Shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan di waktu dhuha, yaitu
awal dari waktu siang. Shalat dhuha memiliki banyak keutamaan dan
ganjaran yang besar dari Allah Ta’ala. Berikut ini fikih ringkas seputar shalat
dhuha.
ص َدقَةٌ َو ُك ُّل َ ص َدقَةٌ فَ ُك ُّل ت َ ْسبِي َح ٍةَ سالَ َمى ِم ْن أ َ َح ِد ُك ْم ُ علَى ُك ِل َ صبِ ُح ْ ُي
ص َدقَةٌ َوأ َ ْم ٌر
َ ٍيرةَ ِص َدقَةٌ َو ُك ُّل ت َ ْكب
َ ص َدقَةٌ َو ُك ُّل ت َ ْه ِليلَ ٍة
َ ٍت َ ْح ِمي َدة
ِ َ ئ ِم ْن ذَ ِل َك َر ْك َعت
ان ُ ص َدقَةٌ َويُ ْج ِز َ ع ِن ْال ُم ْن َك ِرَ ى ٌ ص َدقَةٌ َونَ ْه
َ وفِ بِ ْال َم ْع ُر
ض َحى ُّ يَ ْر َكعُ ُه َما ِمنَ ال
“Di pagi hari ada kewajiban bagi seluruh persendian kalian untuk
bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan
tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap
bacaan takbir adalah sedekah. Demikian juga amar ma’ruf dan nahi mungkar
adalah sedekah. Semua ini bisa dicukupi dengan melaksanakan shalat
dhuha sebanyak dua raka’at” (HR. Muslim no. 720).
ت ِم ْن أ َ َّو ِل
ٍ ع ْن أ َ ْربَعِ َر َكعَاَ َّللاُ َع َّز َو َج َّل َيا ابْنَ آ َد َم الَ ت َ ْع ِج ْز
َّ قَا َل
ِ ار أ َ ْك ِف َك
ُآخ َره ِ النَّ َه
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan
empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan
mencukupimu di akhir siang” (HR. Tirmidzi no. 475, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Al Jami’ no. 4342).
Shalat dhuha juga disebut sebagai shalat awwabin, yaitu shalatnya orang-
orang yang banyak kembali kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
صا ُل
َ ض ال ِف َّ ُ صالة
ُ األوابينَ حين تَر َم
“Shalat awwabin adalah ketika anak unta merasakan terik matahari” (HR.
Muslim no. 748).
Dan waktu yang paling utama adalah ketika matahari sudah tinggi dan sinar
matahari sudah terik. Dari Zaid bin Arqam radhiallahu’anhu:
أ َما لقَ ْد: فقال، ٍضحى في مسج ِد قُباء ُّ أنَّه رأى قو ًما يُصلُّون من ال
))خر َج رسو ُل َ : قال،ُغير هذه الساع ِة أفضل ِ أن الصالة َ في َّ ع ِلموا
: فقال،ضحى ُّ وهم يُصلُّونَ ال، ٍهللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّم على أه ِل قُباء
ض َحى ُّ ت الفصا ُل من ال ِ ض َّ ُ صالة
َ األوابِين إذا َر ِم
Zaid bin Arqam melihat sekelompok orang yang sedang melaksanakan
shalat Dhuha. Kemudian ia mengatakan, “Mereka mungkin tidak mengetahui
bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini, ada yang lebih utama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat awwabin
hendaknya dikerjakan ketika anak unta merasakan terik matahari” (HR.
Muslim no. 748).
Maka shalat dhuha yang dikerjakan di awal waktunya, itulah shalat isyraq.
Jumlah Raka’at
Shalat dhuha dikerjakan minimal dua raka’at sebagaimana dalam hadits Abu
Dzar dan Abu Hurairah di atas. Disebutkan dalam hadits dengan kata “dua
rakaat shalat dhuha”.
Namun ulama khilaf mengenai kadar maksimal rakaat shalat dhuha. Jumhur
ulama berpendapat maksimal delapan rakaat. Berdasarkan hadits dari
Ummu Hani’:
Ini pendapat yang dikuatkan oleh Ath Thabari, Syaikh Ibnu Baz dan Syaikh
Ibnu Al Utsaimin.
ال بأس أن يصلي الجماعة بعض النوافل جماعة ولكن ال تكون هذه
سنة راتبة كلما صلوا السنة صلوها جماعة
“Tidak mengapa melaksanakan sebagian shalat sunnah secara berjama’ah,
namun hendaknya tidak dijadikan kebiasaan yang dirutinkan sehingga terus-
menerus shalat sunnah berjama’ah” (Majmu’ Fatawa war Rasa’il, 14/335).
“اللهم اغفر: ثم قال،صلى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم الضحى
إنك أنت التواب الرحيم” حتى قالها مائة مرة، وتب علي،لي
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah shalat dhuha, kemudian
membaca doa: /Allaahummagh firlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabur
rahiim/ (Ya Allah, ampunilah dosaku, dan terimalah taubatku, sungguh
Engkau adalah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang). Beliau
ucapkan ini 100x” (HR. Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 219,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrad).
Yang rajih, ini adalah doa setelah shalat secara umum, bukan hanya shalat
dhuha. Sebab disebutkan dalam riwayat lainnya secara mutlak:
Namun andaikan seseorang mengamalkan doa ini setelah shalat dhuha, pun
tidak mengapa. Selama tidak berkeyakinan bahwa ini adalah doa khusus
setelah shalat dhuha. Wallahu a’lam.