dapat dilakukan dengan duduk, berbaring ataupun dengan isyarat.
Shalat seseorang yang sedang sakit disesuaikan dengan kondisi sakitnya.
Apabila ia menderita pernyakit ringan seperti batuk dan flu maka ia tetap
wajib melaksnakan shalat secara sempurna. Akan tetapi, apabila sakitnya
parah sehingga ia tidak mampu melaksanakan shalat dengan
menyempurnakan syarat dan rukunnya maka ia mendapatkan beberapa
rukhshah (keringanan).
Prinsip rukhsah dalam ibadah bertujuan merespon berbagai realitas kondusif
yang terjadi dalam kehidupan manusia. Orang yang sakit diperbolehkan
untuk mendirikan shalat sebatas kemampuan yang dia miliki (Ath-Thayyar,
2007).
HUKUM YANG BERHUBUNGAN
DENGAN ORANG SAKIT

1.) Orang yang sakit tetap wajib mengerjakan shalat pada waktunya
dan melaksanakannya menurut kemampuannya, sebagaimana
diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
‫َف اَّتُق وا َهّٰللا َم ا اْس َت َط ْع ُتْم‬

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah Azza wa Jalla menurut


kesanggupanmu."
[at-Taghâbun/ 64:16].
Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Imran bin
Husain Radhiyallahu anhu:

‫َك اَنْت ِبي َبَو اِس يُر َف َس َأْلُت الَّنِبَّي َص ىَّل ُهَّللا َع َلْي ِه َوَس َّلَم َع ْن الَّص اَل ِة َف َق اَل َص ِّل َق اِئًم ا َف ِإْن َلْم َتْس َتِط ْع‬
‫َف َق اِع ًدا َف ِإْن َلْم َتْس َتِط ْع َف َع ىَل َجْن ٍب‬

"Pernah penyakit wasir menimpaku, lalu aku bertanya kepada Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang cara shalatnya. Maka beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Shalatlah dengan berdiri ,
apabila tidak mampu, maka duduklah dan bila tidak mampu juga
maka berbaringlah." [HR al-Bukhari no. 1117]

2). Apabila melakukan shalat pada waktunya terasa berat baginya,


maka diperbolehkan menjamâ’ (menggabung) shalat , shalat Zhuhur
dan Ashar, Maghrib dan ‘Isya` baik dengan jamâ’ taqdîm atau ta’khîr,
dengan cara memilih yang termudah baginya. Sedangkan shalat
Shubuh maka tidak boleh dijama’ karena waktunya terpisah dari
shalat sebelum dan sesudahnya. Di antara dasar kebolehan ini adalah
hadits Ibnu Abas Radhiyallahu anhu yang berbunyi :

HUKUM YANG BERHUBUNGAN


DENGAN ORANG SAKIT

‫َجَم َع َرُس وُل ِهَّللا َص ىَّل ُهَّللا َع َلْي ِه َوَس َّلَم َبْي َن الُّظ ْه ِر َو اْلَع ْص ِر َو اْلَم ْغ ِرِب َو اْلِع َش اِء ِباْلَم ِديَنِة ِفي َغ ْي ِر َخْو ٍف‬
‫َو اَل َم َط ٍر َق اَل (َأُبْو ُكَرْيٍب ) ُقْلُت اِل ْبِن َع َّباٍس ِلَم َف َع َل َذ ِلَك َق اَل َك ْي اَل ُيْحِرَج ُأَّم َت ُه‬

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjama’ antara


Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya’ di kota Madinah tanpa sebab
takut dan hujan. Abu Kuraib  berkata: Aku bertanya kepada Ibnu
Abas Radhiyallahu anhu : Mengapa beliau berbuat demikian? Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam   menjawab: Agar tidak menyusahkan
umatnya. [HR Muslim no. 705]

3). Orang yang sakit tidak boleh meninggalkan shalat wajib dalam
segala kondisi apapun selama akalnya masih baik.

4). Orang sakit yang berat shalat jama`ah di masjid atau ia khawatir
akan menambah dan atau memperlambat kesembuhannya jika shalat
dimasjid, maka dibolehkan tidak shalat berjama’ah[5]. Imam Ibnu al-
Mundzir rahimahullah menyatakan: Tidak ada perbedaan pendapat di
antara ulama bahwa orang sakit dibolehkan tidak shalat berjama’ah
karena sakitnya. Hal itu karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika sakit tidak hadir di Masjid dan berkata:
‫ُم ُروا َأَبا َبْك ٍر َفْلُيَص ِّل ِبالَّناِس‬

Perintahkan Abu Bakar Radhiyallahu anhu agar mengimami shalat.


][Muttafaqun ‘Alaihi][6

KAIDAH
SHOLAT BAGI ORANG SAKIT

‫َف اَّتُق وا َهَّللا َم ا اْس َت َط ْع ُتْم‬


“Bertakwalah kepada
Allah semampu

kalian.” (QS. At Taghobun: 16).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َف ِإَذ ا َأَم ْر ُتُكْم ِبَش ْى ٍء َف ْأُتوا ِم ْن ُه َم ا‬


‫اْس َت َط ْع ُتْم‬

Jika kalian diperintahkan pada sesuatu, maka“


lakukanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari no.
.)7288 dan Muslim no. 1337, dari Abu Hurairah

TATA CARA SOLAT


KETIKA SAKIT
Bersuci dengan
Shalat di
tayamum
tempat yang
suci

shalat sesuai
kondisi tubuh
ketika sakit
TATA CARA SHOLAT KETIKA SAKIT

Para ulama sepakat bahwa barangsiapa yang tidak mampu


melakukan shalat dengan berdiri hendaknya shalat sambil duduk, dan
jika tidak mampu dengan duduk, maka shalat sambil berbaring
dengan posisi tubuh miring dan menghadapkan muka kiblat.
Disunnahkan miring dengan posisi tubuh miring di atas tubuh bagian
kanan. Dibolehkan melakukan sholat dengan cara sesuai dengan
kondisi.

sebagaimana sabda bin Imran 'kepada ‫ صلي هلال عليه وسلم‬Nabi Hushain:
“Shalatlah kamu sambil berdiri, dan jika kamu tidak mampu, maka
sambil duduk, dan jika tidak mampu, maka dengan berbaring” (HR.
Bukhari).

1. Sholat dengan duduk


ketika seorang sakit dan memberatkan baginya shalat dengan posisi
berdiri, maka boleh baginya untuk shalat dengan posisi duduk. Dasarnya
adalah hadits Imron bin Hushoin -radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
» ‫ َف ِإْن َلْم َتْس َتِط ْع َف َع ىَل َجْن ٍب‬،‫ َف ِإْن َلْم َتْس َتِط ْع َف َق اِع ًدا‬،‫«َص ِّل َق اِئًم ا‬
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika tidak
mampu maka sambil berbaring”. ([13])
2. Sholat dengan Berbaring
Jika tidak mampu duduk, dibolehkan shalat sambil berbaring,
dengan cara miring menghadap kiblat dengan wajahnya([15]), dan
diutamakan berbaring pada sisi kanan.
Sebagaimana hadits di atas:

« ‫ َف ِإْن َلْم َتْس َتِط ْع َف َع ىَل‬،‫ َف ِإْن َلْم َتْس َتِط ْع َف َق اِع ًدا‬،‫َص ِّل َق اِئًم ا‬
‫»َجْن ٍب‬
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika tidak
mampu maka dengan berbaring”. ([16])

Diutamakan berbaring dengan sisi kanan karena kanan lebih tepat


untuk perkara-perkara yang baik. Aisyah radhiyallahu ‘anha
berkata:
،‫ َوُط ُه وِرِه‬، ‫ َو َتَرُّجِلِه‬، ‫ ِفي َتَنُّع ِلِه‬، ‫َك اَن الَّنِبُّي َص ىَّل ُهللا َع َلْي ِه َوَس َّلَم «ُيْع ِج ُبُه الَّتَي ُّم ُن‬
‫َو ِفي َش ْأِنِه ُكِّلِه‬
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam amat menyukai memulai
dengan kanan dalam mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci
dan dalam segala urusannya”. ([17])
3. Sholat dengan Terlentang

Diperbolehkan shalat dengan posisi telentang jika tidak mampu


berbaring dengan posisi miring. Dasarnya hadits ‘Imron Ibn Hushoin
di atas dengan tambahan pada riwayat lain:

‫ ال يكلف هللا نفسًا إال وسعها‬،‫فإن لم تستطع فمستلقيًا‬


“Apabila tidak mampu maka dengan berbaring, Allah tidak


membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.
([18])

4. Shalat dengan berisyarat


Boleh shalat hanya dengan berisyarat dengan kepala
sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Umar,
‫ َو َلْم َيْر َف ْع ِإىَل َجْب َه ِتِه َش ْي ًئا‬،‫ َأْو َم َأ ِبَرْأِس ِه ِإيَم اًء‬،‫ِإَذ ا َلْم َيْس َتِط ِع اْلَم ِريُض الُّس ُجوَد‬
“Apabila orang yang sakit tidak mampu sujud, hendaklah dia
berisyarat dengan kepalanya dan tidak mengangkat apapun ke
keningnya.” ([20])
Dan apabila ditengah-tengah shalat,
orang yang sakit mampu
melakukan apa yang tidak mampu dilakukan sebelumnya, seperti
berdiri, ruku`, sujud atau berisyarat dengan kepala, maka pasien
harus melakukan apa yang mampu, dan melanjutkan shalat
tersebut.
Hikmah Shalat
bagi Orang Sakit

Hikmah shalat bagi orang sakit, diantaranya adalah:


1. Mendekatkan diri kepada Allah. Dengan selalu


mengerjakan shalat kita akan menjadi lebih dekat kepada
Allah Swt.

2. Hati menjadi lebih tenang. Ketenangan hati akan kita


dapatkan dengan beribadah kepada Allah Swt.

3. Menyadari kemurahan Allah Swt. Allah memberikan


kemurahan berupa keringanan dalam beribdah kepada-Nya
ketika sedang sakit.

4. Mensyukuri nikmat sehat yang diberikan Allah Swt.


Shalat dalam keadaan sakit akan lebih menambah rasa
syukur kita terhadap nikmat kesehatan yang diberikan Allah
Swt.

5. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah


Swt. Keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah akan
bertambah dengan senantiasa beribadah kepada-Nya
dalam setiap keadaan.

6. Dicintai Allah Swt. Allah mencintai orang-orang yang


selalu beribadah kepada-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Banyumasi,, U. (n.d.). Sholat Bagi Orang Sakit. Retrieved
from Al Binaa islamic Boarding School :
https://albinaa.sch.id/sholat-bagi-orang-yang-sakit

Hukum Sholat dan Tharah Bagi Orang sakit. (2010).


In S. A. ‫هللا‬,Hukum Bersuci dan Shalat Bagi Orang Sakit.

AL-QAHTHANI, D. B. (2011). Tuntunan praktis shalat


orang sakit.solo: Zamzam .

Syamhudi , U. (n.d.). Shalat Orang Yang sakit. Retrieved


from almanhaj:
https://almanhaj.or.id/23268-shalat-orang-yang-sakit-2.html

Abdullah. (2017). Sholat (definisi, anjuran dan ancaman)


Penerjemah. Syafiq Fauzi Bawazier.
Ebook dari www.ibnumajjah.wordpress.com

Fikih/Kementerian Agama,- Jakarta : Kementerian Agama


2016.xii,
https://text-id.123dok.com/document/rz3lgr97z-hikmah-shalat-
bagi-orang-sakit.html
‫صلي من أجل المرضى‬

‫‪kelompok 18‬‬

Anda mungkin juga menyukai